Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dhia Armidha Zumarina

Nim : 1117111000002

DASAR-DASAR PEMIKIRAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

Interaksi, Budaya, dan Pendidikan


Pengertian Sosiologi Pendidikan

Memakahami maksud atau pengertian sosiologi pedidikan, berarti perlu memahami dengan jelas dua
variable itu. Sosiologi seperti yang kita ketahui selalu dipahami sebagai kajian ilmu yang didalamnya mencakup
berbagai metode, konsep, variable, untuk mengetahui realitas sosial yang terjadi di sekeliling kita. Sederhananya
yang telah dipelajari, selalu berkaitan dengan interaksi, dan pemikir seperti David B. Brikerhoft dan Lynn K. White
secara jelas mengatakan bahwa sosiologi merupakan studi sistematik tentang interaksi sosial manusia (Damsar,
2011).

Sedangkan Pendidikan, sebagaimana yang bisa kita pahami secara harfiah, adalah segala sesuatu yang
cakupannya mengarah dengan pembelajaran, perubahan lebih baik, dan pendewasaan—begitu pula dalam KBBI.
Karena dua variable ini kita sudah pahami—meski secara sederhana saja—tetapi tentu akhirnya akan lebih mudah
dalam memahami keduanya apabila digabungkan. Dua variable ini menjadi satu dengan pemahaman yang
berkelindan tanpa mengurangi esensi masing-masing kecuali batasan-batasan dari keduanya tersendiri.

Sosiologi Pendidikan menurut Prof. Damsar dalam bukunya, dibagi menjadi dua; satu, sosiologi dengan
Pendidikan yang saling mempengaruhi, dan yang kedua, sosiologi sebagai kacamata untuk melihat fenomena dalam
ranah Pendidikan (Damsar, 2011). Sosiologi Pendidikan berarti mempelajari tentang realitas atau fenomena-
fenomena yang ada dalam konteks Pendidikan, dengan menggunakan metode tersebut, dan tentunya, memberikan
timbal balik kepada masing-masing, baik itu sosiologi pada Pendidikan, maupun Pendidikan pada sosiologi. Karena
sosiologi mempelajari tentang interaksi dan masyarakat—sebagaimana menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt
(Damsar, 2011)—maka Pendidikan menjadi sesuatu yang tidak akan lagi terhindarkan dari pandangan sosiologi;
sebab di dalamnya sudah mencakup apa yang ada di kehidupan sosial seperti interaksi, pola kebudayaan, dan
masyarakat. Kesemuanya itu ada dalam konteks Pendidikan, dan selalu ada fenomena-fenomena juga yang terjadi
di dalamnya, sehingga akan tetap terjalin sebuah interaksi baik dalam makro maupun mikro. Jadi, secara garis besar
dan sederhananya, sosiologi Pendidikan adalah apa yang dimaksud dengan melihat Pendidikan baik itu berkaitan
dengan fenomenanya saja, atau segala interaksi timbal balik yang terjadi di dalamnya, dengan pandangan sosiologi.
Jadi karena menurut Durkeim juga sosiologi artinya fakta sosioal, maka tidak akan lepas Pendidikan dari analisis
sosiologi karena di dalamnya pasti ada aksi dan reaksi yang menjadi fakta sosial.

Pendidikan tidak akan pernah lepas dari pandangan sosiologi karena menjadi sesuatu yang dibentuk oleh
masyarakat, yang mengakar dan telah menjadi kebudayaan. Sebagaimana Pendidikan formal yang telah menjadi
satu kewajiban untuk diemban oleh semua rakyat Indonesia. Meskipun dalam pemikiran Pierre Bourdieau, pada
akhirnya Pendidikan menjadi sesuatu yang oleh kebanyakan orang diartikan sebagai hal-hal unggul, dan olehnya
membuat orang-orang yang tidak mengembannya mendapatkan pandangan rendah, bahkan persepsi yang tidak
baik. Saya berpikir dalam hal ini, seolah-olah orang yang tidak memiliki ijazah adalah orang yang tidak bermartabat.
Karena ranah Pendidikan ini sudah mengikutsertakan masyarakat, dan tentu secara mikro maupun makro, maka
sosiologi akan andil di dalamnya untuk menganalisis, membaca, dan melihat.

Munculnya Disiplin Ilmu Sosiologi Kependidikan

Setiap ilmu pasti ada pendirinya, dan sosiologi dalam kasus apapun agaknya selalu bertumpu ada tokoh
klasik seperti August Comte, Karl Marx, Max Weber, Emile Durkheim, dan paling tidak akan diteruskan pada sosiolog
penerus seperti Talcot Parsons, Alferd Schutz, dan lainnya. Teori-teori yang menjadi dasar itu akan diletakan dalam
intradisiplin ini, dan dipertajam seiring dengan berjalannya waktu. Interdisiplin ini akhirnya akan terus berkembang
dan muncul karena dibutuhkan oleh masyarakat. Karena masyarakat ada, dan terus mengembangkan pengetahuan,
maka sosiologi Pendidikan ada untuk melihat segala yang ada di dalam Pendidikan itu dengan pandangan sosiologi.
Dan karena itulah disiplin ilmu ini muncul di masyarakat: sebab Pendidikan selalu ada di sekeliling kita, dan dengan
itu kita sebagai masyarakat mengalamai timbal balik dengannya.

Sedangkan latar belakangnya, August Comte dianggap sebagai pencetus pada abad sembilan belas, dan
baru diperkanalkan pada dunia pada abad dua puluh. Tetapi pada Perang Dunia II, intradisiplin ini mengalami
kemerosotan. Dan bahkan sempat benar-benar hilang. Hanya saja, setelah itu, sosiologi Pendidikan kembali
berkembang dan bahkan hingga saat ini menjadi ilmu murni dan terapan sekaligus (M.Pd.I, 2016). Latar belakang ini
bisa menjadi acuan munculnya sosiologi Pendidikan, meskipun di beberapa buku penjelasan mengenai ini berbeda-
beda.

Cakupan Sosiologi Pendidikan

Cakupan sosiologi Pendidikan bisa pada objek material seperti hubungan-hubungan yang terjadi karena
Pendidikan atau fenomena-fenomena yang ada pada kehidupan sosial dalam ranah Pendidikan. Dan juga pada objek
formal sebagaimana masyarkat yang menjalankan kehidupan sosial itu sendiri. Sebagaimana dalam bukunya, Prof.
Nasution memberikan poin khusus mengenai tujuan sosiologi Pendidikan, di antaranya adalah sebagai analisis
proses sosialisasi, analisis kedudukan Pendidikan dalam masyarakat, analisis interaksi sosial di sekolah dan antara
sekolah dengan masyarakat, sebagai alat kemajuan, sebagai dasar menentukan tujuan Pendidikan, sebagai sosiologi
terapan, dan sebagai latihan bagi petugas Pendidikan (Prof. Dr. S. Nasution, 2004).

Ketika melihat tujuan-tujuan itu, tentulah cakupan dan objeknya sudah tergambar. Sosiologi Pendidikan
mencakup interaksi, kedudukan, hubungan, pola, konflik, konsep, dan proses sosial yang berada dalam lingkar
Pendidikan. Dan membahas pula hubungan masyarakat dengan Pendidikan itu sendiri. Baik itu ranah Pendidikan
yang bersifat mikro seperti hubungan perorangan yang ada di sekolah, atau institusi, maupun yang makro seperti
politik Pendidikan.

Permasalahan Pada Pendidikan di Indonesia

Permasalahan yang saat ini sedang saya pikirkan adalah mengenai sistem pembelajaran yang kurang efektif
pada jenjang sekolah menengah. Barangkali kalau disangkut pautkan dengan film yang telah diberikan, itu akan
berbeda jauh. Sebab di film itu membahas soal budaya, soal keadilan, dan bahkan perkara finansial. Film itu,
sebagaimana denias yang begitu ingin bersekolah di kota, pada akhirnya terhambat karena banyak perkara. Baik itu
perkara budaya, seperti peraturan hanya suku-suku tertentu yang diperbolehkan sekolah, atau masalah finansial
yang artinya hanya orang-orang mampu dan terpandang yang diperbolehkan bersekolah di sana. Saya rasa itu
menjadi permasalahan yang mungkin masih bisa kita temui sampai saat ini—apalagi itu tentang finansial—meskipun
saya tidak merasakannya secara pribadi. Dan sudah banyak pula beasiswa, atau dana yang diturunkan pemerintah
untuk membantu mereka yang ingin bersekolah. Hanya saja terkadang, mental anak-anak tidak dibangun sejak dini
untuk haus akan Pendidikan. Sejujurnya permasalahan pribadi yang saya alami adalah menyangkut sistem
Pendidikan. Bagi saya, ada yang salah dengan sistem Pendidikan saat ini, dan benar, agaknya perlu ada pemutusan
generasi untuk mengulang semuanya dari awal. Sekolah menengah tidak pernah fokus pada satu arah, terlalu banyak
hal yang barangkali terlalu diejejalkan tetapi nyatanya kendor. Tidak juga ada character building sehingga anak-anak
hanya bermain dengan kognisi, sedang karakternya tidak dibangun. Yang dipelajari di sekolah hanya belajar sesuatu
sesuai kurikulum, tetapi dengan itu, tidak ada karakter yang dibangun. Anak-anak bersekolah dan belajar untuk
mendengarkan apa yang guru bicarakan, tetapi karakter mereka tidak terbentuk karena mereka hanya
mendengarkan, seolah-olah mereka memang hanya diajarkan untuk menerima saja dan tidak ada timbal balik.
Referensi:

1. Prof. Dr. Damsar. Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Jakarta:Kencana,2011)

2. Prof. Dr. S. Nasution. Sosiologi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara,2004)

3. Dr. Hj. Binti Maunah. Sosiologi Pendidikan, (Yogyakarta:Media Akademi,2016)

Anda mungkin juga menyukai