Pembimbing:
Rubiati Hipni, S. ST., M. Keb
Nama:
1. Nor Rimadhanty. M.P 7. Wahyuning Nanik Minangkani
2. Siti Marowiah Putri
3. Novianty 8. Yeni Oktavia Anggreini
4. Tasya Nurcholisa 9. Febriyanti Marantika
5. Puji Lestari 10. Rahmi
6. Tri Bintari Ajining Putri
Nama: Ny. T
Tanggal: 22 Oktober 2019
Nama: Ny. T
Tanggal: 22 Oktober 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. latar Belakang
Masalah Pre eklampsia adalah gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi dengan tekanan darah ≥ 140/90
mmHg,edema dan protein uria 300 mg protein dalam urine 24 jam tetapi
tidak menunjukan tanda – tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya,
sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu
atau lebih ( Icemi Sukarni 2013). Tidak berbeda dengan definisi Icemi
Wahyu P. (2013), mendefinisikan bahwa pre eklampsia (toksemia
gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria
(protein dalam urin) atau adanya penimbunan cairan, yang terjadi pada
kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan (Icehi
Sukarni 2013)
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun
2013, angka kejadian pre eklampsi di seluruh dunia berkisar 0,51%- 38,4%.
Di Negara maju, angka kejadian preeklamsia berkisar 6%-7%. Sedangkan
angka kejadian di Indonesia adalah sekitar 3,8-8,5%. Di Indonesia, pre
eklampsia penyebab kematian ibu yang tinggi sebesar 24% (Depkes RI 2012).
Angka kematian ibu mengalami penurunan yang tidak terlalu signifikan
yakni pada tahun 2017 ada 114 kasus turun pada 2018 menjadi 113 kasus
(Depkes Kalsel 2019)
Dampak preeklamsia-eklamsia pada janin dapat mengakibatkan berat
badan lahir rendah akibat spasmus arteriol spinalis deciduas menurunkan
aliran darah ke plasenta,yang mengakibatkan gangguan fungsi
plasenta.Kerusakan plasenta ringan dapat menyebabkan hipoksia janin,
keterbatasan pertumbuhan intrauterine (IUGR), dan jika kerusakan makin
parah maka dapat berakibat prematuritas, dismaturitas dan IUFD atau 2
kematian janin dalam kandungan. Dampak preeklamsia-eklamsia pada ibu
yaitu solusisio plasenta,abruption plasenta, hipofibrinogrmia, hemolisis,
perdarahan otak, kerusakan pembulu kapiler mata hingga kebutaan, edema
paru, nekrosis hati, kerusakan jantung, sindrom HELLP, kelainan ginjal.
Komplikasi terberat terjadinya preeklamsia-eklamsia adalah kematian ibu
( Devi dan Fiki 2015)
Menurut Prawiroharjo dalam Fathur Rohma, Rini Hayu Lestari,
(2015), preeklamsia dapat dicegah dengan cara medical dan non medical.
Pencegahan non medical yaitu melakukan tirah baring. Di Indonesia
tirahbaring masih di perlukan pada mereka yang mempunyai resiko tinggi
terjadinya preeklamsia. Sedangkan pencegahan dalam medical yaitu dengan
cara melakukan diet suplemen yang mengandung minyak ikan yang kaya
asam lemak tidak jenuh, misalnya omega-3 PUFA, antioksidan: vitamin C,
vitamin E, β- karoten, CoQ10, N- Asetilsistein, asam lipotik, dan elemen
logam berat, zinc, magnesium, kalsium. Preeklamsia hendaknya melakukan
pemeriksaan ANC secara rutin, istirahat cukup, diet tinggi protein, redah
lemak, karbohidrat, garam.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti ingin mengetahui
tentang pengalaman ibu hamil preeklamsia dalam mengatasi peningkatan
tekanan darah tiba-tiba.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat menerapkan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Pre-
Eklampsia Berat (PEB) di Ruang Nifas lantai 1 RSUD
Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin.
2. Tujuan khusus
Mampu melakukan:
a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif pada Ny. dengan Pre-
Eklampsia Berat (PEB) di Ruang Nifas lantai 1 RSUD
Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin.
b. Mampu melakukan pengkajian data objektif pada Ny. dengan Pre-
Eklampsia Berat (PEB) di Ruang Nifas lantai 1 RSUD
Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin.
c. Mampu menetapkan hasil analisa pada Ny. dengan Pre-Eklampsia
Berat (PEB) di Ruang Nifas lantai 1 RSUD Dr.H.Moch.Ansari
Saleh Banjarmasin.
d. Mampu melakukan penatalaksanaan pada Ny. dengan Pre-
Eklampsia Berat (PEB) di Ruang Nifas lantai 1 RSUD
Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin.
A. Pengertian Kehamilan
Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari
hari pertama haid terakhir (Sarwono,2014).
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung didalam tubuh
wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian
akan diakhiri dengan proses persalinan (Anik, 2010).
Astuti, HP. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 1 (Kehamilan). Yogyakarta: Rohima
Press
Manuaba, Ida Bagus Gde dkk.2009. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan
KB. Jakarta : EGC
Nanda. 2012. Diagnosis Keperawatan, Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
Sukarni, I & Sudarti. 2014. Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Neonatus Risiko
Tinggi. Yogyakarta: Nuha Medika
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Selasa, 22 Oktober 2019
Jam : 21.00 WITA
IDENTITAS
Keterangan Istri Suami
Nama Ny. T Tn. A
Umur 31 tahun 40 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SD SMP
Pekerjaan IRT Wiraswasta
Suku/Bangsa Banjar Banjar
Alamat Jl. Alalak Selatan No.103 Kec.Banjarmasin Utara
PROLOG
Ibu datang ke Rumah Sakit pada tanggal 22 Oktober 2019 mengeluh pusing,
pandangan mata sebelah kanan kabur sejak 2 hari yang lalu, sebelumnya ibu
sudah memeriksakan kehamilannya di Puskesmas dan disarankan untuk
membawa ke Rumah Sakit karena tekanan darah ibu tinggi. Ini merupakan
kehamilan yang ke 3 dengan HPHT : 15 Maret 2019, TP : 22 Desember 2019
Anak pertama lahir tahun 2013 ditolong oleh bidan, normal, spontan belakang
kepala, jenis kelamin laki-laki, BB : 3800 gram. Anak kedua lahir normal pada
tahun 2017 ditolong oleh bidan, spontan belakang kepala, jenis kelamin laki-laki,
BB 3200 gram. Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti
hipertensi sebelum kehamilan ini dan ibu juga tidak pernah menderita penyakit
menular seperti hepatitis, TBC, dan HIV/AIDS. Hasil pemeriksaan laboratorium
pada saat ibu di IGD, ibu memiliki protein urin (+3).
SUBJEKTIF
Ibu mengeluh pusing dan pandangan mata sebelah kanan kabur sejak 2 hari yang
lalu.
OBJEKTIF
Keadaan umum baik, kesadaran compos menthis, TD : 260/110 mmHg, N : 120
x/menit, R : 24 x/menit, S : 36,5oC, BB : 68 kg, TB : 158 cm, konjungtiva pucat,
sklera tidak ikterik, Leopold I : TFU 2 jari di atas pusat (29 cm) teraba bulat,
lunak, dan tidak melenting (bokong), Leopold II : bagian kanan perut ibu teraba
keras seperti papan (punggung janin) dan bagian kiri perut ibu teraba bagian kecil
janin , Leopold III : bagian terbawah perut ibu teraba keras, bulat dan melenting
(presentasi kepala), Leopold IV : bagian terbawah janin belum masuk PAP
(konvergen) DJJ : (+) 144x/menit, TBJ : 2635 gram Hb : 12,6 gram/dl, protein
urine (+3).
ANALISA
G3 P2 A0 hamil 31 minggu dengan pre eklampsia berat.
Janin tunggal hidup.
PENATALAKSANAAN
1. Membina hubungan baik dengan pasien dan keluarganya. Respon ibu dan
keluarga baik dengan petugas kesehatan.
2. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami preeklampsia berat
dimana TD : 260/110 mmHg, N : 120 x/menit, R : 24 x/menit, S : 36,5 oC, DJJ
: 144x/menit, didapatkan protein urine (+3). Ibu dan keluarga mengetahui hasil
pemeriksaan.
3. Memberitahukan ibu dan keluarga bahwa keluhan yang ibu rasakan merupakan
pengaruh dari tekanan darah ibu yang tinggi dan gejala PEB. Ibu dan keluarga
mengerti
4. Memberikan support mental pada ibu dan keluarga untuk tidak perlu khawatir
karena keadaan ibu akan terus di pantau oleh petugas kesehatan. Ibu dan
keluarga mengerti.
5. Melanjutkan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi:
a. Dosis awal 4 gr MgSO4 40% (10 cc) di guyur dalam infuse 100 ml. Dosis
maintenance 6 gr MgSO4 40% (15 cc) dalam 500 ml RL di berikan dalam
waktu 6 jam (28 tpm)
b. Injeksi dexamethasone 2x2 ampul, diberikan secara IV
c. Injeksi Ceftriaxone 2x1 gr sebagai antibotik diberikan secara IV
d. Nifedipin 3x1 10 mg untuk menurunkan TD ibu diberikan secara oral
e. Di lakukan pemasangan DC
f. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital.
g. Diet rendah protein dan rendah garam.menganjurkan ibu banyak makan
sayur dan buah-buahan
6. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
7. Menganjurkan ibu bila sudah pulang.
a. supaya rutin memeriksakan kehamilannya setiap 2 minggu sekali sampai
usia kehamilan 36 minggu dan satu minggu sekali sampai usia kehamilan
40 minggu atau bila ada keluhan dengan tenaga kesehatan spt bidan/dokter.
b. Menganjurkan ibu mengkonsumsi tablet Fe 2 jam setelah makan malam
sebelum tidur dengan air putih dan mengkonsumsi obat-obat yang
diberikan oleh dokter.
8. Memberitahu ibu tanda bahaya dan komplikasi preeklampsi pada ibu hamil.
a. Tanda dan gejala preeklampsi pada ibu hamil.
1) Tekanan darah sistolik >160 mmHg dan tekanan darah diastolik >110
mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah
dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.
2) Proteinuria lebih 5 gram selama 24 jam atau lebih, tanda (+++) atau
(++++) dalam pemeriksaan kualitatif.
3) produksi urin kurang dari 500 cc selama 24 jam.
4) Penurunan kesadaran, nyeri kepala dan pandangan kabur.
5) Nyeri pada ulu hati
6) Terdapat pembengkakan
b. Komplikasi preeklampsi pada ibu hamil.
1) Pada ibu
a) Perdarahan otak
b) Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
c) Perdarahan dihati
d) Kejang
e) Kematian
2) Pada janin
a) Intrauterine Fetal Growth Restriction (IUGR)
b) Solusio plasenta
c) Prematur
d) Perdarahan intraventrikular
9. Menjelaskan kepada ibu tentang P4K (Perencanaan Pelaksanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi) seperti tempat persalinan: rumah sakit, BPM,
klinik bersalin, Penolong persalinan: bidan, dokter spesialis kandungan,
Biaya: ditanggung sendiri atau BPJS, donor darah: ayah, ibu, saudara.
Pendamping: suami, orang tua, alat transportasi: ambulance atau mobil. Dan
menganjurkan ibu bersalin dirumah sakit dengan bidan atau dokter Ibu
mengerti dengan anjuran tersebut dan akan mendiskusikan dengan
suami/keluarga.
10. Melakukan dokumentasi untuk setiap tindakan. Dokumentasi telah dilakukan.
CATATAN PERKEMBANGAN
No. Hari/Tanggal Data Perkembangan
1. Kamis, 24 Oktober Subjektif
2019 Ibu mengatakan masih merasakan sedikit
Pukul 16.00 WITA pusing, dan pandangan mata sudah tidak kabur.
Objektif
KU baik, kesadaran composmentis,
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
TD: 160/90 mmHg, N: 80 x/menit, R:
20x/menit, T: 36,50C. TFU : 2 jari diatas pusat,
DJJ : 140x/menit.
Analisa
G3 P2 A0 Ibu hamil 31 dengan pre eklamsia
berat
Penatalaksanaan:
1. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu
bahwa tekanan darah ibu masih tinggi yaitu
160/90 mmHg. Ibu mengerti.
2. Menganjurkan ibu untuk mengurangi
makan-makanan yang asin. Ibu mengerti.
3. Menganjurkan ibu untuk tidur yang cukup
dimalam hari agar tekanan darah ibu tidak
semakin naik. Ibu mengerti.
4. Melanjutkan terapi obat sebelumnya. Dan
pemberian MgSO4 telah dihentikan.
5. Melakukan pendokumentasian.
Objektif
KU baik, kesadaran composmentis,
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
TD: 130/80 mmHg, N: 78 x/menit, R:
20x/menit, T: 36,40C. TFU : 2 jari diatas pusat,
DJJ : 142x/menit.
Analisa
G3 P2 A0 Ibu hamil 31 minggu dengan pre
eklamsia berat
Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa
tekanan darah ibu sudah menurun dan janin
dalam keadaan baik. Ibu dan keluarga
mengerti.
2. Menganjurkan ibu untuk menghindari
makanan yang asin, supaya tekanan darah
ibu tidak naik lagi. Ibu mengerti.
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang
cukup agar keadaan ibu lekas pulih, dan
anjurkan keluarga untuk selalu menemani
ibu. Ibu dan keluarga mengerti.
4. Melanjutkan terapi obat dari dokter, dan
pemberian MgSO4 telah dihentikan.
5. Melakukan pendokumentasian.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Subjektif
Pengkajian pada tanggal 22 Oktober 2019 pada pukul 21.00
WITA, diperoleh data subjektif dari Ny. T usia 31 tahun yaitu merasa
masih pusing, penglihatan kabur 2 hari yang lalu. Riwayat kesehatannya
Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan seperti hipertensi
sebelum kehamilan ini dan ibu juga tidak pernah menderita penyakit
menular seperti hepatitis, TBC, dan HIV/AIDS Ibu juga mengatakan
bahwa ibu tidak ada alergi terhadap obat dan alergi makanan.
Dari data subjektif dapat diketahui bahwa ibu sedang mengalami
preeklampsia. Prawirohardjo, 2012 mengatakan bahwa pada pre-eklampsia
berat didapatkan nyeri epigastrium, nyeri kepala, pandangan kabur,odema
paru, gangguan kesadaran. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada pre-
eklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklmpsia akan
menimbulkan tekanan darah meningkat lebih tinggi, odema menjadi lebih
umum, dan proteinuria bertambah banyak.
B. Objektif
Data objektif yang diperoleh dari pemeriksaan fisik umum hasilnya
Keadaan umum baik, kesadaran compos menthis, TD : 260/110 mmHg, N :
120 x/menit, R : 24 x/menit, S : 36,5oC, BB : 68 kg, TB : 158 cm,
konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, Leopold I : TFU 2 jari di atas pusat
(29 cm) teraba bulat, lunak, dan tidak melenting (bokong), Leopold II :
bagian kanan perut ibu teraba keras seperti papan (punggung janin) dan
bagian kiri perut ibu teraba bagian kecil janin , Leopold III : bagian
terbawah perut ibu teraba keras, bulat dan melenting (presentasi kepala),
Leopold IV : bagian terbawah janin belum masuk PAP (konvergen) DJJ :
(+) 144x/menit, TBJ : 2635 gram Hb : 12,6 gram/dl, protein urine (+3).
Dari data objektif dapat diketahui dan dilihat bahwa ibu mengalami
pre-eklampsia. Menurut manuaba, 2009 pre-eklampsia adalah kumpulan
gejala yang timbul pada ibu hamil, ibu bersalin dan dalam masa nifas
yang terdiri dari trias: hipertensi, protein urine dan odema.
Dari data objektif pula dapat diketahui bahwa ibu mengalami
tingkatan pre-eklampsia berat. Menurut Prawiroharjo, 2012 pre-eklampsia
berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai timbulnya
hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai protein urin dan odema pada
kehamilan 20 minggu atau lebih dengan ditandai gejala- gejalanya yaitu
tekanan darah ≥ 160 mmHg/ ≥110 mmHg, protein urine +≥5 gram,
oliguria (500 cc/24 jam), odema paru/sianosis.
C. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan objektif, ditetapkan diagnosa Ny.T
G3 P2 A0 hamil 31 minggu dengan pre eklampsia berat janin tunggal
hidup. Ny. T teridentifikasi adanya diagnosa potensial yaitu Ny. T G3 P2
A0 hamil 31 minggu dengan pre eklampsia berat janin tunggal hidup. Hal
ini didasarkan pada data subjektif yang diperoleh dimana ibu mengatakan
pusing dan pandangan mata sebelah kanan kabur sejak 2 hari yang lalu..
Pada saat penentuan diagnosa diketahui bahwa Ny. T mengalami
pre eklampsia berat hal inisesuai dengan teori menurut Astuti,2012 bahwa
ibu diklasifikasikan kedalam pre eklampsia berat yang mana diketahui dan
dilihat dari hasil pemeriksaan ibu mengalami tekanan sistolik >160
mmHg dan diastolik >110 mmHg, Proteinuria +++, oliguria, gangguan
penglihatan dan nyeri epigastrium.
D. Penatalaksanaan
Ny. T G3 P2 A0 hamil 31 minggu dengan pre eklampsia berat janin
tunggal hidup membutuhkan penanganan segera yaitu pemberian cairan
segera parenteral infus RL dengan drip MgSO4 yang sesuai dengan protap
di rumah sakit, menghindari ibu dari penyebab kejang dan hipertensi yang
berlebihan dan berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat dan
cairan yang tepat.
Intervensi yang diberikan untuk Ny. T G3 P2 A0 hamil 31 minggu dengan
pre eklampsia berat adalah komunikasi, informasi, edukasi atau KIE antara
lain sebagai berikut:
1. Membina hubungan baik dengan pasien dan keluarganya.
2. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan.
3. Memberitahukan ibu dan keluarga bahwa keluhan yang ibu rasakan
merupakan pengaruh dari tekanan darah ibu yang tinggi dan gejala
PEB
4. Memberikan support mental pada ibu dan keluarga untuk tidak perlu
khawatir
5. Melanjutkan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
6. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
7. Menganjurkan ibu bila sudah pulang
8. Memberitahu ibu tanda bahaya dan komplikasi preeklampsi pada ibu
hamil.
9. Menjelaskan kepada ibu tentang P4K
10. Melakukan dokumentasi untuk setiap tindakan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengkajian pada tanggal 22 Oktober 2019 pada pukul 21.00
WITA, diperoleh data subjektif dari Ny. T usia 31 tahun yaitu merasa
masih pusing, penglihatan kabur 2 hari yang lalu. Riwayat kesehatannya
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti
hipertensi sebelum kehamilan ini dan ibu juga tidak pernah menderita
penyakit menular seperti hepatitis, TBC, dan HIV/AIDS Ibu juga
mengatakan bahwa ibu tidak ada alergi terhadap obat dan alergi makanan.
Data objektif yang diperoleh dari pemeriksaan fisik umum hasilnya
Keadaan umum baik, kesadaran compos menthis, TD : 260/110 mmHg, N :
120 x/menit, R : 24 x/menit, S : 36,5oC, BB : 68 kg, TB : 158 cm,
konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, Leopold I : TFU 2 jari di atas pusat
(29 cm) teraba bulat, lunak, dan tidak melenting (bokong), Leopold II :
bagian kanan perut ibu teraba keras seperti papan (punggung janin) dan
bagian kiri perut ibu teraba bagian kecil janin , Leopold III : bagian
terbawah perut ibu teraba keras, bulat dan melenting (presentasi kepala),
Leopold IV : bagian terbawah janin belum masuk PAP (konvergen) DJJ :
(+) 144x/menit, TBJ : 2635 gram Hb : 12,6 gram/dl, protein urine (+3).
Ny. T teridentifikasi adanya diagnosa potensial yaitu Ny. T G3 P2
A0 hamil 31 minggu dengan pre eklampsia berat janin tunggal hidup. Hal
ini didasarkan pada data subjektif yang diperoleh dimana ibu mengatakan
pusing dan penglihatan kabur. Memberikan kebutuhan segera yaitu
pemberian cairan segera parenteral infus RL dengan drip MgSO4 yang
sesuai dengan protap di rumah sakit, menghindari ibu dari penyebab kejang
dan hipertensi yang berlebihan dan berkolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat dan cairan yang tepat.
B. Saran
Kita sebagai petugas kesehatan khususnya seorang bidan, diharapkan
senantiasa berupaya untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan dalam
melaksanakanpelayanan kesehatan yang lebih profesional