Anda di halaman 1dari 81

MODUL I

Perkembangan profesi, Pelayanan dan Pendidikan Bidan

A. Kompetensi Dasar
Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk dapat
Menjelaskan perkembangan profesi, pelayanan dan pendidikan bidan secara
nasional dan internasional

B. Indikator
Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa diharapkan dapat memahami
dan menjelaskan materi perkembangan profesi, pelayanan dan pendidikan
bidan yang meliputi ;
1. Perkembangan di luar negeri
2. Perkembangan di dalam negeri

C. Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat mengaplikasikan penyusunan makalah sebagai hasil
diskusi dan analisa terhadap masing – masing sub pokok bahasan dalam
perkembangan profesi, pelayanan dan pendidikan bidan.

D. Dasar Teori
1. SEJARAH PELAYANAN KEBIDANAN DI INDONESIA
a. Kehamilan
Semua wanita hamil diadakan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan
oleh dukun bayi dan dukun memberikan nasehat-nasehat seperti:
Melakukan pantangan :
o Pantangan makanan tertentu
o Pantangan terhadap pakaian
o Pantangan terhadap jangan pergi malam
o Pantangan jangan duduk di muka pintu
o Kenduri
Kenduri pertama kali dilakukan pada waktu hamil 3 bulan
sebagai tanda wanita itu hamil. Kenduri ke dua dilakukan pada
waktu umur kehamilan 7 bulan.
b. Persalinan
Biasanya persalinan dilakukan dengan duduk di atas tikar, di lantai
dukun yang menolong menunggu sampai persalinan selesai. Cara
bekerja dengannya mengurut-ngurut perut ibu. Menekannya serta
menarik anak apabila anak telah kelihatan. Selama menolong dukun
banyak membaca mantra-mantra. Setelah bayi lahir, bayi diciprati
dengan air/dikejutkan dengan memukul suatu benda (keributan ) agar
menangis. Tali pusat dipotong dengan sembilu atau bambu kemudian
tali pusatnya diberi kunyit sebagai desinfektan.
c. Nifas
Setelah bersalin ibu dimandikan oleh dukun selanjutnya ibu sudah
harus bisa merawat dirinya sendiri lalu ibu di berikan juga jamu untuk
peredaran darah dan untuk laktasi.
d. Perawatan bayi
Bayi diurut dan dimandikan oleh dukun selama 40 hari, ramuan tali
pusat tiap hari diganti sampau putus. Tali pusat yang sudah lepas
dibuat jimat atau obat. Bayi ditidurkan disamping ibu dan tidak boleh
dibawa jauah dari rumah sebelum berumur 35 hari. Ubun-ubun
besarnya ditutup dengan tapel. Dilakukan kenduri pada waktu bayi
lahir, 5 hari, saat tali pusat lepas, umur 35 hari, 7 bulan, 1 tahun.
Mencukur anak yang pertama setelah anak berumur 35/40 hari.

2. PERKEMBANGAN PELAYANAN KEBIDANAN DI INDONESIA


Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan
anak sangat tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun
1807 (zaman Gubernur jenderal Hendrik William Deandels) para dukun
dilatih dalam pertolongan persalinan, tetapi keadaan ini tidak berlangsung
lama karena tidak adanya pelatih kebidanan.
Praktek kebidanan modern masuk di Indonesia oleh dokter-dokter
Belanda. Pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan hanya
diperuntukkan bagi orang-orang Belanda yang ada di Indonesia.
Kemudian pada tahun 1849 dibuka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di
RS Milliter Belanda, sekarang RSPAD Gatot Subroto). Seiring dengan
dibukanya pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851 di buka
pendidikan Bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang Dokter
milliter Belanda (Dr. W. Bosch). Lulusan ini kemudian bekerja di Rumah
Sakit juga di masyarakat. Mulai saat itu pelayan kesehatan ibu dan anak
dilakukan oleh dukun dan Bidan. Kursus bidan yang pertama ini ditutup
tahun 1873. Tahun 1879, dimulai pendidikan bidan. Tahun 1950 , setelah
kemerdekaan, jumlah paramedis kurang lebih 4000 orang dan dokter
umum kurang lebih 475 orang dan dokter dalam bidang obsgyn hanya 6
orang, pada tahun 1952, mulai diadakan pelatihan Bidan secara formal
agar dapat meningkatkan kualitas pertolonga persalinan. Kursus untuk
dukun masih berlangsung samapai dengan sekarang, yang memberikan
kursus adalah Bidan. Perubahan pengetahuan dan keteramilan tentang
pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh di masyarakat
dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenal dengan istilah Kursus
tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Jogjakarta yang akhirnya
dilakukan pula di kota-kota besar lain di Nusantara ini. Seiring dengan
pelatihan tersebut didirikan balai kesehatan ibu dan anak (BKIA) dimana
bidan sebagai penanggung jawab pelayanana kepada masyarakat. Dari
BKIA inilah akhirnya menjadi suatu pelayanan terintregrasi kepada
masyarakat yang dinamakan pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas
pada tahun 1957.
Kegiatan BKIA yang dipimpin bidan adalah menyelenggarakan:
1. Pemeriksaan Antenatal
2. Pemeriksaan Post natal
3. Pemeriksaan dan Pengawasan bayi dan anak balita
4. Keluarga Berencana
5. Penyuluhan Kesehatan
Di BKIA ini diadakan juga pelatihan-pelatihan para dukun bayi.
Dengan meningkatnya pendidikan tenaga kesehatan maka, pada tahun
1979 jumlah dokter obsgyn 286 orang dan bidan 16.888 orang di seluruh
Indonesia.
Bidan yang bertugas di puskesmas berfungsi dalam memberikan
pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan KB. Mulai tahun
1990 pelayan kebidanan diberikan secara merata sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Kegiatan ini melalaui instruksi presiden secara lisan pada
tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk penempatan di desa.
tugas pokoknya adalah pelaksanan pelayanan KIA khususnya pelayanan
ibu hamil, bersalin, dan nifas serta pelayana BBL. Bidan di puskesmas
orientasi kepada kesehatan masyarakat beda dengan bidan di RS yang
berorientasi pada individu.

3. PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEBIDANAN DI INDONESIA


Perkembangan pendidikan bidan berhubungan dengan
perkembangan pelayanan kebidanan. Keduanya berjalan seiring untuk
menjawab kebutuhan/tuntutan masyarakat akan pelayanan kebidanan.
Yang dimaksud dalam pendidikan ini adalah, pendidikan formal dan non
formal.
 Pendidikan bidan dimulai pada masa penjajahan Hindia Belanda. Pada
tahun 1851/1852 seorang dokter militer Belanda (Dr. W. Bosch) membuka
pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia. Pendidikan ini tidak
berlangsung lama hanya 2 tahun karena kurangnya peserta didik yang
disebabkan karena adanya larangan ataupun pembatasan bagi wanita untuk
keluaran rumah.
 Pada tahunan 1902 pendidikan bidan dibuka kembali bagi wanita pribumi
di rumah sakit militer di Batavia.
 Pada tahun 1904 pendidikan bidan bagi wanita indonesia dibuka di
Makasar. Luluasan dari pendidikan ini harus bersedia untuk ditempatkan
dimana saja tenaganya dibutuhkan dan mau menolong masyarakat yang
tidak/kurang mampu secara cuma-cuma. Lulusan ini mendapat tunjangan
dari pemerintah kurang lebih 15-25 Gulden per bulan kemudian naik
menjadi 40 golden (1922).
 Tahun 1911samapai 1912/1913 dimulai pendidikan tenaga keperawatan
secara terencana di RSUP Semarang dan Batavia. Calon yang diterima dari
HS (SD 7 tahun) dengan pendidikan keperawatan 4 tahun dan pada
awalnya hanya menerima peserta didik pria.
 Pada tahun 1914 telah diterima juga peserta didik wanita pertama dan bagi
perawat wanita yang lulus dapat meneruskan kependidikan kebidanan
selama 2 tahun. Untuk perawat pria dapat meneruskan ke pendidikan
keperawatan lanjutan selama dua tahun juga.
 Pada tahun 1935-1938 pemerintah Kolonial Belanda mulai mendidik bidan
lulusan Mulo (Setingkat SLTP bagian B) dan hampir bersamaan dibuka
sekolah bidan di beberapa kota besar antara lain Jakarta di RSB Budi
Kemuliaan, RSB Palang Dua dan RSB Mardi Waluyo di Semarang. DI
tahun yang sama dikeluarkan sebuah peraturan yang membedakan lulusan
bidan berdasarkan latar belakang pendidikan. Bidan dengan dasar
pendidikannya Mulo dan pendidikan Kebidanan selama tiga tahun tersebut
Bidan Kelas Satu (Vreodrouweerste Klas) dan bidan dari lulusan perawat
(mantri) di sebut Bidan Kelas Dua (Vreodrouw tweede klas). Perbedaan ini
menyangkut ketentuan gaji pokok dan tunjangan bagi bidan. Pada zaman
penjajahan Jepang, pemerintah mendirikan sekolah perawat atau sekolah
bidan dengan nama dan dasar yang berbeda, namun memiliki persyaratan
yang sama dengan zaman penjajahan Belanda. Peserta didik kurang
berminat memasuki sekolah tersebut dan mereka mendaftar karena
terpaksa, karena tidak ada pendidikan lain.
 Pada tahun 1950-1953 dibuka sekolah bidan dari lulusan SMP dengan
batasan usia minimal 17 tahun dan lama pendidikan tiga tahun. Mengingat
kebutuhan tenaga untuk menolong persalinan cukup banyak, maka dibuka
pendidikan pembantu bidan yang disebut Penjenjang Kesehatan E atau
Pembantu Bidan. Pendidikan ini dilanjutkan sampai tahun 1976 dan
setelah itu ditutup. Peserta didik PK/E adalah lulusan SMP ditambah 2
tahun kebidanan dasar. Lulusan dari PK/E sebagian besar melanjutkan
pendidikan bidan selama dua tahun.
Tahun 1953 dibuka Kursus Tambahan Bidan (KTB) di Yogyakarta,
lamanya kursus antara 7 sampai dengan 12 minggu.
 Pada tahun 1960 KTB dipindahkan ke Jakarta. Tujuan dari KTB ini adalah
untuk memperkenalkan kepada lulusan bidan mengenai perkembangan
program KIA dalam pelayanan kesehatan masyarakat, sebelum lulusan
memulai tugasnya sebagai bidan terutama menjadi bidan di BKIA. Pada
tahun 1967 KTB ditutup (discountinued).
 Tahun 1954 dibuka pendidikan guru bidan secara bersama-sama dengan
guru perawat dan perawat kesehatan masyarakat di Bandung. Pada
awalnya pendidikan ini berlangsung satu tahun, kemudian menjadi dua
tahun dan terakhir berkembang menjadi tiga tahun. Pada awal tahun 1972
institusi pendidikan ini dilebur menjadi Sekolah Guru Perawat (SGP).
Pendidikan ini menerima calon dari lulusan sekolah perawat dan sekolah
bidan.
 Pada tahun 1970 dibuka program pendidikan bidan yang menerima lulusan
dari Sekolah Pengatur Rawat (SPR) ditambah dua tahun pendidikan bidan
yang disebut Sekolah Pendidikan Lanjutan Jurusan Kebidanan (SPLJK).
Pendidikan ini tidak dilaksanakan secara merata di seluruh provinsi.
 Pada tahun 1974 mengingat jenis tenaga kesehatan menengah dan bawah
sangat banyak (24 kategori), Departemen Kesehatan melakukan
penyederhanaan pendidikan tenaga kesehatan non sarjana. Sekolah bidan
ditutup dan dibuka Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) dengan tujuan
adanya tenaga multi purpose di lapangan dimana salah satu tugasnya
adalah menolong persalinan normal. Namun karena adanya perbedaan
falsafah dan kurikulum terutama yang berkaitan dengan kemampuan
seorang bidan, maka tujuan pemerintah agar SPK dapat menolong
persalinan tidak tercapai atau terbukti tidak berhasil.
Pada tahun 1975 sampai 1984 institusi pendidikan bidan ditutup, sehingga
selama 10 tahun tidak menghasilkan bidan. Namun organisasi profesi
bidan (IBI) tetap ada dan hidup secara wajar.
 Tahun 1981 untuk meningkatkan kemampuan perawat kesehatan (SPK)
dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk kebidanan, dibuka
pendidikan Diploma I Kesehatan Ibu dan Anak. Pendidikan ini hanya
berlangsung satu tahun dan tidak dilakukan oleh semua institusi.
 Pada tahun 1985 dibuka lagi program pendidikan bidan yang disebut
(PPB) yang menerima lulusan SPR dan SPK. Lama pendidikan satu tahun
dan lulusannya dikembalikan kepada institusi yang mengirim.
 Tahun 1989 dibuka crash program pendidikan bidan secara nasional yang
memperbolehkan lulusan SPK untuk langsung masuk program pendidikan
bidan. Program ini dikenal sebagai Program Pendidikan Bidan A (PPB/A).
Lama pendidikan satu tahun dan lulusannya ditempatkan di desa-desa.
Untuk itu pemerintah menempatkan seorang bidan di tiap desa sebagai
pegawai negeri sipil (PNS Golongan II). Mulai tahun 1996 status bidan di
desa sebagai pegawai tidak tetap (Bidan PTT) dengan kontrak selama tiga
tahun dengan pemerintah, yang kemudian dapat diperpanjang 2 x 3 tahun
lagi.
Penempatan BDD ini menyebabkan orientasi sebagai-baiknya tidak
hanya kemampuan klinik, sebagai bidan tapi juga kemampuan untuk
berkomunikasi, konseling dan kemampuan untuk menggerakkan
masyarakat desa dalam meningkatkan taraf kesehatan ibu dan anak.
Program Pendidikan Bidan (A) diselenggarakan dengan peserta didik
cukup besar. Diharapkan pada tahun 1996 sebagian besar desa sudah
memiliki minimal seorang bidan. Lulusan pendidikan ini kenyataannya
juga tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan seperti yang
diharapkan sebagai seorang bidan profesional, karena lama pendidikan
yang terlalu singkat dan jumlah peserta didik terlalu besar dalam kurun
waktu satu tahun akademik, sehingga kesempatan peserta didik untuk
praktek klinik kebidanan sangat kurang, sehingga tingkat kemampuan
yang dimiliki sebagai seorang bidan juga kurang.
 Pada tahun 1993 dibuka Program Pendidikan Bidan Program B yang
peserta didiknya dari lulusan Akademi Perawat (Akper) dengan lama
pendidikan satu tahun. Tujuan program ini adalah untuk mempersiapkan
tenaga pengajar pada Program Pendidikan Bidan A. Berdasarkan hasil
penelitian terhadap kemampuan klinik kebidanan dari lulusan ini tidak
menunjukkan kompetensi yang diharapkan karena lama pendidikan yang
terlalu singkat yaitu hanya setahun. Pendidikan ini hanya berlangsung
selama dua angkatan (1995 dan 1996) kemudian ditutup.
 Pada tahun 1993 juga dibuka pendidikan bidan Program C (PPB C), yang
menerima masukan dari lulusan SMP. Pendidikan ini dilakukan di 11
Propinsi yaitu : Aceh, Bengkulu, Lampung dan Riau (Wilayah Sumatera),
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan (Wilayah
Kalimantan. Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Irian
Jaya. Pendidikan ini memerlukan kurikulum 3700 jam dan dapat
diselesaikan dalam waktu enam semester.
 Selain program pendidikan bidan di atas, sejak tahun 1994-1995
pemerintah juga menyelenggarakan uji coba Pendidikan Bidan Jarak Jauh
(Distance learning) di tiga propinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan
Jawa Timur. Kebijakan ini dilaksanakan untuk memperluas cakupan upaya
peningkatan mutu tenaga kesehatan yang sangat diperlukan dalam
pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Pengaturan
penyelenggaraan ini telah diatur dalam SK Menkes No.
1247/Menkes/SK/XII/1994 Diklat Jarak Jauh Bidan (DJJ) adalah DJJ
Kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan bidan agar mampu melaksanakan tugasnya dan diharapkan
berdampak pada penurunan AKI dan AKB.
 Selain pelatihan DJJ tersebut pada tahun 1994 juga dilaksanakan pelatihan
pelayanan kegawat daruratan maternal dan neonatal (LSS = Life Saving
Skill) dengan materi pembelajaran berbentuk 10 modul.
 Pada tahun 1996, IBI bekerja sama dengan Departemen Kesehatan dan
American College of Nurse Midwive (ANCM) dan rumah sakit swasta
mengadakan Training of Trainer kepada anggota IBI sebanyak 8 orang
untuk LSS, yang kemudian menjadi tim pelatih LSS inti di PPIBI. Tim
pelatih LSS ini mengadakan TOT dan pelatihan baik untuk bidan di desa
maupun bidan praktek swasta. Pelatihan praktek dilaksanakan di 14
propinsi dan selanjutnya melatih bidan praktek swasta secara swadaya,
begitu juga guru/dosen dari D3 Kebidanan. 1995-1998, IBI bekerja sama
langsung dengan Mother Care melakukan pelatihan dan peer review bagi
bidan rumah sakit, bidan Puskesmas dan bidan di desa di Propinsi
Kalimantan Selatan.
 Pada tahun 2000 telah ada tim pelatih Asuhan Persalinan Normal (APN)
yang dikoordinasikan oleh Maternal Neonatal health (MNH) yang sampai
saat ini telah melatih APN di beberapa propinsi/kabupaten. Pelatihan LSS
dan APN tidak hanya untuk pelatihan pelayanan tetapi juga guru, dosen-
dosen dari Akademi Kebidanan. Selain melalui pendidikan formal dan
pelatihan, utnuk meningkatkan kualitas pelayanan juga diadakan seminar
dan Lokakarya organisasi. Lokakarya organisasi dengan materi
pengembangan organisasi (Organization Development = OD) dilaksanakan
setiap tahun sebanyak dau kali mulai tahun 1996 sampai 2000 dengan
biaya dari UNICEF.
 Pada tahun 2000 dibuka program DIV bidan pendidik yang
diselenggarakan di FK UGM Yogyakarta dengan lama pendidikan 2
semester. Saat ini juga terdapat di UNPAD (2002), Stikes Ngudi Waloyo
Semarang, UNS, dll
 Pada tahun 2006, dibuka S2 kebidanan di UNPAD Bandung
4. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PELAYANAN DAN
PENDIDIKAN DI LUAR NEGERI
a. Jaman kuno ( sebelum masehi)
Catatan awal keberadaan manusia tentang fakta adanya pembantu
kelahiran. Pembantunya berasal dari keluarga atau diluar keluarga
yang mempunyai pengalaman dalam kelahiran. Menurut adat
istiadatnya/kebudayaan wanita yaag boleh menolong persalinan adalah
wanita yang sudah melahirkan, tidak boleh laki-laki hadir adanya acara
ritual tertentu sebelum, selama, sesudah persalinan
 Bangsa Mesir
Setelah kebidanan pertama kali dikenal didirikan di mesir dimana
kebidanan itu adalah suatu hal yang paling mulia, dan diberkahi
oleh dewa. Bidang-bidangnya terlatih dengan baik dan memiliki
pengetahuan aturan-aturan dalam meminpin persalinan dan
merawat bayi.
Mereka mempunyai undang-undang dalam mengontrol praktek
mereka dan harus memanggil asisten dari tabib konsultan bila ada
masalah selama ada persalinan. Bidan juga telah melakukan
sirkumsisi pada bayi.
 Bangsa Yahudi
Pertolongan persalinan di yahudi banyak mencontoh pada bangsa
mesir hal ini di buktikan pada pengobatan dan pendidikan
kebidanan yang didapatkan dari bangsa mesir. Higiene merupakan
hal yang utama dalam menolong persalinan, termasuk di dalamnya
merangsang persalinan dengan bantuan mantra-mantra. Perawatan
neonatus bangsa yahudi meliputi memotong tali pusat,
memandikan bayi, menggosok badan bayi dengan garam dan
membungkusnya dengan bedong. Bidan-bidan di yahudi telah
mendapatkan bayaran atas jasanya.
 Bangsa Yunani
Bangsa yunani telah ada bidan yang dapat menolong persalinan,
mereka harus telah mempunyai anak sendiri dan biasanya dibayar
atas pelayanan yang telah diberikan serta undang-undang yang
keras mengontrol praktek mereka
 Bangsa Roma
Ilmu kebidanan pada bangsa roma berasal dari bangsa yunani
melalui mesir, ada 2 jenis bidan di roma yaitu :
1. Bidan yang ahli dibidangnya : Mereka dihargai sebagai
pemimpin tim dari ahli obstretri, yang biasanya melakukan
praktek sendiri.
2. Bidan yang bersatus rendah : Bidan ini sederajat dengan
pembantu persalinan tradisional.

b. Zaman pertengahan ( 1 – 1500 masehi )


Pada jaman ini kemajuan perkembangan kebidanan seiring dengan
penyebaran agama Kristen, pengetahuan obstretrik membuat beberapa
penemuan dua kebutuhan akan bidan untuk di didik dan telah diakui
 Roma
Pada masa ini ada 2 bangsa roma dalam kebidanan yaitu :
a. Soranus
Ia merupakan spesialis obgin, dia menulis buku kebidanan
untuk pertama kalinya dan dia juga yang menggambarkan
kualitas atau syarat seorang bidan yang professional. Beliau
yang pertama kalinya menguraikan versi podalic
b. Galen
Beliau juga menulis tentang beberapa obstetric Gynekilogi.
Galen menguraikan bagaimana bidan mengukur pembukaan
serviks dengan menggunakan jari mereka dan penggunaan
kursi untuk jaman ini seorang bidan bernama cleopatra menulis
karangan tentang kebidanan. Bidan lainnya seperti Aspasia
dikenal baik karena dia memiliki banyak keterampilan dalam
kelahiran bayinya diantaranya adalah versi podalic, manajemen
distosia dan kontrasepsi.
c. Salerno
Seorang dokter perempuan bernama trotula yang berasal dari
sekolah kedokteran terkenal di negeri ini, ia menulissebuah
karangan Gynekologi dan kebidanan dimana ia menjelaskan
penanganan retensio plasenta, perawatan nifas, pemeriksaan
bayi baru lahir. Ia juga menjelaskan pentingnya seorang bidan
memiliki kepercayaan dan pendekatan etis dalam pekerjaannya.
Trotula juga orang yang pertama kali berusaha memperbaiki
laserasi perineum derajat tiga.
d. Kerajaan Byzantine
Ini meliputi sebagian besar negara-negara di eropa timur
dengan ibu kotanya konstantinopel, selama abad rumah sakit
kebidanan pertama kali ditemukan disini Paulus of Aegina
merupakan bidan yang pertama kali pada jaman ini.
e. Arabia
Kedua dokter Arab, Rhases dan Avicenna menjelaskan
prosedur kebidanan tentang penggunaan lavement untuk
persalinan ,nampaknya disinilah pertama kalinya digunakan
instrument obstetric. Karena kepercayaan agama menyatakan
kebidanan sebagian besar secara keseluruhan berada ditangan
wanita.
c. Zaman Kebangkitan
Pada abad ke-12 sedikit kemajuan dalam hal kebidanan sampai abad
ke-16. Pengetahuan tentang anatomi fisiologi telah maju dengan pesat
melalui beberapa orang seperti Leonard de Vinci, Gabriello Fallopio
of italy dan Andreas Vessalius of Belgium.
Prancis
Ambroise Pare adalah seorang ahli bedah yang memberikan
konstribusi dalam bidang kebidana dan Gynekologi, dia dia yang
memperkenalkan kembali tentang Versi Podalc dan juga Perintis
sekolah kebidanan pertama di Prancis.
Francois Mauriceau ialah orang yang pertama kali menguraikan
tentang kehamilan tuba, presentasi muka dan menjelaskan tentang
induksi pembedahan. Beliau memberikan deskripsi yang jelas
tentang mekanisme persalinan dan beliaupun terkenal oleh karena
persalinan wanita di tempat tidur dengan bangku yang tidak
bersandar untuk melahirkan. Louyse Bourgeois, beliau yang pertama
klai mempublikasikan buku obstetric. Marie Louise Duge, beliau
bidan yang pertama kali meneliti tentang kelahiran bayi melalui
penyimpangan catatan dan data statistik dari 40.000 wanita yang dia
hadiri kelahirannya.
Inggris
- William Harvey yang menguraikan sirkulasi darah. Beliau dikenal
sebagai bapak kebidanan yang mencatat perkembangan embrio dan
fetus dari seluruh tahap.
- William Chamberlen :
Beliau yang mempunyai anak yang bernama Peter yang mungkin
Forseps obstetric yang terkenal, dimana telah digunakan oleh kelurga
secara diam-diam selama tiga generasi.
- William Smellie
Seorang dokter yang memperdalam ilmu pemasamgan cunam dengan
keterangan yang lengkap, ukuran-ukuran panggul, perbedaan
panggul sempit dan biasa.
- William Hunter
Beliau murid William Smillie yang menaruh minat terhadap
kebidanan serta melanjutkan usaha William Smille.
Jerman
Justine Slegemudin (1645) adalah bidan pertama di jerman. Ia adalah
bidan di kota ligenit 2 kemudian bekerja sebagai bidan di kerajaan
prusia, dia bekerja sebagai ilmuwan dan mempunyai dokumen
lengkap, dan pada tahun 1690 menerbitkan buku pegangan.
Kemandirian bidan masih rendah, persalinan banyak ditolong dan
dilakukan di Rumah Sakit. Bidan bekerja sebagai perawat obstetrik,
ahli obstetric melakukan segalanya. Setelah melihat negara eropa
pendidikan bidan direc entry mulai berkembang.
Swiss
Opersi secsio secarea pertama kali berhasil pada wanita hidup pada
tahun 1500, ketika dokter bedah hewan Swiss Jacob Nuter
melakukan operasi untuk melahirkan anak mereka. Istinya dapat
bertahan hidup sampai 77 tahun.
Amerika serikat
Dulu di AS persalinan ditolong oleh dukun-dukun beranak yang
tidak berpendidikan, setelah mendengar perkembangan di Inggris
serta mendengar pekerjaan William Smellie dan William Hunter
beberapa orang AS terpengaruh untuk memperdalami kebidanan.

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN
1. Perkembangan Pendidikan
 Australia
Florence Nightingale adalah seorang wanita yang dianggap sebagai
pelopor dan tokoh teladan dalam kebidanan dan keperawatan yang mulai
dengan tradisi dan latihan-latihan pada abad 19 pendidikan bidan pertama kali
Australia 1862 dengan lulusan dibekali dengan pengetahuan teori dan praktek
Pendidikan diploma kebidanan dimulai tahun 1893, sejak tahun 1899
hanya bidan dan sekaligus perawat yang terlatih yang boleh bekerjadi
rumah sakit. Sejak tahun terakhir pendidikan bidan di Australia mengalami
perkembangan yang pesat. Dasar pendidikan tradisional hospital base
program berubah menjadi tentiary course of studies menyesuaikan
kebutuhan masyarakat.
Keberadaan bidan di Australia hampir sama dengan keberadaan bidan di
AS. Bidan di Australia didasari pengaruh tehnik medical (pengobatan)
dimana kemandirian bidan masih menurun. ini terlihat dengan adanya
pertolonagn persalinan dibeberapa negara bagian yang tidak ditolong oleh
bidan sehingga di Australia banyak bidan hanya membantu mendampingi
pertolongan persalinan. Pendidikan bidan di Australia dimulai dari perawat
setelah itu mereka melanjutkan ke S1 + S2 kebidanan.
 Moscow (Rusia)
Di Moscow sangat sulit dibedakan antara obstetric dengan bidan. Ini
terlihat dari konsep bidan yang sangat independen yaitu tidak tergantung
pada asuhan prenatal, intranatal dan postnatal. Sehingga pelayanan
kebidanan dinegara ini tidak memuaskan
 Bangladesh
Di India bidan dikategorikan dari pengalamannya
 Penolong persalinan kelas atas (5-10 Persalinan/tahun)
 Penolong persalinan pendidikannya tidak tinggi tetapi banyak
pengalamannya 10-20 persalinan/bulan.
 Penolong persalinan professional (nurse midwifery)
Pendidikan di Bangladesh dimulai dari 3 tahun perawat + 1 tahun bidan, dan 4
tahun bidan dari SMP.
Adapun tahap pendidikan orientasi belajar mandiri yang dianut di
Bangladesh
Tahun 1 : Fungsi manusia sehat dan social budaya
Tahun 2 : Pencegahan penyakit dan kesehatan keluarga
Tahun 3 : Rehabilitasi
Tahun 4 : Ilmu kebidanan
 Malaysia
Pendidikan bidan di Malaysia SMP + juru rawat ( 1 tahun bidan ).
Program kebidanan di Malaysia berorentasi pada skill dan untuk
pelayanan , sehingga dengan adanya bidan di Malaysia dapat menurunkan
angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
 Jepang
Sekolah bidan tahun 1912. regulasi untuk seleksi dan lisensi tahun 1899.
Pelayanan sudah ada sejak perang dunia II, Pendidikan bidan didirikan
oleh Obsgin sehingga lulusannya adalah perawat obstretri yang membantu
dokter obsgin dalam pertolongan persalinan. Pelayan kebidanan di bawah
pengaruh medicalisasi, dimana pelayanan kebidanannya berorientasi pada
RS.
Pendidikan bidan 3 tahun perawat usia saat masuk minimal 20 tahun
tambah minimal 6 bulan – 1 tahun di universitas, 8-12 sks : 15 jam teori ,
30 jam lab dan 45 jam praktek bertujuan untuk perawatan ibu dan anak.
Kebutuhan masyarakat akan kebutuhan kebidanan, sehubungan dengan
peningkatan aborsi remaja. Tahun 1987 peran bidan kembali dan 1989
berorientasi pada siklus kehidupan wanita mulai dari pubertas sampai
klimakterium serta kembali ke persalinan normal.
Pada 1987 pendidikan bidan di bawah pengawas observasi kurikulum
yang di pakai tidak ada ilmu psikologi, ilmu biologi dan ilmu sosial
akhirnya bidan di luluskan tidak ramah dan tidak menolong persalinan.
Setelah kondidi di negara Ingris, Jepang kemudian melakukan peningkatan
pelayanan dan pendidikan bidan serta mulai menata dan merubah situasi.
 Belanda
Kemandirian Bidan bagus 80% persalinan ditolong bidan. 20% persalinan
ditolong dokter (RS). Pelayanan kebidanan di masyarakat baik, bidan
melakukan independen, kondisi kesehatan ibu baik. Pendidikan Bidan 3
tahun,ada juga yang 4 tahun.
 Jerman
Pengaruh medical list, tidak bagus. Aktifitas ANC, USG dilakukan oleh
Ginekolog. Dokter tidak kompeten dalam melakukan pemeriksaan palpasi
dan pendidikan kesehatan. Pekerjaan bidan perawat obstetric. Dengan melihat
negara Eropa Obstetrician melakukan segalanya.
 New Zealand dan Canada
Tahun 1900, tidak bagus berorientasi pada keperawatan. Karena pengaruh
Medikalisasi, harus epis, lavement, masyarakat kelamaan tidak merasa
sentuhan persalinan. Kondisi kesehatan ibu buruk, pelayanan kebidanan
buruk, wanita tidak puas. Wanita menuntut hak tradisional/ natural
chilbirth sehingga bidan mengambil alih, dokter tidak boleh mengambil
intervensi. 1980 wanita dan bidan mengadakan kerjasama (partner
ship),bidan bertanggung jawab terhadap kondisi normal. Perubahan drastis
86% persalinan ditolong bidan . Wanita bekerja sama dengan bidan, bidan
dengan mahasiswa sehingga berhasil dengan sangat bagus (mutu
pelayanan meningkat), wanita puas dengan asuhan persalinan yang
diberikan oleh bidan dengan system partnership.
 Amerika Serikat
Hampir sama dengan Australia.
 Inggris
Dari sejarah terjadinya medikalisasi wanita di inggris menuntut haknya
dalam natural childbirth untuk itu bidan bangkit. Dalam praktek pelayanan
kebidanan lebih berorientasi pada wanita, otonomi sehingga bidan
mandiri.
Pendidikan bidan :
Mayoritajs bidan lulusan diploma dan davance diploma
Pada tahun 1995 universitas bachelor membuka pendidikan bidan dari
SMU + 3 tahun sampai 4 tahun hingga ada pendidikan S 2.
Untuk akreditasi 5 kali studi perhari dalam 3 tahun untuk mendapatkan
sertifikat, critical analysis, evaluasi dan mencari advance.

E. Alat dan Bahan yang Digunakan


1. Kertas HVS;
2. Alat tulis (pulpen);
3. Lakban;
4. Kertas mika;
5. Streples;
6. Komputer dan print.

F. Keselamatan Kerja
Tidak ada

G. Prosedur Praktikum
Mahasiswa diharapkan dapat membuat makalah dengan tahapan :
1. Membagi mahasiswa menjadi 5 kelompok;
2. Menentukan pokok bahasan untuk masing – masing kelompok;
Kelompok Pokok Bahasan
Kelompok I : Sejarah pelayanan kebidanan di Indonesia
Kelompok II : Perkembangan pelayanan kebidanan di Indonesia
Kelompok III : Perkembangan pendidikan kebidanan di Indonesia
Kelompok IV : Perkembangan pelayanan kebidanan di Luar Negeri
Kelompok V : Perkembangan pendidikan kebidanan di Luar Negeri

3. Mahasiswa mencari materi pokok bahasan yang akan dibuat makalah;


4. Mahasiswa berdiskusi menganalisis materi dan membuat power point
untuk dipresentasikan;
5. Mahasiswa membuat makalah yang berisi tentang :
a. Daftar isi;
b. Pengantar;
c. Tinjauan Teori;
d. Penutup;
e. Daftar pustaka.

H. Alat Evaluasi
Alat evaluasi yang digunakan adalah rubrik untuk menilai hasil karya
mahasiswa , adapun skor penilaiannya adalah :
Nilai 4 : Kesesuaian antara materi, pembahasan dan contoh baik,
kesinambungan materi antar bab / bagian baik, tampilan tulisan
dan ukuran penulisan sesuai dengan kaidah penulisan, kreatifitas
dalam menampilkan ilustrasi gambar sesuai dengan pokok
bahasan (materi).
Nilai 3 : Kesesuaian antara materi, pembahasan dan contoh baik,
kesinambungan materi antar bab / bagian cukup (kurang
berkesinambungan), tampilan tulisan dan ukuran penulisan
sesuai dengan kaidah penulisan, kreatifitas dalam menampilkan
ilustrasi gambar sesuai dengan pokok bahasan (materi).
Nilai 2 : Kesesuaian antara materi, pembahasan dan contoh baik,
kesinambungan materi antar bab / bagian cukup (kurang
berkesinambungan), tampilan tulisan dan ukuran penulisan
sesuai dengan kaidah penulisan, kreatifitas dalam menampilkan
ilustrasi gambar tidak sesuai dengan pokok bahasan (materi).
Nilai 1 : Kesesuaian antara materi, pembahasan dan contoh baik,
kesinambungan materi antar bab / bagian cukup (kurang
berkesinambungan), tampilan tulisan dan ukuran penulisan
sesuai dengan kaidah penulisan, kreatifitas dalam menampilkan
ilustrasi gambar tidak sesuai dengan pokok bahasan (materi).
MODIL II
PARADIGMA ASUHAN KEBIDANAN

A. KOMPETENSI DASAR
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa dapat menjelaskan tentang
Paradigma Asuhan Kebidanan.

B. INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu :
1. Memahami Pengertian Paradigma Kebidanan;
2. Menjelaskan komponen Paradigma Kebidanan;
3. Menjelaskan macam-macam Asuhan Kebidanan;
4. Menjelaskan Paradigma Asuhan Kebidanan dikaitkan dengan Asuhan
Kebidanan.

C. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat mengaplikasikan penyusunan makalah dalam menjelaskan
tentang Paradigma Asuhan Kebidanan.

D. DASAR TEORI
1. PENGERTIAN
Suatu bentuk pedoman/acuan yg merupakan kerangka kerja seorang bidan
dalam memberikan asuhan kebidanan yang dipengaruhi oleh filosofi yang
dianut bidan (filosofi asuhan kebidanan) dan Meliputi unsur - unsur
yang terdapat dalam paradigma kesehatan (manusia-perilaku, lingkungan
& pelayanan kesehatan)
Bidan dalam bekerja memberikan pelayanan keprofesiannya berpegang
pada paradigma, berupa pandangan terhadap manusia/perempuan,
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan/kebidanan dan keturunan.

2. KOMPONEN – KOMPONEN dalam PARADIGMA KEBIDANAN


A. Perempuan
Perempuan sebagaimana halnya manusia adalah makhluk bio-
psikososio-kultural yang utuh dan unik, mempunyai kebutuhan dasar
yang unik, dan bermacam-macam sesuai dengan tingkat
perkembangan. Perempuan sebagai penerus generasi, sehingga
keberadaan perempuan yang sehat jasmani, rohani, dan social sangat
diperlukan.
Perempuan sebagai sumber daya insani merupakan pendidik
pertama dan utama dalam keluarga. Kualitas manusia sangat
ditentukan oleh keberadaan/kondisi perempuan/ibu dalam keluarga.
Para perempuan di masyarakat adalah penggerak dan pelopor
peningkatan kesejahteraan keluarga.
B. Lingkungan
Lingkungan merupakan semua yang terlibat dalam interaksi
individu pada waktu melaksanakan aktifitasnya, baik lingkungan fisik,
psikososial, biologis maupun budaya. Lingkungan psikososial meliputi
keluarga, kelompok, komunitas, dan masyarakat. Ibu selalu terlibat
dalam interaksi keluarga, kelompok, yang mempunyai tujuan dan
system nilai.
Masyarakat merupakan kelompok paling penting dan kompleks
yang telah dibentuk oleh manusia sebagai lingkungan social yang
terdiri dari individu, keluarga dan komunitas yang mempunyai tujuan
dan system nilai
Perempuan merupakan bagian dari anggota keluarga dari unit
komunitas. Keluarga yang dalam fungsinya mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh lingkungan dimana dia berada. Keluarga dapat
menunjang kebutuhan sehari-hari dan memberikan dukungan
emosional kepada ibu sepanjang siklus kehidupannya. Keadaan social
ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan lokasi tempat tinggal keluarga
sangat menentukan derajat kesehatan reproduksi perempuan.

C. Perilaku
Perilaku merupakan hasil seluruh pengalaman serta interaksi manusia
dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap
dan tindakan.
 Perilaku profesional bidan mencakup :
1. Dalam laksanakan tugas berpegang teguh pada filosofi etika
profesi & aspek legal
2. Bertangung jawab & mempertanggung jawabkan keputusan klinis
yang dibuat
3. Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan & ketrampilan
mutakhir secara berkala
4. Menggunakan cara pencegahan universal untuk cegah penularan
penyakit, pengendalian infeksi
5. Menggunakan konsultasi & rujukan yang tepat selama memberikan
asuhan kebidanan
D. Pelayanan Kebidanan
Bagian integral dan system pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
bidan yang telah terdaftar (terregister) yang dapat dilakukan secara
mandiri, kolaborasi, atau rujukan.
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan, yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga,
sesuai dengan kewenangan dalam rangka tercapainya keluarga kecil
bahagia dan sejahtera.
Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga, dan
masyarakat yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan,
penyembuhan dan pemulihan pelayanan kebidanan dapat dibedakan
menjadi:
1. Layanan Primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi
tanggung jawab bidan.
2. Layanan kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan
sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan
atau sebagai salah satu dari sebuah proses kegiatan pelayanan
kesehatan.
3. Layanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam
rangka rujukan ke system layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya
yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam menerima rujukan
dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan
oleh bidan ketempat/fasilitas pelayanan kesehatan lain secara
horizontal maupun vertical atau meningkatkan keamanan dan
kesejahteraan ibu serta bayinya.
E. Keturunan
Keturunan merupakan salah satu factor yang menentukan kualitas
manusia. Manusia yang sehat dilahirkan oleh ibu yang sehat.
3. MACAM – MACAM ASUHAN KEBIDANAN
A. Standar Kompetensi Bidan
Kompetensi 1: Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan
ketrampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang
membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan
budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya.
B. Pra konsepsi, KB, dan Ginekologi
Kompetensi 2: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan
menyeluruh dimasyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan
keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang
tua.
C. Asuhan dan Konseling selama kehamilan
Kompetensi 3: Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi
untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang
meliputi:deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.
D. Asuhan selama persalinan dan kelahiran
Kompetensi 4: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap
terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama
persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan
tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru
lahir.
E. Asuhan pada ibu nifas dan menyusui
Kompetensi 5: Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui
yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.
F.Asuhan pada Bayi Baru Lahir
Kompetensi 6: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan.
G. Asuhan pada Bayi dan Balita
Kompetensi 7: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi
komprehensif pada bayi dan balita sehat 1 bulan – 5 tahun
H. Kebidanan Komunitas
Kompetensi 8: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan
komprehensif pada keluarga, kelompok, dan masyarakat sesuai dengan
budaya setempat.
I. Asuhan pada Ibu/Wanita dengan Gangguan Reproduksi
Kompetensi 9: Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan
gangguan system reproduksi
4. MANFAAT PARADIGMA DIKAITKAN dengan ASUHAN
KEBIDANAN
Dengan adanya paradigma dapat mengubah cara pandang seorang
bidan dalam pemberian pelayanan baik individu, keluarga dan masyarakat.
Hubungan yang dijalankan harus berdasarkan rasa hormat, timbal balik
dan saling percaya. Manfaatnya terhadap asuhan yang diberikan:
1. Memandu, mendorong dan mengarahkan kinerja klinik dalam upaya
menampilkan asuhan kebidanan yang bermutu.
2. Sebagai tolok ukur untuk menilai tingkat kualitas asuhan kebidanan
yang diberikan.
3. Merupakan alat penilaian diri sendiri bagi bidan dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya.
4. Mempertahankan profesionalisme bidan sebagai praktisi klinik.
5. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi asuhan kebidanan.
6. Meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap asuhan kebidanan.
7. Melindungi penyelenggaraan pelayanan kesehatan dari kemungkinan
gugatan hukum

E. Alat dan Bahan yang Digunakan


1. Kertas HVS;
2. Alat tulis (pulpen);
3. Lakban;
4. Kertas mika;
5. Streples;
6. Komputer dan print.

F. Keselamatan Kerja
Tidak ada

G. Prosedur Praktikum
Mahasiswa diharapkan dapat membuat makalah dengan tahapan :
1. Membagi mahasiswa menjadi 4 kelompok;
2. Menentukan pokok bahasan untuk masing – masing kelompok;
Kelompok Pokok Bahasan
Kelompok I : Paradigma Kebidanan dalam Masyarakat
Kelompok II : Komponen Paradigma Kebidanan
Kelompok III : Macam-macam Asuhan Kebidanan
Kelompok IV : Manfaat Paradigma Kebidanan dikaitkan dengan
Asuhan Kebidanan
3. Mahasiswa mencari materi pokok bahasan yang akan dibuat makalah;
4. Mahasiswa berdiskusi menganalisis materi dan membuat power point untuk
dipresentasikan;
5. Mahasiswa membuat makalah yang berisi tentang :
a. Daftar isi;
b. Pengantar;
c. Tinjauan Teori;
d. Penutup;
e. Daftar pustaka.

H. Alat Evaluasi
Alat evaluasi yang digunakan adalah rubrik untuk menilai hasil karya
mahasiswa , adapun skor penilaiannya adalah :
Nilai 4 : Kesesuaian antara materi, pembahasan dan contoh baik,
kesinambungan materi antar bab / bagian baik, tampilan tulisan
dan ukuran penulisan sesuai dengan kaidah penulisan,
kreatifitas dalam menampilkan ilustrasi gambar sesuai dengan
pokok bahasan (materi).
Nilai 3 : Kesesuaian antara materi, pembahasan dan contoh baik,
kesinambungan materi antar bab / bagian cukup (kurang
berkesinambungan), tampilan tulisan dan ukuran penulisan
sesuai dengan kaidah penulisan, kreatifitas dalam
menampilkan ilustrasi gambar sesuai dengan pokok bahasan
(materi).
Nilai 2 : Kesesuaian antara materi, pembahasan dan contoh baik,
kesinambungan materi antar bab / bagian cukup (kurang
berkesinambungan), tampilan tulisan dan ukuran penulisan
sesuai dengan kaidah penulisan, kreatifitas dalam
menampilkan ilustrasi gambar tidak sesuai dengan pokok
bahasan (materi).
Nilai 1 : Kesesuaian antara materi, pembahasan dan contoh baik,
kesinambungan materi antar bab / bagian cukup (kurang
berkesinambungan), tampilan tulisan dan ukuran penulisan
sesuai dengan kaidah penulisan, kreatifitas dalam
menampilkan ilustrasi gambar tidak sesuai dengan pokok
bahasan (materi).
MODUL III
Peran Fungsi Bidan

A. KOMPETENSI DASAR
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa mampu menjelaskan Peran dan
Fungsi Bidan.

B. INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan peran fungsi bidan;
2. Menjelaskan Praktek profesional bidan.

C. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat mengaplikasikan penyusunan makalah dalam menjelaskan
peran fungsi bidan.

D. DASAR TEORI
1. Peran Fungsi Bidan
o Pengertian Peran Adalah tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam suatu sistem.
o Pengertian Fungsi adalah pekerjaan yang harus dilakukan sesuai
dengan perannya.
o Peran Fungsi Bidan
a. Sebagai Pelaksana
Sebagai pelaksana, bidan memiliki tiga kategori tugas, yaitu tugas
mandiri, tugas kolaborasi, dan tugas ketergantungan.
b. Sebagai Pengelola
Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas, yaitu tugas
pengembangan pelayanan dasar kesehatan dan tugas partisipasi
dalam tim.
1. Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan
2. Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.
c. Sebagai Pendidik
Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu sebagai pendidik
dan penyuluh kesehatan bagi klien serta pelatih dan pembimbing
kader.
o Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien
Bidan memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada
klien (individu, keluarga, kelompok, serta maryarakat) tentang
penanggulangan masalah kesehatan, khususnya yang
berhubungarn dengan kesehatan ibu, anak, dan keluarga
berencana
o Melatih dan membimbing kader
Bidan melatih dan membimbing kader, peserta didik kebidanan
dan keperawatan, serta membina dukun dl wilayah atau tempat
kerjanya
d. Sebagai Peneliti
Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang
kesehatan baik secara mandiri maupun berkelompok, mencakup:
1. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.
2. Menyusun rencana kerja pelatihan.
3. Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.
4. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.
5. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.
6. Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan
mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan.
7. Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga
berencana.

E. Alat dan Bahan yang Digunakan


1. Kertas HVS;
2. Alat tulis (pulpen);
3. Lakban;
4. Kertas mika;
5. Streples;
6. Komputer dan print.

F. Keselamatan Kerja
Tidak ada

G. Prosedur Praktikum
Mahasiswa diharapkan dapat membuat makalah dengan tahapan :
1. Membagi mahasiswa menjadi 3 kelompok;
2. Menentukan pokok bahasan untuk masing – masing kelompok;
Kelompok Pokok Bahasan
Kelompok I : Peran fungsi bidan
Kelompok II : Peran fungsi bidan dalam masyarakat
Kelompok III : Praktek profesional bidan
3. Mahasiswa mencari materi pokok bahasan yang akan dibuat makalah;
4. Mahasiswa berdiskusi menganalisis materi dan membuat power point untuk
dipresentasikan;
5. Mahasiswa membuat makalah yang berisi tentang :
a. Daftar isi;
b. Pengantar;
c. Tinjauan Teori;
d. Penutup;
e. Daftar pustaka.

H. Alat Evaluasi
Alat evaluasi yang digunakan adalah rubrik untuk menilai hasil karya
mahasiswa , adapun skor penilaiannya adalah :
Nilai 4 : Kesesuaian antara materi, pembahasan dan contoh baik,
kesinambungan materi antar bab / bagian baik, tampilan tulisan
dan ukuran penulisan sesuai dengan kaidah penulisan,
kreatifitas dalam menampilkan ilustrasi gambar sesuai dengan
pokok bahasan (materi).
Nilai 3 : Kesesuaian antara materi, pembahasan dan contoh baik,
kesinambungan materi antar bab / bagian cukup (kurang
berkesinambungan), tampilan tulisan dan ukuran penulisan
sesuai dengan kaidah penulisan, kreatifitas dalam
menampilkan ilustrasi gambar sesuai dengan pokok bahasan
(materi).
Nilai 2 : Kesesuaian antara materi, pembahasan dan contoh baik,
kesinambungan materi antar bab / bagian cukup (kurang
berkesinambungan), tampilan tulisan dan ukuran penulisan
sesuai dengan kaidah penulisan, kreatifitas dalam
menampilkan ilustrasi gambar tidak sesuai dengan pokok
bahasan (materi).
Nilai 1 : Kesesuaian antara materi, pembahasan dan contoh baik,
kesinambungan materi antar bab / bagian cukup (kurang
berkesinambungan), tampilan tulisan dan ukuran penulisan
sesuai dengan kaidah penulisan, kreatifitas dalam
menampilkan ilustrasi gambar tidak sesuai dengan pokok
bahasan (materi).
MODUL IV
Teori dan Model Konseptual Asuhan Kebidanan

A. KOMPETENSI DASAR
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa mampu menjelaskan Teori dan
Model Konseptual Asuhan Kebidanan

B. INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa mampu menjelaskan tentang teori
dan model konseptual asuhan kebidanan ;
1. Teori Kebidanan yang meliputi ;
a. Reva Rubin
b. Ramona
c. Ela Joy Lehrman
d. Ernestine
e. Jean Ball
2. Model Konseptual Asuhan Kebidanan yang meliputi ;
a. Midwifery Care
b. Paradigma Sehat

C. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu melakukan diskusi kelompok aktif, membuat power
point dan mempresentasikan hasil diskusi dalam menjelaskan tentang teori dan
model konseptual asuhan kebidanan .

D. DASAR TEORI
Konseptual model dan teori dalam praktik kebidanan

secara umum konsep dan teori adalah hal yang sangat brkaitan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam pelayanan kebidanan teori-teori yang
digunakan dalam praktik kebidanan berasal dari konseptual model kebidanan.
Teori adalah penjelasan dari suatu kejadian atau fenomena
Konsep adalah ide yang direncanakan dalam pikiran kemudian dituangkan dalam
sebuah karya nyata
Konsep atau teori adalah gambaran tentang objek dari suatu kejadian atau objek
yang digunakan oleh peneliti untuk menggambarkan fenomena
sosial yang menarik perhatiannya
Fungsi Konsep dan teori : sebagai alat untuk mengidentifikasi fenomena yang
diobservasinya. Sedangkan teori adalah jalur logika atau penalaran
yang digunakan oleh peneliti untuk menerangkan hubungan
pengaruh antar fenomena yang dikaji

TEORI YANG MEMPENGARUHI MODEL KEBIDANAN

1. Teori Reva Rubin


Rubin merupakan seorang perawat bidan di USA, mengembangkan
penelitian dan teori tentang kesehatan ibu dan anak khususnya ibu bersalin.
Menekan pada pencapaian peran sebagai ibu, untuk mencapai peran ini
seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktivitas atau
latihan. Dengan demikian, seorang wanita terutama calon ibu dapat
mempelajari peran yang akan di alaminya kelak sehingga ia mampu
beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi khususnya perubahan
psikologis dalam kehamilan dan setelah persalinan.
Menurut Reva Rubin, seorang wanita sejak hamil sudah memiliki harapan-
harapan antara lain:
 kesejahteraan ibu dan bayi
 penerimaan dari masyarakat
 penentuan identitas diri
 mengetahui tentang arti memberi dan menerima
Tahap_tahap psikologis yang biasa dilalui oleh calon ibu dalam mencapai
peran nya:
a. anticipatory stage
seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi
dengan anak yang lain.
b. honeymoon stage
ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasar yang dijalaninya. Pada tahap
ini ibu memerlukan bantuan dari anggota keluarga yang lain.
c. Plateu stage
Ibu akan mencoba apakah ia mampu berperan sebagai seorang ibu. Pada
tahap ini ibu memerlukan waktu beberapa minggu sampai ibu kemudian
melanjutkan sendiri.
d. Disengagement
Merupakan tahap penyelesain latihan peran sudah berakhir.
Aspek-aspek yang diidentifikasi dalam peran ibu adalah gambaran tentang
idaman, gambaran diri dan tubuh. Gambaran diri seorang wanita adalah
pandangan wanita tentang dirinya sendiri sebagai bagian dari pengalaman
dirinya, sedangkan gambaran tubuh adalah berhubungan dengan perubahan
fisik yang tejadi selama kehamilan.

Aspek yang di identifikasi dalam peran ibu:


a. gambaran tentang idaman (ideal image)
didalamnya menyangkut hal-hal, kegiatan yang berkaitan dengan
bagaimana seharusnya menjadi seorang ibu
b. gambaran tentang diri (self image)
terdiri dari sikap wanita itu melihat dirinya. Yang dimiliki dari
pengalamannya.
c. gambaran tubuh (body image)
berhubungan dengan perubahan fisik dan perubahan spesifik lainnya yg
terjadi selama kehamilan dan nifas.

5 langkah yang melekat dalam pencapaian gambaran wanita terhadap dirinya


yaitu ;
a. mimicry (meniru)
b. Role play (bermain peran)
c. Fantasy (membayangkan peran)
d. Introjection-projectin-rejection (membedakan peran yg sesuai dengan
pendapatnya)
e. Grief work (evaluasi = wanita mengevaluasi hasil tindakannya dimasa lalu
dan meninggalkan masa lalu yg dianggap tidak sesuai)

Peran ibu dicapai dengan suatu proses (Beberapa tahapan aktifitas penting
sebelum seseorang menjadi seorang ibu) adalah.
a. Taking on (tahapan/fase meniru/mimiciry dan Role play/bermain
peran)
Seorang wanita dalam pencapaiaan sebagai ibu akan memulainya
dengan meniru dan melakukan peran seorang ibu.
b. Taking in (fase fantasy dan introjektion, projection dan rejection)
Seorang wanita sedang membayangkan peran yang dilakukannya .
introjektion, projection dan rejection merupakan tahap di mana wanita
membedakan model-model yang sesuai dengan keinginannya.
c. Letting go (fase/tahapan Griefwork/Evaluasi)
Wanita mengingat kembali proses dan aktifitas yang sudah di
lakukannya. Pada tahap ini seorang akan meninggalkan perannya di
masa lalu.

Adaptasi psikososial pada masa post partum,Keberhasilan masa transisi


menjadi orang tua pada masa post partum di pengaruhi oleh:
 respon dan dukungan dari keluarga
 hubungan antara melahirkan dengan harapan-harapan
 pengalaman melahirkan dam membesarkan anak yang lalu
 budaya
Reva rubin mengklasifikasikan tahapan adaptasi post partum ini menjadi tiga
tahap yaitu:
a. periode taking in (hari pertama hingga kedua setelah melahirkan)
 ibu masih pasif dan tergantung pada orang lain
 perhatian ibu tertuju pada ke khawatiran pada perubahan tubuhnya
 ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman ketika melahirakan
 memerlikan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan
keadaan tubuh kekondisi normal
 nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan
peningkatan nutrisi. Kurangnya nafsu makan menandakan proses
pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal.
b. periode taking hold (hari kedua hingga ke empat setelah melahirkan)
 ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan
meningkatkan tanggung jawab akan bayinya
 ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK,
BAB dan daya tahan tubuh
 ibu cenderung terbuka menerima nasihat bidan dan kritikan pribadi
 ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti
menggendong, menyusui, memandikan dan mengganti popok
 kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa
tidak mampu membesarkan bayinya
c. periode letting go
 terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan di pengaruhi oleh
dukungan serta perhatian keluarga
 ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan
memahami kebutuhan bayi sehingga akan mengurangi hak ibu
dalam kebebasan dan hubungan social

Teori Ramona Marcer


Teori ini lebih menekan pada stress antepartum (sebelum melahirkan) dalam
pencapaiaan peran ibu, marcer membagi teorinya menjadi dua pokok bahasan:
1. Efek stress Anterpartum
Stress Anterpartum adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan
pengalaman negative dari hidup seorang wanita, tujuan asuhan yang di
berikan adalah : memberikan dukungan selama hamil untuk mengurangi
ketidak percayaan ibu.
Penilitian mercer menunjukkan ada enam faktor yang berhubungan dengan
status kesehatan ibu, yaitu:
A. Hubungan Interpersonal
B. Peran keluarga
C. Stress anterpartum
D. Dukungan social
E. Rasa percaya diri
F. Penguasaan rasa takut, ragu dan depresi
Maternal role menurut mercer adalah bagai mana seorang ibu
mendapatkan identitas baru yang membutuhkan pemikiran dan penjabaran
yang lengkap dengan dirinya sendiri.
2. Pencapaian peran ibu
Peran ibu dapat di capai bila ibu menjadi dekat dengan bayinya termasuk
mengekspresikan kepuasan dan penghargaan peran, lebih lanjut mercer
menyebutkan tentang stress anterpartum terhadap fungsi keluarga, baik yang
positif ataupun yang negative. Bila fungsi keluarganya positif maka ibu hamil
dapat mengatasi stress anterpartum, stress anterpartum karena resiko
kehamilan dapat mempengaruhi persepsi terhadap status kesehatan, dengan
dukungan keluarga dan bidan maka ibu dapat mengurangi atau mengatasi
stress anterpartum.
Perubahan yang terjadi pada ibu hamil selama masa kehamilan (Trisemester I, II
dan III) merupakan hal yang fisiologis sesuai dengan filosofi asuhan kebidanan
bahwa menarche, kehamilan, nifas, dan monopouse merupakan hal yang
fisiologis.
Perubahan yang di alami oleh ibu, selama kehamilan terkadang dapat
menimbulkan stress anterpartum, sehingga bidan harus memberikan asuhan
kepada ibu hamil agar ibu dapat menjalani kehamilannya secara fisiologis
(normal), perubahan yang di alami oleh ibu hamil antara lain adalah:
a. Ibu cenderung lebih tergantung dan lebih memerlukan perhatian
sehingga dapat berperan sebagai calon ibu dan dapat memperhatikan
perkembangan bayinya.
b. ibu memerlukan sosialisasi
c. ibu cenderung merasa khawatir terhadap perubahan yang terjadi
pada tubuhnya
d. Ibu memasuki masa transisi yaitu dari masa menerima kehamilan
kehamilan ke masa menyiapkan kelahiran dan menerima bayinya.
Empat tahapan dalam melaksanakan peran ibu menuru Mercer:
1. Anticipatory
Saat sebelum wanita menjadi ibu, di mana wanita mulai melakukan
penyesuaian social dan psikologis dengan mempelajri segala sesuatuyang di
butuhkan untuk menjadi seorang ibu.
2. Formal
Wanita memasuki peran ibu yang sebenarnya, bimbingan peran di butuhkan
sesuai dengan kondisi system social
3. Informal
Di mana wanita telam mampu menemukan jalan yang unik dalam
melaksanakan perannya
4. Personal
merupakan peran terakhir, di mana wanita telah mahir melakukan perannya
sebagai ibu.
Sebagai bahan perbandingan, Reva Rubin menyebutkan peran ibu telah di mulai
sejak ibu menginjak kehamilan pada masa 6 bulan setelah melahirkan, tetapi
menurut Mercer mulainya peran ibu adalah setelah bayi bayi lahir 3-7 bulan
setelah dilahirkan.
Wanita dalam menjalankan peran ibu di pengaruhi oleh faktor –faktor sebagai
berikut:
1. Faktor ibu
 Umur ibu pada saat melahirkan
 Persepsi ibu pada saat melahirkan pertama kali
 Stress social
 Memisahkan ibu pada anaknya secepatnya
 Dukungan social
 Konsep diri
 Sifat pribadi
 Sikap terhadap membesarkan anak
 Status kesehatan ibu.
2. Faktor bayi
 Temperament
 Kesehatan bayi
3. Faktor-faktor lainnya
 Latar belakang etnik
 Status pekawinan
 Status ekonomi
Dari faktor social support, mercer mengidentifikasikan adanya empat factor
pendukung:
1. Emotional support
Yaitu perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya dan mengerti.
2. Informational support
Memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan ibu sehingga dapat
membantu ibu untuk menolong dirinya sendiri.
3. Physical support
Misalnya dengan membantu merawat bayi dan memberikan tambahan dana.
4. Appraisal support
Ini memungkinkan indivinformasi yang menjelaskan tentang peran dirinya,
bagaimnana menampilkan dirinya dalam peran. Hal ini memungkinkan ibu
mampu mengevaluasi dirinya sendiri dan pencapaiaan peran ibu.
Mercer menegaskan bahwa umur, tingkat pendidikan, ras, status perkawinan,
status ekonomi dan konsep diri adalah faktor-faktor yang sangat berpengaruh
dalam pencapaiaan peran ibu. Peran bidan yang di harapkanoleh mercer dalam
teorinya adalah membantu wanita dalam melaksanakan tugas dan adaptsi peran
dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaiaan peran ini dan
kontribusi dari stress antepartum.
Teori Jean ball
Teori kursi goyang , keseimbangan emosional ibu. Tujuan asuhan
maternitas agar ibu mampu melaksanakan tugasnya sebagai ibu baik fisik maupun
psikologis.
Ada dua teori Jean ball yaitu:
 Teori peran
 Teori stress, coping dan suport
 Teori peran
Hipotesa Ball, respon emotional wanita terhadap perubahan yang terjadi
bersamaan dengan kelahiran anak yang mempengaruhi personality seseorang dan
dengan dukungan yang berarti mereka mendapatkan sistem keluarga dan sosial.
Persipan yang telah di lakukan bidan pada masa postnatal akan mempengaruhi
respon emotional wanita terhadap perubahan akibatproses kelahiran tersebut.
Kesejahteraan wanita setelah melahirkan tergantung pada personality dan
kepribadian, sistem dukungan pribadi dan dukungan dari pelayanan maternitas.
Ball menemukan teori kursi goyang terdiri dari tiga elemen, yaitu:
1. Pelayanan maternitas
2. Pandangan masyarakat terhadap keluarga
3. Sisi penyangga atau support terhadap kepribadian keluarga
Teori Ernestine Wiedenbach
Lima (5) elemen yang mempengaruhi proses keperawatan menurut Wiedenbach
(1967) yaitu:
1 The agent : mid wife (perawat, bidan, dan sebagainya)
Enerstine mengutarakan 4 konsep yang mempengaruhi praktik keperawatan
yaitu filosofi, tujuan, praktik dan seni. Tiga pont dasar dala filosofi
keperawatan atau kebidanan yaitu menghargai atas kehidupan yang telah
diberikan, menghargai sebuah kehormatan, suatu yang berhaga, otonomi dan
individualism pada setiap orang dan resolusi dalam menerapkan dinaminasi
terhadap orang lain.
Filosofi yang di kemukakan adalah tentang kebutuhan ibu dan bayi yang
segera untuk mengembangkan kebutuhan yang lebih luas yaitu kebutuhan
untuk persipan menjadi orang tua.
2 The recipient
Meliputi : wanita, keluarga dan masyarakat. Recipient menurut Widenbach
adalah individu yang mampu menetukan kebutuhannya akan bantuan.
3 The Goal / purpose (Tujuan Intervensi)
Konsep Widenbach tujuan akhir dari perawatan adalah sebuah ukuran atau
tindakan yang diperlukan an diinginkan seseorang danberpotensi untuk
merubah atau memperpanjang kemampuan seseorang untuk mengatasi
keterbatasan. Di sesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu dengan
memperhatikan tingkah laku fisik, emosional atau fisiologikal.
4 The Means
Metode untuk mencapai tujuan asuhan kebidanan ada empat tahapan yaitu:
Identifikasi kebutuhan klient, memerlukan keterampilan dan ide
Memberikan dukungan dalam mencapai pertolongan yang di butuhkan
(ministration)
Memberikan bantuan sesuai kebutuhan (validation)
Mengkoordinasi tenaga yang ada untuk memberikan bantuan
(coordination)
Kelima kelompok teori Wiedenbach dapat di gambarkan dalam bagian.
identifikasi
mempersiapkan
koordinasi
validasi
5 The frame work meliputi lingkungan sosial, organisasi dan profesi.

Teori Ela Joy Lehrman


Latar belakang penelitian yang dilakukan oleh Lehrman adalah semakin luasya
cakupan tugas yang dibebankan kepada bidan. Lehrman menginginkan agar bidan
dapat melihat semua aspek praktik dalam memberikan asuhan pada wanita hamil
dan pertolongan pada persalinan.
Teori Lehrman juga menjelaskan ada perbedaan antara pengalaman seorang
wanita dg kemampuan praktik bidan.
Lehrman mengemukakan 8 konsep yang penting dalam pelayanan antenatal :
 Asuhan yang berkesinambungan
 Keluarga sebagai pusat asuhan
 Pendidikan dan konseling merupakan bagian dari asuhan
 Tidak ada intervensi dalam asuhan
 Fleksibilitas dalam asuhan
 Keterlibatan dalam asuhan
 Advokasi dari klien
 Waktu
Morten (1991) menambahkan 3 komponen kedalam 8 komponen Lehrman
yaitu:
1. Tehnik terapeutik
Komunikasi sangat bermanfaat dalam proses perkembangan dan
penyembuhan.
Sikap tehnik teraupetik:
Mendengar aktif
Mengkaji
Klarifikasi
Humor
Sikap yang tidak menuduh
Pengakuan
Fasilitasi
Pemberian ijin
2. Pemberdayaan (Empowerment)
Suatu proses memberi kekuasaan dan kekuatan. Meningkatkan kemampuan
pasien dalam mengoreksi, memvalidasi, menilai dan memberi dukungan
melalui pendekatan dan penampilan.
3. Hubungan sesama
menjalin hubungan yang baik
bersikap terbuka,
sejalan dengan klien
bidan dan kliennya akrab
sikap empati
berbagi pengalaman.
E. Alat dan Bahan yang Digunakan
1. Kertas HVS;
2. Alat tulis (pulpen);
3. Komputer (laptop).

F. Keselamatan Kerja
Tidak ada

G. Prosedur Praktikum
Mahasiswa diharapkan dapat melakukan diskusi kelimpok dan
mempresentasikan hasil diskusi dengan tahapan :
1. Membagi mahasiswa menjadi 7 kelompok;
2. Menentukan pokok bahasan untuk masing – masing kelompok;
Kelompok Pokok Bahasan
Kelompok I : Teori Kebidanan Reva Rubin
Kelompok II : Teori Kebidanan Ramona
Kelompok III : Teori Kebidanan Ela Joy Lehrman
Kelompok IV : Teori Kebidanan Ernestine
Kelompok V : Teori Kebidanan Jean Ball
Kelompok VI : Model Konseptual Midwifery Care
Kelompok : Model Konseptual Paradigma Sehat
VII
3. Mahasiswa mencari materi pokok bahasan yang akan dibuat makalah;
4. Mahasiswa berdiskusi menganalisis materi dan membuat power point untuk
dipresentasikan;

H. Alat Evaluasi
Alat evaluasi yang digunakan adalah rubrik untuk menilai hasil karya
mahasiswa tentang Teori dan model konseptual asuhan kebidanan, adapun
skor penilaiannya adalah :
Nilai 4 : Kesesuaian antara materi, pembahasan dan contoh baik,
kesinambungan materi antar bab / bagian baik, tampilan tulisan
dan ukuran penulisan sesuai dengan kaidah penulisan,
kreatifitas dalam menampilkan ilustrasi gambar sesuai dengan
pokok bahasan (materi).
Nilai 3 : Kesesuaian antara materi, pembahasan dan contoh baik,
kesinambungan materi antar bab / bagian cukup (kurang
berkesinambungan), tampilan tulisan dan ukuran penulisan
sesuai dengan kaidah penulisan, kreatifitas dalam
menampilkan ilustrasi gambar sesuai dengan pokok bahasan
(materi).
Nilai 2 : Kesesuaian antara materi, pembahasan dan contoh baik,
kesinambungan materi antar bab / bagian cukup (kurang
berkesinambungan), tampilan tulisan dan ukuran penulisan
sesuai dengan kaidah penulisan, kreatifitas dalam
menampilkan ilustrasi gambar tidak sesuai dengan pokok
bahasan (materi).
Nilai 1 : Kesesuaian antara materi, pembahasan dan contoh baik,
kesinambungan materi antar bab / bagian cukup (kurang
berkesinambungan), tampilan tulisan dan ukuran penulisan
sesuai dengan kaidah penulisan, kreatifitas dalam
menampilkan ilustrasi gambar tidak sesuai dengan pokok
bahasan (materi).
MODUL VI
Sistem Penghargaan Bagi Bidan

A. Kompetensi Dasar
Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk dapat
Menjelaskan sistem penghargaan bagi bidan.

B. Indikator
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa mampu menjelaskan tentang
sistem penghargaan bagi bidan, yang meliputi ;
1. Reward
2. Sanksi

C. Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat mengaplikasikan penyusunan makalah dalam
menjelaskan tentang sistem penghargaan bagi bidan.

D. DASAR TEORI
SISTEM PENGHARGAAN BAGI BIDAN

1. Penghargaan Bagi Bidan (Reward)


Penghargaan yang diberikan kepada bidan tidak hanya dalam bentuk imbalan
jasa, tetapi juga dalam bentuk pengakuan profesi dan pemberian kewenangan /
hak untuk menjalankan praktik sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3,hak adalah kewenangan
untuk berbuat sesuatu yang telah ditentukan oleh undang-undang atau aturan
tertentu. Bidan di Indonesia memiliki organisasi profesi yaitu Ikatan Bidan
Indonesia atau IBI yang mengatur hak dan kewajiban serta penghargaan dan
sanksi bagi bidan. Setiap bidan yang telah menyelesaikan pendidikan
kebidanan berhak dan wajib menjadi anggota IBI.
Hak bidan :
a. Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
sesuai dengan profesinya.
b. Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap
tingkat jenjang pelayanan kesehatan.
c. Bidan berhak menolak keinginan pasien/klien dan keluarga yang
bertentangan dengan peraturan perundangan,dan kode etik profesi.
d. Bidan berhak atas privasi / kedirian dan menuntut apabila nama baiknya
dicemarkan baik oleh pasien,keluarga ataupun profesi lain.
e. Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui
pendidikan maupun pelatihan.
f. Bidan berhak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir
dan jabatan yang sesuai.
g. Bidan berhak mendapatkan kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.
Wewenang bidan, antara lain:
a. Pemberian kewenangan lebih luas kepada bidan untuk mendekatkan
pelayanan kegawatan obstetric dan neonatal.
b. Bidan harus melaksanakan tugas kewenagan sesuai standar profesi,
memiliki kemampuan dan ketrampilan sebagai bidan, mematuhi dan
melaksanakan protap yang berlaku di wilayahnya dan bertanggung jawab
atas pelayanan yang diberikan dengan mengutamakan keselamatan ibu dan
bayi.
c. Pelayanan kebidanan kepada wanita oleh bidan meliputi pelayanan pada
masa pranikah termasuk remaja putrid, pra hamil, kehamilan, persalinan,
nifas, menyusui, dan masa antara kehamilan.

Dalam lingkup IBI, anggota mempunyai hak tertentu sesuai dengan


kedudukannya, yaitu:
a. Anggota Biasa
 Berhak mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh organisasi.
 Berhak mengemukakan pendapat ,saran, dan usul untuk kepentingan
organisasi.
 Berhak memilih dan dipilih.
b. Anggota Luar Biasa
 Dapat mengikuti kegiatan yang dilakukan organisasi.
 Dapat mengemukakan pendapat ,saran,dan usul untuk kepentingan
organisasi.
c. Anggota Kehormatan
Dapat mengemukakan pendapat, saran, dan usul untuk kepentingan
organisasi.

2. Sanksi Bagi Bidan


Sanksi merupakan imbalan negative yang berupa pembebanan atau
penderitaan yang ditentukan oleh hukum aturan yang berlaku.
Sanksi berlaku bagi bidan yang melanggar kode etik dan hak / kewajiban
bidan yang telah diatur oleh organisasi profesi,karena kode etik bidan
merupakan norma yang berlaku bagi anggota IBI dalam menjalankan praktek
profesinya yang telah disepakati dalam Kongres Nasional IBI.
Kode etik bidan :
a. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat
1) Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas
pengabdiannya.
2) Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi
harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra
bidan.
3) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman
pada peran, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien,
keluarga dan masyarakat.
4) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan
kepentingan klien, menghormati hak klien dan nilai-nilai yang dianut
oleh klien.
5) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan
kepentingan klien, keluaraga dan masyarakat dengan identitas yang
sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang
dimilikinya.
6) Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam
hubungan pelaksanaan tugasnya dengan mendorong partisipasi
masyarakat untuk meningkatkan derajart kesehatannya secara
optimal.
b. Kewajiban bidan terhadap tugasnya
1) Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada
klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi
yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan
masyarakat
2) Setiap bidan berkewajiaban memberikan pertolongan sesuai dengan
kewenangan dalam mengambil keputusan termasuk mengadakan
konsultasi dan/atau rujukan
3) Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat
dan/atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh
pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan kepentingan klien
c. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
1) Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya
untuk menciptakan suasana kerja yang serasi.
2) Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling
menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan
lainnya.
d. Kewajiban bidan terhadap profesinya
1) Setiap bidan wajib menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra
profesi dengan menampilkan kepribadian yang bermartabat dan
memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat
2) Setiap bidan wajib senantiasa mengembangkan diri dan
meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
3) Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan
kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra
profesinya.

e. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri


1) Setiap bidan wajib memelihara kesehatannya agar dapat
melaksanakan tugas profesinya dengan baik
2) Setiap bidan wajib meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
sesuai dengan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
3) Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri.
f. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa, bangsa dan tanah air
1) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan
ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya
dalam pelayananan Kesehatan Reproduksi, Keluarga Berencana dan
Kesehatan Keluarga.
2) Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan
pemikiran kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu dan
jangkauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan
kesehatan keluarga

Dalam organisasi IBI terdapat Dewan Pertimbangan Etika Bidan (MPEB) dan
Majelis Pembelaan Anggota (MPA),yang memiliki tugas :
a. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan bidang sesuai dengan
ketetapan pengurus pusat.
b. Melaporkan hasil kegiatan di bidang tugasnya secara berkala.
c. Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas
pengurus pusat.
d. Membentuk tim teknis sesuai kebutuhan,tugas dan tanggung jawabnya
ditentukan pengurus.

MPEB dan MPA merupakan majelis independen yang berkonsultasi dan


berkoordinasi dengan pengurus inti dalam IBI tingkat nasional. MPEB secara
internal memberikan saran, pendapat, dan buah pikiran tentang masalah pelik
yang sedang dihadapi khususnya yang menyangkut pelaksanaan kode etik
bidan dan pembelaan anggota.
MPEB dan MPA bertugas menkaji,menangani dan mendampingi anggota
yang mengalami permasalahan dalam praktik kebidanan serta masalah
hukum.

3. Jabatan Fungsional Bidan


Jabatan dapat ditinjau dari 2 aspek,yaitu jabatan struktural dan fungsional.
Jabatan struktural adalah jabatan yang secara jelas tertera dalam struktur dan
diatur berjenjang dalam suatu organisasi,sedangkan jabatan fungsional adalah
jabatan yang ditinjau serta dihargai dari aspek fungsinya yang vital dalam
kehidupan rmasyarakat dan Negara.
Selain fungsi dan perannya yang vital dalam kehidupan masyarakat, jabatan
fungsional juga berorientasi kualitatif. Seseorang memiliki jabatan fungsional
berhak mendapatkan tunjangan fungsional. Jabatan bidan merupakan jabatan
fungsional professional sehingga berhak mendapat tunjangan fungsional.
Pengembangan karir bidan meliputi karir fungsional dan karir struktural.
Jabatan fungsional sebagai bidan bisa didapat melalui pendidikan
berkelanjutan, baik secara formal maupun nonformal, yang hasil akhirnya
akan meningkatkan kemampuan professional bidan dalam melaksanakan
fungsinya sebagai pelaksana, pendidik, pengelola, dan peneliti.
Sedangkan jabatan sturkturalnya bergantung dimana bidan tersebut
bertugas,misalnya di rumah sakit,puskesmas,dan sebagainya. Karir ini dapat
dicapai oleh bidan di setiap tatanan pelayanan kebidanan/kesehatan sesuai
dengan tingkat kemampuan ,kesempatan, dan kebijakan yang ada.
4. Analisis
Bidan merupakan salah satu profesi bidang kesehatan yang memiliki tugas
yang berat dan harus dipertanggung jawabkan. Membantu persalinan adalah
salah satu tugas berat bidan. Karena berhubungan dengan nyawa bayi dan
ibunya.
Selain itu bidan juga harus bisa mewujudkan kesehatan keluarga dan
masyarakat. Karena inilah bidan memang sudah seharusnya mendapat
penghargaan baik dari pemerintah maupun masyarakat.
Penghargaan bagi bidan bisa diberikan dalam bentuk imbalan jasa atau
pengakuan sebagai profesi bidan dan pemberian hak dan kewenangan kepada
bidan dalam menjalankan tugasnya sebagai bidan. Misalnya bidan yang tidak
pernah bermasalah dengan hukum dan selalu berjalan seiring dengan kode etik
bidan dan standar profesi bidan yang ada.
Sebaiknya juga disediakan lencana berprestasi bagi bidan yang memiliki
prestasi dalam prakteknya atas pengabdiannya sebagai Negara.
Dengan adanya penghargaan seperti yang disebutkan diatas,akan mendorong
bidan untuk meningkatkan kinerja mereka sebagai tenaga kesehatan untuk
masyarakat. Mereka juga akan lebih giat untuk mengasah dan
mengembangkan kemampuan dan potensi mereka sesuai dengan peraturan
yang berlaku yaitu standar profesi bidan.
Tidak hanya memberikan penghargaan bagi bidan yang mampu melaksanakan
prakteknya sesuai kode etik dan standar profesi bidan,tapi bagi bidan yang
melanggar dan menyimpang dari kode etik yang ada,juga harus diberi sanksi
yang tegas. Supaya bidan tetap bekerja sesuai kewenangannya.
Contoh sanksi bidan adalah pencabutan ijin praktek bidan, pencabutan SIPB
sementara, atau bisa juga berupa denda.
Penyimpangan yang dilakukan oleh bidan misalnya :
Bidan melakukan praktek aborsi,yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh
bidan karena termasuk tindakan criminal.
Bidan tidak melakukan rujukan pada ibu yang mengalami persalinan
premature, bidan ingin melakukan persalinan ini sendiri. Ini jelas tidak boleh
dilakukan,dan harus dirujuk. Karena ini sudah bukan kewenangan bidan
lagi,selain itu jika dilakukan oleh bidan itu sendiri,persalinan akan
membahayakan ibu dan bayi yang dikandungnya.
Setiap penyimpangan baik itu disengaja atau tidak, akan tetap di audit oleh
dewan audit khusus yang telah dibentuk oleh organisasi bidan atau dinas
kesehatan di kabupaten tersebut. Dan bila terbukti melakukan
pelanggaran/penyimpangan maka bidan tersebut akan mendapat sanksi.
Contoh penyimpangan yang disengaja adalah praktek aborsi,sedangkan
pelanggaran yang dilakukan secara tidak sengaja misalnya menolong
persalinan yang bayinya mengalami asfiksia tetapi bidan tidak segera
melakukan pertolongan.
Selain penghargaan dan sanksi,bidan juga patut mendapat jabatan fungsional
dan jabatan struktural. Seperti yang dijelaskan pada materi di atas mengenai
jabatan fungsional bidan,jabatan fungsional didapat oleh seorang bidan
melalui pendidikan formal seperti D III dan SI berupa ijasah,sedangkan non
formal berasal dari pelatihan atau penyuluhan/seminar yang diadakan oleh
pemerintah atau organisasi bidan berupa sertifikat.
Bidan memiliki jabatan fungsional sesuai dengan fungsi bidan yaitu
pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti. Dalam menduduki jabatan
ini,bidan juga berhak menerima tunjangan fungsional sesuai dengan
kedudukannya.
Sedangkan jabatan struktural bidan dilihat berdasarkan dimana bidan tersebut
bekerja. Tunjangan berasal dari tempat dimana dia bekerja seperti di
Puskesmas dan Rumah Sakit. Dan jabatan ini disesuaikan dengan kemampuan
yang dimiliki bidan tersebut.

E. Alat dan Bahan yang Digunakan


1. Kertas HVS;
2. Alat tulis (pulpen);
3. Komputer (laptop).
F. Keselamatan Kerja
Tidak ada

G. Prosedur Praktikum
Mahasiswa diharapkan dapat melakukan diskusi kelimpok dan
mempresentasikan hasil diskusi dengan tahapan :
1. Membagi mahasiswa menjadi 2 kelompok;
2. Menentukan pokok bahasan untuk masing – masing kelompok;
Kelompok Pokok Bahasan
Kelompok I : Reward bagi bidan
Kelompok II : Sanksi bagi bidan
3. Mahasiswa mencari materi pokok bahasan yang akan dibuat makalah;
4. Mahasiswa berdiskusi menganalisis materi dan membuat power point untuk
dipresentasikan;

H. Alat Evaluasi
Alat evaluasi yang digunakan adalah rubrik untuk menilai hasil karya
mahasiswa, adapun skor penilaiannya adalah :
Nilai 4 : Kesesuaian antara materi, pembahasan dan contoh baik,
kesinambungan materi antar bab / bagian baik, tampilan tulisan
dan ukuran penulisan sesuai dengan kaidah penulisan,
kreatifitas dalam menampilkan ilustrasi gambar sesuai dengan
pokok bahasan (materi).
Nilai 3 : Kesesuaian antara materi, pembahasan dan contoh baik,
kesinambungan materi antar bab / bagian cukup (kurang
berkesinambungan), tampilan tulisan dan ukuran penulisan
sesuai dengan kaidah penulisan, kreatifitas dalam
menampilkan ilustrasi gambar sesuai dengan pokok bahasan
(materi).
Nilai 2 : Kesesuaian antara materi, pembahasan dan contoh baik,
kesinambungan materi antar bab / bagian cukup (kurang
berkesinambungan), tampilan tulisan dan ukuran penulisan
sesuai dengan kaidah penulisan, kreatifitas dalam
menampilkan ilustrasi gambar tidak sesuai dengan pokok
bahasan (materi).
Nilai 1 : Kesesuaian antara materi, pembahasan dan contoh baik,
kesinambungan materi antar bab / bagian cukup (kurang
berkesinambungan), tampilan tulisan dan ukuran penulisan
sesuai dengan kaidah penulisan, kreatifitas dalam
menampilkan ilustrasi gambar tidak sesuai dengan pokok
bahasan (materi).
MODUL V
Konsep Kebidanan Sebagai Dasar Dalam Praktek Kebidanan

A. Kompetensi Dasar
Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk dapat
Menjelaskan penggunaan Konsep Kebidanan sebagai dasar dalam praktek
kebidanan.

B. Indikator
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa mampu menjelaskan tentang
penggunaan Konsep Kebidanan sebagai dasar dalam praktek kebidanan, yang
meliputi ;
1. Manajemen kebidanan
a. Konsep dan prinsip manajemen pada umumnya
b. Pengertian manajemen kebidanan
c. Langkah-langkah manajemen kebidanan
2. Lingkup praktek kebidanan
a. Ruang lingkup dan sasaran
b. Lahan praktek pelayanan kebidanan
3. Pengorganisasian praktek asuhan kebidanan
a. Pelayanan mandiri
b. Kolaborasi
c. Rujukan

C. Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat mengaplikasikan penyusunan makalah dalam
menjelaskan tentang Paradigma Asuhan Kebidanan
.
D. DASAR TEORI
MANAJEMEN KEBIDANAN

A. PENGERTIAN
1. Menurut Buku 50 Tahun IBI
Pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan
metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari
pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
2. Menurut Buku 50 Tahun IBI
Pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan
metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari
pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
3. Menurut Hellen Varney (1997)
Proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan,
keterampilan dalam rangkaian/tahapan yan logis untuk
pengambilan keputusan terfokus pada klien.
PENTINGNYA MANAJEMEN KEBIDANAN UNTUK BIDAN
1. Bidan merupakan profesi yang diakui secara nasional dan
internasional dalam memberikan pelayanan
bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan praktiknya
2. Dibutuhkan suatu pendekatan ilmiah yang merupakan metode
berpikir logis dan sistematis untuk memberikan arah / kerangka
kerja dalam menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya
PRINSIP PROSES MANAJEMEN KEBIDANAN
1. Secara sistematis mengumpulkan da memperbaharui data yang
lengkap dan relevan dengan melakukan pengkajian yang
komprehensif terhadap kesehatan setiap klien, termasuk
mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.
2. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan
intrepretasi data.
3. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kebidanan dalam
menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan
kebidanan bersama klien.
4. Memberi informasi dan suport sehingga klien dapat membuat
keputusan dan bertanggung jawab terhadap kesehatannya.
5. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien
6. Secara pribadi bertanggung jawab terhadap implementasi
rencana individu.
7. Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanakan
manajemen dengan kolaborasi dan merujuk klien untuk
mendapatkan asuhan selanjutnya.
8. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam
situasi darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaan normal.
9. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan
kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan
kebutuhan.
B. LANGKAH-LANGKAH MANAJEMEN KEBIDANAN
MANAJEMEN KEBIDANAN YANG DIGUNAKAN IBI

HELEN VARNEY’S (1997)


1. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien
secara keseluruhan.
2. Identifikasi diagnosa/masalah
3. Mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial dan mengantisipasi masalah
4. Tindakan segera
5. Rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional
6. Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.
7. Mengevaluasi keefektivan asuhan yang diberikan
LANGKAH I : PENGUMPULAN DATA DASAR
Adalah menghimpun informasi tentang klien/orang yang meminta
asuhan. Langkah ini merupakan awal yang akan menentukan langkah
berikutnya. Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan
dilanjutkan secara terus menerus selama proses asuhan kebidanan berlangsung.
Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber. Sumber yang dapat
memberikan informasi paling akurat yang dapat diperoleh secepat mungkin
dan upaya sekecil mungkin. Pasien adalah sumber informasi yang paling
akurat dan ekonomis, disebut sumber data primer. Sumber data alternatif atau
sumber data sekunder adalah data yang sudah ada, praktikan kesehatan lain,
anggota keluarga.
Data secara garis besar ada 2 yaitu dat subyekti dan data obyektif.
Pada waktu mengumpulkan data subyektif Bidan harus mengembangkan
hubungan antar personal yang efektif dengan pasien/klien/yang diwawancarai,
lebih memperhatikan hal-hal yang menjadi keluhan utama pasien dan yang
mencemaskan, berupaya mendapatkan data/fakta yang sangat bermakna dalam
kaitan dengan masalah pasien.
Pada waktu mengumpulkan data obyektif bidan harus mengamati
ekspresi dan perilaku pasien, mengamati perubahan/kelainan fisik,
memperhatikan aspek sosial budaya pasien, menggunakan teknik pemeriksaan
yang tepat dan benar, melakukan pemeriksaan yang terarah dan berkaitan
dengan keluhan pasien.
 Langkah ini menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data
akan menentukan proses interpretasi yang benar
 Untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara:
1. Pengambilan riwayat
2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan
pemeriksaan tanda-tanda vital
3. Pemeriksaan khusus
4. Pemeriksaan penunjang
LANGKAH II, INTERPRETASI DATA DASAR
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa
atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa
yang spesifik.
Langkah awal dari perumusan masalah dan diagnosa kebidanan adalah
pengolahan/analisa data yaitu menggabungkan dan menghubungkan data satu
dengan data lainnya sehingga tergambar fakta.
 Diagnosa kebidanan: diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup
praktik dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
1. Diakui dan telah disyahkan oleh profesi
2. Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan
3. Memiliki ciri khas kebidanan
4. Didukung oleh clinikal judment dalam praktik kebidanan.
5. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
 Masalah adalah problema yang dialami ibu tetapi tidak termasuk kedalam
diagnosa kebidanan Contoh: cemas, masalah ekonomi.

LANGKAH III, MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH


POTENSIAL
Merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional/logis. Bukan
hanya merumuskan tapi juga mengantisipasi bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi.

LANGKAH IV, MENGIDENTIFIKASI DAN MENERAPKAN


KEBUTUHAN YANG MEMERLUKAN PENANGANAN SEGERA
Beberapa data menunjukkan situasi emergensi dimana bidan perlu
bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi, beberapa data menunjukkan
situasi yang memerlukan tindakan segera sementara menunggu instruksi dokter.
Mungkin ini juga memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain. Bidan
mengevaluasi situasi setiap pasien untuk menentukan asuhan pasien yang paling
tepat. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan.
Tindakan segera terhadap kondisi yang diperkirakan akan membahayakan
klien. Bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu
atau anak.

LANGKAH V, MERENCANAKAN ASUHAN YANG KOMPREHENSIF


DAN MENYELURUH.
Pada langkah ini direncanakan asuahan yang menyeluruh dan ditantukan
oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajeman
terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau antisiasi, pada
langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dilengkapi. Suatu rencana
asuhan harus sama-sama disetujui oleh maupun wanita itu agar efektif, karena
pada akhirnya wanita itu yang akan melakukan rencana itu atau tidak. Oleh karean
itu pada langkah ini termasuk membuat dan mendiskusikan rencana dengan
wanita itu begitu juga penegasan akan persetujuan.

LANGKAH VI, MELAKSANAKAN PERENCANAAN


Pemberian asuhan dapat dilakukan oleh bidan, klien/keluarga, atau tim
kesehatan lainnya. Tanggung jawab utama tetap berada pada bidan untuk
mengarahkan pelaksanaannya. Asuhan dilakukan secara efisien : Hemat waktu,
hemat biaya, mutu meningkat.

LANGKAH VII, EVALUASI


Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
diberikan meluputi pemenuhan kebutuhan dan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah teridentifikasi didalam
masalah dan diagnosa.
Dilakukan untuk mengevaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan,
dapat menjadi data dasar untuk menegakkan diagnosa berikutnya.

E. Alat dan Bahan yang Digunakan


4. Kertas HVS;
5. Alat tulis (pulpen);
6. Komputer (laptop).

F. Keselamatan Kerja
Tidak ada

G. Prosedur Praktikum
Mahasiswa diharapkan dapat melakukan diskusi kelimpok dan
mempresentasikan hasil diskusi dengan tahapan :
5. Membagi mahasiswa menjadi 3 kelompok;
6. Menentukan pokok bahasan untuk masing – masing kelompok;
Kelompok Pokok Bahasan
Kelompok I : Manajemen Kebidanan
Kelompok II : Lingkup praktek kebidanan
Kelompok III : Pengorganisasian praktek asuhan kebidanan
7. Mahasiswa mencari materi pokok bahasan yang akan dibuat makalah;
8. Mahasiswa berdiskusi menganalisis materi dan membuat power point untuk
dipresentasikan;

H. Alat Evaluasi
Alat evaluasi yang digunakan adalah rubrik untuk menilai hasil karya
mahasiswa, adapun skor penilaiannya adalah :
Nilai 4 : Kesesuaian antara materi, pembahasan dan contoh baik,
kesinambungan materi antar bab / bagian baik, tampilan tulisan
dan ukuran penulisan sesuai dengan kaidah penulisan,
kreatifitas dalam menampilkan ilustrasi gambar sesuai dengan
pokok bahasan (materi).
Nilai 3 : Kesesuaian antara materi, pembahasan dan contoh baik,
kesinambungan materi antar bab / bagian cukup (kurang
berkesinambungan), tampilan tulisan dan ukuran penulisan
sesuai dengan kaidah penulisan, kreatifitas dalam
menampilkan ilustrasi gambar sesuai dengan pokok bahasan
(materi).
Nilai 2 : Kesesuaian antara materi, pembahasan dan contoh baik,
kesinambungan materi antar bab / bagian cukup (kurang
berkesinambungan), tampilan tulisan dan ukuran penulisan
sesuai dengan kaidah penulisan, kreatifitas dalam
menampilkan ilustrasi gambar tidak sesuai dengan pokok
bahasan (materi).
Nilai 1 : Kesesuaian antara materi, pembahasan dan contoh baik,
kesinambungan materi antar bab / bagian cukup (kurang
berkesinambungan), tampilan tulisan dan ukuran penulisan
sesuai dengan kaidah penulisan, kreatifitas dalam
menampilkan ilustrasi gambar tidak sesuai dengan pokok
bahasan (materi).

MODUL VII
Prinsip Pengembangan Karir Bidan
A. Kompetensi Dasar
Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk dapat
Menjelaskan prinsip pengembangan karir bidan.

B. Indikator
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa mampu menjelaskan tentang
prinsip pengembangan karir bidan, yang meliputi ;
1. Pendidikan lanjut
2. Job fungsional
3. Prinsip pengembangan karier Bidan dikaitkan dengan peran, fungsi dan
tanggung jawab bidan
4. Proses berubah
Pengertian
Macam-macam perubahan
Ciri-ciri perubahan
5. Pemasaran sosial jasa asuhan kebidanan

C. Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat mengaplikasikan penyusunan makalah dalam
menjelaskan tentang prinsip pengembangan karir bidan.

D. DASAR TEORI
PENDIDIKAN BERKELANJUTAN
Pendidikan Berkelanjutan adalah Suatu usaha untuk meningkatkan
kemampuan teknis, hubungan antar manusia dan moral bidan sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan / pelayanan dan standar yang telah ditentukan oleh konsil
melalui pendidikan formal dan non formal.

Dalam mengantisipasi tingkat kebutuhan masyarakat yang semakin bermutu


terhadap pelayanan kebidanan, perubahan – perubahan yang cepat dalam
pemerintahan maupun dalam masyarakat dan perkembangan IPTEK serta
persaingan yang ketat di era global ini diperlukan tenaga kesehatan khususnya
tenaga bidan yang berkualitas baik tingkat pengetahuan, ketrampilan dan sikap
profesionalisme.

IBI sebagai satu – satunya wadah bagi bidan telah mencoba berbuat untuk
mempersiapkan perangkat lunak melalui kegiatan – kegiatan dalam dalam
lingkup profesi yang berkaitan dengan tugas bidan melayani masyarakat
diberbagai tingkat kehidupan. Oleh karena IBI bertanggung jawab untuk
mendorong tumbuhnya sikap profesionalisme bidan melalui kerjasama yang
harmonis dengan berbagai pihak terutama dengan pemerintah. Karena
keberadaan IBI ditengah – tengah anak bangsa merupakan pengabdian profesi
dan juga kehidupan bidan itu sendiri. Oleh karena itu, IBI turut berperan aktif
dalam berbagai upaya yang diprogramkan pemerintah baik pada tingkat pusat
maupun tingkat daerah sampai ketingkat ranting. Namunsemua keterlibatan itu
diupayakan untuk meningkatkan kualitas hidup anak bangsa dan sekaligus
meningkatkan kualitas bidan sebagai pelayan masyarakat, khususnya pelayan
kesehatan ibu dan anak dalam siklus kehidupannya. Untuk itu pendidikan
bidan seyogyanya dirancang dengan memperhatikan faktor – faktor yang
mendukung keberadaan bidan di tengah – tengah kehidupan masyarakat.

Pngembangan pendidikan kebidanan seyogyanya dirancang secara


berkesinambungan, berjenjang dan berlanjut sesuai dengan prinsip belajar
seumur hidup bagi bidan yang mengabdi ditengah – tengah masyarakat.
Pendidikan yang berkelanjutan ini bertujuan untuk mempertahankan
profesionalisme bidan baik melalui pendidikan formal, maupun pendidikan non
formal. Namun IBI dan pemerintah menghadapi berbagai kendala untuk
memulai penyelenggaraan program pendidikan tersebut.

Pendidikan ormal yang telah dirancang dan diselenggarakan oleh pemerintah


dan swasta dengan dukungan IBI adalah program D III dan D IV Kebidanan.
Pemerintah telah berupaya untuk menyediakan dana bagi bidan di sektor
pemerintah melalui pengiriman tugas belajar keluar negeri. Di samping itu IBI
mengupayakan adanya badan – badan swasta dalam dan luar neger khusus
untuk program jangka pendek. Selain itu IBI tetap mendorong anggotanya
untuk meningkatkan pendidikan melalui kerjasama dengan universitas di dalam
negeri.

Sedangkan untuk pendidikan non formal telah dilaksanakan melalui program


pelatihan, magang, seminar / lokakarya. Dengan bekerjasama antara IBI
dengan lembaga internasional telah pula dilaksanakan berbagai program non
formal dibeberapa propinsi. Semua upaya tersebut bertujuan meningkatkan
kinerja bidan dalam dalam memberikan pelayanan kebidanan yang berkualitas.

Pola pendidikan bidan saat ini masih dalam tahap penjajakan dan perencanaan.
Diharapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama penatalaksanaan sistem
pendidikan ini telah selesai dan dapat diterapkan di Indonesia.

Undang – undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 19 :

1. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan


menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,
dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi
2. Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka
Converter / Bridging Course Program D IV ke Strata 2 Terapan

1. Harus ada kesepakatan antara Perguruan Tinggi penyelenggara, assosiasi


profesi, masyrakat seagai end – user ( Depkes, BPSDM ), tentang baku
mutu kompetensi S2 Terapan ( jenis dan kebutuhan )
2. Kurikulum disusun bersama berdasarkan kesepakatan kompetensi S2
Terapan
3. Berhubung program D IV adalah program terminal, maka perlu dilakukan
proses artikulasi ( akreditasi kredit ) dan credit transfer melalui program
converter / Bridging Course sebelum menempuh program S2 Terapan
4. Program harus dapat “ on and off “ sesuai dengan kebutuhan
5. Program dapat berupa pendidikan kedinasan

Rencana Pendidikan Bidan dapat dilihat dibawah ini :

S3
Kebidanan
Spesialisasi

S2 Kebidanan D IV
Kebidanan

S1 D III
Kebidanan
Kebidanan

Bidan bukan
SLTA
D III Kebidanan

Pola pengembangan pendidikan berkelanjutan telah dikembangkan /


dirumuskan sesuai kebutuhan. Pengembangan pendidikan berkelanjutan bidan
mengacu pada peningkatan kualitas bidan sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
Materi pendidikan berkelanjutan meliputi aspek klinik dan non klinik.

A. Pola Pengembangan Karir Bidan


Pengembangan karir bidan meliputi karir fungsional dan karir struktural. Pada
saat ini pengembangan karir bidan secara fungsional telah disiapkan dengan
jabatan fungsional bagi bidan, serta melalui pendidikan berkelanjutan baik
secara formal maupun non formal yang hasil akhirnya akan meningkatkan
kemampuan profesional bidan dalam melaksanakan fungsinya.

Sedangkan karir bidan dalam jabatan struktural tergantung dimana bidan


bertugas, apakah dirumah sakit, di puskesmas, bidan di desa atau bidan di
institusi swasta. Karir tersebut dapat dicapai oleh bidan ditiap tatanan
pelayanan kebidanan / kesehatan sesuai dengan tingkat kemampuan,
kesempatan dan kebijakan yang ada.

B. PERAN DAN FUNGSI BIDAN


Peran bidan dalam pelayanan kebidanan adalah sabagai pelaksana, pengelola,
pendidik, dan peneliti.

1. Sebagai pelaksana
Sebagai pelaksana, bidan melaksanakannya sebgai tugas mandiri, kolaborasi
/ kerjasama dan ketergantungan.

TUGAS MANDIRI :

a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan


yang diberikan.
b. Memberikan pelayanan pada anak dan wanita pra nikah dengan
melibatkan klien
c. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan
normal.
d. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan
dengan melibatkan klien / keluarga.
e. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
f. Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan
melibatkan klien / keluarga
g. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang
membutuhkan pelayanan keluarga berencana
h. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem
reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium dan menopause
i. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi, balita dengan melibatkan
keluarga
TUGAS KOLABORASI
a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan
sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga
b. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi
dan pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan
kolaborasi
c. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan
dengan resiko tinggi dan keadaan kegawatan yang memerlukan
pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan
klien dan keluarga
d. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan
resiko tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan kegawat
daruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan klien dan
keluarga
e. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko
tinggi dan yang mengalami komplikasi serta kegawat daruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi dengan melibatkan keluarga.
f. Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan
yang mengalami komplikasi atau kegawatan yang memerlukan
tindakan kolaborasi dengan melibatkan keluarga.
TUGAS KETERGANTUNGAN / MERUJUK

a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan


sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga
b. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada
ibu hamil dengan resiko tinggi dan kegawat daruratan
c. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada
masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien
dan keluarga
d. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada
ibu masa nifas dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan
keluarga
e. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan
tertentu dan kegawatan yang memerlukan konsultasi dan rujukan
dengan melibatkan keluarga
f. Memberikan asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan
tertentu dan kegawatan yang memerlukan konsultasi dan rujukan
dengan melibatkan klien / keluarga

2. Sebagai pengelola
a) Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan
kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat di
wilayah kerja dengan melibatkan masyarakat / klien.
1) Bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat mengkaji
kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan
anak untuk meningkatkan dan mengembangkan program
pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya.
2) Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian dengan
mayarakat.
3) Mengelola kegiatan – kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat
khususnya kesehatan ibu dan anak serta KB sesuai dengan
program.
4) Mengkoordinir, mengawasi dalam melaksanakan program /
kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta KB
5) Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak serta KB termasuk
pemanfaatan sumber – sumber yang ada pada program dan sektor
terkait.
6) Mengerakkan, mengembangkan kemampuan masyarakat dan
memelihara kesehatannya dengan memanfaatkan potensi –
potensi yag ada.
7) Mempertahankan, meningkatkan mutu dan kegiatan – kegiatan
dalam kelompok p[rofesi.
8) Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.

b) Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan


sektor lain di wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan
dukun bayi, kader kesehatan dan tenaga kesehatan lain yang berada
di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya.
1) Bekerjasama dengan puskesmas, institusi sebagai anggota tim
dalam memberikan asuhan kepada klien dalam bentuk konsultasi
rujukan dan tindak lanjut.
2) Membina hubungan baik dengan dukun, kader kesehatan / PLKB
dan masyarakat
3) Memberikan pelatihan, membimbing dukun bayi, kader dan
petugas kesehatan lain.
4) Memberikan asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi
5) Membina kegiatan – kegiatan yang ada di masyarakat yang
berkaitan dengan kesehatan.

3. Sebagai pendidik
a. Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat tentang penanggulangan
masalah kesehatan khususnya yang berhubungan dengan pihak
terkait kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana.
1) Bersama klien pengkaji kebutuhan
akan pendidikan dan penyuluhan kesehatan masyarakat
khususnya dalam bidang kesehatan ibu, anak dan keluarga
berencana.
2) Bersama klien pihak terkait menyusun
rencana penyuluhan kesehatan masyarakat sesuai dengan
kebutuhan yang telah dikaji, baik untuk jangka pendek maupun
jangka panjang.
3) Menyiapkan alat dan bahan penddikan
dan penyuluhan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
4) Melaksanankan program / rencana
pendidikan dan penyuluhan kesehatan masyarakat sesuai dengan
rencana jangka pendek dan jangka panjang melibatkan unsur –
unsur yang terkait termasuk masyarakat.
5) Bersama klien mengevaluasi hasil
pendidikan / penyuluhan kesehatan masyarakat dan
menggunakannya untuk memperbaiki dan meningkatkan
program dimasa yang akan datang.
6) Mendokumentasikan semua kegiatan
dan hasil pendidikan / penyuluhan kesehatan masyarakat secara
lengkap dan sistematis.

b. Melatih dan membimbing kader termasuk siswa bidan serta


membina dukun di wilayah atau tempat kerjanya.
1) Mengkaji kebutuhan latihan dan bimbingan kader, dukun dan
siswa
2) Menyusun rencana latihan dan bimbingan sesuai dengan hasil
pengkajian
3) Menyiapkan alat, dan bahan untuk keperluan latihan bimbingan
peserta latih sesuai dengan rencana yang telah disusun
4) Melaksanakan pelatihan dukun dan kader sesuai dengan rencana
yang telah disusun dengan melibatkan unsur – unsur terkait
5) Membimbing siswa bidan dalam lingkup kerjanya
6) Menilai hasil latihan dan bimbingan yang telah diberikan
7) Menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan program
bimbingan
8) Mendokumentasikan semua kegiatan termasuk hasil evaluasi
pelatihan dan bimbingan secara sistematis dan lengkap.

4. Sebagai peneliti
Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan
baik secara mandiri maupun secara kelompok.

a. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan


b. Menyusun rencana kerja pelatihan
c. Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana
d. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi
e. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut
f. Memanfaatkan hasil investigasi untuk mningkatkan dan
mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan.
C. FUNGSI BIDAN
Berdasarkan tugas dan peran bidan seperti dikemukakan di atas maka fungsi
bidan adalah sebagai berikut :

1) Fungsi Pelaksana
a. Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga dan
masyarakat remaja masa pra perkawinan.
b. Melakukan asuhan kebidanan bgi ibu hamil normal, kehamilan dengan
kasus patologis tertentu dan kehamilan dengan resiko tinggi.
c. Menolong persalinan normal
d. Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan resiko
tinggi.
e. Melakukan asuhan kebidanan bagi ibu nifas
f. Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui
g. Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan pra sekolah
h. Memberikan pelayanan keluarga berencana sesuai dengan
wewenangnya
i. Memberikan bimbingan dan penyuluhan kesehatan terhadap gangguan
sistem reproduksi termasuk wanita pada masa klimakterium internal
dan menopause sesuai dengan wewenangnya
2) Fungsi Pengelola
a. Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu,
keluarga, dan kelompok masyarakat, sesuai dengan kondisi kebutuhan
masyarakat setempat yang didukung oleh partisipasi masyarakat
b. Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan
unit kerjanya
c. Mengkoordinasikan kegiatan pelayanan kebidanan yang dipimpin oleh
bidan
d. Melakukan kerjasama dan komunikasi inter dan antar sektor dalam
kaitannya dengan pelayanan kebidanan
e. Mengevaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan yang
dipimpin oleh bidan
3) Fungsi Pendidik
a. Memberikan penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok
masyarakat dalam kaitan pelayanan kebidanan di ruang lingkup
kesehatan dan keluarga berencana.
b. Membimbing dan melatih dukun dan kader kesehatan sesuai dengan
bidang tanggung jawab bidan.
c. Memberikan bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam
kegiatan praktek di klinik dan di masyarakat.
d. Mendidik peserta didik bidan sesuai dengan keahliannya
4) Fungsi Peneliti
a. Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan
sendiri atau bersama di dalam suatu kelompok, dalam ruang lingkup
pelayanan kebidanan.
b. Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana.

D. TANGGUNG JAWAB BIDAN


Sebagai tenaga profesional, bidan memiliki tanggung jawab dalam
melaksanankan tugasnya. Dan bidan harus dapat mempertahankan tanggung
jawabnya tersebut bila terjadi gugatan terhadap tindakan yang dilakukannya.

a) Tanggung jawab terhadap peraturan perundang – undangan.


Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan. Pengaturan tenaga kesehatan
ditetapkan di dalam undang – undang dan peraturan pemerintah. Tugas
dan kewenangan bidan serta ketentuan yang berkaitan dengan kegiatan
praktek bidan diatur di dalam peraturan atau keputusan Menteri
Kesehatan. Kegiatan praktek bidan dikontrol oleh peraturan tersebut.
Bidan harus dapat mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan yang
dilakukannya sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang
berlaku.

b) Tanggung jawab terhadap pengembangan kompetensi.


Setiap bidan memiliki tanggungjawab memelihara kemampuan
profesionalnya. Oleh karena itu bidan harus selalu meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilannya dengan jalan mengikuti pelatihan,
pendidikan berkelanjutan, seminar dan pertemuan ilmiah lainnya.

c) Tanggung jawab terhadap penyimpanan catatan kebidanan.


Setiap bidan diharuskan mendokumentasikan kegiatannya dalam
bentuk catatan tertulis. Catatan bidan mengenai pasien yang
dilayaninya dapat dipertanggungjawabkannya bila terjadi gugatan.
Catatan yang dilakukan bidan dapat digunakan sebagai bahan laporan
untuk disampaikan kepada atasannya. Di Indonesia belum ada
ketentuan lamanya menyimpan catatan bidan. Di Inggris, bidan harus
menyimpan catatan kegiatannya selama 25 tahun.

d) Tanggung jawab terhadap keluarga yang dilayani.


Bidan memiliki kewajiban memberikan asuhan kepada ibu dan anak
yang meminta pertolongan kepadanya. Ibu dan anak sangat erat
hubungannya dengan keluarga. Oleh karena itu kegiatan bidan sangat
erat kaitannya dengan keluarga. Tanggung jawab bidan tidak hanya
pada kesehatan ibu dan anak, akan tetapi juga menyangkut pada
kesehatan keluarga. Bidsan harus dapat mengidentifikasi permasalahan
dan kebutuhan keluarga dan memberikan pelayanan dengan tepat dan
sesuai dengan kebutuhan keluarga. Pelayanan terhadap kesehatan
keluarga merupakan kondisi yang diperlukan bagi ibu yang
membutuhkan keselamatan, kepuasan dan kebahagiaan selama masa
hamil atau melahirkan. Oleh karena itu bidan harus mengerahkan
segala kemampuan pengetahuan, sikap dan perilakunya di dalam
memberikan pelayanan kesehatan keluarga yang membutuhkan.

e) Tanggung jawab terhadap profesi.


Bidan harus menerima tanggung jawab keprofesian yang dimilikinya.
Oleh karena itu ia harus mematuhi dan berperan aktif dalam
melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan kewenangan dan
standar keprofesian.

Bidan harus ikut serta di dalam kegiatan organisasi bidan dan badan
resmi kebidanan. Untuk mengembangkan kemampuan keprofesiannya
bidan harus mencari informasi perkembangan kebidanan melalui
media kebidanan, seminar dan pertemuan ilmiah lainnya. Seharusnya
semua bidan harus menjadi anggota organisasi bidan. Bidan memiliki
hak mengajukan suara dan pendapat tentang profesinya.

f) Tanggung jawab terhadap masyarakat.


Bidan adalah anggota masyarakat yang bertanggung jawab. Oleh
karena itu bidan turut memiliki tanggung jawab di dalam permasalahan
kesehatan masyarakat misalnya lingkungan yang tidak sehat, penyakit
menular, keadaan gizi masyarakat yang terutama menyangkut
kesehatan ibu dan anak, karena itu baik secara mandiri maupun
bersama tenaga kesehatan yang lain ia berkewajiban memanfaatkan
sumber daya yang ada untuk memperbaiki kesehatan masyarakatnya.
Bidan harus mendapat kepercayaan masyarakat. Imbalan yang diterima
dari masyarakat selaras dengan kepercayaan yang diberika oleh
masyarakat kepadanya. Tanggung jawab terhadap masyarakat
merupakan cakupan dari tanggung jawabnya kepada Tuhan.

E. Alat dan Bahan yang Digunakan


1. Kertas HVS;
2. Alat tulis (pulpen);
3. Komputer (laptop).

F. Keselamatan Kerja
Tidak ada

G. Prosedur Praktikum
Mahasiswa diharapkan dapat melakukan diskusi kelimpok dan
mempresentasikan hasil diskusi dengan tahapan :
1. Membagi mahasiswa menjadi 5 kelompok;
2. Menentukan pokok bahasan untuk masing – masing kelompok;
Kelompok Pokok Bahasan
Kelompok I : Pendidikan lanjut bidan
Kelompok II : Job Fungsional Bidan
Kelompok III : Prinsip pengembangan karier bidan
Kelompok IV : Proses Berubah
Kelompok V : Pemasaran sosial jasa asuhan kebidanan
3. Mahasiswa mencari materi pokok bahasan yang akan dibuat makalah;
4. Mahasiswa berdiskusi menganalisis materi dan membuat power point untuk
dipresentasikan;

H. Alat Evaluasi
Alat evaluasi yang digunakan adalah rubrik untuk menilai hasil karya
mahasiswa, adapun skor penilaiannya adalah :
Nilai 4 : Kesesuaian antara materi, pembahasan dan contoh baik,
kesinambungan materi antar bab / bagian baik, tampilan tulisan
dan ukuran penulisan sesuai dengan kaidah penulisan,
kreatifitas dalam menampilkan ilustrasi gambar sesuai dengan
pokok bahasan (materi).
Nilai 3 : Kesesuaian antara materi, pembahasan dan contoh baik,
kesinambungan materi antar bab / bagian cukup (kurang
berkesinambungan), tampilan tulisan dan ukuran penulisan
sesuai dengan kaidah penulisan, kreatifitas dalam
menampilkan ilustrasi gambar sesuai dengan pokok bahasan
(materi).
Nilai 2 : Kesesuaian antara materi, pembahasan dan contoh baik,
kesinambungan materi antar bab / bagian cukup (kurang
berkesinambungan), tampilan tulisan dan ukuran penulisan
sesuai dengan kaidah penulisan, kreatifitas dalam
menampilkan ilustrasi gambar tidak sesuai dengan pokok
bahasan (materi).
Nilai 1 : Kesesuaian antara materi, pembahasan dan contoh baik,
kesinambungan materi antar bab / bagian cukup (kurang
berkesinambungan), tampilan tulisan dan ukuran penulisan
sesuai dengan kaidah penulisan, kreatifitas dalam
menampilkan ilustrasi gambar tidak sesuai dengan pokok
bahasan (materi).
SUMBER PUSTAKA

1. Sweet, Br 2000 , Mayes Midwifery : A text book for midwives Twelfth


edition, Bailere. Tindall, London.

2. Seller, Pauline, 1993, Midwifery : A text book and ReferenceBook for


Midwives in Southern Africa , Volume I.

3. Varney, H 2004, Varney’s Midwifery Jones and barlet Publisher


Sudburg, Massachussetts, USA.

4. Estiwidani, Dwana, dkk, 2008, Konsep Kebidanan. Fitramaya :


Yogyakarta

5. Soepardan, Suryani, 2006, Konsep Kebidanan. EGC : Bandung

6. Kepmenkes RI No 369/menteri/sk/III/2007 tentang standart profesi

Anda mungkin juga menyukai