Lembaga Dakwah Islam Indonesia LDII
Lembaga Dakwah Islam Indonesia LDII
@AhmadMilki
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), adalah nama baru dari sebuah aliran
keagamaan di Indonesia, yang secara historis mempuunyai hubungan dengan organisasi
keagamaan yang sebelumnya yang bernama Darul Hadist/Islam Jama’ah yang telah dilarang
oleh pemerintah Indonesia. Kehadiran LDII untuk membina anggota Darul Hadist/Islam
jama’ah agar kembali pada jalur Islam arus pertama.1
Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) didirikan di Surabaya pada tanggal, 3 Januari
1972, setelah mengalami perubahan nama dari Lembaga Karyawan Dakwah Islam Indonesia,
yaitu Lemkari, namun dengan nama Organisasi Karatido Indonesia. langkah itu merupakan
realisasi keputusan musyawarah besar IV Lekari di Jakarta 1990. Lemkari itu sendiri
merupakan organisasi baru sebagai wadah kegiatan organisasi Islam Jamaah yang telah
dibubarkan oleh oleh Kejaksaan Agung Pada 1971. Islam Jamaah itu sendiri merupaka nama
baru setelah sebelumnya lebih dikenal dengan nama Darul Hadits, yang telah dibubarkan.
Sementara itu mereka di Jawa Tengah telah pula mendirikan Yakari (Yayasan Karyawan
Islam) pada 1972, untuk tujuan yang sama. Di kemudian hari organisasi ini bergabung
dengan Golkar. Tidak bisa dipungkiri bahwa LDII pada hakikatnya tetap sama dengan ajaran
Islam Jamaah, yang didirikan oleh Nurhasan Al-Ubaidah.2
Perubahan nama Lemkari menjadi LDII, tersebut atas usul Menteri Dalam Negeri agar
tidak rancu dengan salah satu nama organisasi Karate yang bernama Lemkari (Lembaga
Karate-Do Indonesia). Dengan demikian LDII secara resmi dan organisasi memiliki legalitas
yang sah dan di akui/terdaftar di Departemen Dalam Negeri.
Menurut salah seorang pengurus LDII bahwa LDII bukanlah Darul Hadist, Islam
Jamah, tetapi LDII bersama Golkar dengan sayap dakwahnya yaitu Majelis Dakwah Islam
1
Nurihson M Nuh. Aliran/faham keagamaan dan Sufisme Perkotaan, (Jakarta: PuslitbangKehidupan
Keagamaan, 2009), hlm. 91.
2
Abu Su’ud, Islamologi: Sejarah, Ajaran, dan Peranannya Dalam Peradaban Umat Mausia, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2003), Cet. I, hlm. 263
3
Nurihson M Nuh, Op.Cit, hlm. 10.
4
Abdul Aziz dkk, Gerakan Islam Kontemporer di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1989), Cet. I, hlm.
22-24
5
Ibid, hlm. 29-30
6
Khalimi, Ormas-Ormas Islam: Sejarah, Akar Teologi dan Politik (Jakata: Gaung Persada, 2010), h.249-250
7
Nurihson M Nuh, Op.Cit, h. 97-98.
8
Abu Su’ud, Op.Cit, h. 264-165
9
Khalimi, Op.Cit, h. 255-256
7. Taqiyah
Ciri yang tidak pernah luput dari kelompok sesat adalah taqiyah yaitu
menyembunyikan doktrin sesatnya kepada siapapun kecuali kepada mereka yang sudah
resmi dibaiat hingga pada level tertentu, sehingga setiap ada orang yang ingin
melakukan konfirmasi ke pihak mereka atas berita kesesatan ajaran mereka, selalu akan
dipungkiri dengan sekian banyak dalih. Biasanya, apa yang mereka pajang di etalase
adalah hal-hal yang baik, bagus, normal dan biasa saja. Barulah setelah kita masuk
dapurnya, kita baru bisa tahu seperti apa wujud asli kelompok itu.
Tapi biasanya, pihak pimpinan akan memblack-list mereka dan mengatakan bahwa
mereka adalah pengkhianat dan penyebar fitnah karena sakit hati dan seterusnya. Jadi
keterangan dari orang yang sudah tobat itu terkadang tidak mempan, karena para
anggota baru sudah diimunisasi atas info-info kesesatan kelompok mereka.10
10
Ibid, h. 257-258.
10 | T e o l o g i L D I I ( L e m b a g a D a k w a h I s l a m I n d o n e s i a )
Tidak benar. LDII adalah ormas islam yang besar dengan latar belakang warga yang
sangat beragam, dalam bidang pendidikan, profesi, status sosial maupun aspirasi kelompok
keagamaannya, termasuk mereka yang dulunya “dianggap” melaksanakan ajaran Islam
Jama’ah.
adanya orang-orang yang dianggap mantan Islam Jama’ah inilah yang kemudian
menimbulkan citra seolah-olah LDII ini sebagai penerus Islam Jama’ah.
Benarkah warga LDII menganggap kafir orang diluar LDII ?
Tidak benar. Karna siapapun tidak memiliki wewenang untuk menyatakan kekafiran
seseorang, berdasarkan dalil: “barang siapa yang menganggap kafir saudaranya, maka
kekafiran akan berbalik kepada dirinya, jika saudaranya ternyata tidak kafir”.
Benarkah bahwa warga LDII tidak mau sholat di masjid selain di masjid LDII ?
Tidak benar. Warga LDII selalu berusaha tertib dalam menetapi salat lima waktu, dalam
rangka menetapi firman Allah: “Jagalah waktu-waktu solat dan salat yang tengah (Asar)”.
Untuk menetapi kewajiban salat lima waktu tersebut, warga LDII dapat melaksanakan
ibadah salat di masjid, di musholla, atau di tempat-tempat ibadah lainnya. Adapun jika di
lokasi terdekat ada masjid LDII, tentunya wajar saja jika warga LDII tersebut lebih memilih
pergi ke masjid LDII. Hal tersebut semata-mata disebabkan karena di masjid LDII tersebut
dapat diperoleh informasi-informasi mengenai kegiatan organisasi, sekaligus Silaturrahim
dan menambah ilmu.
Benarkah bahwa warga LDII tidak mau bermakmum kepada orang lain ?
Tidak benar. Penetapan imam salat mengikuti tuntunan Rasulullah SAW. : “yang
berhak mengimami kaum adalah yang paling mahir di dalam membaca Al-Qur’an, jika
dalam hal ini sama semua maka yang paling dahulu hijrahnya, jika dalam hal ini sama
semua, maka paling banyak mengetahui sunnahnya, jika dalam hal ini mereka sama semua
maka yang paling tua usianya:. Contoh yang nyata adalah pada saat ibadah haji. Di mekkah
warga LDII salat dibelakang Imam Masjidil Harom. Di madinah warga LDII salat di
belakang Imam Masjid Nabawi. Begitu juga di masjid-masjid lainnya.
Bagaimana sikap LDII terhadap golongan Islam lain ?
Semua golongan Islam adalah bersaudara, sebagaimana sabda Rasulullah: “orang islam
adalah saudaranya orang Islam”.
Sesama golongan islam tidak dibenarkan untuk saling merendahkan, sesuai firman Allah:
“Dan janganlah suatu kaum merendahkan kaum yang lain, barangkali keadaan kaum yang
direndahkan itu lebih baik dari kaum yang merendahkan”.
11 | T e o l o g i L D I I ( L e m b a g a D a k w a h I s l a m I n d o n e s i a )
Apakah LDII menerima masukan dari fihak lain ?
Ya. LDII terbuka terhadap masukan-masukan, baik masukan mengenai masalah
organisasi maupun masalah agama. LDII bahkan secara proaktif mencari masukan-masukan
dari berbagai kalangan. Dalam rangka mencari masukan dalam masalah-masalah
kenegaraan. LDII mengadakan audiensi dengan instansi terikat antara lain: DPR RI, Mabes
TNI, kemudian mengadakan silaturohim dan meminta masukan dari Majelis Ulama
Indonesia (MUI).
LDII juga berkerjasama dengan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif
Hidayatullah, Jakarta dalam rangka memberi pelatihan dakwah kepada para mubaligh-
mubalighot LDII. LDII di daerah-daerah sering mengundang ulama-ulama di luar LDII
untuk memberi ceramah agama. Bagi LDII, segala bentuk masukan adalah merupakan
nasihat yang tidak ternilai harganya.
Mengapa warga LDII menghindari berjabat tangan ketika laki-laki dan perempuan yang
bukan mahromnya ?
Laki-laki dan perempuan yang bukan mahromnya tidak boleh bersalaman, berdasarkan
sabda Rasulullah Saw.: “Niscaya jika kepala salah satu kalian ditusuk dengan jarum besi itu
lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya” dan hadits-hadits lain yang
lebih Shohih.
Apakah yang dimaksud Manqul ?
Manqul berasal dari bahasa Arab naqola-yanqulu, yang artinya adalah pindah. Maka
ilmu yang manqul adalah ilmu yang dipindahkan dari guru kepada muridnya.
Dalam pelajaran tafsir, tafsir Manquul berarti mentafsirkan sesuatu ayat Al-Qur’an
yang lainnya, menafsirkan ayat Al-Qur’an dengan hadis, atau mentafsirkan Al-Qur’an
dengan Shohabat.
Dalam ilmu Hadits, Manquul berarti belajar hadis dari guru yang mempunyai isnad
sampai kepada Nabi Muhammad Saw.12
12
Khalimi, Op.Cit, h. 259-265.
12 | T e o l o g i L D I I ( L e m b a g a D a k w a h I s l a m I n d o n e s i a )
2005 dan menerapkannya dalam segenap aktivitas organisasi. Dari hasil penulusuran
dilapangan bahwa substansi yang paling pokok disosialisasikan dari enam poin yang
menyangkut hubungan warga LDII dengan warga muslim lainya adalah sebagai berikut:
a. Masalah Eksklusivisme
Dalam setiap kesempatan Dewan Pimpinan Daerah LDII Kota Surabaya telah
menyampaikan kepada setiap takmir masjidnya agar masjid-masjid warga LDII di buka untuk
umum.siapa saja orang Islam yang hendak melaksanakan sholat atau mengikuti pengajian
dipersilahkan, selain itu agar setiap warga meningkatkan interaksi sosialnya dengan warga
lain, baik dilingkungan masjid maupun dilingkungan masing-masing, diminta pula agar ikut
aktif dalam kegiatan lingkungan, gotong royong, jika ada tetangga yang mengundang agar
hadir, termasuk aktif membayar pajak, hal demikian dikatakan oleh beberpa pengurus Dewan
Daerah Kota Surabaya bukan hanya dilakukan setelah adanya Rakernas LDII awal tahun
2007 tetapi memang sejak dulu.13
b. Menajiskan/Mengkafirkan Orang diluar LDII
Hal ini dikatakan tidak pernah terjadi karena dalam Agama Islam sepanjang hal itu
tidak bertentangan dengan Al-Quran dan Al-Hadist karena keduanya menjadi rujukan LDII.
Di dalam ajaran Islam diyakini bahwa siapa saja yang mengkafirkann orang lain padahal
orang itu tidak memnuhi kriteria kekafiran maka dia sendiri dicap sebagai kafir, karena
Hadist Rasulullah SAW, yang mengatakan “siapa orang kelimah laailaaha illallaah
Muhammad Rasulullah maka dia adalah seorang mukmin”, jika seandainya warga LDII
menajiskan atau bahkan mengkafirkan orang lain selain warga LDII tentu tidak ada warga
LDII yang mau makann atau berinteraksi dengan warga lainnya selain warga LDII. 14
c. LDII sebagai penerus/kelanjutan dari gerakan Islam Jamah serta mengajarkan
Islam Jamaahh yang telah dilarang oleh pemerintah
Dalam waktu tiga kali pertemuan denga unsur piimpinan Dewann Pimpinann Daerah
LDII Kota Surabaya berkali-kali pula mereka/ Bapak Adi Santoso ketua, membantah bahwa
LDII merupakan penerus Jamah Islamiyah/Darul Hadist, namun demikian beliau mengakui
setelah Islam Jamaah di bubarkan pada tahun 1971, dan berdiri LEMKARI pada tahun 1972
muncul ada dua silang pendapat/kelompok. Kelompok pertama yang tetap mempertahankan
kelanjutan dari Islam Jamaah, kelompok kedua yang melepaskan diri dari keterkaitan dengan
Islam jamaah baik secara organisasi maupun dari segi ajaran.15
13
Nurihson M Nuh, Op.Cit., hlm. 53.
14
Ibid., hlm. 54.
15
Ibid., hlm. 54-55.
13 | T e o l o g i L D I I ( L e m b a g a D a k w a h I s l a m I n d o n e s i a )
d. Sistem Keamiran
Menggunakan atau menganut sistem keamiran yang harus diikuti semua fatwanya.
(Islam Jamaah termasuk sistem keamiran pen). Ini perlu dan ini maslah mendasar yang hars
tetap ada walaupun sekedar ada sistem lama nah orang-orang seperti inilah yang menjadi
binaan LDII.
e. Masjid LDII terbuka untuk umum
f. LDII mengajarkan kepada warganya untuk tidak/ menolak diimami oleh orang
luar warga LDII.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan makalah tersebut kami menyimpulkan bahwa LDII
merupakan aliran atau kelompok islam di indonesia, pendirinya adalah Al-Imam
Nurhasan Ubaidah Lubis Amir, pada awalya organisasi ini bernama Yayasan Lembaga
Karyawan Islam (YAKARI) pada tahun 1972, lalu berganti nama menjadi Lembaga
Karyawan Islam (LEMKARI), lalu berubah menjadi Lembaga Dakwah Islam Indonesia
(LDII) hingga sekarang.
Banyak sekali kontroversi terhadap aliran ini sebagaimana yang sudah dipaparkan
didalam makalah dan bahkan banyak juga yang menyatakan bahwa aliran LDII ini sesat,
hal ini disebabkan karna kesalah pahaman disertai dengan minimnya informasi
masyarakat tentang LDII, masyarakat hanya mengetahui isu-isu terkait doktrin-doktrin
LDII yang dianggap sesat, tanpa mencari tahu kebenarannya. Dan pada pihak LDII pun
membantah isu-isu yang menyebar luas di masyarakat tersebut, salah satunya adalah
melalui situs resmi yang mereka buat. Entah bantahan tersebut hanya untuk Taqiyah atau
menyembunyikan doktrin kesesatannya atau memang LDII tidak sesat seperti isu-isu
yang sudah menyebar di masyarakat saat ini.
Wallahu A’lam.
14 | T e o l o g i L D I I ( L e m b a g a D a k w a h I s l a m I n d o n e s i a )
DAFTAR PUSTAKA
Khalimi, Ormas-Ormas Islam: Sejarah, Akar Teologi dan Politik (Jakata: Gaung
Persada, 2010)
Su’ud, Abu, Islamologi: Sejarah, Ajaran, dan Peranannya Dalam Peradaban Umat
Mausia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. I
Abdul Aziz dkk, Gerakan Islam Kontemporer di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Firdaus,
1989), Cet. I
15 | T e o l o g i L D I I ( L e m b a g a D a k w a h I s l a m I n d o n e s i a )