KATETERISASI JANTUNG
Disusun oleh:
PENDAHULUAN
Berdasarkan data yang ada pada Kementerian Kesehatan RI tahun 2013 lebih
dari 36 juta orang yang meninggal dikarenakan spenyakit tidak menular (PTM).
Secara global penyebab kematian nomor satu tiap tahunnya adalah penyakit
kardiovaskular seperti Penyakit Jantung Koroner (PJK), Penyakit Gagal Jantung atau
Payah Jantung, Hipertensi dan Stroke. Di tahun 2008 kurang lebih sebanyak 17,3 juta
kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskular.
1. Pengertian
2. Klasifikasi
A. Klasifikasi berdasarkan struktur rongga jantung yang dituju:
1) Left heart catheterization (Kateterisasi jantung Kiri)
Kateter dimasukkan ke dalam arteri (arteri femoralis atau radialis atau
brakialis) dan berakhir di ventrikel kiri.
Termasuk dalam kelompok ini:
a. Arteriography (sering disebut angiography) arteri femoralis, radialis,
brakialis, koroner atau arteri lain yang dituju.
b. Aortography
c. LV-graphy (Left Ventriculography)
2) Right heart catheterization (Kateterisasi jantung Kanan)
Kateter dimasukkan ke dalam vena (vena femoralis atau subclavia atau
jugularis) dan berakhir di arteri Pulmonalis.
Termasuk dalam kelompok ini:
a. Venography
b. RV-graphy (Right Ventriculography)
c. PA-graphy (Pulmonary Arteriography)
d. Transeptal catheteterization
e. Electrophysiologic studies (EPS)
f. Temporary and Permanent Pacemaker Insertion: Pemasangan pacu
jantung sementara dan menetap
B. Klasifikasi berdasarkan tujuan kateterisasi:
1. Kateterisasi untuk diagnostik (Diagnostik invasif)
Meliputi:
a. Peripheral vascular angiography (arteri dan vena)
b. Selective vessel and heart chamber pressure recording (imaging and
physiology)
c. Oximetry
d. Drug response studies
e. Cardiac output studies
f. Shunt detection studies
g. Electrophysiologic studies (EPS)
h. Selective contrast angiography
i. Fractional Flow Reserve (FFR)
j. Selective heart chamber and vessel studies for congenital heart
disease
k. Biopsi miokard.
l. Intravascular Ultrasound (IVUS)
m. Optical Coherence Tomography (OCT)
2. Kateterisasi untuk terapetik (Intervensi Invasif Non-Bedah), meliputi:
a. Pemasangan pacu jantung sementara dan menetap.
b. Ablasi pada aritmia jantung
c. Pericardiocentesis
d. Balloon atrial septostomy
e. Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty (PTCA) yang saat
ini lebih lazim disebut sebagai Percutaneous Coronary Intervention
(PCI) baik menggunakan stent maupun balon
f. Percutaneous Transluminal Peripheral Arteries Angioplasty (PTA):
baik menggunakan stent maupun balon
g. Percutaneous Transluminal Venoplasty (PTV): baik menggunakan
stent maupun balon
h. Pemasangan Vena Cava Filter
i. Balloon Valvuloplasty
j. Pemasangan Intraaortic Balloon Pump Counterpulsation (IABP)
k. Thrombolytic intraarterial dan/ atau intravena (direct catheter
trombolysis)
l. Evakuasi benda asing di pembuluh darah atau jantung
m. Tindakan embolisasi, oklusi defek, ablasi septum
n. Endovaskular Terapetik
o. TAVR (Transcatheter Aortic Valve Replacement)/ TAVI
(Transcatheter Aortic Valve Implantation), reparasi atau penggantian
katup mitral perkutan.
3. Indikasi
Adapun indikasi dilakukan tindakan kateterisasi jantung pada pasien menurut
Gray et al, 2002 adalah sebagai berikut:
a. Memiliki gejala penyakit arteri koroner meskipun telah mendapat terapi
medis yang adekuat
b. Penentuan prognosis pada pasien dengan penyakit arteri koroner
c. Nyeri dada stabil dengan perubahan iskemik bermakna pada tes latihan
d. Pasien dengan nyeri dada tanpa etiologi yang jelas
e. Sindrom koroner tidak stabil (terutama dengan peningkatan Troponin T atau
I).
f. Pasca infark miokard nongelombang Q
g. Pasca infark miokard gelombang Q pada pasien risiko tinggi (ditentukan
dengan tes latihan atau pemindaian perfusi miokard).
h. Pasien dengan aritmia berlanjut atau berulang
i. Gejala berulang pasca coronary artery bypass Graft (CABG) atau
percutaneus coronary intervention (PCI)
j. Pasien yang menjalani pembedahan katup jantung
k. Pasien gagal jantung dengan etiologi yang tidak jelas
l. Menentukan penyebab nyeri dada pada kardiomiopati hipertropi
4. Kontraindikasi
Adapun kontra indikasi dalam pemeriksaan kateterisasi jantung menurut
Rokhaeni, Purnamasari & Rahayoe (2001) tidak ada yang mutlak, hanya bergantung
pada kondisi saat itu, yaitu ibu hamil dengan usia kehamilan kurang dari 3 bulan,
infeksi, gagal jantung yang tidak terkontrol dan alergi berat terhadap zat kontras
(mungkin menjadi mutlak).
Menurut Halim Wijaya dalam skripsi yang ditulisnya dengan judul “Identifikasi
Kategori Resiko Terjadinya Contrast Induced Nephropathy (CIN) pada Pasien yang
Dilakukan Kateterisasi Jantung di RSI Aisyiyah Malang” berdasarkan (Wangko,
Budiono & Lefrandt, 2016) menyebutkan kontraindikasi tindakan kateterisasi jantung
dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Kontraindikasi Absolut : ketidaktersediaan peralatan atau fasilitas
kateterisasi
2. Kontraindikasi relative :
a. Perdarahan saluran cerna akut
b. Pada pasien yang mengalami perdarahan akan dapat menjadi syok dan
akan menyebabkan ke tidakstabilan hemodinamik
c. Ketidakseimbangan elektrolit
d. Ketidakseimbangan elekrolit menyebabkan gangguan metabolisme
tubuh dan akan mengalami gangguan fungsi jantung
e. Infeksi dan demam.
f. Pasien demam dapat menyebabkan gangguan metabolisme dan
perubahan hemodinamik, sehingga harus di stabilkan terlebih dahulu
g. Alergi berat terhadap zat kontras
h. Alergi kontras dapat mempengaruhi metabolisme dan hemodinamik,
pemilihan kontras dan profilaksis bisa di sarankan di berikan sebelum
tindakan apabila dibutuhkan
i. Kehamilan.
j. Paparan radiasi sangat berbahaya pada ibu dengan kondisi hamil
k. Gagal ginjal.
l. Penggunaan media kontras pada tindakan kateterisasi bisa menyebabkan
kondisi ginjal lebih parah
m. Hipertensi, CHF tidak terkontrol, aritmia.
n. Perubahan hemodinamik akan menyebabkan kesulitan tindakan
kateterisasi jantung
o. Pasien yang tidak kooperatif.
p. Akan mempersulit operator untuk melakukan tindakan
5. Persiapan Pre Tindakan
Pada pasien hamil maka paparan radiasi harus dihindari sebisa mungkin dengan
cara menggunakan setting fluoroskopi rendah, mengurangi waktu paparan,
mengurangi frame rate, mengurangi jumlah kontras, menghindari angulasi atau
magnifikasi gambar sebisa mungkin, dan penggunaan apron.
Obat:
1. Apakah pasien minum aspirin dalam 24
jam terakhir?
2. Apakah pasien minum clopidogrel,
prasugrel, atau ticagrelor dalam 24 jam
terakhir?
3. Apakah pasien minum metformin dalam
24 jam terakhir?
4. Apakah pasien minum sildenafil (atau
inhibitor PDE5 lainnya) dalam 24 jam
terakhir?
5. Apakah pasien diberikan LMWH dalam
12 jam terakhir? Jika ya untuk LMWH,
waktu pemberian dosis terakhir apakah
dilakukan dalam 30 hari?
____________________
Informed consent