Anda di halaman 1dari 7

DUA WAJAH METROPOLITAN

Kringg……………………….kring……………………………kringgg……………………

Suara alarm berbunyi bersahut sahutan dengan suara motor yang berlalu lalang di depan
rumah , seakan tidak ingin berhenti sampai pemilik nya bangun lalu mematikan nya.

Kring………………kring………………..

Alarm itu masih saja mengeluarkan suara nya yang berisik namun teratur dan merdu jika bisa
di nikmati dengan hati yang tenang, seakan mengisyaratkan pemilik nya tidak juga bangun
dari tidurnya.

Mungkin karena cuaca yang sedikit dingin dan angin pagi yang melintas menyelinap
memasuki sudut-sudut celah jendela , ya…. Angin-angin itu seolah menyerbu menusuk ke
dalam tubuh seakan membuatku ingin kembali bersembunyi lagi di pelukan hangat yang
menemani ku setiap malam.

Selimut – selimut ini menjadi saksi di balik rahasia pagiku hari ini.

Kringg…………kring…………… aku tersadar ternyata aku belum mematikan alarm yang


dari tadi seakan lelah mengeluarkan suara nya, dengan masih berada di balik selimut dan
hanya tangan kecil yang kelihatan , aku menjangkau alarm itu lalu mematikan nya.

Pagi ini badan ku terasa sangat pegal, dan dingin pagi ini sangat mengijinkan ku untuk
kembali tidur dan bermimpi tentang indah nya ibu kota. Bukan tentang angin-angin dingin
yang membuatku tidak ingin bangun , tapi mata sembab dan suara parau ini membuat ku ingin
bersembunyi lagi di balik selimut tebal yang hangat dan lembut , bahkan lebih lembut dari
dekapan kekasih.

Ya semalam aku menangis, dan sekarang aku sadar kenapa aku menangis semalaman di
dalam kamar ku.

Nama ku Erin , 12 september 2015 aku memutuskan untuk terbang ke ibu kota, aku bahkan
tidak tau apa alasanku memilih ibu kota untuk melanjutkan S1 ku di sini. Mengambil bidang
Akuntansi membuat ku sedikit stres di semester-semester atas, rasa nya seperti ada
penyesalan. Kadang aku berpikir kalau Akuntansi itu tidak semudah yang aku pelajari waktu

1
SMK, bukan hanya tentang Akun, debit dan kredit, ternyata lebih sulit dari yang aku
bayangkan. Ah… sudahlah aku tidak sedang ingin membahas tentang Akuntansi, karena ini
membuat ku terngiang-ngiang akan SAK nya yang harus ku hapal. Seperti sedang belajar
menghapal pasal di undang-undang, ya … apa beda nya mereka, bagi ku sama saja.

Aku berasal dari Kalimantan Barat, pulau Borneo dengan hutan nya yang luas membentang,
bahkan kebakaran 32 hektar beberapa tahun lalu hanya sebagian kecil dari luas Kalimantan.

Bukan hanya tentang hutan nya, tapi Kalimantan juga memiliki sungai terpanjang di
Indonesia,ya sungai Kapuas bak ular , sangat panjang bahkan sangat indah lengkungan nya
terlihat dari jendela pesawat. Kampung ku juga terletak di bawah kaki batu terbesar didunia
versi on the spot. Bukit Kelam nama nya sangat indah dan tinggi.

Penduduk asli Kalimantan yaitu suku Dayak, terkenal dengan keramahan nya, perempuan-
perempuan nya yang cantik dan manis, bahkan orang lebih sering menyebut mereka mirip
orang Chinese.

Adat istiadat dan budaya nya yang kental juga sangat terkenal. Bahkan sebagian orang takut
saat mendengar suku Dayak. Mungkin karena dulu sering terjadi perang antar suku, dan di
kenal juga suku Dayak suka makan daging manusia. Ya.. terdengar menggerikan memang tapi
sekarang sudah hampir tidak ada yang seperti itu, hanya jangan coba-coba mencari masalah
dengan orang Dayak, karena kekeluargaan nya masih sangat kuat.

“Lalu bagaimana dengan aku?”

Sudah pasti aku salah satu perempuan dayak, dengan kulit kuning langsat, alis tebal, dan bulu
tangan yang panjang , membuat banyak orang menyukai dan memuji ku. Hanya saja aku
semampai, ya itu kekurangan yang menyedihkan.

Sekali lagi mari lupakan tentang indah nya Kalimantan, karena aku juga tidak sedang ingin
membahas nya, aku hanya merindukan nya Karena terasa sangat jauh, dan kenyataan nya
memang jauh, mungkin bisa menjadi alternatif untuk berwisata jika ingin melihat indah nya
hutan lebat.

Ibu kota . Ya.. apa yang akan terpikirkan saat mendengarnya ? Bagi ku sangat indah saat
pertama kali aku melihat nya, seperti sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta, sangat indah
membayang kan berada di pelukan ibu kota , bangunan- bangunan pencakar langit nya

2
membuat ku terpesona , sungguh sebuah tempat tinggal yang sangat di dambakan bagi orang-
orang kaya yang berduit.

Jembatan-jembatan layang nya sungguh tinggi, bak raksasa dan aku hanya seekor semut yang
mencoba merangkak tanpa tahu kapan sampai di ahkir jalan nya. Jakarta dengan Mall
terbanyak ada 173 mall yang tersebar di seluruh kawasan Jakarta, sangat menyenangkan
berada di dalam nya.

Jakarta juga memiliki 47 museum yang bisa di kunjungi, sangat menambah pengetahuan
untuk orang-orang yang haus ilmu. Bahkan stasiun kereta api nya sempat menjadi stasiun
terbesar se-ASEAN, sangat terkenal, menggagumkan bagi orang-orang yang baru datang ke
ibu kota seperti ku, gedung-gedung pencakar langit nya terbanyak di Indonesia.

Di dunia Indonesia menduduki posisi ke-17. Seperti sebuah peringkat yang dapat di
banggakan juga. Penduduk di Jakarta adalah yang terpadat di Indonesia , bahkan jika di lihat
di pusat kota hampir tidak ada jarak antar rumah dan bangunan, bahkan tanah dan lumpur
hampir tidak terlihat disana.

Sungguh bagi ku bukan sebuah kebetulan untuk datang kesini , menikmati keindahan ibu kota
yang banyak orang-orang dambakan untuk bisa melanjutkan kuliah di sini. Berada di sini
seperti aku sedang bermimpi berada di sebuah bintang, melihat ke sekeliling betapa indah nya
tata surya , planet, asteroid, bulan, komet, ya seperti menikmati keindahan alam ciptaan
Tuhan yang wajib untuk di lihat, tanpa ingin bangun lagi.

Setelah menikmati indah nya langit, di dalam mimpi ku, aku melihat ke bawah, ada bintang
jatuh, memang terlihat sangat indah awal nya , tetapi ternyata menyakitkan terkikis dan tak
tersisa,

“kenapa aku hanya melihat keindahan tata surya ?” kenapa aku lupa akan bintang jatuh yang
akan hancur dan tak terlihat lagi.

Beberapa hari lalu aku berangkat seperti biasa ke kampus dengan almamater biru kebanggaan
kami.

Seperti biasa aku menaiki motor menuju kampus yang tidak jauh dari rumah ku, hanya sekitar
20 menit aku langsung bisa menapaki kaki ku di bawah gedung tinggi berwarna coklat itu.
Tapi hari itu hujan mengguyur langit Jakarta saat aku masih di jalan, lalu aku menepi ke
bawah jembatan layang yang seperti nya sudah cukup berumur, tiang-tiang nya yang kokoh ,

3
tapi warna nya mulai kusam dan menyedihkan. Berharap hujan tidak menembus dan
membasahi kemeja lusuh yang ku kenakan.

Aku bergumam dalam hati “sial….dan aku telat lagi ke kampus gara-gara hujan, uhhh…” aku
memasang muka sedikit cemberut karena kesal.

Banyak orang berdatangan menepikan motor nya lalu berteduh di bawah jembatan, ada juga
yang berjalan kaki, dan berlari-larian kecil untuk bersembunyi dari hujan yang seolah seperti
sebuah penyakit yang akan datang dan harus di hindari setiap orang yang melihat nya.

Dari bawah jembatan aku melihat sesosok anak kecil dengan rambut sedikit pirang, berlari-
larian menghindari hujan yang mulai menghantam bumi dengan kuat nya. Sesosok anak kecil
itu membawa sebuah kaleng . Langkah nya yang kecil melintasi genangan air hujan, seperti
menari-nari di bawah hujan. Muka nya yang polos dan lugu, dan senyum nya seperti tidak
ada duka, dan terus bernyanyi-nyanyi sambil berteduh di bawah jembatan sambil berharap
ada orang-orang yang berbesar hati membagikan rejeki nya hari itu.

Seberapa pun dia mencoba menghibur orang-orang di situ walau dengan suara pas-pasan nya
mencoba menyanyikan lagu-lagu dewasa.

“biar aku yang pergi, biar aku yang tersakiti, biar aku yang berhenti, berhenti mencintai mu “

sedikit terdengar oleh ku anak kecil itu bernyanyi dari ujung sambil berjalan kearah ku yang
berada di paling ahkir.

Sambil terus menyanyikan reff dari lagu tersebut ahkir nya dia sampai kepada ku, lalu aku
menyodorkan uang Rp.5000., kearah nya yang dari tadi sudah aku siap kan jika dia datang
menghampiri ku. Terlihat dari wajah nya , sangat bahagia saat dia menerima uang yang aku
berikan, mungkin jarang bagi nya mendapat kan angka yang bagi nya cukup besar jika di
dapatkan dari satu kali pemberian. Mungkin jika biasa nya orang memberi nya Rp.1000.,
setiap satu orang nya, pasti dia harus mencari lima orang yang akan memberinya masing-
masing Rp.1000., untuk bisa menggumpulkan kan Rp.5000., dan itu yang aku pikirkan saat
itu, pasti sulit bagi nya untuk menggumpulkan, karena tidak semua orang yang iya temui
berbaik hati memberikan nya.

Setelah aku memberikan uang nya, tidak lupa juga ia menggucapkan terima kasih kepada ku.
Melihat muka nya yang polos dan sedikit tidak terawat bagi anak seumuran nya yang seharus
nya bisa bermain-main dan bersekolah, membuat ku sangat sedih, karena aku orang yang

4
paling terahkir di pojokan itu dan hujan masih sangat lebat, anak itu lalu duduk di dekat ku,
walau tidak sangat dekat, tapi tidak begitu jauh, kami hanya sedikit jauh dari orang-orang
yang berada di bawah jembatan itu bersama kami. Lalu dengan penuh penasaran dan rasa iba ,
aku mulai sedikit mendekat kepada nya, sambil menyodorkan sebungkus roti yang ku bawa
dari rumah dan memberikan kepada nya sambil mencoba memulai percakapn,

“dek, mau roti?” dia melihat kearah ku dengan ekspresi binggung lalu mengambil roti nya “
terima kasih kak” . “iya sama-sama,”

“hujan nya masih lebat banget ya dek,” gumam ku kepada nya

“iya kak, aku jadi tidak bisa mengamen” jawab nya dengan polos.

“kamu ngamen sendirian?” Tanya ku lagi. “iya kak”

“kamu tinggal di mana? Sehari bisa dapat berapa” aku mencoba bertanya lagi

“ di sana kak, ada gubuk-gubuk kecil dari kardus di bawah jembatan, sangat banyak kami
tinggal di sana, sehari aku bisa dapat 20.000 sampai 30.000 kak kalau masih rejeki.”

“ segitu cukup buat makan sehari sama keluarga kamu? Tanya ku lagi

“mau gimana lagi kak, ya di cukup-cukupin aja, kadang cuma makan sekali sehari.”

“ohh gitu ya”

“emang boleh tinggal di bawah jembatan sama orang di situ?”

“kadang di usir kak, nanti kalau di usir kita pindah kak, cari tempat baru, gitu terus kak
selama ini”

“ohh susah ya ngak bisa netap tinggal nya” gumam ku lagi

“ya hidup di Jakarta emang keras kak bagi orang miskin , ngak bisa sekolah, ngak punya
tempat tinggal, masih kecil harus kerja nyari uang kalau ngak gitu ngak makan kak.”

“sabar ya dek, kerja yang rajin bantu orang tua nya, mudah-mudahan nanti bisa sekolah,
semoga nanti pemerintah punya program untuk anak-anak yang ngak mampu, biar bisa
sekolah juga”

“iya kak, aku ,aku mau ngamen lagi ya, hujan nya sudah berhenti.”

5
“Ohh iya, hati-hati ya dek”. “iya kak.”

Sejenak setelah anak itu pergi aku masih merenung , entah apa yang ada di pikiran ku, selama
ini aku sangat menggagumi ibu kota, tidak ada yang kurang yang ku lihat di Jakarta .
pembangunan yang merata, pendidikan yang memadai, program-program pemerintah nya
sangat bagus. Seakan pengamen kecil itu membuat ku tersadar , ternyata ibu kota ini tidak
sesempurna yang aku dan oran-orang yang belum pernah ke sini pikirkan. Bagi orang miskin ,
ibu kota ini sangat kejam.

Lalu aku mengambil motor ku, karena hujan telah berhenti aku langsung cepat-cepat menuju
kampus, seperti nya aku sudah ketingalan satu mata kuliah. Sampai di kampus aku langsung
menuju kelas dan benar ternyata kelas sudah berahkir , dan aku cuma bertemu teman ku,

”hei..lu kemana aja ,jam segini baru nyampe ?” tanya ina kepada ku. “ hujan gede banget, jadi
gue neduh dulu di bawah jembatan.”. “sama hujan aja takut lu,” cetus ina kepada ku. “na, tadi
gue ketemu pengamen di jalan, anak kecil. Kasian banget gue liat nya, hujan-hujan terus ngak
bisa sekolah, asli gue sedih banget, ngak kayak yang gue bayangin ternyata selama ini.
“emang elu bayangin apa rin?” tanya ina balik. “ gue kira ibu kota itu menyenangkan, enggak
ada yang jelek deh dari ibu kota, apalagi orang-orang susah kayak mereka”. “ehh...lu kemana
aja baru sadar, maka nya sering-serinng ke tempat yang kumuh, jangan jalan di mall mulu.”
“iya..iya gue salah.” Sambil menarik napas dalam-dalam dan aku sadar ternyata tidak seperti
yang aku pikirkan selama ini.

“ayo pergi ke kantin “ ajak ina kepada ku, lalu aku mengikutinya dari belakang.

Ahkirnya pagi ini aku sadar apa yang membuat ku menangis semalaman, menangisi nasib
banyak orang, melihat muka lelah dan polos setiap orang yang aku temui di tempat-tempat
kumuh ahkir-ahkir ini, membuat hati ku sangat sakit. Seperti aku merasa kan apa yang mereka
rasakan.

Dan aku tersadar dengan pertanyaan ina pada ku kemarin, “bentar lagi lulus, elu tetap di
jakarta atau balik ke kalimantan?” dan jawaban ku, “gue pasti balik ke kalimantan, tapi gue
binggung gimana nyeritain ke orang di sana tentang ibu kota dengan dua sisi yang berbeda.

6
Biodata penulis

Nama lengkap : Evi sulastri

Email : evisulastri253@gmail.com

Nomor handphone : 082351609314

Nomor Whatsapp : 082351609314

Alamat Instagram : evielastri27

Anda mungkin juga menyukai