Anda di halaman 1dari 8

METODOLOGI STUDI ISLAM

TUGAS TERSTRUKTUR
RESUME MATERI DAN RESUME TUGAS

NAMA / NIM : M,AGUS SYAFELYN


/ 11810713199
SEMESTER / KELAS : 1/B
DOSEN PENGAMPU : Dr. Idris M,Ed.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2018 M / 1440 H
I. PENDAHULUAN
Islam merupakan agama yang terakhir sebagai penutup semua agama yang telah ada, islam
merupakan agama rahmatal lil a’lamin untuk semua umat.Islam itu dibawakan oleh nabi
Muhammad SAW yang mendapat wahyu dari Allah. Untuk mengetahui islam lebih mendalam
mak muncullah ilmu yang dinamakan Studi Islam akan tetapi Studi Islam itu sendiri merupakan
bidang kajian yang cukup lama. Ia telah ada bersama dengan adanya agama islam maka dari itu
Studi Islam menimbulkan berbagai permasalahn yang umum diantaranya : apa penertian Studi
Islam, apa ruang lingkup, atau objek Studi Islam, apa tujuan Studi Islam, bagaimana pendekatan
dan metodologi dalam Studi Islam.
Seiring dinamika dan perkembangan zaman, kesempatan untuk mempelajari Studi Islam
dapat melalui segala hal, berkaitan dengan persoalan tentang mempelajari Studi Islam, islam
memberikan kesempatan secara luas kepada manusia untuk menggunakan akal pikirannya secara
maksimal untuk mempelajarinya, namun jangan sampai penggunaannya melampaui batas dan
keluar dari rambu-rambu ajaran Allah SWT.

Dan didalam makalah ini akan membahas permasalahan-permasalahan itu semua secara
lebih umum.

II. PERMASALAHAN
A. Apa pengertian Studi Islam ?
B. Apa ruang lingkup Studi Islam ?
C. Apa tujuan Studi Islam ?
D. Bagaimana Pendekatan dan Metodologi Studi Islam ?

III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Studi Islam
Istilah Studi Islam dalam bahasa Inggris adalah Islamic Studies, dan dalam bahasa Arab
adalah Dirasat al-Islamiyah. Ditinjau dari sisi pengertian, Studi Islam secra sederhana dimaknai
sebagai “kajian islam”. Pengrtian Studi Islam sebagai kajian islam sesungguhnya memiliki
cakupan makna dan penertian yang luas.Hal ini wajar adanya sebab sebuah istilah akan memiliki
makna tergantung kepada mereka yang menafsirkannya.Karena penafsir memiliki latar belakang
yang berbeda satu sama lainnya, baik latar belakang studi, bidang keilmuan, pengalaman,
maupun berbagai perbedaan lainnya, maka rumusan dan pemaknaan yang dihasilkannyapun juga
akan berbeda.
Selain itu, kata Studi Islam sendiri merupakan gabungan dari dua kata, yaitu kata Studi dan
kata Islam. Kata studi memiliki berbagai pengertian.Rumusan Lester Crow dan Alice Crow
menyebutkan bahwa Studi adalah kegiatan yang secara sengaja diusahakan dengan maksud
untuk memperoleh keterangan, mencapai pemahaman yang lebih besar, atau meningkatkan suatu
ketrampilan.
Sementara kata Islam sendiri memiliki arti dan makna yang jauh lebih kompleks. Kata Islam
berasal dari kata Aslama yang bararti patuh dan berserah diri. Kata ini berakar pada
kata silm yang berarti selamat, sejahtera, dan damai.
Adapun pengertian Islam secara terminologis sebagaimana yang dirumuskan para ahli
ulama dan cendikiawan bersifat sangat beragam tergantung dari sudut pandang yang digunakan.
Salah satu rumusan definisi Islam adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada nabi
Muhammad Saw.[1]
Sedangkan Studi Islam dibarat dikenal dengan istilah Islamic Studies, secara sederhana
dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama
islam. Usaha mempelajari agama Islam tersebut dalam kenyataannya bukan hanya dilaksanakan
oleh kalangan umat islam saja, melainkan juga dilaksanakan oleh orang-orang diluar kalangan
umat islam.[2]
Studi keislaman dikalangn umat islam sendirinya tentunya sangat berbeda tujuan dan
motivasinya dengan yang dilakukan oleh orang-orang diluar kalangan umat islam. Dikalangan
umat islam, studi keislaman bertujuan untuk memahami dan mendalami serta membahas ajaran-
ajaran islam agar mereka dapat melaksanakan dan mengamalkannya dengan benar. Sedangkan
diluar kalangna umat islam, studi keislaman bertujuan untuk mempelajari seluk-beluk agama dan
praktik-praktik agama yang berlaku dikalangan umat islam, yang semata-mata sebagai ilmu
pengetahuan. Namun sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu pengetahuan tentang seluk-beluk
agama dan praktik-praktik keagamaan islam tersebut bias dimanfaatkan atau digunakan untuk
tujuan-tujuan tertentu, baik yang bersifat positif maupun negative.

B. Ruang lingkup Studi Islam


Menurut Muhammad Nur Hakim, tidak semua aspek agama khususnya islam dapat menjadi
obyek studi. Dalam konteks Studi Islam, ada beberapa aspek tertentu dari islam yang dapat
menjadi obyek studi, yaitu:
1. Islam sebagai doktrin dari tuhan yang kebenarannnya bagi pemeluknya sudah final, dalam arti
absolut, dan diterima secara apa adanya.
2. Sebagai gejala budaya yang berarti seluruh apa yang menjadi kreasi manusia dalam kaitannya
dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin agamanya.
3. Sebagai interaksi sosial yaitu realitas umat islam.

Sementara menurut Muhammmad Amin Abdullah terdapat tiga wilayah keilmuan agama islam
yang dapat menjadi obyek studi islam:
1. Wilayah praktek keyakianan dan pemahaman terhadap wahyu yang telah diinterpretasikan
sedemikian rupa oleh para ulama, tokoh panutan masyarakat pada umumnya. Wilayah praktek
ini umumnya tanpa melalui klarifikasi dan penjernihan teoritik keilmuan yang di pentingkan
disisni adalah pengalaman.
2. Wilayah tori-teori keilmuan yang dirancang dan disusun sistematika dan metodologinya oleh
para ilmuan, para ahli, dan para ulama sesuai bidang kajiannya masing-masing. Apa yang ada
pada wilayah ini sebenarnya tidak lain dan tidak bukan adalah “teori-teori” keilmuan agama
islam, baik secara deduktif dari nash-nash atau teks-teks wahyu , maupun secara induktif dari
praktek-praktek keagamaan yang hidup dalam masyarakat era kenabian, sahabat, tabi’in maupun
sepanjang sejarah perkembangan masyarakat muslim dimanapun mereka berada.
3. Telaah teritis yang lebih popular disebut metadiscourse, terhadap sejarah perkembangan jatuh
bangunnya teori-teori yang disusunoleh kalangan ilmuan dan ulama pada lapis kedua. Wilayah
pada lapis ketiga yang kompleks dan sophisticated inilah yang sesungguhnya dibidangi oleh
filsafat ilmu-ilmu keislaman.

Sedangkan menurut M.Atho’ Mudzhar menyatakan bahwa obyek kajian islam adalah
substansi ajaran-ajaran islam, seperti kalam, fiqih dan tasawuf. Dalam aspek ini agama lebih
bersifat penelitian budaya hal ini mengingat bahwa ilmu-ilmu keislaman semacam ini merupakan
salah satu bentuk doktrin yang dirumuskan oleh penganutnya yang bersumber dari wahyu Allah
melalui proses penawaran dan perenungan.[3]

C. Tujuan Studi Islam


Studi Islam sebagai usaha untuk mempelajari secara mendalam tentang islam dan segala
seluk beluk yang berhubungan dengan agama islam sudah barang tentu mempunyai tujuan yang
jelas, yang sekaligus menunjukan kemana Studi Islam tersebut diarahkan. Dengan arah dan
tujuan yang jelas itu, maka dengan sendirinya Studi Islam akan merupakan usaha sadar dan
tersusun secara sistematis.
Adapun arah dan tujuan Studi Islam dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Untuk mempelajari secara mendalam tentang apa sebenarnya (hakikat) agam islam itu, dan
bagaimana posisi serta hubungannya dengan agama-agama lain dalam kehidupan budaya
manusia.
Sehubungan dengan ini, Studi Islam dilaksanakan berdasarkan asumsi bahwa sebenarnya agama
islam diturunkan oleh Allah adalah untuk membimbing dan mengarahkan serta
menyempurnakan pertumbuhan dan perkembangan agama-agama dan budaya umat dimuka
bumi.
2. Untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok isi ajaran agama islam yang asli, dan
bagaimana penjabaran dan operasionalisasinya dalam pertumbuhan dan perkembangan budaya
peradaban islam sepanjang sejarahnya. Studi ini berasumsi bahwa agama islam adalah fitrah
sehingga pokok-pokok isi ajaran agama islam tentunya sesuai dan cocok dengan fitrah manusia.
Fitrah adalah potensi dasar, pembawaan yang ada, dan tercipta dalam proses pencipataan
manusia.
3. Untuk mempelajari secara mendalam sumber dasar ajaran agama islam yang tetap abadi dan
dinamis, dan bagaimana aktualisasinya sepanjang sejarahnya. Studi ini berdasarkan asumsi
bahwa agama islam sebagai agama samawi terakhir membawa ajaran yang bersifat final dan
mampu memecahkan masalah kehidupan manusia, menjawab tantangan dan tuntutannya
sepanjang zaman.Dalam hal ini sumber dasar ajaran agama islam akan tetap actual dan
fungsional terhadap permasalahan hidup dan tantangan serta tuntutan perkembangan zaman
tersebut.
4. Untuk mempelajari secara mendalam prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar ajaran agama islam,
dan bagaimana realisasinya dalam membimbing dan mengarahkan serta mengontrol
perkembangan budaya dan peradaban manusia pada zaman modern ini. Asumsi dari studi ini
adalah, islam yang meyakini mempunyai misi sebagai rahmah li al-‘alamin tentunya mempunyai
prinsip dasar yang bersifat universal, dan mempunyai daya dan kemampuan untuk membimbing,
mengarahkan dan mengendalikan factor-faktor potensial dari pertumbuhan dan perkembangan
system budaya dan peradaban modern.[4]

D. Pendekatan dan Metodologi Studi Islam


Untuk melakukan Studi Islam ada beberapa istilah yang perlu dipahami dengan baik.
Pemahaman terhadap istilah-istilah ini akan memudahkan untuk memasuki bidang studi islam.
Istilah-istilah tersebut adalah pendekatan, metode dan metodologi. [5]
Pendekatan adalah cara memperlakuakan sesuatu Sementara metode merupakan cara
mengerjakan sesuatu . Sedangkan metodologi yaitu langkah-langkah praktis dan sistematis yang
ada dalam ilmu-ilmu tertentu yang sudah tidak dipertanyakan lagi karena sudah bersifat aplikatif.

Berikut akan diuraikan beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam studi islam:

1. Pendekatan Historis
Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang di dalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan
memperhatikan unsur tempat, waktu objek, latar belakang, dan pelaku peristiwa tersebut,
sedangkan
Yang dimaksud pendekatan historis adalah meninjau suatu permasalahan dari sudut peninjauan
sejarah, dan menjawab permasalahan, serta menganalisisnya dengan menggunakan metode
analisis sejarah. Sejarah atau historis adalah studi yang berhubungan dengan peristiwa atau
kejadian masa lalu yang menyangkut kejadian atau keadaan sebenarnya. Melalui pendekatan
sejarah seseorang diajak menukik dari alam idealis kealam yang bersifat empiris dan mendunia.
Dari keadaan ini seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang
terdapat dalam alam idealis dengan di alam empiris dan historis.[6]

2. Pendekatan Filosofis
Yang dimaksudkan pendekatan filosofis adalah melihat suatu permasalahan dari sudut tinjauan
filsafat dan berusaha untuk menjawab dan memecahkan permasalahan itu dengan menggunakan
metode analisis spektulatif. Pada dasarnya filsafat adalah berpikiran untuk memecahkan masalah
atau pertanyaan dan menjawab suatu persoalan, namuk demikian tidak semua berpikir untuk
memecahkan dan menjawab suatu permasalahan dapat disebut filsafat yang dimaksud filsafat
disini adalah berpikir secara sistematis, radikal dan universal. Di samping itu,filsafat mempunyai
bidang (objek yang dipikirkan) sendiri,yaitu bidang atau permasalahan yang bersifat filosofis
yakni bidang yang terletak diantara dunia ketuhanan yang ghaib dengan dunia ilmu pengetahuan
yang nyata. Dengan demikian filsafat yang menjembatani kesenjangan antara maslah-masalah
yang bersifat keagamaan semata-mata dengan masalah yang bersifat ilmiah.

3. Pendekatan Ilmiah
Yang dimaksud pendekatan ilmiah adalah meninjau dan menganalisis suatu permasalahan atau
objek studi dengan menggunakan metode ilmiah pada umumnya. Diantara ciri pokok dari
pendekatan ilmiah adalah terjaminnya objektifitas dan keterbukaan dalam studi. Objektifitas
suatu studi akan terjamin jika kebenarannya bisa dibuktikan dan didukung oleh dat empiris,
konkret, dan rasional. Sedangkan keterbukaan suatu studi terjadi jika kebenaran bisa dilacak oleh
siapa saja. Disamping itu,pendekatan ilmiah selalu siap dan terbuka menerima kritik terhadap
kesimpulan studinya.

4. Pendekatan Doktriner
Adapun pendekatan doktriner atau pendekatan studi islam secara konvensioanal merupakan
pendekatan studi di kalangan umat islam yang berlangsung adalah bahwa agama islam sebagai
objek studi diyakini sebagai sesuatu yang suci dan merupakan doktrin-doktrin yang berasal
dari illahi yang mempunyai nilai (kebenaran) absolut, mutlak dan universal. Pendekatan
doktriner juga berasumsi bahwa ajaran islam yang sebenarnya adalah ajaran islam yang
berkembang pada masa salaf yang menimbulkan berbagai mazhab keagamaan,baik teologis
maupun hukum-hukum atau fiqih,yang kemudian di anggap sebagai doktrin-doktrin yang tetap
dan baku.[7]

5. Pendekatan Normatif
Maksud pendekatan normative adalah studi islam yang memandang masalah dari sudut legal
formal dan atau normatifnya. Maksud legal formal adalah hubungannya dengan halal dan haram,
boleh atau tidak dan sejenisnya. Sementara normatif adalah seluruh ajaran yang terkandug dalam
nash. Dengan demikian, pendekatan normatif mempunyai cakupan yang sangat luas. Sebab
seluruh pendekatan yang digunakan oleh ahli ushul fiqih (usuliyin), ahli hukum islam (fuqoha),
ahli tafsir (mufassirin), dan ahli hadist (muhadditsin) yang berusaha menggali aspek legal-formal
dan ajaran islam dari sumbernya adalah ternasuk pendekatan normatif.[8]
Kelima pendekatan tersebut dimaksudkan bukanlah sebagai pendekatan-pendekatan yang
dilaksanakan secara terpisah satu dengan yang lainnya, melainkan merupakan satu kesatuan
sistem yang dalam pelaksanaannya secara serempak yang satu melengkapi lainnya (complement)
atau merupakan system pendekatan system (systemic approach) .

Dalam hubungannya dengan Studi Islam, metodologi berarti membahas kajian-kajian


seputar berbagai macam metode yang bisa digunakan dalam Studi Islam.
Adapun metode studi islam secara lebih rinci dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Metode Ilmu Pengetahuan
Metode ilmu peuju pengetahuan atau metode ilmiah yaitu cara yang harus dilalui oleh proses
ilmu sehingga dapat mencapai kebenaran. Oleh karenanya maka dalam sains-sains spekulatif
mengindikasikan sebagai jalan menuju proposisi-proposisi mengenai yang ada atau harus ada,
sementara dalam sains-sains normative mengindikasikan sebagai jalan menuju norma-norma
yang mengatur perbuatan atau pembuatan sesuatu.

2. Metode Diakronis
Suatu metode mempelajari islam menonjolkan aspek sejarah. Metode ini memberi kemungkinan
adanya studi komparasi tentang berbagai penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam
islam, sehinggga umat islam memiliki pengetahuan yang relevan, hubungan sebab akibat dan
kesatuan integral. Metode diakronis disebut juga metode sosiohistoris, yakni suatu metode
pemahaman terhadap suatu kepercayaan, sejarah atau kejadian dengan melihat suatu kenyataan
yang mempunyai kesatuan yang mutlak dengan waktu, tempat, kebudayaan, golongan, dan
lingkungan dimana kepercayaan, sejarah atau kejadian itu muncul.

3. Metode Sinkronis-Analistis
Suatu metode mempelajari islam yang memberikan kemampuan analisis teoritis yang sangat
berguna bagi perkembangan keimananan dan mental intelek umat islam. Metode ini tidak
semata-mata mengutamakan segi aplikatif praktis, tetapi juga mengutamakan telaah teoritis.

4. Metode Problem Solving (hill al-musykilat)


Metode mempelajari islam yang mengajak pemeluknya untuk berlatih menghadapi berbagai
masalah dari satu cabang ilmu oengetahuan dengan solusinya. Metode ini merupakan cara
penguasaan ketrampilandari pada pengembangan mental-intelektual, sehingga memiliki
kelemahan, yakni perkembangan pemikiran umat islam mungkin hanya terbatas pada kerangka
yang sudah tetap dan akhirnya bersifat mekanistis

.
5. Metode Empiris
Suatu metode mempelajari islam yang memungkinkan umat islam mempelajari ajarannya
melalui proses realisasi, dan internalisasi norma dan kaidah islam dengan satu proses aplikasi
yang menimbulakan suatu interaksi sosial, kemudian secar deskriptif proses interaksi dapat
dirumuskan dan suatu norma baru.

6. Metode Deduktif (al-Manhaj al-Isthinbathiyah)


Suatu metode memahami islam dengan cara menyusun kaidah secar logis dan filosofis dan
selanjutnya kaidah itu diaplikasikan untuk menuntukan masalah yang dihadapi. Metode ini
dipakai untuk sarana meng-istinbatkan hukum-hukum syara’, dan kaidah-kaidah itu benar
bersifat penentu dalam masalah-masalah furu’tanpa menghiraukan sesuai tidaknya dengan
paham mazhabnya.

7. Metode Induktif (al-Manhaj al-Istiqraiyah)


Suatu metode memahami islam dengan cara menyusun kaidah hokum untuk diterapkan kepada
masalah-masalah furu’ yang disesuaikan denagn madzhabnya terlebih dahulu. Metode
pengkajiannya dimulai dari masalah-masalah khusus, lalu dianalisis, kemudian disusun kaidah
hokum dengan catatan setelah terlebih dahulu disesuaikan dengan paham mazhabnya.[9]

VI. KESIMPULAN / PENUTUP


Studi Islam meliputi kajian agama islam dan tentang aspek-aspek keislaman masyarakat dan
budaya muslim. Menurut pendapat para ulama objek Studi Islam meliputi islam sebagai doktrin
dari Tuhan, substansi ajaran-ajaran islam dan interaksi sosial. Adapun tujuan Studi Islam adalah
sebagai wawasan normative, kontekstual, aplikatif dan konstribusi konkret terhadap dinamika
dan perkembangan yang ada, mendapatkan gambaran tentang agama islam secara luas,
mendalam namun utuh, dan dinamis.
Ada beberapa pendekatan Studi Islam antara lain, pendekatan historis, filosofis,ilmiah doktriner
dan normatif
Demikianlah makalah ini kami buat. Tentunya masih banyak kesalahan yang terdapat
dalam makalah ini untuk menuju yang lebih baik lagi, kritik dan saran kami butuhkan demi
kesempurnaan makalah selanjutnya. Kami ucapkan terimakasih dan mohon maaf apabila masih
banyak kesalahan dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, Amien.

IV. DAFTAR PUSTAKA


Naim Ngainun, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: Teras, 2009.
Syukur M.Amin dkk, Metodologi Studi Islam, Semarang: Gunung jati, 1998.
Nasution Khoirodin, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: Academia+ Tazzafa, 2009.
Nata Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2009
Muhaimin dkk, Studi Islam Dalam Ragam Dimensi dan PendekatanJakarta: Kencana, cet III,
2012

Anda mungkin juga menyukai