Anda di halaman 1dari 7

Pembuatan Bioetanol dari Kulit Nenas Menggunakan Enzim Selulase dan Yeast

Saccharomyces Cerevisiae dengan Proses Simultaneous Sacharificatian and Fermentation


(SSF) terhadap Variasi Konsentrasi Inokulum dan Waktu Fermentasi

Dwi Laura Pramita, Elvi Yenie, Sri Rezeki Muria


Laboratorium Rekayasa Bioproses Jurusan Teknik Kimia Universitas Riau
Jl. HR Subrantas Km 12,5 Kampus Bina Widya Panam Pekanbaru 28293
Email : dwilaura.pramita@gmail.com, No. Hp: 085658200632

ABSTRACT

One of potential material that could be the raw material of bioethanol is pineapple
peels. Pineapple peels is one of the biggest agricultural wastes in Indonesia, especially for
Riau Province. Pineapple peels could be raw material for bioethanol production due to
contains of fiber, carbohydrate and glucose. The purposes of this research are for making
bioethanol from pineapple peel by using Simultaneous Sacharification and Fermentation
Process (SSF) for finding the maximum inoculums concentration and the best time for
fermentation process. The variations of inoculums are 5%, 7%, 10%, 12% and 15%. Then the
variations for fermentation time are 2, 3, 4 and 5 days. The consists of bioethanol were tested
by using alcoholmeter. From this research, the highest value of bioethanol is 14% or equal
to 110,502 mg/ml, for variations at 10% inoculums and 4 days fermentation process.

Keyword: Bioethanol; Pineapple peels; Saccharomyces Cerevisiae; Cellulose; SSF

1. Pendahuluan sumber energi alternatif yang mempunyai


Dengan berkembangnya zaman, prospek yang baik sebagai pengganti bahan
kecenderungan pemakaian bahan bakar terus bakar cair dengan bahan baku yang dapat
meningkat sedangkan sumber bahan bakar diperbaharui, ramah lingkungan serta sangat
minyak bumi yang digunakan semakin menguntungkan secara ekonomi makro
menipis. Kebutuhan bahan bakar atau energi terhadap komunitas pedesaan terutama
sekarang ini masih banyak disuplai dari petani. Banyak bahan nabati yang dapat
bahan bakar yang berasal dari fosil. Oleh dijadikan sebagai bahan baku bioetanol,
karena itu, perlu adanya bahan alternatif salah satunya yaitu kulit nenas. Kulit nenas
yang dapat digunakan sebagai pengganti mengandung 43,54% air, 20,87% serat kasar,
minyak bumi. Peningkatan kebutuhan bahan 17,53% karbohidrat, 4,41% protein dan
bakar mendorong kita untuk mencari sumber 13,65% gula reduksi [Wijana dkk, 1991].
bahan baku yang dapat digunakan untuk Dilihat dari jumlah serat kasar, karbohidrat
memproduksi bahan bakar. Saat ini sedang dan glukosa yang dikandung kulit nenas
diusahakan secara intensif pemanfaatan yang cukup tinggi maka kulit nenas
bahan-bahan yang mengandung serat kasar memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai
dengan karbohidrat yang tinggi, dimana bahan baku untuk pembuatan bioetanol.
semua bahan yang mengandung karbohidrat Salah satu metode yang dilakukan untuk
dapat diolah menjadi bahan bakar [Retno, pembuatan bioetanol yaitu dengan proses
2011]. simultaneous sacharificatian and fermentation
Salah satu energi alternatif yang dapat (SSF) atau dikenal dengan proses sakarifikasi
menggantikan sumber energi fosil adalah fermentasi serentak (SFS). Proses SSF yaitu
bioetanol. Bioetanol adalah cairan biokimia kombinasi antara hidrolisis menggunakan
dari proses fermentasi gula dari sumber enzim selulase dan yeast Saccharomyces.
karbohidrat menggunakan bantuan cerevisiae untuk fermentasi gula menjadi
mikroorganisme. Bioetanol merupakan etanol secara simultan. Proses SSF
sebenarnya hampir sama dengan dengan enzim. Pada proses produksi enzim selulase,
proses yang terpisah antara hidrolisis dengan Substrat yang digunakan dalam penelitian ini
enzim dan proses fermentasi, hanya dalam komposisinya mengacu pada komposisi yang
proses SSF hidrolisis dan fermentasi digunakan oleh Carolina (2012). Substrat
dilakukan dalam satu reaktor. Secara singkat dimasukkan ke dalam beaker glass sesuai
reaksi yang terjadi melalui proses variabel (kadar air awal) dengan nutrisi
Simultaneous Sacharification and antara lain: urea, MgSO4.7H2O, KH2PO4,
Fermentation (SSF) [Samsuri, 2007]. dalam media padat. Akuades ditambahkan
SSF dalam substrat dengan perbandingan 1:1. pH
Enzim diatur menjadi 3. Media yang telah
H2O
(C6H10O5)n
selulosa
C6H12O6
glukosa
disterilkan kemudian didinginkan. Kemudian
suspensi spora ditambahkan dan disebar
Fermentasi
(yeast) merata pada media tersebut sesuai dengan
2C2H5OH + 2CO2
inokulum yang diinginkan yaitu 15%, 15%
Etanol karbon dioksida inokulum maksudnya adalah 15 ml spora
dalam 100 gr substrat dengan waktu
Gambar 1.1 Skema reaksi dalam proses fermentasi selama 4 hari. Hasil fermentasi
Simultaneous Sacharification diekstrak dengan penambahan akuades
and Fermentation (SSF) dengan perbandingan 5 bagian akuades per 1
bagian massa. Endapan dan cairan hasil
2. Metodologi fermentasi dipisahkan dengan menggunakan
2.1 Produksi Enzim Selulase centrifuge dengan kecepatan 2500 rpm
Tahap awal pembuatan enzim yaitu selama 15 menit [Carolina,2012].
persiapan bahan baku. Kemudian tahap
selanjutnya yaitu pembuatan starter yang 2.2 Produksi Bioetanol
diawali dengan pembenihan Aspergilus Tahap awal produksi bioetanol yaitu
niger dilakukan pada PDA secara zig-zag persiapan bahan baku kulit nenas. Kulit
dengan menggunakan kawat inokulasi di nenas diblending dengan larutan nutrisi
dalam cawan petri secara aseptik. Mikroba dengan perbandingan 1:2, kemudian
diinkubasi pada suhu ruang selama 120 disterilisasi selama 15 menit pada suhu
jam. Setelah pembenihan proses selanjutnya 121°C. Medium untuk SSF sebanyak 200 ml
penyiapan inokulum dilakukan dalam media dan nutrisi substrat atau medium antara lain
cair (media cair ini terdiri dari kulit nenas, 0,04 gr/L (NH4)2PO4; 0,002 gr/L
(NH4)2SO4 0,25%, KH2PO4 0,2%). Api MgSO4.7H2O dan 0,08 gr/L yeast extract.
bunsen dan kawat ose disiapkan. pH media Tahap selanjutnya yaitu persiapan yeast
cair diatur dengan HCl hingga pH=5. Ujung inokulum. Pembuatan yeast inokulum
kawat ose dicelupkan ke dalam alkohol 96% bertujuan untuk mengadaptasikan sel yeast
lalu dipanaskan pada api bunsen sampai terhadap media fermentasi. Dengan adanya
berwana merah. Biakan Aspergillus niger adaptasi diharapkan fase lambat sebagai
dari media PDA diambil dengan tahap awal fermentasi terlewati.
menggunakan kawat ose sebanyak 1 ose Saccharomyces cerevisiae diinokulasi dalam
untuk 10 ml media cair lalu dicelupkan 150 ml medium (5 gr glukosa; 0,5 gr yeast
beberapa saat pada media cair hingga tampak extract; 0,05 gr KH2PO4; 0,05 gr
keruh. Media cair ditutup dengan kapas dan MgSO4.7H2O dan 0,05 gr (NH4)2SO4,
diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam aquades) dalam erlenmeyer 250 ml. Sebelum
(pekerjaan ini dilakukan di ruang aseptik ), diinokulasi, medium disterilisasi uap dalam
setelah 24 jam dilakukan pengecekan nilai autoclave selama 15 menit pada temperatur
optikal density pada OD = 1 dan panjang 121oC, kemudian didinginkan. Setelah
gelombang maksimum yang diperoleh. dingin yeast dimasukan ke dalam medium
[Carolina,2012]. Selanjutya proses produksi lalu diaduk menggunakan shaker selama 24
jam. Fungsi shaker adalah mempermudah
difusi oksigen ke dalam medium dan menggunakan autoclave. Enzim dan
campuran menjadi homogen. Tahap inokulum ditambahkan setelah media steril
selanjutnya yaitu proses pembuatan dan dingin. Kemudian diaduk dengan
bioetanol dengan metode simultaneous menggunakan shaker dengan kecepatan 200
sacharificatian and fermentation (SSF). rpm selama waktu yang divariasikan. Cairan
Proses sakarifikasi dan fermentasi dilakukan dipisahkan dari sampel dengan proses
serentak dalam satu labu erlenmeyer 250 ml. evaporasi dan dilakukan analisa konsentrasi
Semua bahan kecuali enzim dan inokulum bioetanol yang dihasilkan dengan
disterilisasikan selama 15 menit pada 121°C menggunakan alkoholmeter.
Penyiapan bahan baku
Penyegaran isolat pembuatan enzim

Inokulum

Fermentasi keadaan
Persiapan padat
Bahan Dasar

Sentrifugasi Biomassa
Persiapan yeast
inokulum
Filtrat

Sakarifikasi
Fermentasi
Serentak Enzim Selulase
Suhu ruang, pH =
5

Uji
Bioetanol

Gambar 2.1 Blok Diagram Tahapan Penelitian

3. Hasil dan Pembahasan dilakukan dengan penambahan yeast


3.1 Pengaruh Variasi Konsentrasi Saccharomyces cerevisiae.
Inokulum Terhadap Bioetanol yang Penentuan konsentrasi bioetanol yang
Dihasilkan dihasilkan dari proses fermentasi kulit nenas
Penelitian pendahuluan yang dilakukan dengan alkoholmeter. Hasil
dilakukan adalah pembuatan enzim selulase fermentasi dilakukan distilasi terlebih dahulu
dengan bahan baku kulit nenas dan jamur (metode guymon) untuk memisahkan
aspergillus niger. Untuk kondisi operasi, impuritis dari hasil fermentasi berupa sisa-
peneliti mengikuti kondisi optimum peneliti sisa nutrisi, biomassa dan lain-lain.
sebelumnya yaitu fermentasi pada pH 3, Perolehan konsentasi bioetanol (% v/v) dapat
jumlah inokulum 15% (v/v) dengan waktu dilihat pada Gambar 3.1.
fermentasi selama 4 hari [Carolina, 2012], 16
Inokulum
Konsentrasi Etanol (%v/v)

5%
pembuatan inokulum dan nutrisi untuk 14 Inokulum
proses fermentasi bioetanol. Setelah itu 12 7%
dilakukan pembuatan bioetanol dengan 10 Inokulum
8 10%
metode sakarifikasi dan fermentasi secara 6 Inokulum
12%
serentak, penelitian ini dilakukan untuk 4
Inokulum
menentukan pengaruh konsentrasi inokulum 2 15%
0
terhadap konsentrasi bioetanol yang dihasil 0 1 2 3 4 5 6
dengan variasi konsentrasi inokulum 5%, Waktu Fermentasi (hari)
7%, 10%, 12% dan 15% terhadap volume
substrat. Proses hidrolisis dibantu dengan Gambar 3.1. Hubungan Konsentrasi Inokulum dan
Waktu Fermentasi Terhadap Kadar
enzim selulase dan proses fermentasi Bioetanol %(v/v) yang Dihasilkan.
Dari Gambar 3.1, dapat dilihat grafik yang dipakai untuk perkembangan
hubungan konsentrasi inokulum dan waktu mikroorganisme juga semakin besar,
fermentasi terhadap kadar bioetanol yang sehingga jumlah produk yang dihasilkan
diperoleh. Pada awalnya bertambahnya semakin sedikit. Bioetanol dapat bersifat
konsentrasi inokulum akan meningkatkan racun terhadap mikroorganisme, sehingga
kadar bioetanol hasil fermentasi, hal ini dengan terbentuknya produk berupa
terjadi karena dengan semakin banyaknya bioetanol akan mengakibatkan produktivitas
konsentrasi inokulum (Saccharomyces menurun [Yuni, 2013].
cerevisiae) yang berfungsi sebagai
biokatalisator dalam mengkonversi substrat 3.2 Pengaruh Waktu Fermentasi
(gula) menjadi produk (bioetanol), maka Terhadap Kadar Bioetanol yang
bioetanol yang dihasilkan juga semakin Dihasilkan
banyak [Suyandra, 2007]. Hal ini Waktu fermentasi adalah waktu yang
dikarenakan % konsentrasi inokulum dibutuhkan oleh Saccharomyces cerevisiae
dipengaruhi fase lag (fase adaptasi), dimana untuk mengubah atau memfermentasi
semakin besar inokulum maka semakin glukosa menjadi bioetanol. Pada proses
pendek fase lag sehingga cepat mencapai fermentasi, waktu fermentasi mempengaruhi
fase eksponensial yaitu yeast tumbuh kadar bioetanol yang dihasilkan. Lamanya
dengan sempurna dan mampu beradaptasi waktu fermentasi pada proses produksi
dengan baik, sehingga glukosa dapat bioetanol sangat mempengaruhi kadar
terkonversi dengan maksimal dan mulai bioetanol yang dihasilkan. Semakin lama
terbentuk produk. Fungsi dari pembuatan waktu fermentasi maka semakin tinggi kadar
inokulum adalah mengurangi fase lag, bioetanol yang dihasilkan. Jika bioetanol
sehingga waktu fermentasi semakin cepat yang terkandung didalam substrat tinggi
dan kadar alkohol yang dihasilkan semakin maka hal ini justru akan berpengaruh buruk
besar pula [Sari, 2009]. terhadap pertumbuhan Saccharomyces
Pada Gambar 3.1, dapat terlihat cerevisiae. Oleh karena itu dibutuhkan lama
bahwa kondisi terbaik pada konsentrasi fermentasi yang tepat untuk proses
inokulum 10% menghasilkan kadar fermentasi bioetanol agar didapatkan kadar
bioetanol yang tertinggi yaitu 14% (v/v) etanol dalam jumlah yang tinggi [Azizah,
pada waktu fermentasi selama 4 hari. 2012].
Sedangkan kadar bioetanol yang dihasilkan Pada penelitian ini, variasi waktu
pada kondisi lain yaitu konsentrasi yang dilakukan adalah 2, 3, 4 dan 5 hari pada
inokulum 5%, 7%, 12% dan 15% yaitu berbagai variasi konsentrasi inokulum.
bervariasi pada rentang waktu fermentasi 2 Tujuannya yaitu untuk mengetahui dan
hari sampai 5 hari. Setelah kondisi optimum memperoleh data pengaruh waktu fermentasi
fermentasi tercapai, bertambahnya terhadap kadar bioetanol yang dihasilkan.
konsentrasi inokulum akan menurunkan Pada Gambar 3.2 berikut memperlihatkan
kadar bioetanol hasil fermentasi, hal ini pengaruh waktu terhadap kadar bioetanol
disebabkan karena selain sebagai proses yang dihasilkan pada berbagai konsentrasi
metabolisme yaitu mengkonversi substrat inokulum.
menjadi produk, mikroorganisme juga
membutuhkan sebagian substrat dan nutrisi
untuk pertumbuhan, baik dalam reproduksi
membentuk sel-sel baru maupun
memperbesar ukuran sel, sehingga tidak
semua substrat terkonversi menjadi produk.
Jadi setelah kondisi optimum fermentasi
tercapai, bertambahnya konsentrasi
inokulum menyebabkan jumlah substrat
Konsentrasi Etanol (%v/v) 16 medium fermentasi dan Saccharomyces
14 cerevisiae adalah jamur yang digunakan
12 2 Hari
10
3 Hari
untuk mengubah glukosa menjadi bioetanol.
8
6
Konsentrasi gula sisa, gula yang habis
4 Hari
4 selama proses fermentasi ditunjukkan
2 5 Hari
0 dalam Gambar 3.3.
0 2 4 6 8 10 12 14 16 2000 Inokulum

Kadar Glukosa (mg/ml)


Konsentrasi Inokulum ( % v/v ) 1750 5%
1500 Inokulum
Grafik 3.2 Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap 7%
1250
Kadar Bioetanol Inokulum
1000
10%
750 Inokulum
Dari Gambar 3.2, dapat dilihat waktu 500 12%
fermentasi optimum adalah pada waktu 250 Inokulum
0 15%
fermentasi hari ke-4, dengan menghasilkan 0 1 2 3 4 5
bioetanol tertinggi 14% (v/v). Awalnya Waktu Fermentasi (hari)
semakin lama waktu fermentasi, kadar
Gambar 3.3. Hubungan Konsentrasi Inokulum dan
bioetanol yang dihasilkan juga semakin
Waktu Fermentasi Terhadap
tinggi, akan tetapi setelah kondisi optimum Konsentrasi Glukosa Akhir
tercapai, kadar bioetanol yang diperoleh Dari Gambar 3.3, dapat dilihat grafik
menurun, dan apabila proses fermentasi tetap hubungan konsentrasi inokulum dan waktu
dilanjutkan maka bioetanol yang dihasilkan fermentasi terhadap kadar glukosa akhir
cenderung mengalami penurunan. Hal ini yang diperoleh. Pada waktu fermentasi hari
disebabkan karena substrat yang dikonversi ke-3 kadar glukosa pada penelitian ini
menjadi produk oleh mikroorganisme telah mengalami penurunan. Ini menunjukkan
habis. Adanya penurunan kadar etanol yang bahwa glukosa telah mengalami fermentasi
didapatkan disebabkan karena etanol yang secara sempurna menjadi bioetanol. Namun
dihasilkan berubah menjadi asam-asam pada waktu fermentasi lebih dari 3 hari,
organik seperti asam cuka. kadar glukosa meningkat. Kenaikan jumlah
Menurut Kunaeph [2008], semakin glukosa disebabkan karena kecepatan reaksi
lama waktu fermentasi maka jumlah mikroba dipengaruhi oleh banyaknya selulosa yang
semakin menurun, dan akan menuju ke fase ada. Sementara selulosa semakin lama
kematian karena alkohol yang dihasilkan semakin berkurang disebabkan pecah
semakin banyak dan nutrient yang ada menjadi unit glukosa. Oleh karena itu
sebagai makanan mikroba semakin menurun. kecepatan reaksi semakin lama semakin kecil
Menurut Roukas [1996], penurunan sehingga kenaikan kadar selulosa yang
bioetanol terjadi pada konsentrasi glukosa terhidrolisa persatuan waktu semakin kecil.
berlebih sebagai efek inhibisi substrat dan Hal ini mengakibatkan kenaikan glukosa
produk. yang terbentuk persatuan waktu [Melwita,
2001].

3.3 Konsentrasi Glukosa Akhir dari 4. Kesimpulan


Fermentasi Kulit Nenas Dari penelitian ini, dapat disimpulkan
Setelah proses fermentasi selesai, bahwa bioetanol dapat diproduksi dari bahan
dilakukan analisa terhadap konsentrasi gula baku kulit nenas dengan proses Sakarifikasi
sisa dengan metode Nelson-Somogyi. Tujuan dan Fermentasi Serentak menggunakan
dari analisis ini adalah untuk melihat enzim selulase serta yeast Sacharomyces
efektifitas mikroorganisme dalam cereviceae. Konsentrasi inokulum, waktu
mengkonversi gula (substrat) menjadi fermentasi dan kandungan gula pada kulit
bioetanol (produk). Pada penelitian ini kulit nenas sangat mempengaruhi hasil akhir
nenas digunakan sebagai substrat atau
fermentasi (konsentrasi bioetanol) yang Pemanfaatan Limbah Kulit Nenas
didapat. (Anenas Comosus L Merr) Untuk
Bertambahnya konsentrasi inokulum Produksi Enzim Selulase,
akan meningkatkan kadar bioetanol hasil Skripsi, Universitas Riau, Pekanbaru.
fermentasi, hal ini terjadi karena dengan Kunaepah, Uun. 2008. “Pengaruh Lama
semakin banyaknya konsentrasi inokulum Konsentrasi dan Konsentrasi
(Saccharomyces cerevisiae) yang berfungsi Glukosa Terhadap Aktivitas
sebagai biokatalisator dalam mengkonversi Antibakteri, Polifenol Total dan Mutu
substrat (gula) menjadi produk (bioetanol). Kimia Kefir Susu Kacang Merah”.
Kondisi optimum dari fermentasi kulit nenas Tersedia pada:
dengan menggunakan proses Simultaneous http://pdfsearchpro.com/pengaruh
Sacharificatian and Fermentation (SSF) adalah lama fermentasi dan konsentrasi
pada konsentrasi inokulum 10% dan waktu glukosa terhadappdf. html (April
fermentasi 4 hari. Kadar etanol yang 2011).
diperoleh sebesar 14% (v/v) atau 110,502 Melwita, Elda. 2011.” Ionic Liquid Sebagai
mg/ml. Katalisator Potensial Untuk
Meningkatkan Produksi Biofuel”
5. Saran Fakultas Teknik Universitas
Pada penelitian selanjutnya Sriwijaya. Palembang
diharapkan proses pengerjaan dalam keadaan Retno, D.T. dan W. Nuri. 2011. Pembuatan
Bioetanol dari Kulit Pisang. UPN
steril dan shaker diharapkan tidak pernah
“Veteran” : Yogyakarta.
mati selama proses SSF dan melakukan pre- Roukas T. 1996, “Continuous Bioetanol
treatment terhadap bahan baku seperti Production from Nonsterilized Carob
delignifikasi yang bertujuan untuk Pod Extract by Immobilized
menghilangkan kadar lignin yang terkandung Saccharomyces cerevisiae on
didalam bahan baku. Mineral Kissiris Using A Tworeactor
System”, Journal Applied
Biochemistry and Biotechnolo-gy,
6. Ucapan Terimakasih
Vol. 59, No. 3.
Penulis mengucapkan terimakasih Samsuri, M, dkk, 2007. Pemanfaatan
kepada Ibu Elvi Yenie, ST., M.Eng dan Ibu Sellulosa Bagas untuk Produksi
Sri Rezeki Muria, ST, MP., MSc selaku Ethanol Melalui Sakarifikasi dan
pembimbing yang membantu peneliti selama Fermentasi Serentak dengan Enzim
penelitian ini. . Terima kasih kepada kedua Xylanase. Fakultas Teknik
orang tua dan keluarga yang telah Universitas Indonesia. Depok.
memberikan dukungan dan motivasi selama Sari, R.P.P. 2009. Pembuatan Etanol dari
ini. Terima kasih kepada rekan-rekan Teknik Nira Sorgum dengan Proses
Kimia Angkatan 2009 yang telah banyak Fermentasi. Teknik Kimia
membantu penulis dalam skripsi ini. Universitas Diponegoro, Semarang.
Suyandra D. I. 2007. Pemanfaatan Hidrolisa
Daftar Pustaka Pati Sagu (Metroxylon, sp) sebagai
Azizah, dkk, 2012. Pengaruh Lama Sumber Karbon pada Fermentasi
Fermentasi Terhadap Kadar Alkohol, Etanol oleh Saccharomyces
ph, dan Produksi Gas pada Proses cerevisiae, Skripsi. Fakultas
Fermentasi Bioetanol dari Whey Teknologi Pertanian, IPB.
Dengan Substitusi Kulit Nanas. Wijana S, Kumalaningsih A, Setyowati U,
Institut Pertanian Bogor. Bogor Efendi dan Hidayat N. 1991.
Carolina, Fransiska., 2012, Pengaruh pH “Optimalisasi Penambahan Tepung
dan Inokulum Pada Kulit Nanas dan Proses Fermentasi
pada Pakan Ternak terhadap
Peningkatan Kualitas Nutrisi”.
ARMP (Deptan). Universitas
Brawijaya. Malang.
Yuni, 2013, Pengaruh Variasi pH Pada
Pembuatan Bioetanol dari Pati
Sorgum dengan Proses Sakarifikasi
dan Fermentasi Serentak, Skripsi,
Universitas Riau, Pekanbaru.

Anda mungkin juga menyukai