Anda di halaman 1dari 12

Nama : Indriyani

NIM : B200160023

KELAS :A

REVIEW ARTIKEL

Sebagai Tugas Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan Pemerintah

1. Judul The Impacts of Cash Transfers on Subjective Wellbeing and Poverty: The
Case of Colombia
2. Penulis Daniel Morales Martinez dan Alexandre Gori Maia
3. Jurnal Journal of Family and Economic Issues (2018) 39:616-633
Doi : 10.1007
Vol: 39
4. Abstrak Program bantuan tunai telah menjadi kebijakan sosial yang utama dalam
memerangi kemiskinan dan ketidaksetaraan di Amerika Latin. Makalah ini
menyajikan dampak dari program yang dibuat Pemerintah Kolombia yaitu
Más Familias en Acciónon (jenis program bantuan tunai Pemerintah di
Negara Kolombia) dengan persepsi kemiskinan dan kesejahteraan
subyektif di negara tersebut. Analisis yang dilakukan didasarkan pada data
dari Encuesta Nacional de Calidad de Vidabetween tahun 2008 dan 2016.
Untuk menentukan obyek penerima bantuan, dilakukan perbandingan
antara dua strategi empiris untuk menghitung besarnya keacakan antara
keluarga penerima dan keluarga bukan penerima manfaat. Dua strategi
yang digunakan yaitu desain non-eksperimental (model linear dan non-
linear, dengan data cross-sectional dan pooled), serta desain kuasi-
eksperimental (penyesuaian skor kecenderungan dan penyesuaian
pembobotan probabilitas terbalik).
5. Pendahuluan Conditional cash transfer (CCT) atau bantuan tunai bersyarat adalah salah
satu strategi kebijakan sosial yang dilaksankan pemerintah yang paling
sukses dalam melawan kemiskinan dan ketimpangan di negara-negara
berkembang. Beberapa penelitian telah menyoroti dampak positif dari
program tersebut pada indikator sosial, yang meliputi kesehatan,
pendidikan, gizi anak dan remaja, konsumsi rumah tangga, pekerja anak,
kemiskinan, kerentanan, dan ketidaksetaraan (Burlandy 2007; Cacciamali
et al, 2010; Melo dan Duarte 2010; Rocha 2011; Trevisani dan Jaime
2012). Penilaian terhadap dampak CCT sebagian besar didasarkan pada
indikator objektif, seperti pendidikan, tindakan antropometrik, tingkat
kemiskinan, dan indikator tenaga kerja. Sementara ukuran objektif
digunakan untuk menilai aspek terkait dengan kondisi kehidupan dan
pekerjaan, indikator kesejahteraan subyektif, dan untuk menilai
lingkungan sosial (Gori-Maia 2013; Grable et al 2013). Dalam hal ini
indikator kesejahteraan subyektif akan memberikan informasi mengenai
pengembangan, perencanaan, dan pengevaluasian kebijakan publik yang
ditargetkan untuk mengurangi kemiskinan dan ketidaksetaraan (Van Praag
dan Ferrer-i-Carbonell 2008).
Beberapa penelitian telah menilai dampak yang ditimbulkan CCT pada
indikator kesejahteraan subyektif, menunjukan bahwa CCT akan
meningkatkan kerawanan finansial dan persepsi kemiskinan (Dabalen et
al, 2008). Hasil lain menunjukan dampak positif pada persepsi
kemiskinan, yang menunjukan perubahan pola konsumsi rumah tangga
penerima bantuan tunai pemerintah (Matorano et al, 2014). Di sisi lain,
dampak positif lainnya terkait pelaksanaan program CCT yaitu
peningkatan kepuasan hidup masyarakat, otonomi,dan peningkatan
partisipasi sosial masyarakat (Attah et al, 2016).
Studi yang kami lakukan bertujuan untuk menilai dampak dari program
CCT pada persepsi kemiskinan dan kesejahteraan subyektif di Kolombia.
Kami melakukan analisis terhadap program Más Familias en Acciónon
/jenis program bantuan tunai Pemerintah di Negara Kolombia (MFA),
dengan menggunakan mikro data dari Encuesta Nacional de Calidad de
Vida / Survei Nasional Kualitas Hidup (ENCV) dari tahun 2008 hingga
2016, yang menyediakan basis informasi mengenai kondisi kehidupan,
persepsi kemiskinan, dan indikator subyektif di Kolombia. MFA adlah
komponen terpenting dari sistem promosi sosial di Kolombia, yang
ditujukan untuk memungkinan masyarakat miskin memiliki hak
fundamental dan perlindungan sosial yang sama. Pada tahun 2016,
sebanyak 2,5 juta keluarga menerima insentif berupa uang tunai untuk
kesehatan dan pendidikan, 1,2 juta anak dibawah usia 7 tahun menerima
bantuan kesehatan berupa pembebasan biaya tindakan medis di rumah
sakit, dan 3,1 juta anak usia sekolah mendapat bantuan tunai langsung
untuk pendidikan (DNP, 2017).
Untuk menjelaskan mengenai besarnya keacakan dalam kelompok
keluarga penerima dan keluarga bukan penerima manfaat atas bantuan
tunai pemerintah, Dua strategi yang digunakan yaitu desain non-
eksperimental (model linear dan non-linear, dengan data cross-sectional
dan pooled), serta desain kuasi-eksperimental (menggunakan penyesuaian
skor kecenderungan dan penyesuaian pembobotan probabilitas terbalik).
6. Literatur Implikasi Teori
Penelitian ini bersandar pada teori Attah et al yang menjelaskan bahwa
bantuan tunai dari pemerintah memiliki andil besar terhadap kesejahteraan
subyektif dan persepsi kemiskinan. Dimana bantuan tunai merupakan
startegi pemerintah untuk mengurangi angka kemiskinan yang terjadi di
suatu negara. Penelitian kami berfokus oleh salah satu jenis program
bantuan tunai di Kolombia yaitu Más Familias en Acciónon (MFA). Kami
akan menganalisis tingkat keberhasilan program tesebut dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kolombia, serta menganalisis
apakah dana yang dikucurkan pemerintah tepat pada sasaran (rumah
tangga miskin).
Selanjutnya penelitian ini mendasari kepada penelitian empiris dalam
pengembangan hipotesisnya, menyangkut:
Kesejahteraan Subyektif
Sauders (2003), berdasarkan penelitian yang dilakukan mengemukakan
bahwa kemiskinan dapat memiliki dua makna utama, yang pertama bagi
mereka yang mempelajari tentang kemiskinan, dan makna kedua untuk
mereka yang mengalami kondisi kemiskinan. Pendektan dari makna
pertama tersebut dikenal sebagai kemiskinan obyektif, beorientasi untuk
mendefinisikan garis kemiskinan berdasarkan pendapat secara
fundamental. Selanjutnya, pendekatan untuk makna kedua dikenal sebagai
kemiskinan subyektif. Menganggap bahwa kemiskinan terkait erat dengan
konsekuensi atas kehidupan, dengan fokus pada persepsi individu tentang
kondisi hidup mereka sendiri. Dengan kata lain tindakan obyektif dengan
menganalisis material intrinsik, sedangkan untuk indikator subyektif
menganalisis persepsi tentang realitas individu. Indikator obyektif dan
subyektif dapat digunakan untuk menilai kondisi kehidupan yang terkasit
dengan evaluasi kondisi sosial dan ekonomi. Dalam hal ini, indikator
kesejahteraan subyektif akan memberikan informasi yang penting terkait
dengan mengembangkan, merencanakan, mengevaluasi kebijkan publik
yang ditargetkan untuk mengurangi kemiskinan dan ketidaksetaraan.
Penelitian ini menggunakan unit analisis kesejahterann subyektif dengan
pendekatan Dolan et al. (2011) untuk merekomendasikan penggunaan
indikator kesejahteraan subyektif karena indikator ini memberikan
pemahaman yang lebih luas tentang masalah sosial. Dalam hal ini,
langkah-langkah yang diguanakan untuk mengukur indikator
kesejahteraan publik juga akan digunakan untuk merekomendasikan
kebijakan publik yang dapat membawa perbaikan sosial. Selain itu,
pengukuran indikator indikator kesejahteraan subyektif saling melengkapi,
dan kadang-kadang lebih unggul dari kriteria yang diguanakan untuk
mengevaluasi kebijakan publik karena juga terkait dengan aspek
kelembagaan seperti kualitas tata kelola, ukuran sosial, modal, aturan
hukum, dan struktur nilai-nilai kepercayaan masyarakat.
Kesejahteraan Subyektif dan Conditional cash transfer (CCT) atau
Program Bantuan Tunai Bersyarat
Mengingat bahwa indikator kesejahteraan subyektif sangat penting untuk
dianalisis dan dianggap sebagai alat penting untuk mengevaluasi dampak
kebijakan sosial tentang kemiskinan dan kesejahteraan. Diantara kebijakan
sosial yang ada, kami menyoroti program bantuan tunai bersyarat
/conditional cash transfer (CCT), yang tujuannya adalah memperkuat
sumber daya manusia dengan memberikan bantuan tunai kepada keluarga
yang hidup dalam kemiskinan. Program CCT berkomitmen terhadap
pendidikan, kesehatan, dan nutrisi.
Penelitian sebelumnya yang kami jadikan bahan referensi yaitu, Azevedo
dan Robles (2013), yang berpendapat bahwa program CCT
menggabungkan tujuan redistributif dan struktural. Tujuan redistributif
(langsung) berkaitan dengan pengurangan kemiskinan melalui peningkatan
pendapatan untuk meningkatkan daya beli. Tujuan struktural (strategis)
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan penerima manfaat, serta
berkontribusi untuk mengembangkan modal kepada pada anak-anak dan
remaja dan untuk mengurangi penularan antar generasi dari kemiskinan.
Tujuan-tujuan ini akan tercapai, misalnya, melalui kehadiran anak-anak di
sekolah, akses ibu kelayanan medis anak-anak, dan juga melalui
pemberian imunisasi pada anak-anak.
Penelitian ini, menggunakan kumpulan data dan metode PSM untuk
memperkirakan efek dua program pengentasan kemiskinan tersebut. Hasil
yang didapat yaitu keluarga penerima manfaat menunjukkan tingkat
ketidakpuasan yang tinggi,terutama ketika tinggal di daerah perkotaan.
The Más Familias en Acciónon (jenis program bantuan tunai Pemerintah
di Negara Kolombia)
Arboleda 2014 melakukan penelitian mengenai MFA yang merupakan
program CCT Kolombia yang dirancang pada tahun 2000 untuk
mentutaskan masalah kemiskinan dan ketidaksetaraan dan untuk
berkontribusi pada pembentukan sumber daya manusia. Populasi sasaran
adalah keluarga miskin.
Penelitian ini mendefinisikan kemiskinan menggunakan indeks
multidimensi yang memperkirakan standar hidup setiap penduduk. Selain
itu, semua keluarga dalam situasi kerentanan khusus, yang termasuk
kemiskinan ekstrem, pemindahan paksa oleh konflik bersenjata, dan
masyarakat adat, juga memenuhi kriteria.

Tidak terdapat hipotesis dalam penelitian ini.

7. Metodologi A. Data
Penelitian ini menggunakan mikrodata dari ENCV, antara 2008 dan
2016. ENCV adalah survei rumah tangga yang dilakukan setiap
tahun oleh Departamento Administrativo Nacional de Estadística
[Departemen Administrasi Nasional Statistik] (DANES). Dengan
mengumpulkan informasi tentang karakteristik sosial ekonomi,
kondisi kehidupan, persepsi
kemiskinan, dimensi subjektif kesejahteraan, dan partisipasi keluarga
dalam program sosial. ENCV mencakup seluruh wilayah Kolombia,
yang terbagi dalam sembilan wilayah: Bogotá D.C., Antioquia,
Valle, Atlantic Region, Eastern Wilayah, Wilayah Tengah, Wilayah
Pasifik, San Andrés, dan Orinoquia-Amazonia. Unit analisis adalah
keluarga dengan ukuran sampel rata-rata adalah 20.377 keluarga per
tahun selama periode yang diteliti. Empat indikator subjektif
digunakan sebagai variabel dalam analisis kami ditunjukkan pada
Tabel 1.
Dikelompokkan dalam limadimensi utama yaitu: pendapatan dan
kemiskinan; kemanusiaan ; sosial; pekerjaan dan kesejahteraan;
plasebo. Untuk tiga dimensi pertama (pendapatan dan kemiskinan;
kemanusiaan; sosial) mewakili dampak langsung program MFA,
karena mereka terkait dengan tujuan utama program.
Indikator pekerjaan dan kesejahteraan untuk mewakili dampak tidak
langsung dari program. Meskipun, pada awalnya, MFA tidak
membayangkan dampak tidak langsung ini, namun secara tidak
langsung memengaruhi kemanusiaan dan sosial. Akhirnya, indikator
di dimensi terakhir (plasebo) mewakili dampak yang tidak terduga
dari MFA. Karena bukan dampak signifikan diharapkan indikator
digunakan sebagai plasebo untuk menguji ketahanan hasil.
B. Variabel Kontrol dan Desain Sampel
Rumah tangga Kolombia diklasifikasikan ke dalam enam strata
sosial ekonomi menurut topologi yang didefinisikan oleh Undang-
Undang 142 tahun 1994 dan oleh DANE (2011) terdapat pada (Tabel
2):
(1) rendah-rendah;
(2) rendah;
(3) sedang-rendah;
(4) sedang;
(5) sedang-tinggi; dan
(6) tinggi.
Stratifikasi ini didasarkan pada karakteristik struktural tempat tinggal
dan lingkungan perkotaan atau pedesaan. Ini digunakan untuk
membedakan tarif untuk utilitas publik dan untuk mengalokasikan
jumlah subsisi sosial, untuk keluarga di strata 1, 2 dan 3 adalah target
utama untuk kebijakan sosial. Stratifikasi juga merupakan proksi
untuk indikator multidimensi kemiskinan dan kemiskinan ekstrim
yang digunakan oleh SISBEN.
Strata 1 dan 2 berisi kelompok sosial ekonomi terbesar di Kolombia
(70,5% dari populasi pada 2016). Stratum 1 (31% dari populasi pada
2016), kelompok yang paling rentan, mewakili bagian terbesar
keluarga yang mendapat manfaat dari MFA (68% pada 2008 dan
64% pada 2016). Untuk memastikan perbandingan yang lebih akurat
dari perlakuan untuk kelompok (keluarga MFA) dan kontrol
(keluarga non-MFA), analisis studi ini akan dibatasi untuk Stratum 1.

Tabel 3 menunjukkan karakteristik rata-rata keluarga penerima MFA


dan keluarga non-MFA di Stratum 1 untuk 2008 dan 2016.
Karakteristik yang dipertimbangkan dalam penelitian ini adalah:
pendapatan; infrastruktur rumah tangga; wilayah; seks; usia;
pendidikan; status pekerjaan; status pernikahan; rasio
ketergantungan; dan partisipasi dalam program sosial (MFA dan
lainnya).
Sebagian besar dari variabel-variabel ini telah digunakan dalam
penelitian terkait indikator kesejahteraan subyektif sebelumnya.
Pendapatan per kapita keluarga MFA meningkat sebesar 68% antara
2008 dan 2016, hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan
keluarga non-MFA (51%). Namun, dinamika ini tidak bisa dijelaskan
semata-mata oleh transfer tunai MFA, karena pertumbuhan ekonomi
dan penurunan ketimpangan telah menguntungkanterutama
kelompok sosial termiskin dan paling rentan.
Meskipun demikian, perbedaan antara keluarga MFA dan non-MFA
tetap tinggi: Pada tahun 2016, pendapatan per kapita di Kolombia
kelompok yang terakhir adalah 1,75 kali lebih tinggi daripada yang
sebelumnya.
Pada 2016, tidak ada perbedaan nyata yang diamati antara status
tempat tinggal keluarga penerima dan non-penerima (rumah yang
dimiliki dan disewa). Keluarga didominasi oleh kaum pria, tanpa
perbedaan mencolok antara MFA dan non-MFA (masing-masing
66% dan 68% di tahun 2016).
Persentase pasangan menikah (atau mereka yang memiliki semacam
ikatan atau komitmen afektif) adalah 77% di antara MFA keluarga,
terhadap 62% dalam keluarga non-MFA.
Tingkat pengangguran rendah dan memiliki nilai yang sama dalam
keluarga MFA dan non-MFA (4,7% dan 4,4% pada 2016, masing-
masing). Namun, keluarga MFA memiliki cukup besar rasio
ketergantungan daripada keluarga non-MFA dan cenderung
dipimpin oleh orang-orang dengan tingkat pendidikan yang lebih
rendah.
Meskipun rasio ketergantungan antara 2008 hingga 2016, tinggi,
terutama di kalangan keluarga MFA, namun dari jumlah tanggungan
tahun 2016, keluarga MFA cenderung memiliki jumlah tanggungan
yang lebih rendah. Akses ke layanan publik juga lebih rendah.
Pada 2016, hanya 43% keluarga MFA yang memiliki akses sistem
pembuangan limbah (58% di antara keluarga non-MFA), dan
56% memiliki akses ke pengumpulan sampah (69% di antara non-
MFA keluarga).
C. Metodologi Penelitian
Strategi Empiris
Persamaan yang digunakan untuk mengukur dampak MFA pada
indikator kesejahteraan subyektif:
𝒚𝒊 = 𝒂 + 𝒚𝑻𝒊 + 𝒙′ 𝒊𝜷 + 𝒖𝒊
Dimana:
Yi = mewakili indikator subyektif untuk keluarga I (yi = 1 atau 0,
variabel pada Tabel 1).
Ti = menunjukkan orang yang berpartisipasi (Ti= 1) atau tidak (Ti =
0) dalam program MFA;
𝒙′ 𝒊 = vektor kolom dari variabel kontrol;
𝒂 = intersep
β= vektor koefisien; γ mewakili dampak yang diharapkan program
pada yi dan ui.
Empat strategi digunakan berbeda untuk memperkirakan pengaruh
MFA pada persepsi kemiskinan dan kesejahteraan subyektif (γ). Dua
strategi ini didasarkan pada desain non-eksperimental:
(1) model probabilitas linier (LPM), menggunakan sampel data yang
dikumpulkan;
(2) Probitmodel, dengan sampel cross-sectional independen. Dua
lainnya didasarkan pada desain kuasi-eksperimental:
(3) PSM, dengan independen sampel cross-sectional untuk setiap
tahun; dan
(4) IPWRA untuk setiap sampel cross-sectional. Tujuannya adalah
untuk menganalisis kekokohan estimasi berdasarkan hipotesis yang
berbeda pada jenis hubungan antar variabel yang diminati dan pada
distribusi kesalahan model.
Strategi selanjutnya untuk mengoreksi kurangnya keacakan dalam
kelompok penerima MFA, menggunakan metode PSM. Persamaan
yang digunakan yaitu:

dimana E adalah kontrafaktual dan mewakili


persepsi yang diharapkan akan kesejahteraan bagi yang bukan
penerima manfaat (kelompok kontrol) jika mereka diuntungkan oleh
MFA.
Jadi, mengingat bahwa pemilihan untuk MFA didasarkan pada
kriteria yang telah ditentukan, kita tidak dapat mengasumsikan
penerima dan keluarga yang bukan penerima manfaat adalah pilihan
populasi yang acak.
Ketidakberacakan dari kelompok perlakuan dan kontrol memerlukan
penggunaan metode eksperimen semu untuk memastikan bahwa
keluarga yang menerima dan kelompok kontrol menunjukkan
karakteristik yang sama.
8. Pembahasan Dari hasil pebelitian ini, dapat dinyatakan sebagai berikut:
A. Kecocokan kelompok penerima dan yang tidak menerima MFA
Pertama, kami mencocokkan pasangan homogen MFA dan non-MFA
keluarga per tahun menerapkan PSM. Pencocokan selesai oleh algoritma
kernel nonparametric, yang menyediakan lebih banyak estimasi efisien
dengan membandingkan setiap keluarga yang menerima dengan rata - rata
tertimbang semua keluarga yang tidak menerima (Bernal dan Peña 2011).
Tabel 4
Merangkum jumlah dalam kelompok kontrol dan kelompok penerima
MFA setiap tahun. Setelah pencocokan, perbedaan antara karakteristik
yang dapat diamati dari kelompok perlakuan dan kontrol adalah tidak
signifikan, yaitu, persentase bias reduksi, yang merupakan perbedaan
antara yang karakteristik kelompok perlakuan dan kontrol sebelumnya
dan setelah pencocokan, diharapkan menjadi tinggi (Caliendo dan
Kopeinig 2008; Rosenbaum dan Rubin 1983). Variabel pertama
mengindikasikan pengurangan bias sebesar 50%, menunjukkan
pencocokan yang seimbang (Araújo 2010). Rasio dependensi variabel
pada tahun 2013 tetap dengan signifikan antara rata-rata kelompok
perlakuan dan kontrol setelah pencocokan.
B. Dampak Program MFA

Tabel 5 menunjukkan perkiraan dampak MFA pada indikator subjektif


dari kemiskinan dan pendapatan. Hasilnya memberikan bukti substansial
bahwa program MFA meningkatkan persepsi kemiskinan dan
berkurangnya pendapatan.
Hasil serupa diamati untuk metode yang lain (LPM, Probit, dan IPWRA
C. Efek program MFA pada dimensi
Sumber daya manusia, yang juga mengacu pada dampak langsung dari
Program, ditunjukkan pada Tabel 6.

Perkiraan untuk ketidakpuasan meliputi faktor kesehatan dan pendidikan


adalah negatif dalam beberapa tahun dan tidak signifikan, menunjukkan
bukti moderatbahwa MFA meningkatkan persepsi kesehatan dan
pendidikan.
Estimasi menunjukkan pengurangan antara 2,4 dan 4,2 poin persentase
dalam probabilitas ketidakpuasan. Perkiraan untuk 2010 juga negatif dan
signifikan dalam LPM dan PSM. Selanjutnya , semua metode
mengindikasikan dampak negatif dan signifikan pada pendidikan
ketidakpuasan terjadi pada tahun 2010, 2011, dan 2014 (kisaran
pengurangan antara 2,4 dan 6,5 persen poin).
Di sisi lain, program MFA cenderung dikaitkan dengan ketidakpuasan
yang lebih besar terhadap pangan.
9. Kesimpulan Kesimpulan berdasarkan jurnal penelitian yaitu:
Program transfer tunai menjadi kebijakan utama dalam berjuang melawan
kemiskinan dan ketidaksetaraan di Amerika Latin. Dilakukan analis
dampak dari program MFA di Kolombia pada 14 indikator SWB,
memberikan elemen penting untuk memahami bagaimana respond dari
masyarakat terkait program sosial tersebut. MFA adalah kebijakan sosial
utama untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan pembentukan
modal manusia di Kolombia, menghadirikan lebih dari2,5 juta keluarga.
Sisi negatif dari MFA adalah bahwa program meningkatkan persepsi
kemiskinan dan ketidakpuasan dengan pendapatan keluarga MFA
dibandingkan dengan keluarga non-MFA. Sisi positif atas program
tersebut adalah mengurangi ketidakpuasan terutama pada masalah
kesehatan dan pendidikan.
Persepsi kemiskinan yang lebih tinggi di antara keluarga penerima
manfaat dapat dikaitkan dengan konsep stigma kesejahteraan. Konsep ini
mempertimbangkan implikasi dari tidak adanya harga diri dan adanya
perasaan negatif di antara penerima manfaat manfaat sosial (Chindarkar
2012; Wong dan Lou 2010). Menurut Moffitt (1983), sumber utama
stigma kesejahteraan terletak pada kenyataan menerima manfaat sosial,
bukan dalam jumlah manfaatnya. Ini berarti bahwa stigma kesejahteraan
mungkin terkait dengan dampak psikologis menjadi penerima subsidi
sosial.
Dalam pengertian ini, hasil menunjukkan bahwa keluarga penerima
manfaat, walaupun memiliki kesamaan kondisi sosial ekonomi, namun
mereka cenderung melihat diri mereka lebih miskin daripada rekan non-
penerima, karena mereka bergantung pada subsidi tunai.

10. Critical Review Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, mungkin selanjutnya dapat
dirancang untuk membandingkan temuan-temuan dalam studi ini dengan
temuan-temuan yang berkaitan dengan masalah dana transfer pemerintah
dan kemiskinan. Sebagai bahan koreksi atas data dan hasil dari penelitian.
Ataupun sebagai bahan referensi untuk memperluas informasi. Penelitian
ini untuk selanjutnya gunakan studi longitudinal dalam setting waktu yang
berbeda, dengan metodologi nyang lebih “softer” (misalnya studi kasus).
Data yang diperoleh sebaiknya tidak hanya berdasar pada satu sumber
survei saja, namun diperlukan data dari beberapa lembaga survei untuk
bahan pembanding, dan dapat dicek kebenaran data tersebut.

Anda mungkin juga menyukai