Anda di halaman 1dari 8

Ejurnal Kurva S Vol 6, No 1 Tahun 2018

Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda


Ejurnal.untag-smd.ac.id

KARAKTERISTIK PASIR LOKAL DAN FLY ASH


TERHADAP KUAT TEKAN BATA BETON

Syahrul

Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda


Jalan Panda Wangi Rt. 2, Arya Kemuning, Sendawar – Kutai Barat, 75776
E-mail : syahrulsipil@rocketmail.com

ABSTRAK

Paving block sering digunakan sebagai konstruksi trotoar, berkembangnya penggunaan material dengan berbagai
variasi, paving block berkembang dan dipergunakan sebagai bagian dari konstruksi seperti penggunaan terminal kontainer,
jalan raya, area parkir, serta area terbuka. Kemudahan untuk dipasang serta dibongkar, perawatan yang mudah dan
pertemuan dari aspek estetika menyebabkan lebih banyak digunakan. Pemanfaatan paving block bisa juga divariasikan
dengan jenis konstruksi untuk permukaan tanah. Paving block memiliki keunggulan terhadap keseimbangan air tanah.
Penelitian dengan variasi fly ash dan pasir Mahakam terhadap kekuatan tekan bata beton (paving block) untuk
memperoleh proporsi campuran pembuatan paving block dan penambahan fly ash kisaran 10%, 15%, 20% hingga uji tekan
bata beton, sesuai spesifikasi bata beton (paving block).
Kualitas paving block bergantung pada bahan – bahan penyusunnya, untuk pembuatan paving block diperlukan bahan
penyusun yang bebas dari bahan – bahan organik seperti halnya dalam pembuatan beton dan tentunya akan memberikan
kualitas paving block sangat baik serta memiliki mutu tinggi sesuai standar yang sesaui SNI. penelitian ini diharapkan
dapat memberikan masukan untuk akademisi sebagai referensi penelitian lanjutan bagi yang berkepentingan serta
mengetahui komposisi campuran pembuatan paving block, baik mutu sedang maupun mutu tinggi dengan metode
perbandingan berat, serta mengetahui perubahan nilai kekuatan bata beton pada variasi penambahan fly ash yang berbeda

Kata kunci : Paving Block, Pasir Mahakam, Fly Ash

1. PENDAHULUAN Kualitas paving block bergantung pada bahan –


Paving block merupakan bahan konstruksi yang bahan penyusunnya, untuk pembuatan paving block
tersusun dari pasir, semen, dan air yang diperlukan bahan penyusun yang bebas dari bahan –
dipemanfaatannya sebagai penutup permukaan tanah bahan organik seperti halnya dalam pembuatan beton dan
agar permukaan tanah tetap stabil dari kerusakan karena tentunya akan memberikan kualitas paving block sangat
beban yang bekerja di permukaan tanah.paving block baik serta memiliki mutu tinggi sesuai standar yang
memiliki bentuk yang beragam seperti model/bentuk, sesaui SNI.
warna, tekstur, ukuran, serta kekuatan. Pemanfaatan Fly ash merupakan limbah dari industri pembangkit
paving block bisa juga divariasikan dengan jenis listrik tenaga uap (PLTU) yang menggunakan batubara
konstruksi untuk permukaan tanah. Paving block sebagai bahan bakarnya, fly ash memiliki butiran halus
memiliki keunggulan terhadap keseimbangan air tanah, yang ringan, bundar, tidak porous serta bersifat
berat paving block relatif lebih ringan dan sangat bagus pozzolanik, (pozzolan mengandung silika dan aluminium
menjadi serapan air dilingkungan rumah, perkantoran, yang bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida
jalan raya, jalan taman, parkiran, dan beberapa pada temperatur biasa membentuk senyawa yang bersifat
penggunaan lainya sehingga ketersediaan air tetap cementitious).
terjaga.
Penelitian pengaruh penambahan variasi fly ash dan 2. TINJAUAN PUSTAKA
pasir Mahakam pada kekuatan tekan bata beton (paving Penelitian Terdahulu
block) untuk memperoleh proporsi campuran pembuatan Rommel. E (2012) dengan judul ”Pemakaian Fine
paving block dan penambahan fly ash kisaran 10%, 15%, Coarse Aggregate Sebagai Bahan Paving Tahan Aus”
20% hingga uji tekan bata beton, sesuai spesifikasi bata hasil penelitian diperoleh kuat aus yang paling baik
beton (paving block). Paving block merupakan bahan (terkecil) diperoleh pada campuran dengan komposisi 1 ;
bangunan yang dikembangkan dari mortar yang 4 ; 3 dengan pemberian pressing 100 kg/cm2 pada umur
memperoleh perlakuan pada proses pembuatannya. perawatan 21 hari, dengan kuat aus pada lapisan atas

7
Ejurnal Kurva S Vol 6, No 1 Tahun 2018
Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
Ejurnal.untag-smd.ac.id

0,046 mm/menit dan lapisan bawah 0,089 mm/menit. bangunan yang dibuat dari campuran semen Portland
Kuat aus pada lapisan atas lebih dipengaruhi oleh variasi atau bahan perekat hidrolis sejenisnya, air dan agregat
pressing, semakin besar pressing yang diberikan maka dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak
didapat kuat aus paving yang semakin kecil. mengurangi mutu bata beton itu. Paving block mulai
Hasil pengujian daya serap paving pada tiap variasi diperkenalkan di Belanda pada awal tahun 1950 untuk
campuran dan variasi pressing menunjukkan nilai yang menggantikan perkerasan bata di jalanan (Van der Vlist
fluktuatif dapat disebabkan karena gradasi paving yang 1980).
homogen (seragam) sehingga menyebabkan pada Paving block dikenal juga dengan sebutan bata beton.
beberapa campuran memiliki nilai absorbsi yang tinggi Pada umumnya, Agregat yang digunakan dalam
dengan nilai absorbsi terbaik sebesar 3,9 % pada campuran paving block adalah agregat halus berupa
komposisi paving 1 ; 4 ; 3 yang diberi pressing sebesar pasir. Paving block dapat berwarna seperti warna aslinya
60 kg/cm2. atau diberi zat warna pada komposisinya dan digunakan
Nugraheni. D.W (2007), dengan judul “Pengaruh untuk halaman baik di dalam maupun di luar bangunan.
Penambahan Tras Mulia Terhadap Kuat Tekan Dan Paving block dibuat dari campuran semi kering
Serapan Air Pada Bata Beton Pejal”. Hasil penelitian dengan rasio air semen kurang dari 0,4. Namun, tidak
yang dilaksanakan diketahui kuat tekan tertinggi pada seperti balok beton pada bangunan, paving block harus
komposisi 0,27 tras ; 1,00 pc ; 5,92 pasir dengan nilai dipadatkan secara penuh agar menghasilkan densitas
tekan sebesar 47,576 kg/cm2. Pada perbandingan yang lebih tinggi. Pemadatan dapat dilakukan dengan
campuran 0,11 tras ; 1,00 pc ; 5,92 pasir menghasilkan proses ditekan (pressing) atau digetarkan (vibrating).
nilai tekan 42,543 kg/cm2. Pada perbandingan campuran Proses pembuatan paving block meliputi penempatan
0,21 tras ; 1,00 pc ; 5,92 pasir menghasilkan nilai tekan beton cair ke dalam cetakan baja. Sebelum diratakan,
43,960 kg/cm2. Pada perbandingan 0,00 tras ; 1,00 pc ; paving block digetarkan dan ditekan (>10 N/mm²).
5,92 pasir menghasilkan nilai tekan 34,525 kg/cm2. Paving block langsung dibuka dari cetakan begitu
Perbandingan 0,32 tras ; 1,00 pc ; 5,92 pasir mengering dan dimasukan ke dalam ruang curing dengan
menghasilkan nilai tekan 39,706 kg/cm2. Perbandingan kelembaban 80%. Biasanya, paving block diberikan
0,37 tras ; 1,00 pc ; 5,92 pasir menghasilkan nilai tekan perawatan curing secara jenuh selama satu jam kemudian
37,445 kg/cm2. Perbandingan 0,43 tras ; 1,00 pc ; 5,92 diberikan perawatan curing di udara terbuka selama 28
pasir menghasilkan nilai tekan 35,347 kg/cm2. hari.
Perbandingan 0,53 tras ; 1,00 pc ; 5,92 pasir Biasanya paving block dibuat dengan cara manual.
menghasilkan nilai tekan 30,836 kg/cm2. Pasir dan semen dicampur untuk bagian utama dalam
Untuk nilai serapan air menunjukkan bahwa semakin dua tahap. Pertama pencampuran dilakukan dalam
banyak jumlah pasta, maka nilai serapan air semakin keadaan kering. Setelah itu, campuran ditambahkan air
meningkat. Serapan air terendah terjadi pada hingga adukan homogen dengan kondisi campuran tidak
perbandingan campuran 0,00 tras ; 1,00 pc ; 5,92 pasir terlalu basah dan tidak terlalu kering. Adukan yang
dengan nilai 14,97 % dan serapan air tertinggi pada sudah tercampur dimasukkan ke dalam cetakan dan
campuran perbandingan 0,53 tras ; 1,00 pc ; 5,92 pasir ditekan dengan pelat besi bertekanan 100 - 125 kg/cm²
sebesar 17,62 %. (Rut Maria BR. Ginting, 2009). Paving block yang
Perdana. G.R (2012), dengan judul “Studi Sifat dikerjakan dengan mesin dan otomatis (preprogrammed)
Mekanik Paving Block Terbuat Dari Campuran hasilnya tentu lebih baik, lebih kuat dan lebih rapat
Limbah Adukan Beton Dan Bahan Tambahan Serat dibandingkan dengan yang manual karena adanya
Ijuk” pada penelitian diperoleh hasil dimana agregat getaran dan pemadatan serta kontinuitas produksi yang
halus daur ulang dari limbah adukan beton memiliki terpercaya (Habibi Aswin, 2004).
persentasi penyerapan air yang tinggi sebesar 23,1527 %.
Penggunaan agregat halus daur ulang dari limbah adukan Klasifikasi Paving Block
beton pada paving block membuat kuat tekan paving Dalam SNI 03-0691-1996 Bata Beton (Paving
block menjadi rendah, mutu paving block berdasarkan Block), paving block dapat diklasifikasikan menjadi 4
SNI 03-0691-1996 bata beton (paving block), hanya macam berdasarkan mutunya, yaitu:
tergolong sebagai mutu D, penggunaan serat ijuk sebagai 1. Paving block mutu A, digunakan untuk jalan
bahan tambahan pada paving block dapat meningkatkan 2. Paving block mutu B, digunakan untuk peralatan
kuat tekan dan kuat lentur paving block, penyerapan parkir
paving block yang menggunakan agregat daur ulang dari 3. Paving block mutu C, digunakan untuk pejalan kaki
limbah adukan beton sangat tinggi, melewati batas 4. Paving block mutu D, digunakan untuk taman dan
maksimal mutu D, semakin banyak penggunaan serat penggunaan lain
ijuk pada campuran paving block, membuat adonan Ada beberapa syarat mutu yang harus dipenuhi pada
campuran paving block mengumpal dan sulit tercampur. sebuah paving block. Syarat mutu tersebut berdasarkan
SNI 03-0691-1996 Bata Beton (Paving Block). Syarat-
Paving Block syarat tersebut adalah :
Paving block adalah suatu komposisi bahan 1. Sifat Tampak

8
Ejurnal Kurva S Vol 6, No 1 Tahun 2018
Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
Ejurnal.untag-smd.ac.id

Paving block harus mempunyai permukaan yang rata, oksida. Senyawa-senyawa tersebut berinteraksi satu
tidak terdapat retak-retak dan cacat, bagian sudut dan dengan yang lain di dalam tempat pembakaran
rusuknya tidak mudah dirapihkan dengan kekuatan membentuk sebuah produk yang lebih kompleks, dan,
jari tangan. terpisah dari residu kecil dari kapur yang tidak tercampur
2. Ukuran yang tidak memiliki cukup waktu untuk bereaksi, akibat
Paving block harus mempunyai ukuran tebal nominal dari kesetimbangan kimia yang telah tercapai. Namun,
minimum 60 mm dengan toleransi ± 8% . kesetimbangan tidak didapat dari proses pendinginan dan
3. Sifat Fisika tingkat pendinginan dapat mempengaruhi derajat
Paving block harus mempunyai sifat-sifat fisika pengkristalan dan keberadaan amorf material pada
seperti Tabel 1 di bawah ini. klinker yang didinginkan. Property dari amorf material
4. Ketahanan Terhadap Natrium Sulfat tersebut sangat berbeda dengan senyawa kristalisasi dari
Paving block apabila diuji dengan Natrium Sulfat komposisi kimia yang sama secara nominal. Empat
tidak boleh cacat, dan kehilangan berat yang senyawa yang biasanya dianggap sebagai komponen
diperkenankan maksimum 1 %. Pada umumnya, utama semen seperti pada Tabel 2.
paving block memiliki ketebalan sekitar 6 cm sampai Semen Portland yang diproduksi di Indonesia dibagi
8 cm dengan toleransi ± 2 cm untuk ukuran bidang menjadi lima jenis, yaitu tipe I, II, III, IV, dan V.
dan ± 3 mm untuk ukuran tebal. Bentuk paving block Perbedaan dari kelima jenis semen tersebut adalah untuk
bervariasi berdasarkan keperluannya. mencapai tujuan atau target bangunan tertentu. Tipe –
tipe semen yang digunakan di Indonesia adalah sebagai
Tabel 1. Sifat Fisik Paving Block berikut :
Penyerapan a. Semen Tipe I, adalah semen yang paling sering
Kuat Tekan Ketahanan digunakan untuk bangunan dan tidak memerlukan
Air Rata-
(MPa) Aus persyaratan-persyaratan tertentu seperti jenis yang
Mutu Rata Maks
lainnya
Rata- Rata- Min % b. Semen Tipe II, merupakan modifikasi semen tipe I
Min
rata rata dengan maksud untuk meningkatkan ketahanan
A 40 35 0,09 0,103 3 terhadap sulfat dan menghasilkan panas hidrasi yang
lebih rendah. Semen jenis ini biasanya digunakan
B 20 17 0,13 0,149 6 untuk bangunan yang terletak di daerah dengan tanah
C 15 12,5 0,16 0,184 8 berkadar sulfat rendah. Semen ini memiliki
kandungan C3A yang rendah.
D 10 8,5 0,219 0,251 10 c. Semen tipe III, adalah semen yang cepat mengeras.
Sumber : SNI 03-0691-1996 (Paving Block) Bata Beton Beton yang menggunakan semen tipe ini akan cepat
mengeras. Kekuatan yang dicapainya dalam 24 jam
Bahan Pembentuk Paving Block setara dengan kekuatan beton dari semen biasa dalam
Semen 7 hari. Dan dalam 3 hari kekuatan tekannya akan
Semen adalah sebuah material dengan properti yang setara dengan kekuatan tekan beton dengan semen
bersifat adhesif dan kohesif yang membuatnya dapat biasa dalam 28 hari. Semen ini memiliki kandungan
mengikat mineral menjadi satu kesatuan. Untuk tujuan C3A yang tinggi.
konstruksi, semen digunakan untuk mengikat material d. Semen tipe IV, merupakan semen portland yang
yang digunakan seperti batu, pasir, bata, dan lain-lain. dalam penggunaannya memerlukan kalor hidrasi
Dalam dunia konstruksi, semen yang sering rendah. Semen ini memiliki kandungan C3S dan C3A
digunakan adalah jenis semen Portland atau biasa yang rendah.
disebut Portland Cement (PC). Nama ini diambil dari e. Semen tipe V, biasanya digunakan untuk melindungi
suatu daerah di Inggris yang memiliki batuan kapur terhadap korosi akibat air laut, air danau, air
berwarna sama dengan semen. Semen Portland terdiri tambang, maupun pengaruh garam sulfat pada air
dari komposisi utama berupa kapur, silika, alumina dan tanah. Semen tipe ini memiliki resistansi terhadap
besi oksida. sulfat yang lebih baik dibanding semen tipe II.
Proses pembuatan semen secara garis besar terdiri
dari penghancuran bahan baku, mencampur bahan Tabel 2. Senyawa Komponen Utama Semen
tersebut menjadi satu kesatuan dengan proporsi tertentu Nama
dan membakarnya di sebuah tempat pembakaran Senyawa Komponen Oksida Singkatan
berputar dengan temperatur sekitar 1400˚C dan bahan-
bahan tersebut sebagian menyatu menjadi bola-bola yang Tricalsium
3CaO.SiO2 C3S
disebut klinker. Klinker tersebut didinginkan dan Silicate
ditumbuk menjadi bubuk halus, dengan ditambahkan Dicalsium
gipsum. 2CaO.SiO2 C2S
Silicate
Seperti yang disebutkan di atas, semen memiliki
komposisi utama berupa kapur, silika, alumina dan besi
9
Ejurnal Kurva S Vol 6, No 1 Tahun 2018
Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
Ejurnal.untag-smd.ac.id

Tricalcium termasuk seluruh pori-pori yang terkandung di


3CaO.Al2O3 C3A dalamnya.
Aluminate
Pengujian berat jenis agregat dilakukan dengan
Tetracalsium standar ASTM C 128-04.
4CaO.Al2O3.Fe2O3 C4AF
Aluminoferit b. Berat isi, adalah massa agregat dibagi volume
agregat. Pengujian berat isi agregat dilakukan dengan
Agregat standar ASTM C 29/29M-97.
Agregat adalah material pengisi beton. Agregat c. Rongga Udara (Void), menggambarkan jumlah
biasanya berupa batuan dan pasir yang saling terikat oleh udara yang terdapat pada spasi partikel agregat
semen dan mengisi rongga-rongga dalam beton. Sebesar d. Penyerapan Air (Absorption), adalah kemampuan
± 70% material pembentuk beton adalah agregat. Oleh agregat untuk menyerap air dari kering mutlak
sebab itu kualitas agregat sangat menentukan kualitas menjadi keadaan SSD. Penyerapan air dipengaruhi
beton. Agregat juga digunakan sebagai bahan pengisi oleh banyaknya pori, diameter pori, serta kontinuitas
pada paving block. pori. Agregat yang memiliki porositas tinggi, lubang
Ukuran agregat yang digunakan pada campuran pori yang besar dan lubang porinya menerus
beton biasanya bervariasi dari ± 10 mm hingga lebih penyerapannya akan tinggi. Agregat dengan tingkat
kecil lagi. Ukuran agregat yang digunakan harus penyerapan yang tinggi akan memiliki daya rekat
bergradasi baik dari yang paling besar hingga yang dengan semen yang tinggi. Tetapi, makin tinggi
paling kecil. Dalam penggunaannya, agregat dibagi penyerapannya akan membuat mineral mudah larut
menjadi agregat kasar dan agregat halus. dalam air. Pengujian penyerapan pada agregat
Agregat kasar yang digunakan dalam beton biasanya dilakukan berdasarkan standar ASTM C 128-04,
berupa batu pecah atau kerikil. Batuan tersebut dilakukan bersamaan dengan pengujian berat jenis
memberikan kekuatan pada beton untuk menahan beban agregat.
struktur. Agregat kasar akan mengisi bagian dalam beton e. Gradasi, adalah proporsi dari partikel yang
dan terikat satu sama lain dengan semen. Agregat kasar didistribusikan pada range - range ukuran tertentu.
memiliki ukuran minimal atau lebih besar dari 5 mm atau Gradasi dapat diperoleh dengan menggunakan
3/16 in dan tertahan saringan no.4 ASTM. analisa saringan. Modulus kehalusan adalah angka
Agregat halus yang digunakan dalam beton biasanya yang diperoleh dengan menjumlahkan persen
berupa pasir. Pasir tersebut akan mengisi rongga-rongga tertahan setiap saringan dibagi 100. Modulus
kosong di antara agregat kasar dalam beton. Hal ini akan kehalusan agregat biasanya berkisar antara 2,0 – 4,0.
membuat beton menjadi padat dan tidak terjadi rongga Semakin besar nilai modulus kehalusan menunjukkan
kosong dalam beton. Agregat halus memiliki ukuran bahwa butiran agregat semakin kasar. Dan sebaliknya
yang tidak lebih besar dari 5 mm atau 3/16 in dan lolos makin kecil nilai modulus kehalusan menunjukkan
saringan no.4 ASTM. bahwa butiran agregat semakin halus. Gradiasi
Berdasarkan sumber dan proses pembuatannya, agregat pada campuran beton didapat dari uji analisa
agregat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu agregat saringan agregat dengan standar ASTM C 136-5.
mineral alam dan agregat mineral buatan. Agregat
mineral alam adalah agregat yang langsung digunakan Air
dari alam, misalnya pasir dan kerikil. Sedangkan agregat Air diperlukan sebagai bahan pembentuk beton dan
mineral buatan adalah agregat yang didapat dari hasil mortar untuk hidrasi semen dan membasahi butiran-
penghancuran batu induk, seperti pasir buatan dan batu butiran agregat agar mempermudah proses pencampuran
pecah. Beberapa karakteristik agregat sebagai bahan bahan beton. Air juga dibutuhkan untuk reaksi
campuran beton yang perlu diketahui adalah : pengikatan pada beton. Selain itu, air digunakan untuk
a. Berat jenis, pada agregat terdapat tiga macam, yaitu : masa perawatan beton setelah pengecoran. Beton yang
Absolute Specific Gravity, yaitu perbandingan antara telah jadi akan direndam dalam air atau disiram secara
berat agregat dalam keadaan kering dengan air murni berkala. Proses perawatan tersebut dikenal dengan istilah
yang sama dengan volume agregat. Termasuk volume curing.
pori-pori yang tidak tembus air dan tidak termasuk Dalam perhitungan campuran beton atau paving
volume pori-pori kapiler yang dapat terisi air. block, perbandingan jumlah air dan dan jumlah semen
Saturated Surface Dry (SSD), yaitu perbandingan sangat berpengaruh dengan kekuatan dan proses
antara berat agregat pada keadaan jenuh kering muka pencampuran beton. Perbandingan tersebut dikenal
dengan berat air murni yang sama dengan volume dengan sebutan water-cement ratio (W/C). Perbandingan
agregat. Termasuk volume pori-pori yang tidak tersebut dinyatakan dalam jumlah berat air (kg) dibagi
tembus air dan tidak termasuk volume pori-pori jumlah berat semen (kg) dalam adukan beton. Semakin
kapiler yang dapat terisi air. sedikit air yang digunakan, semakin besar kekuatan
Apparent Specific Gravity, yaitu perbandingan antara beton tetapi semakin sulit dalam proses pencampuran.
berat agregat dalam keadaan kering mutlak dengan Sedangkan semakin besar air yang digunakan, semakin
berat air murni yang sama dengan volume agregat kecil kekuatan beton tetapi akan semakin mempermudah

10
Ejurnal Kurva S Vol 6, No 1 Tahun 2018
Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
Ejurnal.untag-smd.ac.id

dalam proses pencampuran. 1 Jumlah Oksida 70


Kualitas air perlu diperhatikan karena kandungan SiO2+Al2O3+Fe2O3 minimum
kotoran yang ada di dalamnya akan mempengaruhi mutu 2 SO3 Maksimum 5
beton dan mengurangi kekuatan beton. Selain dilakukan
pemeriksaan visual dalam kejernihannya, perlu 3 Hilang Pijar maksimum 6
dilakukan pemeriksaan mengenai kandungan bahan- 4 Kadar Air Maksimum 3
bahan perusak seperti asam, alkali, bahan-bahan organik,
dan lain-lain. Secara umum, air yang baik digunakan 5 Total Alkali di Hitung Sebagai 1,5
sebagai bahan campuran beton adalah air yang layak Na2 O Maksimum
diminum, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Sumber : SK SNI S – 15 – 1990 – F
Menurut Patodiya (1992), fly ash dibedakan menjadi
Fly Ash dua (2) jenis berdasarkan kandungan CaO nya, dan
Fly ash didefinisikan sebagai sisa pembakaran komposisi kimia Fly ash tersusun dari Silica (SiO2••),
dari serbuk batu bara yang sangat halus pada pabrik Alumina (Al2O•3•), Oksida Besi (Fe2O3), Oksida
pembangkit panas yang dikeluarkan dari ruang Kalsium (CaO), Oksida Magnesium (MgO), dan Sulfur
perapian suatu ketel uap gas buang. Fly ash Trioksida (SO3) (ACI Committee 226).
yang dihasilkan merupakan partikel halus yang a. Kelas C, Fly ash kelas C memiliki kandungan oksida
berukuran < 1 µ m . kalsium (CaO) cukup tinggi yaitu lebih dari 10%. Fly
Fly ash digunakan pada beton dapat sebagai material ash ini berasal dari pembakaran lignite atau
terpisah atau sebagai bahan dalam campuran semen subbitumen batu bara. Sebagian besar batu bara
dengan tujuan untuk memperbaiki sifat – sifat beton dan Indonesia termasuk lignite (56,63%) dan subbitumen
dilihat dari faktor ekonominya fly ash mengandung kadar batu bara (26,63%). Berat jenisnya sekitar 2,31 – 2,86
silica oksida sebesar 60% dan berwarna putih keabu – ton/m³. Senyawa lain yang dikandungnya adalah
abuan. SiO2 (30 - 50%), Al2O3 (17 - 20%), Fe2O3, MgO,
Fungsi fly ash sebagai bahan aditif dalam beton Na2O, dan sedikit K2O. Karena memiliki kandungan
bisa sebagai pengisi (filler) yang akan menambah kalsium yang tinggi maka fly ash jenis ini memiliki
internal kohesi dan mengurangi porositas sebagai sifat sebagai pozzolan, dapat bereaksi dengan air
daerah transisi yang merupakan daerah terkecil membentuk CSH2, kalsium hidroksida, dan
dalam beton, sehingga beton menjadi lebih kuat. etteringite yang mengeras seperti semen.
Pada umur sampai dengan 7 hari, mekanisme fisik b. Kelas F, Kandungan oksida kalsium (CaO) fly ash
fly ash akan memberikan kontribusi terhadap kelas F rendah, yaitu kurang dari 10%. Fly ash ini
perubahan kekuatan yang terjadi pada beton, berasal dari pembakaran antrasit atau bitumen batu
sedangkan pada umur 7 sampai dengan 28 hari, bara. Batu bara Indonesia yang termasuk bitumen
penambahan kekuatan beton merupakan akibat dari batu bara sebesar 14,38% dan hanya sebagian kecil
kombinasi antara hidrasi semen dan reaksi merupakan antrasit. Senyawa lain yang dikandung fly
pozzolan. ash kelas F adalah SiO2 (45 - 60%), Al2O3 (20 -
Menurut SK-SNI S-15-1990-F spesifikasi abu 28%), Fe2O3, MgO, K2O, dan sedikit Na2O. Fly ash
terbang (fly ash) sebagai bahan tambahan untuk kelas F ini juga mempunyai sifat sebagai pozzolan
campuran beton, abu terbang (fly ash) hasil pembakaran namun tidak bereaksi langsung dengan air karena
batu bara digolongkan menjadi 3 jenis abu terbang, yaitu CaO-nya sedikit, sehingga kandungan Ca(OH)2 yang
: dihasilkan lebih sedikit daripada fly ash kelas C.
a. Kelas F : Abu terbang (fly ash) yang dihasilkan Persyaratan fisika abu terbang menurut SK-SNI S-
dari pembakaran batu bara jenis antrasit dan 15-1990-F dapat dilihat pada Tabel 4.
bituminous.
b. Kelas C : Abu terbang (fly ash) yang dihasilkan Tabel 4. Persyaratan Fisika Abu Terbang
dari pembakaran batu bara jenis lignite dan
subbituminous. No Sifat Fisika Data
c. Kelas N : Pozzolan alam, seperti halnya tanah 1 Berat Jenis 1,99 – 2,40 gr / c m2
diatome, shale, tufa, abu gunung berapi atau
pumice. 2 Kehalusan Butiran 163,25 – 227,19 m2/kg
Persyaratan kimia Abu terbang menurut SK- 3 Kadar Air 0,55 – 4,6 %
SNI S-15-1990-F dapat dilihat pada Tabel 3 di
bawah ini.

Tabel 3. Persyaratan Kimia Abu Terbang 3. METODE


Alur Penelitian
Kadar
No Senyawa
%
Mulai

11
Ejurnal Kurva S Vol 6, No 1 Tahun 2018
Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
Ejurnal.untag-smd.ac.id

Tabel 5. Jumlah Specimen Paving Block


Penyiapan Bahan No Type Specimen Jumlah
Fly Ash 0 %
1 24
Umur 3, 7, 14, 28 hari
Fly Ash 10 %
1. Air 2 24
Umur 3, 7, 14, 28 hari
2. Semen Fly Ash 15 %
3 24
3. Fly Ash Umur 3, 7, 14, 28 hari
- Pengujian berat isi Fly Ash 20 %
4 24
4. Agregat Halus Umur 3, 7, 14, 28 hari
- Analisa saringa Total 96
- Kadar air
- Kadar lumpur + Lempung
- Berat isi Penentuan Komposisi Campuran
Komposisi rancangan specimen menggunakan analisa
perbandingan berat 1 : 4 campuran semen dan pasir.
Perancangan campuran Analisa dengan meninjau berat jenis dan berat isi masing
– masing bahan campuran sehingga diketahui jumlah
berat bahan semen dan pasir pada pengandukan
campuran, adapun jumlah berat fly ash ditentukan
Pembuatan Sampel dengan meninjau berat semen berdasarkan persen
penambahan pada campuran paving block.

Penentuan Faktor Air Semen


Pengujian Sampel Menentukan faktor air semen pada campuran paving
block diketahui berdasarkan mutu, untuk mutu tinggi
nilai fas berkisar 0,3 – 0,5. untuk mutu sedang 0,6 – 0,8.
dan mutu rendah semakin besar nilai faktor air semen.
Analisa Hasil Beberapa sumber menyatakan bahwa nilai faktor air
semen biasanya berkisar 5 – 7 berdasarkan jurnal mix
design for concrete block paving. Umumnya di Indonesia
penggunaan faktor air semen pada paving block berkisar
Selesai di bawah 0,4.

4. PEMBAHASAN
Gambar 1. Bagan Alir Penelitian Pemeriksaan Agregat
Dari hasil pemeriksaan laboratorium untuk sifat fisik
Parameter Penelitian agregat halus serta bahan tambah (fly ash) dapat dilihat
Pada pelaksanaan penelitian ini parameter uji yang pada Tabel 6.
dilaksanakan adalah pengujian sifat fisik bahan penyusun .
paving block, agregat halus dan fly ash berdasarkan pada Tabel 6. Hasil Pengujian Agregat
SNI – 03 – 0691 – 1996 dan SII – 0819 – 83, dengan No Pengujian Hasil Syarat
meninjau penggunaan metode eksperimen komposisi Agregat Halus
campuran. Analisa selanjutnya dengan meninjau 1 Berat isi 1,408 -
parameter Properties paving block serta membandingkan 3 Berat jenis 2,670  2,5
spesifikasi komposisi campuran. 4 Penyerapan 2,272 ≤3
5 Kadar air 1,291 -
Rancangan Specimen 6 Kadar lumpur dan lempung 1,503 -
Setelah keseluruhan bahan penelitian diuji dan telah
7 Berat isi fly ash 0,671  2,5
memenuhi syarat, maka di laksanakan percobaan yang
akan memberikan hasil untuk dilakukan analisis. Hasil pengujian agregat di laboratorium pada Tabel
Variasi specimen dibuat berdasarkan berat semen, 6 memenuhi persyaratan berdasarkan spesifikasi
pasir, air, serta penambahan persentasi fly ash campuran paving block.
berdasarkan berat semen, maka variasi dan tipe serta
jumlah total rancangan specimen ditampilkan pada Tabel Penentuan Komposisi Campuran Paving Block
5. Pada penentuan campuran dibuat dengan beberapa
variasi berdasarkan persentasi penambahan fly ash 0%,

12
Ejurnal Kurva S Vol 6, No 1 Tahun 2018
Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
Ejurnal.untag-smd.ac.id

10%, 15%, dan 20% dengan meninjau berat semen.


Penentuan komposisi perbandingan berat campuran
paving block untuk mengetahui jumlah bahan dalam
campuran. Sehingga akan memberikan pembagian berat
yang ideal dalam penggunaan 1 m3. Komposisi
campuran untuk 24 specimen setiap variasi persen
campuran fly ash terlihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Variasi Komposisi Campuran Paving Block


Agregat Fly Gambar 4. Grafik kuat tekan paving block umur 14 hari
Semen Air Jumlah
No Halus Ash
(Kg) (Liter) (Buah)
(kg) (%)
Perbandingan 1 : 4 28 Hari
F A S 0,3 14

1 79,95 17,03 0 5,11 24 12 12.13

2 79,95 15,33 10 5,11 24 10 9.96


9.36
3 79,95 14,48 15 5,11 24 8.53
8
4 79,95 13,63 20 5,11 24 6
28 Hari

4
Pengujian Kuat Tekan 2
Dalam beberapa variasi campuran (specimen)
0
penentuan komposisi campuran merupakan parameter 0% 10% 15% 20%
yang harus diketahui agar dalam pencampuran komposisi
memberikan kinerja yang bagus untuk hasil akhir. Gambar 5. Grafik kuat tekan paving block umur 28 hari
Hasil pengujian kuat tekan paving block dengan
variasi bahan tambah fly ash 0 % , 10 %, 15 %, dan 20 % Sifat Fisik Bahan Campuran
pada umur 3 hari dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar Data hasil pengujian terhadap bahan penyusun
3. Gambar 4. dan Gambar 5. campuran Paving Block yaitu, agergat halus, bahan
tambah (fly ash) dan semen. Secara uji sifat karakteristik
bahan memenuhi syarat spesifikasi.
3 Hari
Dari hasil uji yang terlihat pada Tabel 6 bahwa
9
8.87 agregat memiliki nilai berat jenis dan penyerapan yang
8.5 memenuhi standar spesifikasi yang ada. Kondisi tersebut
8.35
8.23 akan memberikan pengaruh terhadap karakteristik
8 campuran paving block berupa kepadatan.
3 Hari
7.63
7.5
Karakteristik Paving Block
7 Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa jumlah
0% 10% 15% 20% campuran Fly Ash sebesar 10% adalah hasil kuat tekan
tertinggi. Sama seperti beton, semakin lama umur paving
Gambar 2. Grafik kuat tekan paving block umur 3 hari
block saat diuji, kuat tekan paving block tersebut juga
akan bertambah. Hal ini disebabkan oleh kandungan
kimia semen yang semakin bereaksi dan mengikat
7 Hari agregat seiring dengan bertambahnya umur paving block.
9.5
Kondisi fisik paving block menjadi semakin keras karena
9 9.02 seiring dengan bertambahnya umur paving block.
8.64 Berdasarkan SNI 03-0691-1996 Bata Beton ( Paving
8.5 8.45

8
Block ), paving block dengan campuran Fly Ash 10 %,
7.67
7 Hari pada Gambar 5.4 di atas dengan kuat tekan rata – rata
7.5
sebesar 12.13 MPa, dapat dimasukkan ke dalam kategori
7 mutu C. Dan paving block dengan campuran Fly Ash
6.5 sebesatr 15 % dengan kuat tekan rata – rata sebesar 9.96
0% 10% 15% 20% MPa, dapat dimasukkan ke dalam kategori mutu D.
Sedangkan yang tanpa menggunakan campuran Fly Ash,
Gambar 3. Grafik kuat tekan paving block umur 7 hari
hanya bisa dikategorikan sebagai mutu D dengan kuat
tekan rata – rata sebesar 8.53 MPa. Dari hasil penelitian
14 Hari ini hasil kuat tekan paving block dengan penambahan fly
10
9 9.41 9.18
8 7.83
8.65
58
7
6
5
14 Hari
4
3
2
Ejurnal Kurva S Vol 6, No 1 Tahun 2018
Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
Ejurnal.untag-smd.ac.id

ash sebesar 10 % dengan umur 28 hari.dapat menaikkan Perdana, G.R. 2012. Studi Sifat Mekanik Paving Block
kuat tekan paving block sebesar 42.7 % . Terbaru Dari Campuran Limbah Adukan Beton Dan
Sesuai dengan studi literatur yang telah dilakukan, Bahan Tambahan Serat Ijuk.
Fly Ash sebesar 10% dari total berat semen dapat Rommel, E. 2011. Pemakaian Fine Coarse Aggregate
meningkatkan kekuatan dari paving block. Pada Sebagai Bahan Paving Tahan Aus (Fine Coarse
penelitian ini, lebih dari 10% Fly Ash yang dimasukkan Aggregate Usage As Raw Materials Of Abration
dalam campuran, kuat tekan paving block akan menurun. Resistant Paving).
Persentase peningkatan kuat tekan paving block tanpa fly Nugraheni. D.W 2007. Pengaruh Penambahan Tras
ash dan dengan campuran fly ash untuk setiap umur Mulia Terhadap Kuat Tekan Dan Serapan Air Pada
benda uji Bata Beton Pejal.
Nurmawati, I. 2006. Pemanfaatan Limbah Industri
5. KESIMPULAN dan SARAN Penggergajian Kayu Sebagai Bahan Subtitusi
Kesimpulan Pembuatan Paving Block.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ditinjau SNI 03 2847 2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
dari hasil kuat tekan rata – rata tertinggi paving block Untuk Bangunan Gedung.
umur 28 hari dan variasi penambahan fly ash, dapat SNI 03-1750-1990, Pengujian Mutu dan Cara Uji
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : (i) Paving Agregat Beton.
block dengan penambahan fly ash sebesar 0 % mencapai SNI 2493 2011, Tata Cara Pembuatan dan Perawatan
kuat tekan rata – rata sebesar 8.53 MPa. (ii) Paving block Benda Uji Beton Di Laboratorium.
dengan penambahan fly ash sebesar 10 % mencapai kuat SNI 1974 2011, Cara Uji Kuat Tekan Beton Dengan
tekan rata – rata sebesar 12.13 MPa. (iii) Paving block Benda Uji Silinder.
dengan penambahan fly ash sebesar 15 % mencapai kuat SNI 2847 2013, Persyaratan Beton Struktural Untuk
tekan rata – rata sebesar 9.96 MPa. (iv) Paving block Bangunan Gedung.
dengan penambahan fly ash sebesar 20 % mencapai kuat Standar Nasional Indonesia 03-0691-1996 Bata Beton (
tekan rata – rata sebesar 9.56 MPa. Paving Block )

Saran
Pada penelitian ini disadari masih belum maksimal
dari yang diharapkan, hal tersebut dikarenakan
keterbatasan, baik dari peneliti sendiri maupun dari
kondisi yang terkait dengan pelaksanaan penelitian.
Untuk kelanjutan penelitian ada beberapa hal yang perlu
dikembangkan untuk lebih maksimalnya penelitian ini
diantaranya :
1. Perlunya penelitian lanjutan dengan pemakaian
agregat halus lokal, serta bahan tambah dan semen
dengan berbagai jenis mutu paving block.
2. Pada penelitian lanjutan perlu pengembangan dengan
penambahan parameter uji penyerapan dan keausan
serta durabilitas paving block.
3. Diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai peningkatan penggunaan material
lokal pada pembuatan paving block dengan merujuk
sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan sehingga
penggunaan material lokal dapat dimaksimalkan.

7. DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional, 2002, Standar Nasional
Indonesia 03-6825-2002 Metode Pengujian Kekuatan
Tekan Mortar Semen Portland untuk Pekerjaan Sipil.
Jakarta : Dewan Standarisasi Nasional.
Badan Standarisasi Nasional, 2004, Standar Nasional
Indonesia 15-7064-2004 Semen Portland Komposit.
Jakarta : Dewan Standarisasi Nasional.
Ginting, Rut Maria BR. 2009. Pemanfaatan Limbah (Oil
Sludge) Sebagai Bahan Utama Dalam Pembuatan
Bata Konstruksi Paving Block. Universitas Sumatera
Utara.

59

Anda mungkin juga menyukai