Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS

PADA IBU HAMIL DENGAN PRE-EKLAMPSIA BERAT


DI RUANG NIFAS LANTAI 1 KEBIDANAN RSUD.Dr. H. MOCH.
ANSARI SALEH BANJARMASIN
TAHUN 2019

Pembimbing:
Rubiati Hipni, S. ST., M. Keb

Nama:
1. Nor Rimadhanty. M.P 7. Wahyuning Nanik Minangkani
2. Siti Marowiah Putri
3. Novianty 8. Yeni Oktavia Anggreini
4. Tasya Nurcholisa 9. Febriyanti Marantika
5. Puji Lestari 10. Rahmi
6. Tri Bintari Ajining Putri

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEBIDANAN
BANJARMASIN
2019
LEMBAR PERSETUJUAN PENGAMBILAN KASUS

Telah dikonsultasikan dan disetujui oleh Pembimbing Lahan Praktik Tentang


“Asuhan Kebidanan Patologis pada Ibu Hamil dengan Pre-Eklampsia Berat di
Ruang Nifas lantai 1 Kebidanan RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin”.

Nama: Ny. T
Tanggal: 22 Oktober 2019

Digunakan untuk membuat dokumentasi asuhan kebidanan pada Ibu Hamil


Patologis untuk memenuhi tugas pendidikan oleh:
Nama
1. Nor Rimadhanty. M.P 7. Wahyuning Nanik Minangkani
2. Siti Marowiah Putri
3. Novianty 8. Yeni Oktavia Anggreini
4. Tasya Nurcholisa 9. Febriyanti Marantika
5. Puji Lestari 10. Rahmi
6. Tri Bintari Ajining Putri
Mahasiswi Politeknik Kesehatan Banjarmasin Jurusan Kebidanan Semester V
Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan Kebidanan Jalur Umum.

Banjarmasin, November 2019


Dosen Pembimbing

Rubiati Hipni, S. ST., M. Keb


NIP : 19781062008122001

LEMBAR PERSETUJUAN PENGAMBILAN KASUS

Telah dikonsultasikan dan disetujui oleh Pembimbing Lahan Praktik Tentang


“Asuhan Kebidanan Patologis pada Ibu Hamil dengan Pre-Eklampsia Berat di
Ruang Nifas lantai 1 Kebidanan RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin”.

Nama: Ny. T
Tanggal: 22 Oktober 2019

Digunakan untuk membuat dokumentasi asuhan kebidanan pada Ibu Hamil


Patologis untuk memenuhi tugas pendidikan oleh:
Nama
1. Nor Rimadhanty. M.P 7. Wahyuning Nanik Minangkani
2. Siti Marowiah Putri
3. Novianty 8. Yeni Oktavia Anggreini
4. Tasya Nurcholisa 9. Febriyanti Marantika
5. Puji Lestari 10. Rahmi
6. Tri Bintari Ajining Putri
Mahasiswi Politeknik Kesehatan Banjarmasin Jurusan Kebidanan Semester V
Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan Kebidanan Jalur Umum.

Banjarmasin, November 2019


Dosen Pembimbing
Endang Martini, S. ST
NIP : 197306151993032009

BAB I
PENDAHULUAN

A. latar Belakang
Masalah Pre eklampsia adalah gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi dengan tekanan darah ≥ 140/90
mmHg,edema dan protein uria 300 mg protein dalam urine 24 jam tetapi
tidak menunjukan tanda – tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya,
sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu
atau lebih ( Icemi Sukarni 2013). Tidak berbeda dengan definisi Icemi
Wahyu P. (2013), mendefinisikan bahwa pre eklampsia (toksemia
gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria
(protein dalam urin) atau adanya penimbunan cairan, yang terjadi pada
kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan (Icehi
Sukarni 2013)
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun
2013, angka kejadian pre eklampsi di seluruh dunia berkisar 0,51%- 38,4%.
Di Negara maju, angka kejadian preeklamsia berkisar 6%-7%. Sedangkan
angka kejadian di Indonesia adalah sekitar 3,8-8,5%. Di Indonesia, pre
eklampsia penyebab kematian ibu yang tinggi sebesar 24% (Depkes RI 2012).
Angka kematian ibu mengalami penurunan yang tidak terlalu signifikan
yakni pada tahun 2017 ada 114 kasus turun pada 2018 menjadi 113 kasus
(Depkes Kalsel 2019)
Dampak preeklamsia-eklamsia pada janin dapat mengakibatkan berat
badan lahir rendah akibat spasmus arteriol spinalis deciduas menurunkan
aliran darah ke plasenta,yang mengakibatkan gangguan fungsi
plasenta.Kerusakan plasenta ringan dapat menyebabkan hipoksia janin,
keterbatasan pertumbuhan intrauterine (IUGR), dan jika kerusakan makin
parah maka dapat berakibat prematuritas, dismaturitas dan IUFD atau 2
kematian janin dalam kandungan. Dampak preeklamsia-eklamsia pada ibu
yaitu solusisio plasenta,abruption plasenta, hipofibrinogrmia, hemolisis,
perdarahan otak, kerusakan pembulu kapiler mata hingga kebutaan, edema
paru, nekrosis hati, kerusakan jantung, sindrom HELLP, kelainan ginjal.
Komplikasi terberat terjadinya preeklamsia-eklamsia adalah kematian ibu
( Devi dan Fiki 2015)
Menurut Prawiroharjo dalam Fathur Rohma, Rini Hayu Lestari,
(2015), preeklamsia dapat dicegah dengan cara medical dan non medical.
Pencegahan non medical yaitu melakukan tirah baring. Di Indonesia
tirahbaring masih di perlukan pada mereka yang mempunyai resiko tinggi
terjadinya preeklamsia. Sedangkan pencegahan dalam medical yaitu dengan
cara melakukan diet suplemen yang mengandung minyak ikan yang kaya
asam lemak tidak jenuh, misalnya omega-3 PUFA, antioksidan: vitamin C,
vitamin E, β- karoten, CoQ10, N- Asetilsistein, asam lipotik, dan elemen
logam berat, zinc, magnesium, kalsium. Preeklamsia hendaknya melakukan
pemeriksaan ANC secara rutin, istirahat cukup, diet tinggi protein, redah
lemak, karbohidrat, garam.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti ingin mengetahui
tentang pengalaman ibu hamil preeklamsia dalam mengatasi peningkatan
tekanan darah tiba-tiba.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat menerapkan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Pre-
Eklampsia Berat (PEB) di Ruang Nifas lantai 1 RSUD
Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin.
2. Tujuan khusus
Mampu melakukan:
a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif pada Ny. dengan Pre-
Eklampsia Berat (PEB) di Ruang Nifas lantai 1 RSUD
Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin.
b. Mampu melakukan pengkajian data objektif pada Ny. dengan Pre-
Eklampsia Berat (PEB) di Ruang Nifas lantai 1 RSUD
Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin.
c. Mampu menetapkan hasil analisa pada Ny. dengan Pre-Eklampsia
Berat (PEB) di Ruang Nifas lantai 1 RSUD Dr.H.Moch.Ansari
Saleh Banjarmasin.
d. Mampu melakukan penatalaksanaan pada Ny. dengan Pre-
Eklampsia Berat (PEB) di Ruang Nifas lantai 1 RSUD
Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin.

C. Waktu dan tempat pengambilan kasus


1. Waktu pengambilan kasus
Hari / tanggal : Selasa, 22 Oktober 2019
Jam : 21.00 WITA
2. Tempat pengambilan kasus
Di Ruang Nifas lantai 1 RSUD Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kehamilan
Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari
hari pertama haid terakhir (Sarwono,2014).
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung didalam tubuh
wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian
akan diakhiri dengan proses persalinan (Anik, 2010).

B. Pengertian Pre Eklampsia


Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi
tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya,
sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu
atau lebih (Nanda, 2012).
Pre Eklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,
bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, protein urine
dan odema (Manuaba,2009)
Pre eklampsia dalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria
(protein dalam air kemih) atau oedema (penimbunan cairan), yang terjadi pada
kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan
(Sukarni dan Sudarti, 2014).
Preeklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau
edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Sujiyatini, dkk,2009)
C. Klasifikasi Pre Eklampsia
Menurut Astuti (2012), tingkatan pre eklampsia dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Pre eklampsia
Mengalami kenaikan tekanan diastolik 15 mmHg atau >90 mmHg dalam 2x
pengukuran berjarak 1 jam, proteinuria (+).
2. Pre eklampsia berat
Mengalami tekanan sistolik >160 mmHg dan diastolik >110 mmHg,
proteinuria (4+), oliguria, gangguan penglihatan dan nyeri epigastrium.

D. Tanda dan Gejala Pre Eklampsia Berat


Menurut Prawirohardjo (2012), tanda dan gejala pre eklampsia berat antara
lain:
1. Tekanan darah sistolik >160 mmHg dan tekanan darah diastolik >110
mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat
di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.
2. Proteinuria lebih 5 gram selama 24 jam atau lebih, tanda (+++) atau (++++)
dalam pemeriksaan kualitatif.
3. Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc selama 24 jam.
4. Gangguan virus dan serebral, yaitu penurunan kesadaran, nyeri kepala dan
pandangan kabur.
5. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen.

E. Etiologi Pre Eklampsia Berat


Menurut Sukarni dan Sudarti (2014), penyebab pre eklampsia sampai
sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori yang dapat menjelaskan tentang
penyebab pre eklampsia yaitu kehamilan ganda, hidramnion, dan mola
hidatidosa. Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan, dapat
terjadi perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus,
timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan penyebab dari kelainan
tersebut sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the disease theory.
Adapun teori-teori tersebut antara lain:
1. Peran faktor imunologis. Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivitas
sistem komponen pada pre eklampsia atau eklampsia.
2. Peran faktor genetik. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi
pre eklampsia atau eklampsia pada anak-anak dari ibu yang menderita pre
eklampsia atu eklampsia.

F. Patofisiologi Pre Eklampsia Berat


Menurut Sukarni dan Sudarti (2014), pada pre eklampsia pembuluh arteri
menyempit menyebabkan pembuluh darah hanya dapat dilewati oleh satu sel
darah merah. Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi
kebutuhan sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Gangguan fungsi
organ terjadi pada organ-organ tubuh, pada otak akan dapat menyebabkan
terjadinya oedema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan tekanan
intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat menyebabkan terjadinya
gangguan aliran otak, nyeri dan kejang. Pada ginjal, akibat pengaruh
aldosteron, terjadi peningkatan reabsorbsi natrium dan menyebabkan retensi
cairan dan dapat menyebabkan terjadinya oedema. Glomerular Filtration Rate
(GFR) pada ginjal mengalami penurunan dan tidak diimbangi dengan
peningkatan reabsorbsi oleh tubulus sehingga menyebabkan diuresis menurun
dan menyebabkan oligouria.
Permealibilitas terhadap protein yang meningkat akan menyebabkan
banyak protein. Pada gastrointestinal dapat menyebabkan terjadinya
penumpukan ion H menyebabkan Hydrochloric Acid (HCL) meningkat
sehingga dapat menyebabkan nyeri epigastrium. Selanjutnya akan terjadi
akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual dan timbulnya muntah. Pada
ekstermitas dapat terjadi metabolisme anaerob menyebabkan terbentuknya
asam laktat dan sedikitnya Adenosin Tri Posfat (ATP) yang diproduksi akan
menimbulkan keadan cepat lelah dan lemah.

G. Komplikasi Pre Eklampsia Berat


Menurut Prawirohardjo (2012), komplikasi pre eklampsia meliputi:
1. Pada ibu
a. Perdarahan otak
b. Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
c. Perdarahan dihati
d. Kejang
e. Kematian
2. Pada janin
a. Intrauterine Fetal Growth Restriction (IUGR)
b. Solusio plasenta
c. Prematur
d. Perdarahan intraventrikular

H. Uji Diagnosa Dasar Pre Eklampsia Berat


Menurut Prawirohardjo (2012), penegakan diagnosa pre eklampsia berat
(PEB) dengan cara:
1. Dilakukan penimbangan berat badan Pada umumnya wanita hamil normal
mengalami kenaikan berat badan 0,5 kg per minggu, jika lebih bisa dicurigai
terjadinya pre eklampsia.
2. Pengukuran proteinuria pada ibu hamil dengan pre eklampsia berat,
proteinuria lebih 5 gram selama 24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan
kualitatif.
3. Pengukuran tekanan darah pada ibu hamil dengan pre eklampsia berat
tekanan darah sistolik >160 mmHg dan tekanan darah diastolik >110
mmHg.
4. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) dan Non Stress Test (NST)
Pemeriksaan USG adalah pemeriksaan janin menggunakan frekuensi
gelombang suara tinggi yang dipantulkan ketubuh untuk mengetahui
gambaran rahim, fungsinya untuk mengetahui perkembangan kehamilan,
Pemeriksaan Non Stress Test (NST) adalah cara pemeriksaan janin dengan
menggunakan kardiotokografi, pada umur 20 kehamilan 32 minggu.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud melihat hubungan perubahan
denyut jantung dengan gerakan janin.
I. Penatalaksanaan Pre Eklampsia Berat Pada Kehamilan
Menurut Saifuddin (2010), penatalaksanaan untuk preeklampsi berat ada
dua unsur, yaitu:
1. Sikap terhadap penyakitnya, yaitu pemberian obat-obat atau terapi
medisinalis
a. Penderita pre eklampsi berat harus segera masuk ke rumah sakit
untuk rawat inap. Perawatan yang penting adalah mengelola cairan
agar tidak terjadi edema paru dan oliguria. Bila terjadi edema paru,
berikan Ringer-dekstrose atau cainan garam faali jumlah tetesan: <
125 cc/jam atau infus Dekstrose 5 % yang tiap liternya diselingi
dengan infus Ringer Laktat (60-125 tetes/jam) 500 cc.
Oliguria terjadi bila produksi urin 30 cc/jam dalam 2-3 jam atau
<500 ce/24 jam. Diberikan antasida untuk menetralisir asam
lambung sehingga bila mendadak kejang tidak terjadi aspirasi asam
lambung.
b. Pemberian obat antikejang
1) Magnesium Sulfat (MgSO4)
Contoh obat lain yang dipakai untuk antikejang adalah
diasepam dan fenitoin. Magnesium sulfat sampai saat ini tetap
menjadi pilihan pertama untuk antikejang pada preeklampsia/
ckslampsia. Cara pemberian:
a) Loading dose: initial dose
4 gram MgSO4: Intravena, (40 % dalam 10 cc) selama 15
menit.
b) Maintenance dose:
Diberikan infuse 6 gram dalam larutan Ringer Laktat/ 6
jam atau diberikan 4 atau 5 gram i.m. Selanjutnya
maintenance dose diberikan 4 gram i.m. tiap 4-6 jam.
Syarat pemberian MgSO4
a) Harus tersedia antidotum MgSO4, bila terjadi intoksikasi
yaitu kalsium glukonas 10 %- 1 gram (10 % dalam 10 ce)
diberikan IV 3 menit.
b) Refleks patella (+) kuat.
c) Frekuensi pernafasan >16x/menit, tidak ada tanda-tanda
distress nafas.
Magnesium sulfat dihentikan bila
a) Ada tanda-tanda intoksikasi.
b) Setelah 24 jam pascapersalinan atau 24 jam setelah kejang
terakhir.
Bila terjadi refrakter terhadap pemberian MgSO4, maka
diberikan salah satu obat berikut: thiopental sodium, sodium
amobarbital, diazepam, atau fenitoin.
2) Nifedifin (Anthihipertensi)
Dosis awal: 10-20 mg, diulangi 30 menit bila perlu. Dosis
maksimum 120 Mg/ 24 jam diberikan per oral. Nifedipin tidak
boleh diberikan sublingual karena efek vasodilatasi sangat cepat
sehingga hanya boleh diberikan per oral.
3) Klonidine/ catapres (Antihipertensi)
1 ampul dilarutkan dalam 10 cc larutan garam faali/ larutan
air untuk suntikkan. I ampul mengandung 0,15 mg/ cc.
DAFTAR PUSTAKA

Anik, Maryuni.2010. Biologi Reproduksi Dalam Kebidanan. Jakarta : TIM

Astuti, HP. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 1 (Kehamilan). Yogyakarta: Rohima
Press

Manuaba, Ida Bagus Gde dkk.2009. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan
KB. Jakarta : EGC

Nanda. 2012. Diagnosis Keperawatan, Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, S. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka

Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono


Prawiroharjo : Jakarta

Sujiyatini, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika

Sukarni, I & Sudarti. 2014. Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Neonatus Risiko
Tinggi. Yogyakarta: Nuha Medika
BAB III
TINJAUAN KASUS

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN


PADA IBU HAMIL DENGAN PRE EKLAMPSIA BERAT (PEB)
DI RUANG NIFAS RSUD H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN
TAHUN 2019

PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Selasa, 22 Oktober 2019
Jam : 21.00 WITA

IDENTITAS
Keterangan Istri Suami
Nama Ny. T Tn. A
Umur 31 tahun 40 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SD SMP
Pekerjaan IRT Wiraswasta
Suku/Bangsa Banjar Banjar
Alamat Jl. Alalak Selatan No.103 Kec.Banjarmasin Utara

PROLOG
Ibu datang ke Rumah Sakit pada tanggal 22 Oktober 2019 mengeluh pusing,
pandangan mata sebelah kanan kabur sejak 2 hari yang lalu, sebelumnya ibu
sudah memeriksakan kehamilannya di Puskesmas dan disarankan untuk
membawa ke Rumah Sakit karena tekanan darah ibu tinggi. Ini merupakan
kehamilan yang ke 3 dengan HPHT : 15 Maret 2019, TP : 22 Desember 2019
Anak pertama lahir tahun 2013 ditolong oleh bidan, normal, spontan belakang
kepala, jenis kelamin laki-laki, BB : 3800 gram. Anak kedua lahir normal pada
tahun 2017 ditolong oleh bidan, spontan belakang kepala, jenis kelamin laki-laki,
BB 3200 gram. Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti
hipertensi sebelum kehamilan ini dan ibu juga tidak pernah menderita penyakit
menular seperti hepatitis, TBC, dan HIV/AIDS. Hasil pemeriksaan laboratorium
pada saat ibu di IGD, ibu memiliki protein urin (+3).

SUBJEKTIF
Ibu mengeluh pusing dan pandangan mata sebelah kanan kabur sejak 2 hari yang
lalu.

OBJEKTIF
Keadaan umum baik, kesadaran compos menthis, TD : 260/110 mmHg, N : 120
x/menit, R : 24 x/menit, S : 36,5oC, BB : 68 kg, TB : 158 cm, konjungtiva pucat,
sklera tidak ikterik, Leopold I : TFU 2 jari di atas pusat (29 cm) teraba bulat,
lunak, dan tidak melenting (bokong), Leopold II : bagian kanan perut ibu teraba
keras seperti papan (punggung janin) dan bagian kiri perut ibu teraba bagian kecil
janin , Leopold III : bagian terbawah perut ibu teraba keras, bulat dan melenting
(presentasi kepala), Leopold IV : bagian terbawah janin belum masuk PAP
(konvergen) DJJ : (+) 144x/menit, TBJ : 2635 gram Hb : 12,6 gram/dl, protein
urine (+3).

ANALISA
G3 P2 A0 hamil 31 minggu dengan pre eklampsia berat.
Janin tunggal hidup.

PENATALAKSANAAN
1. Membina hubungan baik dengan pasien dan keluarganya. Respon ibu dan
keluarga baik dengan petugas kesehatan.
2. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami preeklampsia berat
dimana TD : 260/110 mmHg, N : 120 x/menit, R : 24 x/menit, S : 36,5 oC, DJJ
: 144x/menit, didapatkan protein urine (+3). Ibu dan keluarga mengetahui hasil
pemeriksaan.
3. Memberitahukan ibu dan keluarga bahwa keluhan yang ibu rasakan merupakan
pengaruh dari tekanan darah ibu yang tinggi dan gejala PEB. Ibu dan keluarga
mengerti
4. Memberikan support mental pada ibu dan keluarga untuk tidak perlu khawatir
karena keadaan ibu akan terus di pantau oleh petugas kesehatan. Ibu dan
keluarga mengerti.
5. Melanjutkan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi:
a. Dosis awal 4 gr MgSO4 40% (10 cc) di guyur dalam infuse 100 ml. Dosis
maintenance 6 gr MgSO4 40% (15 cc) dalam 500 ml RL di berikan dalam
waktu 6 jam (28 tpm)
b. Injeksi dexamethasone 2x2 ampul, diberikan secara IV
c. Injeksi Ceftriaxone 2x1 gr sebagai antibotik diberikan secara IV
d. Nifedipin 3x1 10 mg untuk menurunkan TD ibu diberikan secara oral
e. Di lakukan pemasangan DC
f. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital.
g. Diet rendah protein dan rendah garam.menganjurkan ibu banyak makan
sayur dan buah-buahan
6. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
7. Menganjurkan ibu bila sudah pulang.
a. supaya rutin memeriksakan kehamilannya setiap 2 minggu sekali sampai
usia kehamilan 36 minggu dan satu minggu sekali sampai usia kehamilan
40 minggu atau bila ada keluhan dengan tenaga kesehatan spt bidan/dokter.
b. Menganjurkan ibu mengkonsumsi tablet Fe 2 jam setelah makan malam
sebelum tidur dengan air putih dan mengkonsumsi obat-obat yang
diberikan oleh dokter.
8. Memberitahu ibu tanda bahaya dan komplikasi preeklampsi pada ibu hamil.
a. Tanda dan gejala preeklampsi pada ibu hamil.
1) Tekanan darah sistolik >160 mmHg dan tekanan darah diastolik >110
mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah
dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.
2) Proteinuria lebih 5 gram selama 24 jam atau lebih, tanda (+++) atau
(++++) dalam pemeriksaan kualitatif.
3) produksi urin kurang dari 500 cc selama 24 jam.
4) Penurunan kesadaran, nyeri kepala dan pandangan kabur.
5) Nyeri pada ulu hati
6) Terdapat pembengkakan
b. Komplikasi preeklampsi pada ibu hamil.
1) Pada ibu
a) Perdarahan otak
b) Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
c) Perdarahan dihati
d) Kejang
e) Kematian
2) Pada janin
a) Intrauterine Fetal Growth Restriction (IUGR)
b) Solusio plasenta
c) Prematur
d) Perdarahan intraventrikular
9. Menjelaskan kepada ibu tentang P4K (Perencanaan Pelaksanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi) seperti tempat persalinan: rumah sakit, BPM,
klinik bersalin, Penolong persalinan: bidan, dokter spesialis kandungan,
Biaya: ditanggung sendiri atau BPJS, donor darah: ayah, ibu, saudara.
Pendamping: suami, orang tua, alat transportasi: ambulance atau mobil. Dan
menganjurkan ibu bersalin dirumah sakit dengan bidan atau dokter Ibu
mengerti dengan anjuran tersebut dan akan mendiskusikan dengan
suami/keluarga.
10. Melakukan dokumentasi untuk setiap tindakan. Dokumentasi telah dilakukan.
CATATAN PERKEMBANGAN
No. Hari/Tanggal Data Perkembangan
1. Kamis, 24 Oktober Subjektif
2019 Ibu mengatakan masih merasakan sedikit
Pukul 16.00 WITA pusing, dan pandangan mata sudah tidak kabur.

Objektif
KU baik, kesadaran composmentis,
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
TD: 160/90 mmHg, N: 80 x/menit, R:
20x/menit, T: 36,50C. TFU : 2 jari diatas pusat,
DJJ : 140x/menit.

Analisa
G3 P2 A0 Ibu hamil 31 dengan pre eklamsia
berat

Penatalaksanaan:
1. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu
bahwa tekanan darah ibu masih tinggi yaitu
160/90 mmHg. Ibu mengerti.
2. Menganjurkan ibu untuk mengurangi
makan-makanan yang asin. Ibu mengerti.
3. Menganjurkan ibu untuk tidur yang cukup
dimalam hari agar tekanan darah ibu tidak
semakin naik. Ibu mengerti.
4. Melanjutkan terapi obat sebelumnya. Dan
pemberian MgSO4 telah dihentikan.
5. Melakukan pendokumentasian.

2 Jum’at, 25 Oktober Subjektif


2019 Ibu mengatakan keadaannya sudah lebih baik,
Pukul 21.00 WITA dan kepala sudah tidak pusing lagi.

Objektif
KU baik, kesadaran composmentis,
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
TD: 130/80 mmHg, N: 78 x/menit, R:
20x/menit, T: 36,40C. TFU : 2 jari diatas pusat,
DJJ : 142x/menit.

Analisa
G3 P2 A0 Ibu hamil 31 minggu dengan pre
eklamsia berat

Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa
tekanan darah ibu sudah menurun dan janin
dalam keadaan baik. Ibu dan keluarga
mengerti.
2. Menganjurkan ibu untuk menghindari
makanan yang asin, supaya tekanan darah
ibu tidak naik lagi. Ibu mengerti.
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang
cukup agar keadaan ibu lekas pulih, dan
anjurkan keluarga untuk selalu menemani
ibu. Ibu dan keluarga mengerti.
4. Melanjutkan terapi obat dari dokter, dan
pemberian MgSO4 telah dihentikan.
5. Melakukan pendokumentasian.

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Subjektif
Pengkajian pada tanggal 22 Oktober 2019 pada pukul 21.00
WITA, diperoleh data subjektif dari Ny. T usia 31 tahun yaitu merasa
masih pusing, penglihatan kabur 2 hari yang lalu. Riwayat kesehatannya
Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan seperti hipertensi
sebelum kehamilan ini dan ibu juga tidak pernah menderita penyakit
menular seperti hepatitis, TBC, dan HIV/AIDS Ibu juga mengatakan
bahwa ibu tidak ada alergi terhadap obat dan alergi makanan.
Dari data subjektif dapat diketahui bahwa ibu sedang mengalami
preeklampsia. Prawirohardjo, 2012 mengatakan bahwa pada pre-eklampsia
berat didapatkan nyeri epigastrium, nyeri kepala, pandangan kabur,odema
paru, gangguan kesadaran. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada pre-
eklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklmpsia akan
menimbulkan tekanan darah meningkat lebih tinggi, odema menjadi lebih
umum, dan proteinuria bertambah banyak.

B. Objektif
Data objektif yang diperoleh dari pemeriksaan fisik umum hasilnya
Keadaan umum baik, kesadaran compos menthis, TD : 260/110 mmHg, N :
120 x/menit, R : 24 x/menit, S : 36,5oC, BB : 68 kg, TB : 158 cm,
konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, Leopold I : TFU 2 jari di atas pusat
(29 cm) teraba bulat, lunak, dan tidak melenting (bokong), Leopold II :
bagian kanan perut ibu teraba keras seperti papan (punggung janin) dan
bagian kiri perut ibu teraba bagian kecil janin , Leopold III : bagian
terbawah perut ibu teraba keras, bulat dan melenting (presentasi kepala),
Leopold IV : bagian terbawah janin belum masuk PAP (konvergen) DJJ :
(+) 144x/menit, TBJ : 2635 gram Hb : 12,6 gram/dl, protein urine (+3).

Dari data objektif dapat diketahui dan dilihat bahwa ibu mengalami
pre-eklampsia. Menurut manuaba, 2009 pre-eklampsia adalah kumpulan
gejala yang timbul pada ibu hamil, ibu bersalin dan dalam masa nifas
yang terdiri dari trias: hipertensi, protein urine dan odema.
Dari data objektif pula dapat diketahui bahwa ibu mengalami
tingkatan pre-eklampsia berat. Menurut Prawiroharjo, 2012 pre-eklampsia
berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai timbulnya
hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai protein urin dan odema pada
kehamilan 20 minggu atau lebih dengan ditandai gejala- gejalanya yaitu
tekanan darah ≥ 160 mmHg/ ≥110 mmHg, protein urine +≥5 gram,
oliguria (500 cc/24 jam), odema paru/sianosis.

C. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan objektif, ditetapkan diagnosa Ny.T
G3 P2 A0 hamil 31 minggu dengan pre eklampsia berat janin tunggal
hidup. Ny. T teridentifikasi adanya diagnosa potensial yaitu Ny. T G3 P2
A0 hamil 31 minggu dengan pre eklampsia berat janin tunggal hidup. Hal
ini didasarkan pada data subjektif yang diperoleh dimana ibu mengatakan
pusing dan pandangan mata sebelah kanan kabur sejak 2 hari yang lalu..
Pada saat penentuan diagnosa diketahui bahwa Ny. T mengalami
pre eklampsia berat hal inisesuai dengan teori menurut Astuti,2012 bahwa
ibu diklasifikasikan kedalam pre eklampsia berat yang mana diketahui dan
dilihat dari hasil pemeriksaan ibu mengalami tekanan sistolik >160
mmHg dan diastolik >110 mmHg, Proteinuria +++, oliguria, gangguan
penglihatan dan nyeri epigastrium.

D. Penatalaksanaan
Ny. T G3 P2 A0 hamil 31 minggu dengan pre eklampsia berat janin
tunggal hidup membutuhkan penanganan segera yaitu pemberian cairan
segera parenteral infus RL dengan drip MgSO4 yang sesuai dengan protap
di rumah sakit, menghindari ibu dari penyebab kejang dan hipertensi yang
berlebihan dan berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat dan
cairan yang tepat.
Intervensi yang diberikan untuk Ny. T G3 P2 A0 hamil 31 minggu dengan
pre eklampsia berat adalah komunikasi, informasi, edukasi atau KIE antara
lain sebagai berikut:
1. Membina hubungan baik dengan pasien dan keluarganya.
2. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan.
3. Memberitahukan ibu dan keluarga bahwa keluhan yang ibu rasakan
merupakan pengaruh dari tekanan darah ibu yang tinggi dan gejala
PEB
4. Memberikan support mental pada ibu dan keluarga untuk tidak perlu
khawatir
5. Melanjutkan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
6. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
7. Menganjurkan ibu bila sudah pulang
8. Memberitahu ibu tanda bahaya dan komplikasi preeklampsi pada ibu
hamil.
9. Menjelaskan kepada ibu tentang P4K
10. Melakukan dokumentasi untuk setiap tindakan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengkajian pada tanggal 22 Oktober 2019 pada pukul 21.00
WITA, diperoleh data subjektif dari Ny. T usia 31 tahun yaitu merasa
masih pusing, penglihatan kabur 2 hari yang lalu. Riwayat kesehatannya
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti
hipertensi sebelum kehamilan ini dan ibu juga tidak pernah menderita
penyakit menular seperti hepatitis, TBC, dan HIV/AIDS Ibu juga
mengatakan bahwa ibu tidak ada alergi terhadap obat dan alergi makanan.
Data objektif yang diperoleh dari pemeriksaan fisik umum hasilnya
Keadaan umum baik, kesadaran compos menthis, TD : 260/110 mmHg, N :
120 x/menit, R : 24 x/menit, S : 36,5oC, BB : 68 kg, TB : 158 cm,
konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, Leopold I : TFU 2 jari di atas pusat
(29 cm) teraba bulat, lunak, dan tidak melenting (bokong), Leopold II :
bagian kanan perut ibu teraba keras seperti papan (punggung janin) dan
bagian kiri perut ibu teraba bagian kecil janin , Leopold III : bagian
terbawah perut ibu teraba keras, bulat dan melenting (presentasi kepala),
Leopold IV : bagian terbawah janin belum masuk PAP (konvergen) DJJ :
(+) 144x/menit, TBJ : 2635 gram Hb : 12,6 gram/dl, protein urine (+3).
Ny. T teridentifikasi adanya diagnosa potensial yaitu Ny. T G3 P2
A0 hamil 31 minggu dengan pre eklampsia berat janin tunggal hidup. Hal
ini didasarkan pada data subjektif yang diperoleh dimana ibu mengatakan
pusing dan penglihatan kabur. Memberikan kebutuhan segera yaitu
pemberian cairan segera parenteral infus RL dengan drip MgSO4 yang
sesuai dengan protap di rumah sakit, menghindari ibu dari penyebab kejang
dan hipertensi yang berlebihan dan berkolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat dan cairan yang tepat.

B. Saran
Kita sebagai petugas kesehatan khususnya seorang bidan, diharapkan
senantiasa berupaya untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan dalam
melaksanakanpelayanan kesehatan yang lebih profesional

Anda mungkin juga menyukai