A.Latar Belakang
Dalam RAPBN-P 2013, pajak sangat berperan untuk sumber pembiayaan. Sumber
pajak dalam negeri terbesar diproyeksikan berasal dari pajak penghasilan non-migas yang termasuk
di dalamnya adalah Pajak Penghasilan Pasal 21. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
Pasal 21 bahwa Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apapun yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan
kegiatan (Mujiyati dan Aris, 2010: 54).
Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan pajak yang dipungut melalui sistem With
Holding System yaitu melibatkan pihak ketiga yang berdasarkan undang-undang diberi
kewenangan untuk memotong PPh Pasal 21. Hal ini seperti yang diungkapkan Sadjiarto (2008)
bahwa di Indonesia pajak yang dipungut secara With Holding adalah Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM), dan Pajak Penghasilan (PPh). Dengan
sistem ini, mengharuskan pemotong pajak mampu dan memahami tata cara perhitungan,
pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21 agar efektif dan efisien sehingga orientasi
pemberi kerja bisa tercapai.
Dalam rangka mengefisienkan beban perusahaan dari aspek perpajakan salah satu
caranya adalah penyusunan perencanaan pajak dengan 3 memilih metode pemotongan PPh Pasal
21. Perencanaan pajak yang tepat akan menghasilkan beban pajak yang minimal yang merupakan
hasil dari perbuatan penghematan pajak dan/atau penghindaran pajak yang dapat diterima oleh
fiskus dan sama sekali bukan karena penyelundupan pajak yang tidak dapat diterima oleh fiskus
dan tidak akan ditolerir.
B . TUJUAN PEMBELAJARAN
1.2 Memahami Perhitungan Penghasilan Yang Diterima Untuk Pensiun dan Pesangon
Sekaligus
1.3 Memahami Cara Menghitung Penghasilan Lain Yang Sejenis Dengan Penghasilan
Diatas Yang Diterima Secara Berkala
BAB II
Tn. XYZ (TK/0) bekerja di PT. ABC dengan memperoleh gaji sebulan Rp.
5.000.000,- dengan tidak memperoleh tunjangan lainnya. Jabatan Tn. XYZ
sebagai supervisor pemasaran. Pada bulan Maret 2016 Tn. XYZ menerima
Bonus atas penjualan PT. ABC tahun 2015 yang melampaui target yang telah
ditetapkan sebesar Rp. 6.500.000,- dan pada bulan Juni 2016 Tn. XYZ
menerima THR sebesar Rp. 5.000.000,- Setiap bulan Tn. XYZ membayar Iuran
pensiun sebesar Rp. 100.000,-
Hitung PPh 21 Tn XYZ untuk bulan Maret dan bulan Juni!!
Jawab
A. PPh 21 Bonus
1. PPh Pasal 21 Gaji & Bonus
PenghasilanGaji Per Tahun (Rp. 5.000.000 x 12) Rp. 60.000.000,-
Bonus Rp. 6.500.000,-
Penghasilan Bruto Setahun Rp. 66.500.000,-
Pengurangan:
Biaya Jabatan Rp. 3.325.000,- --------> 5% x 66.500.000
Iuran Pensiun Rp. 1.200.000,- --------> 12 x 100.000
Jumlah Pengurangan Rp. 4.525.000,-
Penghasilan Neto Setahun Rp. 61.975.000,-
PTKP:
Untuk WP Sendiri Rp. 54.000.000,-
Pengurangan:
Biaya Jabatan Rp. 3.000.000,- --------> 5% x 60.000.000
Iuran Pensiun Rp. 1.200.000,- ---------> 12 x 100.000
Jumlah Pengurangan Rp. 4.200.000,-
Penghasilan Neto Setahun Rp. 55.800.000,-
PTKP:
Untuk WP Sendiri Rp. 54.000.000,-
Pengurangan:
Biaya Jabatan Rp. 3.250.000,- --------> 5% x 65.000.000
Iuran Pensiun Rp. 1.200.000,- --------> 12 x 100.000
Jumlah Pengurangan Rp. 4.450.000,-
Penghasilan Neto Setahun Rp. 60.550.000,-
PTKP:
Untuk WP Sendiri Rp.54.000.000,-
Pengurangan:
Biaya Jabatan Rp. 3.000.000,- --------> 5% x 60.000.000
Iuran Pensiun Rp. 1.200.000,- --------> 12 x 100.000
Jumlah Pengurangan Rp. 4.200.000,-
Penghasilan Neto Setahun Rp. 55.800.000,-
PTKP:
Untuk WP Sendiri Rp. 54.000.000,-
Penghasilan Kena Pajak Rp. 1.800.000,-
Contoh:
Tn. XYZ bekerja sebagai pegawai tetap pada PT. ABC sejak tahun 1980.
PT. ABC telah mengikutkan program pensiun untuk seluruh pegawainya
dengan membentuk Dana Pensiun PT. ABC. Pada bulan Januari 2015, Tn.
XYZ pensiun dan berhak atas manfaat pensiun sebesar Rp 60.000.000,00
dari Dana Pensiun PT. ABC, Tn. XYZ mendapatkan pembayaran
sekaligus atas manfaat pensiunnya.
Perhitungan PPH 21 atas uang manfaat pensiun Tn. XYZ adalah:
0% x Rp 50.000.000,00 Rp 0,00
5% x Rp 10.000.000,00 Rp 500.000,00 (+)
Jumlah Rp 500.000,00
Ketiga, Tarif pajak atas pesangon yang dialihkan kepada pihak ketiga
1. Untuk pesangon yang dialihkan kepada pihak ketiga yang pembayaran
oleh pemberi kerja ke Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja nya
dilakukan secara sekaligus, maka dikenakan tarif PPh Pasal 21 Final
seperti tarif pada point pertama. dan yang memotong pajak atas pesangon
ini adalah pemberi kerja.
Tn. XYZ sebagai pensiunan yang memperoleh uang pensiun bulanan dari
Dana Pensiun Mandiri dengan status menikah tanpa anak memperoleh
penghasilan bulanan berupa uang pensiun sebesar Rp.6.000.000,- setiap bulan
Jadi PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh Dana Pensiun Mandiri atas
penghasilan Tn. XYZ adalah :
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa : PPh pasal 21 merupakan
pajak atas penghasilan berupa gaji, upah , honorarium, tunjangan dan pembayaran lain
dengan ,nama dan dalam bentuk apapun negeri, pemotongan pph pasal 21 adalah setiap orang
pribadi atau badan yang diwajibkan pleh UU no 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan
sebagaimana telah diubah dengan UU no.17 tahun 2000dan terbaru pada tahun 2013 untuk
memotong PPh 21.
B. SARAN
Dari uraian pembahasan diatas penulis menyarankan kepada pembaca sekalian agar
manfaat dari pembahasan mengenai Pajak penghasilan pasal 21 dapat memberikan wawasan
positif . dimana sisi positif dari uraian tersebut bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran
untuk menjadi lebih baik lagi , untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dari pembaca
DAFTAR PUSTAKA
Siti Resmi. 2016. Buku 1: Edisi 9. Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta:
Salemba Empat.
Waluyo.2013. Buku I: Edisi 11. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba
Empat.