Per Salin An
Per Salin An
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, selaput ketuban keluar dari uterus
ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan
(setelah kehamilan 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol
sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak
begitu kuat sehingga ibu masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida
berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Pembukaan pada primigravida
1 cm/jam dan pembukaan pada multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan tersebut
maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan.
Kondisi yang menggambarkan peristiwa yang dirasakan oleh ibu bersalin pada
persalinan kala I, yaitu rasa sakit adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur;
keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan kecil pada
serviks; terkadang ketuban pecah dengan sendirinya; serviks mulai membuka (dilatasi)
dan mendatar (effacement).
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai persalinan kala I
terutama tentang tanda dan gejalanya.
RUMUSAN MASALAH
Apakah definisi dari persalinan Kala I?
Apa sajakah tanda dan gejala dari persalinan Kala I?
Bagaimana contoh kasus dari persalinan Kala I?
TUJUAN
Mengetahui definisi persalinan Kala I
Melakukan identifikasi awal persalinan Kala I yaitu tanda dan gejalanya
Memberikan salah satu contoh kasus dari persalinan Kala I
METODE PENULISAN
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah yang berjudul ”Tanda dan
Gejala Kala I Persalinan” ini adalah melalui metode pustaka yaitu dari beberapa referensi
buku.
BAB II
TINJAUAN TEORI
PERSALINAN
Persalinan merupakan proses untuk mendorong keluar (ekspulsi) hasil pembuahan
(janin yang viabel, plasenta, dan ketuban) dari dalam uterus lewat vagina ke dunia luar.
( Hellen Farrer, 1999:118)
Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang diartikan sebagai keadaan terlihatnya
mukus atau lendir (acapkali lendir tersebut mengandung bercak darah) yang keluar dari
vagina. Mukus berasal dari servix dan selama kehamilan berfungsi sebagai sumbat
pelindung. Kemunculannya menunjukkan bahwa servix sudah mulai berdilatasi.
Sejumlah kecil darah dapat menyertai mukus (kadang-kadang darah muncul sendiri).
Darah ini berasal dari ruptura pembuluh-pembuluh kapiler yang halus di dalam serviks
(ketika serviks mulai membuka) dan dari desidua yang ada di bawah korion (ketika
desidua terangkat dari dinding uterus bagian bawah pada saat segmen bawah uterus mulai
meregang).
Serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement). Dilatasi serviks diketahui
atau dipastikan dengan pemeriksaan pervaginam.
Tonjolan ini terasa tegang pada saat his dan dapat mengalami ruptur.
Ruptura selaput amnion dapat terjadi setiap saat dalam proses persalinan, tetapi
biasanya terjadi pada akhir kala I persalinan. Ruptura amnion juga dapat terjadi
sebelum persalinan dimulai sehingga peristiwa ini tidak bisa dianggap secara kaku
sebagai tanda dimulainya persalinan. Jika cairan amnion sudah ditemukan
sebelum atau sesudah persalinan dimulai sementara engagement kepala dalam
panggul belum bisa dipastikan, pemeriksaan pervaginam harus dilakukan oleh
dokter atau bidan untuk mengetahui apakah terjadi prolapsus funikuli. (Helen
Farrer, 2001:130-131)
Masa transisi ini menjadi masa yang paling sangat sulit bagi ibu. Menjelang
berakhirnya kala I, pembukaan jalan lahir sudah hampir sempurna. Kontraksi yang terjadi
akan semakin sering dan semakin kuat. Anda mungkin mengalami rasa sakit yang hebat,
kebanyakan wanita yang pernah mengalami masa inilah yang merasakan masa yang
paling berat. Anda akan merasakan datangnya rasa mulas yang sangat hebat dan terasa
seperti ada tekanan yang sangat besar ke arah bawah, seperti ingin buang air besar.
Menjelang akhir kala pertama, kontraksi semakin sering dan kuat, dan bila pembukaan
jalan lahir sudah 10 cm berarti bayi siap dilahirkan dan proses persalinan memasuki kala
II.
KASUS
Ny. D umur 22 tahun, G1P0A0, hamil 40 minggu 2 hari, janin tunggal hidup intra uteri, puki,
pres bel kep dalam persalinan kala 1 fase aktif, fisiologis.
Gejala yang dirasakan ibu pada fase aktif adalah :
Keluar lendir darah dari jalan lahir sejak jam 05.00
VT : V/U/V tenang, porsio lunak, pembukaan 6 cm, Effisemen 60 %, KK (+), teraba kepala,
UUK kiri depan, moulage (-), kepala turun Hodge II, tidak teraba bagian lain, STLD (+)
Tanda yang dirasakan ibu pada fase aktif adalah:
His : 3 kali dalam 10 menit, lama 30 detik, intensitas kuat.
TABEL OBSERVASI KALA I
BAB IV
PEMBAHASAN
HIS/ Kontraksi
Kasus : His 3 kali dalam 10 menit, lama 30 detik, intensitas kuat.
Teori : Kontraksi di atas 3 kali dalam 10 menit dan lama kontraksi 40 detik atau lebih
dan mules.
Pada kasus yang ada terdapat kesesuaian dan ketidaksesuaian. Dimana kesesuaian terjadi
pada HIS 3 kali dalam 10 Menit, ketidaksesuaian terdapat pada lama kontraksi, yaitu
pada kasus terjadi 30 detik dan pada teori 40 detik.
Dari data yang di peroleh pada Asuhan Kebidanan Ny. D umur 22 tahun G1P0A0 hamil 40
minggu 2 hari. Pada kasus ini pengkajian kala I fase aktif, terdapat beberapa kesesuaian dan
ketidaksesuaian, yaitu :
Data Subyektif
Menurut Mochtar (2002: 93) rasa sakit adanya his yang datang lebih kuat, sering,
teratur dan menimbulkan ketidaknyamanan serta kadang-kadang nyeri, merupakan tanda
persalinan yang sebenarnya kalau his tersebut berlanjut terus dan semakin meningkat
frekuensinya. His dapat dirasakan oleh pemeriksa ketika uterus menjadi keras dan tegang.
Pasien mungkin mengeluhkan perasaan terganggu yang dimulai dari bagian punggung
dan kemudian menyebar di sekitar abdomen bawah.
Dalam kasus Ny D usia 22 tahun G1P0A0 mengatakan bahwa keluar lendir darah
lewat jalan lahir. Hal ini sesuai dengan tanda dan gejala dimulainya kala 1 persalinan
dimana terjadi bloody show.
Data Obyektif
Kala pertama dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10
cm), proses ini terbagi dalam dua fase yaitu fase laten (8 jam) servik membuka sampai 3
cm dan fase aktif (7 jam) servik membuka dari 3 cm sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat
dan sering selama fase aktif. Prawirohardjo (2006:296).
Kala 1 ada 2 fase, fase laten dan fase aktif :
Fase aktif : pembukaan lebih cepat,
Kontraksi di atas 3 kali dalam 10 menit
Lama kontraksi 40 detik atau lebih dan mules
Pembukaan dari 4 cm sampai lengkap(10cm)
Terdapat penurunan bagian terbawah janin
Fase aktif terbagi dalam :
Fase accelerasi (fase percepatan) dari pembukaan 3-4 cm dicapai dalam 2 jam
Fase kemajuan maksimal, dari 4-9 cm, memakan waktu 2 jam
Fase decelerasi (kurangnya kecepatan) dari pembukaan 9-10 mencapai waktu 2
jam.
(Mochtar, 1998:94)
Dalam kasus ini, Ny D keadaan pembukaan 6 cm, dengan effacement 60%, teraba
kepala, kepala turun HODGE III. Terjadi His : 3 kali dalam 10 menit, lama 30 detik,
intensitas kuat.
Tabel Pemantauan Kala I
Tgl/Jam TTV HIS DJJ
TD N R S Frekuensi Lama Intensitas
22/10/08
Ketuban pecah pukul 11.55 WIB, warna jernih jumlah kurang dari 500 ml, dan lama
KALA I 6 jam 55 menit.
Dari kasus data kasus Ny D didapatkan hasil pembukaan 6 cm, hal ini sesuai
dengan teori dimana kala 1 aktif membuka dari 4 cm – 10 cm. Terlihat Efficement 60%,
hasil pemeriksaan VT ini sesuai dengan teori, dimana dalam pemeriksaan didapat dilatasi
dahulu baru effacement dimulai.
Dari hasil VT didapat Teraba kepala bayi dan kepala turun HODGE III, hal ini
sesuai dengan tanda kala I aktif dimana terjadi penurunan bagian terbawah janin. Dan
dalam data tercatat terjadi 3 x HIS dalam 10 menit dengan lama 30 detik. Dalam hal ini
terdapat kesesuaian dan ketidaksesuaian, dimana dalam tanda kala 1 terjadi HIS 3 x
dalam 10 menit, hal ini sesuai dengan kasus Ny D, kemudian Lama HIS menurut Mohtar
1998 :94 his terjadi 45 detik atau lebih, pada kasus Ny D saat pengkajian pertama datang
lama HIS 30 detik, hal ini tidak sesuai dengan teori. Selanjutnya dalam observasi Kala 1,
didapatkan data bahwa HIS terjadi selama 45 detik dan meningkat seterusnya, sehingga
hal ini sesuai dengan teori.
Dari table observasi kala I Ny D , DJJ tercatat meningkat dan termasuk dalam
batas normal DJJ. Ketuban pecah pukul 11.55 WIB, warna jernih jumlah kurang dari 500
ml, hal ini sesuai dengan tanda dari kala 1 dimana terjadi ketuban pecah.
Dari data dipastikan Kala I berlangsung 6 jam 55 menit dari masa aktif fase
kemajuan maksimal , pada teori dari kala aktif terjadi selama 6 jam, hal ini sesuai dengan
teori bahwa kala I terjadi berkisar 6 jam.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Dari kasus Ny. D umur 22 tahun, G1P0A0, hamil 40 minggu 2 hari, janin tunggal hidup intra
uteri, puki, pres bel kep dalam persalinan kala 1 fase aktif, fisiologis terdapat kesesuaian tanda
dan gejala dengan teori yang ada , yaitu diantaranya adalah :
nyeri yang disebabkan oleh bertambahnya his
keluar lendir darah lewat jalan lahir (bloody show)
terjadi penurunan bagian terbawah janin.
terjadi HIS 3 x dalam 10 menit
terjadi ketuban pecah.
terjadi berkisar 6 jam.
frekuensi his semakin bertambah
DJJ Normal 120-160x / menit
Selain itu juga terdapat ketidaksesuaian tanda dan gejala dengan teori yang ada , yaitu
diantaranya adalah :
Lama kontraksi 40 detik atau lebih, sedangkan pada pasien Ny. D lama kontraksi 30 detik
Pada Primigravida, serviks mengalami effacement dilanjutkan dilatasi, sedangkan pada
pasien Ny. D serviksnya mengalami dilatasi dilanjutkan effacement
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-caturindri-5155-2-bab2.pdf diunduh
tanggal 11/09/2012 pukul 15:39
http://sindiariyani.blogspot.com/2011/08/kala-i-persalinan.html
http://perubahanfisiologidanpsikologiskalai.blogspot.com/
http://bidanku.com/index.php?/tahapan-proses-persalinan
TANYA JAWAB