Teori normatif tentang pers mengandung beberapa pandangan tentang harapan masyarakat
terhadap pers dan peran yang seharusnya dimainkan oleh pers tersebut. Meskipun setiap bangsa
cenderung menganut teori normatif tersendiri yang khas dan rinci, namun masih terdapat beberapa
prinsip umum yang dapat digunakan untuk mengklasifikasi berbagai konsep khusus yang dianut oleh
berbagai bangsa. Setiap ragam utama teori normatif ini cenderung dikaitkan dengan sistem
politik/pemerintahan dimana pers tersebut menjadi subsistemnya.
Dari dimensi sejarah, pertumbuhan dan perkembangan pers dunia, maka kita mengenal beberapa
macam teori atau konsep dasar tentang pers, yang masing-masing mencerminkan sistem sosial dan
sistem politik dimana pers itu berkembang. Fred S. Siebert, Theodore Peterson dan Wibur Schramm
(1963), dalam Four Theories of the Press membedakan teori pers ke dalam: Teori Pers Otoriter,
Teori Pers Liberal, Teori Pers Komunis, Teori Pers Tanggungjawab Sosial. Kemudian, McQuaill
(1987) menambahkan lagi dengan dua teori normatif pers. Yaitu: Teori Pers Pembangunan, dan
Teori Pers Demokratik-Partisipan.
Pasal 17
(1) Masyarakat dapat melakukan kegiatan untuk mengembangkan kemerdekaan pers dan menjamin
hak memperoleh informasi yang diperlukan.
(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa:
a. Memantau dan melaporkan analisis mengenai pelanggaran hukum, etika, dan kekeliruan teknis
pemberitaan yang dilakukan oleh pers.
b. Menyampaikan usulan dan saran kepada Dewan Pers dalam rangka menjaga dan meningkatkan
kualitas pers nasional.
Daftar Pustaka