Disusun Oleh :
NO KATA URAIAN
1. ST Elevasi ST elevasi adalah segmen ST berada di atas garis
isoelektrik melebihi 1 mm, artinya otot jantung
sedang mengalami infark yang akut.
2. aVL Lead aVL merekam beda potensial pada tangan kiri
(LA) dengan tangan kanan dan kaki kiri yang mana
tangan kiri bermuatan (+). Menunjukkan bagian
lateral jantung.
3. V1 Menunjukkan bagian anterior jantung. Sadapan V1
ditempatkan di ruang intercostal IV di kanan
sternum.
4. V2 Menunjukkan bagian anterior jantung. Sadapan V2
ditempatkan di ruang intercostal IV di kiri sternum.
5. V3 Menunjukkan bagian anterior jantung. Sadapan V3
ditempatkan di antara sadapan V2 dan V4.
6. V4 Menunjukkan bagian anterior jantung. Sadapan V4
ditempatkan di ruang intercostal V di linea
(sekalipun detak apeks berpindah).
7. V5 Menunjukkan bagian lateral jantung. Sadapan V5
ditempatkan secara mendatar dengan V4 di linea
axillaris anterior.
8. Sindrom coroner Suatu kondisi terjadi penurunan aliran darah ke
akut jantung secara mendadak. Sindrom coroner akut
dibagi menjadi:
1. Infark miokard dengan elevasi segmen ST
(STEMI: ST segment elevation myocardial
infarction)
2. Infark miokard dengan non elevasi segmen
ST (NSTEMI: non ST segment elevation
myocardial infarction)
3. Angina pektoris tidak stabil (UAP: unstable
angina pectoris)
Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari
plak ateroma pembuluh darah koroner yang koyak
atau pecah dan menjadi trombus. Trombus akan
menyumbat liang pembuluh darah koroner, baik
secara total atau parsial. Berkurangnya aliran darah
koroner menyebabkan iskemia miokardium dan
setelah kurang-lebih 20 menit miokardium akan
mengalami infark miokard (PERKI, 2015).
NO KATA URAIAN
1. PEA (Pulse Electric Suatu keadaan dimana masih terdapat aktivitas listrik
Activity) jantung, tanpa disertai respon mekanik jantung
berkontraksi untuk menghasilkan denyut yang teraba
atau tekanan darah yang terukur.
2. Q patologis Jika gelombang Q dalamnya lebih dari 1/3 atau 25%
dari tinggi gelombang R dan lebarnya lebih dari 0.04
detik dinamakan Q patologis. Q patologi
mengindikasikan adanya old MI (Myocardiac
infarction) atau bisa juga acut atau recent MI jika
disertai dengan perubahan morfologis ST segmen
atau T segmen.
2. Main Mapping Penyelesaian Kasus Tersebut Berdasarkan Keperawatan
Pasang infus
5. Pengkajian keperawatan
A. Anamnesis:
1. Biodata & Demografi, meliputi: nama, usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, suku/bangsa, alamat, no RM, tanggal masuk RS, dan Dx. Medis.
2. Keluhan Utama: lokasi, durasi karakteristik, gejala klinis, faktor yang
memberatkan atau yang meringankan. Selain itu, manifestasi klinis umum
penyakit kardiovaskuler: nyeri dada khas jantung, dyspnea, sianosis, sinkope,
palpitasi, edema, ketidaknyamanan epigastik, keletihan.
3. Riwayat penyakit sekarang: sejak timbulnya gejala hingga dibawa ke rumah
sakit. (timbulnya nyeri dada dan dispneu).
4. Riwayat penyakit sebelumnya: penyakit masa anak-anak, infeksi yang pernah
diderita, riwayat imunisasi, hospitalisasi, obstetric, penyakit berat.
5. Riwayat penyakit keluarga: terdapat penyakit pada keluarga dengan gangguan
kardiovaskuler, DM, dll.
6. ADL:
a. Nutrisi: makanan yang dikonsumsi berkolesterol, tinggi natrium, konsumsi
alcohol, adanya riwayat mual muntah.
b. Istirahat & tidur: kebiasaan tidur dalam sehari, adanya kesulitan tidur.
c. Aktivitas: adanya kelelahan, adanya sesak dan nyeri dadi setelah aktivitas.
d. Personal Hygiene: meliputi mandi, kebersihan rambut, mulut, badan, kuku,
pakaian.
7. Psikososial: konsep diri, koping, hubungan dengan sosial.
8. Spiritual: persepsi terhadap penyakit, kebiasaan ibadah.
B. Pemeriksaan Fisik:
1. Penampilan secara umum & tingkat kesadaran: klien berbaring dengan
tenang/tidak, dapat berbaring atau hanya tegak, ekspresi wajah menggambarkan
kesakitan/gagal nafas, klien dapat menjawab pertanyaan tanpa sesak nafas.
2. Vital Sign: TD posisi berbaring, duduk, berdisi, RR, HR.
3. Kepala leher: bagian wajah dikaji mengenai arkus senilis, xante lasma, dan
conjungtiva anemis, pemeriksaan JVP.
4. Thoraks:
a. Inspeksi: lokasi ictus cordis/apical impuls pada dada anterior.
b. Palpasi: pastikan karakter ictus cordis, palpasi pada seluruh dinding dada,
bunyi jantung S2 dapat diraba (show the systemic hipertensi).
c. Perkusi: sela iga 3,4,5 dan sama 5.
d. Auskultasi: S1, S2, suara tambahan, gallop, murmur,
5. Abdomen:
a. Inspeksi: ada tidaknya distensi abdomen
b. Auskultasi: fungsi kardiovaskuler termasuk keseimbangan elektrolit dan
aterosklerosis, bruits aorta terdengar di atas umbilicus.
c. Palpasi: mencari keberadaan asites dan pemberngkakan hati.
6. Ekstremitas: kulit terdapat sianosis, CRT, turgor kulit, suhu, jari tabuh, edema
C. Pemeriksaan Diagonostik:
1. Uji non invasive: EKG, monitor holter, uji latihan fisik, ct-scan, ro thorax, ct
angiografi, mri, pet, ecocard
2. Uji invasive: kateterisasi jantung, uji lab (darah lengkap, enzim jantung
(troponin, CKMB), koagulasi darah, lipid serum, CRP, elektrolit serum, k, na,
ca, mg, s04, glukosa).
6. Diagnosa Keperawatan - Respon frekuensi jantung
Diagnosa keperawatan sindrom abnormal terhadap aktivitas
koroner akut (Nanda 2015-2017): - Perubahan EKG yang
mencerminkan aritmia
1) Nyeri akut perubahan EKG yang
- Peruahan frekuaensi jantung mencerminkan iskemia
- Perubahan frekuensi pernafasan - Ketidaknyamanan setelah
- Diaforesis beraktivitas
- Mengekspresikan perilaku - Dispneu setelah beraktivitas
(gelisah, merengek, menangis) - Menyatakan merasa letih dan
- Sikap melindungi nyeri lemah
- Fokus menyempit
- Melaporkan nyeri secara verbal 4) Gangguan pertukaran gas
- Dilatasi pupil - pH darah arteri abnormal
- Pernapasan abnormal (irama,
2) Risiko penurunan perfusi kecepatan)
jaringan jantung - Warna kulit abnormal (pucat,
- Pembedahan jantung kehitaman)
- Tamponade jantung - Sianosis
- Spasme arteri koroner - Diaforesis
- Kurang pengetahuan tentang - Dispneu
faktor risiko yang dapat diubah - Sakit kepala saat bangun
(merokok, obesitas) - Hiperkapnea
- Diabetes Melitus - Hipoksemia
- Riwayat penyakit arteri koroner - Hipoksia
pada keluarga - Napas cuping hidung
- Hiperlipidemia, hipertensi, - Gelisah
hypovolemia, hipoksemia, - Somnolen
hipoksia - Takikardi
- Gangguan penglihatan
3) Intoleransi aktivitas
- Respon tekanan darah 5) Kelebihan volume cairan
abnormal terhadap aktivitas - Gangguan elektrolit
- Anasarka/edema - Kesedihan mendalam
- Ansietas - Ketakutan
- Azotemia - Gugup berlebihan
- Perubahan tekanan darah - Wajah tegang
- Perubahan pola pernapasan - Peningkatan keringat
- Penurunan hematokrit - Gemetar, tremor
- Penurunan hemoglobin - Suara bergetar
- Dispnea
- Asupan melebihi pengeluaran 8) Defisiensi pengetahuan
- Distensi vena jugularis - Perilaku hiperbola
- Oliguria - Ketidakakuratan mengikuti
- Ortopnea perintah
- Efusi pleura - Perilaku tidak tepat
- Bunyi jantung S3 - Pengungkapan masalah
8. Kaji hasil lab, nilai AGD, elektrolit 8. Klien bisa mendapatkan glikosida
termasuk kalsium jantung&potensial toksisitas ↑ dgn
hipoglikemi
9. Monitor CBC, [Na], kreatinin serum 9. Hasil lab rutin memberi informasi
penyebab gagal jantung &
perkembangan dekompensasi
10. Memberi oksigen sesuai kebutuhan 10. Tambahan oksigen dapat ↑
ketersediaan O2 di jantung
11. Posisikan klen dalam posisi semi fowler 11. Meninggikan kepala tempat tidur
atau posisi yang nyaman dapat ↓ usaha tenaga untuk bernapas
& menurunkan venous return &
preload
12. Cek TD, nadi&kondisi sbl medikasi 12. Penting untuk mengevaluasi seberapa
jatung spt ACE inhibitor, digoxin&β baik klien menoleransi medikasi saat
bloker. Beritahu dokter bila nadi&TD ini
rendah sebelum medikasi
13. Selama fase akut, pastikan klien 13. Gagal jantung dengan pembatasan
bedrest&melakukan aktivitas yang dapat gerakan dapat memfasilitasi
ditoleransi jantung rekompensasi temporer
14. Berikan makanan rendah garam, 14. Rendah garam dapat ↓ n cairan.
kolesterol Rendah kolesterol dapat ↓
atherosclerosis
15. Berikan lingkungan yang tenang dgn 15. Periode istirahat ↓ konsumsi oksigen
meminimalkan gangguan&stressor.
Jadwalkan istirahat stlh makan &
aktivitas
5) Intoleran Aktivitas
1. Menentukan penyebab intoleransi Menentukan penyebab dapat
aktivitas&menentukan apakah penyebab dari membantu menentukan intoleransi
fisik, psikis/motivasi
2. Kaji kesesuaian aktivitas&istirahat klien Terlalu lama bedrest dapat memberi
sehari-hari kontribusi pada intoleransi aktivitas
7) Kurang Pengetahuan
1. Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya 1. Mempermudah dalam memberikan
2. Jelaskan tentang proses penyakit (tanda dan penjelasan pada klien
gejala), identifikasi kemungkinan penyebab. 2. Meningkatan pengetahuan dan
Jelaskan kondisi tentangklien mengurangi cemas
3. Jelaskan tentang program pengobatan dan 3. Mempermudah intervensi
alternatif pengobantan
4. Diskusikan perubahan gaya hidup yang 4. Mencegah keparahan penyakit
mungkin digunakan untuk mencegah
komplikasi
5. Diskusikan tentang terapi dan pilihannya 5. Memberi gambaran tentang pilihan
terapi yang bisa digunakan
6. Eksplorasi kemungkinan sumber yang bisa 6. Mempermudah klien memahami
digunakan/ mendukung penyakitnya
7. Instruksikan kapan harus ke pelayanan 7. Membuat klien terjadwal
memanfaatkan yankes
8. Tanyakan kembali pengetahuan klien tentang 8. Mereview pengetahuan yang sudah
penyakit, prosedur perawatan dan diberikan ke klien
pengobatan
8) Kecemasan
Intervensi Rasional
1. Berikan lingkungan yang nyaman 1. Menurunkan stimulasi yang
berlebihan dapat mengurangi
kecemasan
2. Catat derajat ansietas 2. Pemahaman bahwa perasaan normal
dapat membantu klien meningkatkan
beberapa perasaan control emosi.
3. Libatkan keluarga dalam proses 3. Peran serta keluarga sangat
keperawatan membantu dalam menentukan koping
4. Diskusikan mengenai kemungkinan 4. Menunjukkan kepada klien bahwa dia
kemajuan dari fungsi gerak untuk dapat berkomunikasi dengan efektif
mempertahankan harapan klien dalam tanpa menggunakan alat khusus,
memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga dapat mengurangi rasa
cemasnya.
5. Dukungan dari bebarapa orang yang
5. Berikan support sistem (perawat, memiliki pengalaman yang sama akan
keluarga atau teman dekat dan sangat membantu klien.
pendekatan spiritual) 6. Agar klien menyadari sumber-sumber
6. Reinforcement terhadap potensi dan apa saja yang ada disekitarnya yang
sumber yang dimiliki berhubungan dapat mendukung dia untuk
dengan penyakit, perawatan dan berkomunikasi.
tindakan
9) Gangguan Perfusi Jaringan
Intervensi Rasional
1. Kaji secara komprehensif sirkulasi 1. Sirkulasi perifer dapat menunjukan tingkat
perifer keparahan penyakit
2. Evaluasi nadi perifer dan edema 2. Pulsasi yang lemah menimbulkan
penurunan kardiak output
3. Elevasi anggota badan 200 ataulebih 3. Untuk meningkatkan venous return
4. Ubah posisi pasien setiap 2 jam 4. Mencegah komplikasi dekubitus
5. Dorong latihan ROM sebelum bedrest 5. Menggerakan otot dan sendi agar tidak
kaku
6. Monitor laboratorium (Hb, hmt) 6. Nilai laboratorium dapat menunjukan
komposisi darah
7. Kolaborasi pemberian anti platelet atau 7. Meminimalkan adanya bekuan dalam
anti perdarahan darah
8. Kaji TTV 8. Mengetahui status kardiorespirasi pasien
Daftar Pustaka
Tortoro, G., Derrickson, B. 2012. The Cardiovascular System: The Blood. In: Principles
Of Anatomi And Physiology. 13 th Ed.