Anda di halaman 1dari 5

1.

Latar Belakang

Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh manusia, karena ginjal berfungsi mempertahakan
hemostasis cairan tubuh supaya selalu berfungsi dengan baik. Untuk mempertahankan hemostasis
supaya berfungsi dengan baik, ginjal mengatur volume cairan serta menyeimbangkan osmotic,
asam basa, eksresi sisa metabolisme, dan system pengaturan hormonal. Selain itu ginjal juga
mengeluarkan sisa metabolisme seperti urea, kreatinin, asam urat dan zat yang tidak diperlukan.
Jika fungsi ginjal mengalami gangguan yang berlangsung lama dan ireversibel, maka akan terjadi
gagal ginjal. (Kirnantoro, 2017)

Kelainan fungsi ginjal berdasarkan durasinya terbagi menjadi 2 yaitu gagal ginjal akut dan gagal
ginjal kronik. Gagal ginjal akut adalah kemunduran yang cepat dari kemampuan ginjal dalam
membersihkan darah dari bahan-bahan racun, yang menyebabkan penimbunan limbah metabolic
didalam darah (Ayu, 2010). Sedangkan menurut The Kidney Disease Outcome Initiative (KDOQI)
of the national kidney foundation (NKF), gagal ginjal kronik yaitu kerusakan pada parenkim ginjal
dengan penurunan glomerulus filtration rate (GFR) kurang dari 60 mL/min/1,73 m2 selama atau
lebih dari 3 bulan dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal (Vereli,2006)

Hasil penelitan Global Burden of Disease tahun 2010, Penyakit Ginjal Kronis merupakan
penyebab kematian peringkat ke 27 di dunia tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke 18 pada
tahun 2010. Lebih dari 2 juta penduduk di dunia mendapatkan perawatan dengan dialisis atau
transplantasi Ginjal dan hanya sekitar 10% yang benar-benar mengalami perawatan tersebut.
Menurut data National Health and Nutrition Examination Survey (NHASNES) di Amerika Serikat
tahun 2013, pravelensi gagal ginjal kronik sebesar 14% dimana terjadi peningkatan pada tahun
sebelumnya yaitu sebesar 12,5%. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
menunjukkan bahwa prevalensi penduduk Indonesia yang menderita Gagal Ginjal sebesar 0,2%
atau 2 per 1000 penduduk. Di Sumsel sebesar 0,3%.

Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan, gagal ginjal
kronis bias dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu gangguan fungsi ginjal menurun menjadi sekitar
51% - 80% dari fungsi ginjal normal. Gagal ginjal yaitu menurun menjadi 25% - 50% dari fungsi
ginjal. Gagal ginjal berat yaitu penurunan menjadi hanya 15% - 25% dari fungsi ginjal. Dan
stadium akhir yaitu ginjal hanya berfungsi kurang dari 10 – 15%. Saat mencapai gagal ginjal
stadium akhir, pasien akan membutuhkan beberapa bentuk perawatan dialysis atau transplantasi
ginjal untuk berthan hidup. Untuk menegakkan diagnose gagal ginjal kronis yaitu dilihat dari kadar
ureum dan kreatinin, karena kadar ureum dan kreatinin hanya dapat dieksresikan oleh ginjal.
Biasanya pada pasien gagal ginjal kronik kadar ureum dan kreatininnya akan meningkat karena
ginjal mengalami penurunan fungsi. (Halil, 2018)

Hemodialisis atau yang dikenal dengan cuci darah merupakan suatu tindakan yang pada pasien
gagal ginjal untuk membuang toksis, kelebihan cairan, elektrolit,dan produk sisa metabolisme dari
darah dengan prinsip osmosis dan difusi dengan menggunakan system dialisa eksternal. Darah
diedarkan oleh mesin dialysis dengan kecepatan sekitar 200cc/menit, melewati ginjal buatan untuk
menyaring produk sisa metabolism dan kelebihan cairan. Darah yang sudah dibersihkan lalu
dikembalikan ke dalam tubuh pasien.

Kreatinin adalah hasil perombakan kreatin, semacam senyawa yang berisi nitrogen yang terutama
ada dalam otot. Banyaknya kadar kreatinin yang diproduksi dan disekresikan berbanding sejajar
dengan massa otot. Nilai normal kreatinin pada pria adalah 0,7 – 1,3 mg/dl sedangkan pada wanita
0,6-1,1 mg/dl (David, 2013). Tindakan HD pada pasien GGK dengan kadar kreatinin yang tinggi
dilakukan untuk menurunkan kadar kreatinin, urem, dan zat-zat toksik lainnya. Biasanya HD
dilakukan rutin 2-3 minggu kali dalam seminggu (Nugrahani,2007).

Menurut peneliti terdahulu di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tanggal 23 September 2014


diperoleh data pasien hemodialisa pada bulan Agustus 2014 sebanyak 178 orang. Pasien yang
sudah rutin menjalani HD mengalami penurunan ureum dan kreatinin sebesar 0-50 mg/dl
sedangkan pasien yang baru melakukan hemodialysis kadar ureum dan kreatinin mengalami
penurunan sebesar 100-150 mg/dl.

Menurut data di RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara, pasien gagal ginjal yang dirawat
tahun 2017 yang menjalani terapi Hemodialisa meninggal dunia sebanyak 67 orang (Profil Rekam
Medik RSUD Bahternas Provinsi Sulawesi Tenggara, 2017).

2. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran kreatinin pada pasien GGK sebelum dan sesudah menjalani
hemodialisa.

3. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran kadar kreatinin pasien sebelum menjalani hemodialisa
2. Bagaimana gambaran kadar kreatinin pasien sesudah menjalani hemodialisa
3. Apakah ada perbedaan kadar kreatinin antara sebelum dan sesudah menjalani
hemodialisa
4. Apakah ada hubungan antara umur dengan kadar kreatinin pada pasien sesudah
menjalani hemodialisa
5. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan kadar kreatinin pada pasien sesudah
menjalani hemodialisa
6. Apakah ada hubungan antara frekuensi hemodialisa dengan kadar kreatinin pada pasien
sesudah menjalani hemodialisa
7. Apakah ada hubungan antara lama menjalani hemodialisa dengan kadar kreatinin pada
pasien sesudah menjalani hemodialisa
4. Kerangka Konsep

Umur

Kadar Kreatinin Sebelum


Jenis Kelamin Hemodialisa

Frekuensi Hemodialisa Commented [a1]:


Kadar Kreatinin Setelah
Hemodialisa

Lama menjalani
Hemodialisa

5. Definisi Operasional

Variabel Definis Operasional Cara Ukur Alat Hasil Ukur Skala


Ukur
Kadar Nilai kreatinin yang Otomatik Spektrofotomet Mg/dl Rasio
kreatinin: diperoleh dari hasil er (BTS A-15)
1. Sebe pengukuran kreatinin 1. Normal Ordinal
lum sebelum dan sesudah lk : 0,6-
HD hd yang dinyatakan 1,3
2. Sesu dalam mg/dl mg/dl
dah Normal pr : 0,5-
HD 1 mg/dl
2. Tinggi
(Melebi
hi nilai
normal)

Umur Lama hidup pasien Wawancara Kuisioner 1. Relatif Ordinal


sejak lahir sampai muda
ulang tahun terakhir <mean
yang dinyatakan 2. Relatif
dalam tahun tua
≥mean
Jenis Ciri-ciri seksual Visual Checklist 1. Laki- Nominal
Kelamin sekunder yang laki
menunjukkan laki- 2. Perempu
laki atau perempuan an
Frekuensi Jumlah frekuensi Wawancara Kuisioner 1. 2 Ordinal
HD GGK melakukan kali/min
hemodialisa dalam ggu
waktu 1 minggu. 2. 3
1. 2 kali kali/min
melakukan ggu
HD dalam
waktu 1
minggu.
2. 3 kali
melakukan
HD dalam
waktu 1
minggu

Lama Lamanya waktu Wawancara Kuisioner 1. Baru Ordinal


menjalani pasien yang 2. Lama
HD menjalani terapi HD,
dikategorikan baru
jika <1 tahun dan
lama jika ≥ 1 tahun.

1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.2013. Riset Kesehatan Dasar


(RISKESDAS) 2013. Jakarta:Kementerian Kesehatan RI.
2. Ayu, P. 2010. Hubungan Antara Beberapa Parameter Anemi dan Laju Filtrasi
Glomerulus pada Penyakit Ginjal Kronik Pradialisis.
3. Nugrahani, Azizah, 2007. Hubungan Asupan Protein Terhadap Kadar Urea Nitrogen,
Kreatinin dan Albumin.
4. Halil, F. 2018. Hubungan Antara Kadar Kreatinin Serum dengan Status pasien
penderita gagal ginjal kronik pre dan post hemodialisa.
5. Smart Patient. 2016. Chronic-Renal-Failure-Indonesia. Hospital Authority
6. Indrasari,DA. 2015. Perbedaan Kadar ureum dan kreatinin pada pasien gagal ginjal
kronik berdasarkan lama menjalani terapi hd di RSU PKU Muhammadiyah
Yogyakarta.
7.

Anda mungkin juga menyukai