Anda di halaman 1dari 2

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas

kesadaran, sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Lokasi PHBS
bisa di rumah tangga, sekolah, tempat kerja (kantor), tempat umum, dan di fasilitas pelayanan
kesehatan (rumah sakit, puskesmas, klinik, dsb). Perilaku hidup sehat meliputi perilaku proaktif
untuk: (a) memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan cara olah raga teratur dan hidup
sehat; (b) menghilangkan kebudayaan yang berisiko menimbulkan penyakit; (c) usaha untuk
melindungi diri dari ancaman yang menimbulkan penyakit; (d) berpartisipasi aktif dalam gerakan
kesehatan masyarakat.
Pada hari Rabu, 25 September 2019 kami mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jember
mengadakan kegiatan visitasi ke Tempat Pembuangan Akhir yang berada di Kecamatan
Pakusari, Kab. Jember. Kelompok kami yang beranggotakan 9 orang mengadakan observasi
tentang pola perilaku Hidup Bersih dan Sehat masyarakat di sekitar TPA. Pada kegiatan kali ini
kami melalukan wawancara kepada narasumber yang bernama Ibu Sofia. Ibu sofia merupakan
seorang pendatang yang berasal dari Ambon yang sudah menetap di di Jember sejak 2007. Pada
awalnya beliau sekeluarga tinggal di area dekat TPA, yang pada saat itu area TPA masih terurus
dengan baik. Namun sejak tahun 2017, beliau memutuskan untuk berpindah ke daerah yang lebih
jauh dari tempat tinggalnya semula karena adanya ekspansi lahan pembuangan sampah. Menurut
ibu sofia, saat itu didekat rumahnya masih terdapat banyak pohon dan bersih. Namun sejak
adanya perluasan lahan tersebut, jarak pembuangan sampah dengan rumah beliau hanya selisih 2
meter. Selain itu, beliau juga menceritkan beberapa masalah lain, yaitu :
1. penggalian lubang sampah sedalam 12 meter yang hanya berjarak beberapa meter dari
rumahnya dan tidak dipasang pagar pembatas antara lubang dengan daratan. Beliau memaparkan
bahwa saat musim hujan tiba lubang tersebut terisi penuh dengan air dan tidak Nampak
perbedaannya dengan tanah, sehingga sangat membahayakan bagi masyarakat, terutama bagi
anak-anak.
2. hilangnya keindahan, aroma sampah yang menyengat dan banyak lalat yang berterbangan
serta masuk kedalam rumah membuat anak anak rentan terserang penyakit seperti diare dan
muntaber.
3. asap hasil pembakaran sampah TPA, apalagi saat musim kemarau pembakaran dirasa sangat
menganggu pernafasan, bahkan masyarakat sekitar menderita batuk, sesak nafas hingga ISPA.
Ibu sofia sendiri sempat mengalami batuk selama 100 hari.
4. masalah air bersih adalah masalah utama yang di keluhkan ibu Sofia , karena semakin
dekatnya area pembuangan sampah dengan rumah bu Sofia membuat air ikut tercemar sehingga
mengandung kadar besi yang cukup tinggi bahkan terkadang saat mencuci pakaian putih,
terkadang pakaian tersebuat menjadi kuning karena tingkat korosif logam yang terkandung
dalam air tersebut.
Karena beberapa hal tersebut membuat bu sofia memutuskan pindah ke tempat yang lebih
jauh dari TPA. Menurut bu Sofia, permasalahan-permasalhan tersebut seperti terjadi proses
pembiaran oleh pihak pengelola karena beberapa kali masyarakat melakukan aksi protes dan
demonstrasi namun tidak ada tindakan lanjutan dari hal tersebut, sehingga masyarakatlah yang
merasa harus mengalah.
Kami juga menanyakan tentang sanitasi yang ada di lingkungan tersebut. Menurut ibu
Sofia masyarakat di lingkungan tersebut belum memiliki kesadaran akan kebersihan. Beliau
memaparkan bahwa lebih dari 75% masyarkat tidak memiliki Jamban dan kamar mandi pribadi
dan masih terbiasa BAB di sungai, tidak hanya itu bahkan masyarakat disana menggunakan
sungai sebagai MCK (mandi, cuci dan Kakus) umum. Padahal kita tau bahwa keadaan sungai
saat ini sudah tercemar banyak polutan berbahaya, hasilnya saat anak ibu sofia setelah mandi di
sungai tersebut mengalami gatal-gatal hingga mengalami kurap.
Selain itu kami menanyakan tentang layanan kesehatan yang tersedia disana. Ibu sofia
memaparkan bahwa disana sudah terdapat praktik perawat dan bidan namun sangat minim
sosialisasi dan juga masyarakatnya memiliki kesadaran tentang kesehatan yang rendah.terbukti
mereka hanya akan memeriksakan diri hanya saat sakit dan takut menemui dokter karena alasan
ekonomi. Menurutnya juga hal-hal terkait dengan kesadaran akan kebersihan dan kesehatan
masyarakat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan masyaraat yang sebagian besar tamatan SD
sehingga belum mampu memilah mana yang berdamak baik dan buruk untuk mereka dlam
jangka pendek maupun panjang.
Menurut pengamatan dan hasil wawancara kami dengan ibu sofia, keluarganya memiliki
tingkat kesadaran PHBS yang cukup baik. Terbukti dengan memiliki ventilasi yang baik, fasilitas
kamar mandi lengkap dengan jamban mandiri, memiliki sumber air bersih yang cukup, dan
memiliki kesadaran akan kesehatan dan kebersihan diri dan lingkungan serta memiliki mindset
yang berorientasi jangka panjang untuk kesehatan keluarga dan lingkungannya. Kami juga
menyimpulkan bahwa tingkat melek kesehatan berbanding lurus dengan tingkat pendidikan
masyarakat

Anda mungkin juga menyukai