Anda di halaman 1dari 12

Tugas Prakarya

Mengamati Kris Dan Badik

Disusun Oleh:
1.Adhitya Aji Pratama
2.Muh.Da’i.Ifan Tamara
3.Muh.Reza Fahlefi
Badik
Pengertian badik
Pengertian Senjata Tradisional Badik dan Sejarahnya. Badik (badek) adalah pisau dengan bentuk
khas yang dikembangkan oleh masyarakat Bugis dan Makassar. Badik bersisi tajam tunggal atau
ganda, panjangnya ada yang mencapai sekitar setengah meter. Seperti keris, bentuknya asimetris
dan bilahnya kerap kali dihiasi dengan pamor. Namun, berbeda dari keris, badik tidak pernah
memiliki ganja (penyangga bilah). Badik ini tidak hanya terkenal di daerah Makassar saja, tetapi
juga terdapat di daerah Bugis dan Mandar dengan nama dan bentuk berbeda.

Fungsi Badik

Bugis Makassar memiliki pandangan bahwa setiap jenis badik memiliki kekuatan sakti (gaib)
yang dapat memengaruhi kondisi, keadaan, dan proses kehidupan pemiliknya. Tidak hanya itu
ada juga yang berpendapat bahwa badik juga mampu menimbulkan ketenangan, kedamaian,
kesejahteraan dan kemakmuran ataupun kemelaratan, kemiskinan dan penderitaan bagi yang
menyimpannya. Dahulu, badik dipergunakan bukan hanya sebagai senjata untuk membela diri
dan berburu tetapi juga sebagai identitas diri dari suatu kelompok etnis atau kebudayaan.

Bagian-bagian Badik

Secara umum badik terdiri atas tiga bagian, yakni:

1. Hulu (gagang)
2. Bilah (besi)
3. Warangka atau sarung badik.

Disamping itu, terdapat pula pamor yang dipercaya dapat memengaruhi kehidupan pemiliknya.
Badik Makassar

Badik Makassar memiliki kale (bilah) yang pipih, battang (perut) buncit dan tajam serta cappa’
(ujung) yang runcing. Badik yang berbentuk seperti ini disebut Badik Sari. Badik Sari terdiri atas
bagian pangulu (gagang badik), sumpa’ kale (tubuh badik) dan banoang (sarung badik). Lain
Makassar lain pula Bugis, di daerah ini badik disebut dengan kawali, seperti Kawali Raja (Bone)
dan Kawali Rongkong (Luwu).

Badik Bugis Luwu

Badik Bugis Kawali Bone memiliki bessi atau bilah yang pipih, ujung runcing dan bentuk agak
melebar pada bagian ujung, sedangkan kawali Luwu memiliki bessi pipih dan berbentuk lurus.
Kawali pun memiliki bagian-bagian, seperti pangulu (hulu), bessi (bilah) dan wanua (sarung).
Seperti pada senjata tradisional lainnya, kawali juga dipercaya memiliki kekuatan sakti, baik itu
yang dapat membawa keberuntungan ataupun kesialan.

Kawali Lamalomo Sugi adalah jenis badik yang mempunyai motif kaitan pada bilahnya dan
dipercaya sebagai senjata yang akan memberikan kekayaan bagi pemiliknya. Sedangkan, kawali
Lataring Tellu yang mempunyai motif berupa tiga noktah dalam posisi tungku dipercaya akan
membawa keberuntungan bagi pemiliknya berupa tidak akan kekurangan makanan dan tidak
akan mengalami duka nestapa. Itulah sebabnya, badik ini paling cocok digunakan bagi mereka
yang berusaha di sektor pertanian.

Kul Buntet / Pusaran

Kawali Lade’ nateyai memiliki pamor berupa bulatan kecil pada bagian pangkal dan guratan
berjajar pada bagian matanya. Badik ini dipercaya dapat mendatangkan rezeki yang melimpah
bagi pemiliknya. Badik ini memiliki kemiripan fungsi dengan Kawali Lakadang yang memiliki
motif berbentuk gala pada pangkalnya.

Salah satu badik yang dipercaya sangat ideal adalah Kawali Lagemme’ Silampa yang memiliki
motif berupa urat yang membujur dari pangkal ke ujung. Dipercaya bahwa pemilik badik
tersebut senantiasa akan mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan dalam kehidupannya
bersama dengan segenap kaum kerabatnya. Sedangkan untuk mendapatkan kesabaran, maka
dipercaya harus memiliki Kawali Lasabbara.

Uladeddu, Jenis badik bugis yang khas segeri

Kawali Ilakkoajang adalah jenis badik yang dipercayai sebagai senjata yang mampu
mendatangkan wibawa serta derajat yang tinggi.Badik ini memiliki motif guratan di seluruh
tubuhnya. Sementara itu, bagi yang menginginkan kemenangan dalam setiap pertarungan
hendaknya memiliki Kawali Latenriwale. Badik yang memiliki motif berupa bulatan oval pada
bagian ujungnya ini dipercaya dapat membangkitkan sifat pantang mundur bagi pemiliknya
dalam setiap pertempuran.
Bila dipercaya terdapat badik yang mengandung kebaikan, demikian pun sebaliknya terdapat
badik yang mengandung kesialan. Kawali Lasukku Ja’na adalah badik yang dianggap amat
buruk. Bagi siapapun, Kawali Latemmewa merupakan badik yang sangat tidak baik, karena
dipercaya badik ini tidak dapat menjaga wibawa dan kehormatan pemiliknya. Menurut
kepercayaan, pemilik badik ini tidak akan melakukan perlawanan kendati ditampar oleh orang
lain.

Sejalan dengan kepercayaan tersebut, terdapat Kawali Lamalomo Malaweng Tappi’enngi yang
memiliki motif berupa guratan tanda panah pada bagian pangkalnya. Dipercaya, pemilik badik
ini seringkali terlibat dalam perbuatan zina. Badik ini memiliki kepercayaan yang berlawanan
dengan Kawali Lamalomo Rialawengeng. Konon kabarnya pemilik badik seperti ini seringkali
istrinya melakukan perzinahan dengan lelaki lain.

Apapun kekuatan sakti yang dipercaya dikandung oleh sebuah badik, badik tetaplah sebuah
benda budaya yang akan meningkatkan identitas diri seseorang, terutama bagi kaum lelaki.
Seperti kata orang Makassar mengenai badik

“Teyai bura’ne punna tena ammallaki badik” (Bukan seorang lelaki jika tidak memiliki badik)

Begitupun dengan kata orang Bugis

“Taniya ugi narekko de’na punnai kawali" (Bukan seorang Bugis jika tidak memiliki badik).

Badik Raja (Gecong Raja, Bontoala)

Badik ini berasal dari daerah Kajuara kabupaten Bone. Proses pembuatan badik raja atau
Bontoala dipercaya melibatkan mahluk halus sebangsa jin dalam proses penempaannya. Konon
orang-orang di sekitar Kajuara suatu ketika mendengar suara tempaan besi dari dalam lanresang
pada saat tengah malam. Dan ketika pagi hari tiba-tiba telah ditemukan sebilah badik beserta
sarungnya di dalam lanserang tersebut. Tidak seorang pun pandai besi yang mampu badik serupa
saat ini.

Bentuk fisik dari badik raha ini memiliki bilah yang relatif besar dengan ukuran 20 sampai 25
cm. Ray divo pengamat senjata tradisional memberikan komentar mengenai badik ini berupa
bentuk yang mirip badik Lompobattang. Bentuk bilah yang sedikit membungkuk kemudian
semakin ke ujung semakin lebar dan akhirnya meruncing kembali.
Pada badik ini terpasang pamor Timpalaja atau Mallasoan kale di dekat hulu dari badik ini.
Bahan badik terbuat dari besi berkualitas tinggi dengan kandungan meteorit yang menonjol
dipermukaan. Terdapat pola seperti arus panah hingga ke ujung badik. Pola ini dikenal dengan
nama batu-lappa dan untuk pola yang lebih besar disebut dengan bunga pejje atau busa uwae.
Motif ini identik dengan pasir yang melekat pada besi. Badik raja hanya digunakan oleh
kalangan Arung di kalangan raja Bone.

Badik La Gecong

Badik La Gecong adalah badik dari suku bugis yang sangat terkenal di medan perang. Tidak
satupun musuh yang terkena sabetan atau tikaman dari badik ini mampu bertahan untuk
menceritakan kisahnya selamat dari tikaman Badik La Gecong.

Badik La Gecong terkenal ammoso, sejenis pamor yang ditanamkan ke dalam badik saat di
tempa oleh empunya. Ketika lagecong telah tertancap di batang tubuh seseorang pamor ammoso
akan menarik keinginan hidup korbannya. Selain itu konon pada masa perang seluruh senjata
perang akan tunduk pada badik La Gecong ini.

Arti kata La Gecong sendiri masih menjadi misteri. Konon Gecong adalah badik yang di buat
empunya yang bernama La Gecong tetapi ada jug ayang mengatakan bahwa La Gecong berasal
dari kata Gecong atau Geco' yang berarti sekali tersentuh langsung mati.
La Gecong yang asli konon terbuat dari daun Nipa (Rumbia) sehingga ia akan terapung di atas
air dan melawan arus. Panjang dari La Gecong berukuran sejengkal tangan orang dewasa. Pamor
La Gecong adalah lonjo dengan bentuk pipih tapi sangat kuat.
Badik Luwu

Badik Luwu berasal dari daerah Luwu. Bentuk badik agak sedikit membungkuk yang dalam
istilah Makassar dikenal dengan istilah mabbukku tedong. Bilahnya lurus dan runcing dibagian
depan. Badik luwu diberi pamor yang sangat indah, hingga saat ini bading Luwu adalah incaran
para kolektor benda pusaka. Pada baja badik terdapat Rakkapeng atau sepuhan baja badik yang
konon katanya sepuhan badik ini dibuat dari alat kelamin gadis perawan sehingga badik ini
dibuat agar ilmu kebal dari sang lawan luntur dengan tikaman dari badik Luwu.

Badik Lompo Battang (badik siperut besar/jantung pisang)

Badik Lompo Battang secara harfiah diambil dari kata perut buncit atau besar. Dinamakan
demikian karena bentuk dari tubuh badik ini menyerupai perut yang sangat buncit. Badik ini
merupakan badik asli Makassar. Badik telah berusia 800 tahun yang telah ditempa ulang dari
pusaka Berang Alameng atau Berang Sinangke. Badik ini sendiri mengambil pamor dari bahan
asalnya yakni tidak akan ada korban yang sanggup bertahan lebih dari satu hari ketika dikenai
tikaman Badik ini.
Badik Taeng

Badik Taeng salah satu dari jenis badik yang sudah sepuh. Pamor dari badik berupa Kurissi
membentuk sebuah pola dan motif La Metteteng dan La Madderung Manai. Badik ini juga
seperti pada umumnya badik sepuh yakni bahanya terbuat dari besi meteorit. Badik ini ditempa
dengan menggunakan teknik Baja Gantung. Di badan badik ini terlihat seperi aliran proses
pembuatan badik yang khas.

Cara Memegang Badik

Badik dipegang seperti memegang pistol hanya saja ini bukan senjata api. Badik dipegang
dengan satu tangan dengan ke - empat jari (jari telunjuk, jari tengah, jari manis, dan jari
kelingking) di bagian depan pegangannya dan jari jempol di bagian belakang pegangannya
menyentuh jari telunjuk dan jari tengah.
keris
Keris adalah senjata tikam golongan belati (berujung runcing dan tajam pada kedua sisinya)
dengan banyak fungsi budaya yang dikenal di kawasan Nusantara bagian barat dan tengah.
Bentuknya khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya karena tidak simetris di bagian
pangkal yang melebar, seringkali bilahnya berkelok-kelok, dan banyak di antaranya memiliki
pamor (damascene), yaitu terlihat serat-serat lapisan logam cerah pada helai bilah. Jenis senjata
tikam yang memiliki kemiripan dengan keris adalah badik. Senjata tikam lain asli Nusantara
adalah kerambit.

Pada masa lalu keris berfungsi sebagai senjata dalam duel/peperangan,sekaligus sebagai benda
pelengkap sesajian. Pada penggunaan masa kini, keris lebih merupakan benda aksesori (ageman)
dalam berbusana, memiliki sejumlah simbol budaya, atau menjadi benda koleksi yang dinilai
dari segi estetikanya.

Keris adalah budaya asli Indonesia. walaupun pada abad ke-14, nenek moyang bangsa Indonesia
pada umum nya beragama Hindu dan buddha, tidak pernah ditemukan bukti bahwa keris berasal
dari negara India atau pun negara lainnya. Tidak pula ditemukan bukti adanya kaitan langsung
antara senjata tradisonal itu dengan kedua agama tersebut. Pada tahun 2005 secara resmi keris
terdaftar di UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Berikut ini beberapa jenis keris yang
menjadi warisan budaya Indonesia.

1. Keris Mpu gandring

Keris pusaka legendaris yang terkenal dalam riwayat pendirian kerajaan Singhasari. Pedang ini
ditempa oleh Mpu Gandring, seorang penempa besi yang sangat sakti atas pesanan Ken Arok.
Ken Arok meminta agar keris tersebut selesai dalam 1 malam saja. Karena kesaktiaannya, keris
berhasil diselesaikan dalam satu malam. Tapi ketika Mpu Gandring tengah membuat sarung
keris, Ken Arok tiba-tiba datang karena menurut dia waktunya telah 1 hari. Mpu Gandring
ditusuk Ken Arok karena dianggap tidak menepati janji untuk menyelesaikan keris dalam waktu
1 malam. Dalam keadaan sekarat, Mpu Gandring mengeluarkan kutukan bahwa Keris tersebut
akan meminta korban nyawa tujuh turunan dari Ken Arok. Dalam perjalanannya, keris ini
terlibat dalam perselisihan dan pembunuhan elit kerajaan Singhasari dengan korban Tunggul
Ametung, Kebo Ijo, Ken Arok, Anusapati, Tohjaya.
2. Keris kyai condong campur

Condong Campur adalah salah satu keris pusaka milik Kerajaan Majapahit yang banyak disebut
dalam legenda dan folklor. Keris ini dikenal dengan nama Kanjeng Kyai Condong Campur.
Keris ini merupakan salah satu dapur keris lurus. Panjang bilahnya sedang dengan kembang
kacang, satu lambe gajah, satu sogokan di depan dan ukuran panjangnya sampai ujung
bilah,sogokan belakang tidak ada. Selain itu, keris ini juga menggunakan gusen dan lis-lis-an.
Konon keris pusaka ini dibuat beramai-ramai oleh seratus orang mpu. Bahan kerisnya diambil
dari berbagai tempat. Dan akhirnya keris ini menjadi keris pusaka yang sangat ampuh tetapi
memiliki watak yang jahat.

3. Keris kyai setan kober

Keris ini sama legendarisnya dengan Keris Mpu Gandring. Berapa luk masih belum diketahui,
tapi kalo menurut kula keris ini lurus tanpa luk, ciri khas keris yg dipakai dalam perang.
Pembuatnya tidak diketahui secara pasti karena tercampur dg tahayul yg tidak jelas. Pemegang
keris ini adalah Adipati dari Kadipaten Jipang Panolang yang juga sangat legendaris, Arya
Penangsang. Keris ini konon, bila dicabut dari warangkanya akan menimbulkan sugesti yang
hebat bagi orang-orang disekitarnya. Sugesti yg berbentuk angin ribut seperti setan-setan yang
berkejaran. Arya Penangsang sendiri dikenal memiliki ilmu kebal. Musuh sepadan keris ini
adalah tombak kyai Plered yg juga melegenda. Sewaktu konflik melawan Penangsang, Adipati
Hadiwijaya (joko tingkir) mengutus Danang Sutowijoyo untuk menantang Penangsang di bukit
Menoreh dan membekalinya dg tombak keramat tsb.

Hadiwijaya juga dikenal ahli strategi. Beliau tahu kalau Penangsang mempunyai kuda jantan
jenius bernama Gagak Rimang. Kuda ini seperti memiliki koneksi batin dengan Penangsang.
Kemanapun pengendara berpikir, kesana juga Gagak Rimang. Tanpa harus dikendalikan dengan
tali kekang. Untuk mengatasi masalah ini, Hadiwijaya menyuruh Danang menantang Penangsang
disaat musim kimpoi kuda dan menyuruh Danang memakai kuda betina. Strategi lainnya,
Danang disuruh datang terlebih dahulu dan mengambil posisi diatas bukit.

Pada hari H, Danang yg berada dilereng bagian atas terlebih dahulu. Ketika Penangsang datang,
kudanya yang secara alami berada dipuncak birahi melihat kuda betina tunggangan Danang. Hal
ini membuat sang kuda tak terkendali sehingga dengan mudah Danang menusukkan tombak kyai
Plered ke perut Arya Penangsang. Tombak bertuah ini berhasil merobek badan kebal Penangsang
mengakibatkan ususnya terburai. Walaupun mengalami luka yang kritis seperti ini, Arya
Penangsang kembali tegak berdiri dan menguntaikan ususnya sendiri ke gagang keris dan berlari
mendekati Danang. Ketika dekat, Aryo Penangsang menarik pedangnya. Sayangnya, Aryo lupa
kalau ada ususnya sendiri disitu, ketika keris tercabut justru memutus usus tersebut. Dan
berakhirlah riwayat adipati gagah ini degan cara yg luar biasa.

4. Keris kyai sengkelat

Kyai Sengkelat adalah keris pusaka luk tiga belas yang diciptakan pada jaman Majapahit (1466 –
1478), yaitu pada masa pemerintahan Prabu Kertabhumi (Brawijaya V) karya Mpu Supa
Mandagri. Mpu Supa adalah salah satu santri Sunan Ampel. Konon bahan yang dibuat Kyai
Sengkelat adalah cis, sebuah besi runcing untuk menggiring onta. Besi itu didapat Sunan Ampel
ketika sedang bermunajat. Ketika ditanya besi itu berasal darimana, dijawab lah bahwa besi itu
milik Muhammad saw. Maka diberikan lah besi itu kepada Mpu Supa untuk dibuat menjadi
sebilah pedang.

Namun sang mpu merasa sayang jika besi tosan aji ini dijadikan pedang, maka dibuatlah menjadi
sebilah keris luk tiga belas dan diberi nama Kyai Sengkelat. Setelah selesai, diserahkannya
kepada Sunan Ampel. Sang Sunan menjadi kecewa karena tidak sesuai dengan apa yang
dikehendakinya. Menurutnya, keris merupakan budaya Jawa yang berbau Hindu, seharusnya besi
itu dijadikan pedang yang lebih cocok dengan budaya Arab, tempat asal agama Islam. Maka oleh
Sunan Ampel disarankan agar Kyai Sengkelat diserahkan kepada Prabu Brawijaya V. Ketika
Prabu Brawijaya V menerima keris tersebut, sang Prabu menjadi sangat kagum akan kehebatan
keris Kyai Sengkelat. Dan akhirnya keris tersebut menjadi salah satu piyandel (maskot) kerajaan
dan diberi gelar Kangjeng Kyai Ageng Puworo, mempunyai tempat khusus dalam gudang
pusaka keraton.

Pusaka baru itu menjadi sangat terkenal sehingga menarik perhatian Adipati Blambangan.
Adipati ini memerintahkan orang kepercayaannya untuk mencuri pusaka tersebut demi kejayaan
Blambangan, dan berhasil. Mpu Supa yang telah mengabdi pada kerajaan Majapahit diberi tugas
untuk mencari dan membawa kembali pusaka tersebut ke Majapahit. Dalam menjalankan
tugasnya, sang Mpu menyamar sebagai seorang pandai besi yang membuat berbagai alat
pertanian dan mengganti namanya menjadi Ki Nambang. Di samping pandai membuat alat
pertanian, beliau juga membuat tombak, pedang dan keris yang kemudian dipamerkan di tempat-
tempat keramaian, di Blambangan. Seketika pameran tersebut memancing perhatian banyak
orang. Banyak sekali pesanan datang dari para pejabat kadipaten Blambangan. Termasuk patih
Adipati Blambangan yang memesan Keris Carangsoka.

Akhirnya sang adipati Blambangan menyaksikan keris ciptaan Ki Nambang, sebilah keris
Carangsoka yang sangat bagus dan ampuh. Ketika ditusukkan ke pohon pisang, seketika itu
seluruh daun pisang menjadi layu. Karenanya sang mpu di undang untuk menghadap ke
kadipaten guna membicarakan suatu hal yang rahasia dengan alasan agar percikan bunga api besi
bahan kerisnya, tidak menjadi bencana bagi rakyat Blambangan.

Ternyata setelah Ki Nambang datang menghadap, didapatnya tugas untuk membuat “putran”
atau tiruan Kangjeng Kyai Puworo (Keris Sengkelat). Ki Nambang dengan siasatnya meminta
disediakan perahu untuk membuat tiruan Kyai Sengkelat dengan alasan percikan bunga api besi
bahan kerisnya tidak menimbulkan bencana bagi rakyat Blambangan.

Singkat cerita, akhirnya rencana mendapatkan kembali keris pusaka Majapahit itu berhasil tanpa
harus menimbulkan kecurigaan dan pertumpahan darah. Malah Ki Nambang akhirnya
dianugerahi seorang putri kadipaten yang bernama Dewi Lara Upas, adik dari Adipati
Blambangan itu sendiri. Serta mendapatkan gelar kebangsawanan sebagai Kangjeng Pangeran
berikut tanah perdikan di Desa Pitrang. Maka namanya pun berubah menjadi Kangjeng Pangeran
Pitrang yang bekerja sebagai mpu kadipaten Blambangan.

Sang Mpu yang berhasil melaksanakan tugas selalu mencari cara agar dapat kembali ke
Majapahit. Ketika kesempatan itu tiba maka beliau pun segera kembali ke Majapahit dan
meninggalkan istrinya yang sedang hamil. Sebelum pergi, beliau meninggalkan pesan kepada
sang istri bahwa kelak jika anak mereka lahir laki-laki agar diberi nama Joko Suro, serta
meninggalkan besi bahan membuat keris.

Lima belas tahun kemudian setelah Mpu Pitrang meninggalkan Blambangan, datang lah seorang
pemuda yang mengaku sebagai anak mpu Supa. Ketika ditanya, ia mengaku bernama Joko Suro.
Mpu meminta bukti berupa besi bahan membuat keris. Namun ketika diserahkan oleh Joko Suro,
besi bahan itu telah menjadi sebilah keris. Ternyata selama dalam perjalanan mencari ayahanda
nya, besi itu dipijit-pijit dan ditarik olehnya hingga menjadi sebilah keris kecil. Maka keris itu
pun dinamakan Keris Kyai Bethok yang mempunyai keampuhan menyingkirkan niat jahat.
5. Keris kyai carubuk

Dalam satu legenda dikisahkan Sunan Kalijaga meminta tolong untuk dibuatkan keris coten-
sembelih (pegangan untuk menyembelih kambing). Lalu oleh beliau diberikan calon besi yang
ukurannya sebesar biji asam jawa. Mengetahui besarnya calon besi tersebut, Empu Supa sedikit
terkejut. Ia berkata besi ini bobotnya berat sekali, tak seimbang dengan besar wujudnya dan tidak
yakin apakah cukup untuk dibuat keris.

Lalu Sunan Kalijaga berkata kalau besi itu tidak hanya sebesar biji asam jawa tetapi besarnya
seperti gunung. Karena ampuh perkataan Sunan Kalijaga, pada waktu itu juga besi menjelma
sebesar gunung.Hati empu Supa menjadi gugup, karena mengetahui bahwa Sunan Kalijaga
memang benar-benar wali yang dikasihi oleh Pencipta Kehidupan, yang bebas mencipta apapun.
Lantaran itu, empu Supa berlutut dan takut.

Ringkas cerita, besipun kemudian dikerjakan. Tidak lama, jadilah keris, kemudian diserahkan
kepada Sunan Kalijaga. Akan tetapi anehnya begitu melihat bentuknya, seketika juga Sunan
Kalijaga menjadi kaget, sampai beberapa saat tidak dapat berbicara karena kagum dan tersentuh
perasaannya, karena hasil kejadian keris itu berbeda jauh sekali dengan yang dimaksudkan.
Maksud semula untuk dijadikan pegangan lebai, ternyata yang dihasilkan keris Jawa (baca
Nusantara) asli Majapahit, luk tujuhbelas.

Sebenarnya, begitu mengetahui keindahan keris, perasaan Sunan Kalijaga agak tersentuh, oleh
karena itu mengamatinya sempai puas tidak bosan-bosannya. Kemudian ia berkata sambil
tertawa dan memuji keindahan keris itu.Lalu Empu Supa diberi lagi besi yang ukurannya sebesar
kemiri. Setelah dikerjakan, jadilah sebilah keris mirip pedang suduk (seperti golok atau belati).
Begitu mengetahui wujud keris yang dihasilkan sunan Kalijaga sangat senang hatinya. keris itu
disebut Kyai Carubuk. keris kyai carubuk ini akhirnya menjadi pusaka sultan hadiwijaya, bahkan
sanggup mengalahkan keris setan kober milik arya penangsang ketika pesuruh arya penangsang
melakukan percobaan pembunuhan pada sultan hadiwijaya dengan memakai keris setan kober.

Anda mungkin juga menyukai