Anda di halaman 1dari 4

Pelajaran 1

KEMAJEMUKAN BANGSA INDONESIA


1. Keanekaragaman sebagai realitas asali manusia

Manusia dilahirkan ke dunia menjadi seorang laki-laki atau menjadi seorang perempuan.
Tidak ada yang bisa memilih menjadi laki-laki atau perempuan. Tidak ada pula yang bisa
memilih dilahirkan dalam lingkungan keluarga yang kaya atau miskin. Manusia
dilahirkan dengan sebuah ketentuan yang diputuskan oleh Tuhan sendiri, yang disebut
dengan kodrat. Manusia dilahirkan tanpa membawa apa-apa kecuali dirinya sendiri dan
mengingat bahwa ia tidak dapat menentukan lingkungan yang menerima kehadirannya
dia dunia saat ia dilahirkan, aka sebenarnya sudah menjadi tanda bahwa masing-masing
orang itu berbeda.
Ketika seseorang dilahirkan dari rahim ibu, ia tidak dapat melakukan sendiri apa yang
menjadi kebutuhannya, seperti makan, minum, belajar berjalan, belajar bicara, dll. Sejak
awal kehidupannya ia sudah memerlukan bantuan orang lain. Lewat pengalaman awal ini
kemudian dapat disimpulkan dengan ungkapan homo homini socius. Kenyataan bahwa
manusia makhluk social adalah kodratnya. Segala pengalaman hidup manusia berada
dalam konteks hubungannya dengan sesama. Karena kodratnya itu juga maka muncul
kerinduan dalam diri manusia untuk berkelompok. Maka menjadi jelas bahwa manusia
tidak dapat hidup sendiri di dunia ini.
Realitas kehidupan seperti itulah yang akan kita gunakan untuk melihat dan memaknai
kehidupan bangsa Indonesia, yang secara asali terdiri dari ribuan pulau yang menjadi
tempat tinggal bangsa Indonesia dengan aneka budaya, bahasa, gaya hidup, dsb. Salah
satu cara untuk melanggengkan kehidupan bersama sebagai bangsa Indonesia dengan
keanekaragaman yang ada, bangsa Indonesia memiliki semboyan “Bhineka Tunggal Ika.
Semboyan itu mengandung dua makna dasar, yaitu keanekaragaman dan kesatuan.” Maka
Bhineka tunggal Ika dapat dimengerti sebagai kesatuan dalam keberagaman, unity in
diversity. Semboyan itu terus-menerus dijaga dan dijadikan sebagai semangat dasar
dalam kehidupan bersama sebagai bangsa.
Setiap bentuk keanekaragaman di Indonesia mempunya kekhasan yang tentu saja tidak
bisa diseragamkan, maka perlu bagi kita untuk saling menghormati antara kelompok yang
satu dengan kelompok yang lain dan bersama-sama berusaha mencari dan menemukan
titik kesamaan, karena dalam kemajemukan seringkali kita menemukan sikap juga paham
yang mendatangkan kecurigaan, prasangka buruk terhadap kelompok lain yang muncul
lebih karena ketidaktahuan seseorang atau kelompok terhadap kelompok lain, seperti
fanatisme, eksklusivisme, bahkan sovinisme.
2. Ajaran dan sikap gereja terhadap keanekaragaman

- Gereja melalui konsili vatikan II dalam pernyataan tentang hubungan gereja dengan
agama-agama non kristiani (Nostra Aetate) art.5 : agar kita sebagai anggota gereja
turut serta dalam membangun persaudaraan dan perdamaian dengan cara
“memelihara cara hidup yang baik di tengah masyarakat dan hidup dalam damai
dengan semua orang.”
- Dokumen konsili “Konstitusi Pastoral tentang gereja di dunia dewasa ini” (Gaudium
et Spes) art. 23, setiap anggota gereja diajak untuk saling menghormati martabat
rohani setiap orang.
- GS art. 24, diingatkan bahwa manusia adalam ciptaan Tuhan, gambar dan rupa Allah,
ia dipanggil untuk menjadi satu keluarga. Hal itu menuntun adanya cinta kasih
terhadap Allah dan sesama karena manusia diciptakan demi Allah.
- GS art. 25, setiap pribadi manusia dan masyarakat saling tergantung satu sama lain.
Hal itu muncul dari kodrat manusia sebagai makhluk social.
- GS art. 26, tujuan hubungan ketergantungan itu adalah untuk kemajuan kesejahteraan
umum, maka tata masyarakat dan kemajuannya harus terarah pada kesejahteraan
umum.

Dengan demikian kiranya dapat kita lihat bahwa dasar dari segala tindakan seorang
pengikut Yesus adalah kodratnya sebagai makhluk social dan sikap saling menghormati
martabat satu dengan yang lain. Dua hal yang perlu diusahakan oleh umat katolik dalam
bersikap menghadapi kemajemukan, yaitu:
a. Membongkar sikap eksklusif
Upaya membangun kehiduoan bersama dengan membongkar semangat
primordial dan semangat sektraian, perlu menghapus sekat-sekat dan
pengkotak-kotakan masyarakat yang ada.
b. Membangun sikap inklusif
 Dalam masyarakat majemuk, setiap orang harus berani menerima
perbedaan sebagai suatu rahmat. Perbedaan adalah faktor yang
memperkaya, memberi kesempatan untuk berpartisipasi, menyumban
gkan kekhususannya demi kesejahteraan bersama, bukan modal untuk
menumbuhkan konflik.
 Mengembangkan sikap saling menghargai, toleransi, tahu menahan
diri, rendah hati dan solider demi kehidupan yang tentram dan
harmonis.
 Setiap orang bahu membahu menata masa depan yang lebih cerah,
lebih adil, makmur dan sejahtera.
 Mengusahakan tata kehidupan yang adil dan beradab
 Mengusahakan kegiatan dan komunikasi lintas suku, agama, budaya.
3. Membangun perdamaiaan dan persatuan bangsa

Perdamaian dan persatuan bangsa adalah kondisi hidup yang selaras dengan nilai-nilai
kerajaan Allah, sebagaimana dicita-citakan oleh Yesus sendiri. Secara sederhana kerjaan
Allah dapat dimengerti sebagai suasan kehidupan yang didambakan semua orang yang
berkehendak baik, berdasarkan kuasa dan kehendak Allah sendiri. Kerjaan Allah yang
diwartakan Yesus memiliki aspek :

a. Eskatologis
Kerajaan Allah dan pemenuhan secara definitive harapan Israel. Kerjaan Allah
harus bertumbuh “dalam suasana permusuhan.” (Mat 13:24-30)
b. Revelatoris
Kerajaan Allah mengungkapkan tentang siapa Allah itu.
c. Soteriologis
Kerajaan Allah itu keselamatan universal, yang akan terlaksan bila manusia
menjalin relasi pribadi dengan Allah (relasional).
d. Kristologis
Kerajaan Allah tampak secara definitive dalam sabda dan tindakan Yesus dan
dalam relasi dengan-Nya. (Origenes : Yesus adalah autobasileia atau kerajaan
Allah yang mempribadi)

Dalam upaya membangun persatuan dan perdamaian dalam kehidupan mesyarakat yang
majemuk, para murid Yesus dituntut untuk mengubah cara hidupnya secara radikal,
menomorsatukan relasi pribadi denagn-Nya melebihi segala sesuatu. Para murid diutus
mewartakan Kerajaan Allah. Proyek Kerajaan Allah adalah rencana besar Allah untuk
manusia, yang dalam Kristtus dan dengan perantaraan Roh Kudus dilaksanakan dalam
sejarah, tujuannya untuk perkembangan dan pembebasan seluruh umat manusia didasari
pertobatan (penyerahan diri secara total kepada Allah)

4. Keteladanan
1. Orang Samaria yang murah hati, Lukas 10:25-37
Dalam perumpamaan ini Yesus memilih tokoh orang Samaria. Orang Samaria adalah
warga keturunan Yahudi-Yunani, tetapi oleh orang-orang Yahudi mereka tidak
dianggap lagi sebagai orang Yahudi lagi bahkan dimusuhi karena telah dianggap
najis, karena darah orang Samaria sudah tercampur dengan darah orang Yunani
sehingga sudah tidak asli lagi. Mereka dimarginalkan oleh orang-orang Yahudi dan
sudah dianggap tidak masuk hitungan lagi. Yesus secara sengaja memilih tokoh yang
dianggap rendah oleh orang Yahudi, tetapi justru orang yang dianggap rendah oleh
orang Yahudi itulah yang memberikan pertolongan kepada orang Yahudi yang berada
dalam keadaan sakratul maut karena perampokan yang menimpa dirinya. Sementara
seorang Imam dan Lewi yang melintasi jalan itu tidak memberi pertolongan apapun.
Orang samaria dengan penuh kasih membersihkan luka-luka dan segara merawat
orang Yahudi itu, agar jiwanya terselamatkan. Tindakan ini tentu emgandung resiko
tetapi tetap dilakukannya atas dasar kemanusiaan. Inilah yang juga menjadi jawaban
ketika Yesus bertanya siapa yang disebut sesama. Dari kisah ini dapat disimpulkan
bahwa yang disebut saudara sejati adalah orang yang menunjukkan belas kasih pada
sesama. Persaudaraan sejati berarti sikap atau tindakan seseorang pada sesamanya
yang dilandasi cinta kasih, seperti diteladankan oleh orang Samaria.

2. St. Fransiskus Asisi


Bagi Fransiskus bukan hanya sesama manusia yang disebut sebagai saudara
melainkan semua makhluk Tuhan adalah saudaranya.

Anda mungkin juga menyukai