Anda di halaman 1dari 2

EPITAKSIS

No. Dokumen :
SOP/
/UKP/VIII/
SOP 2018
No. Revisi :-
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/
Kepala UPTD
Puskesmas Banggai
UPTD
PUSKESMAS
BANGGAI
ZAENAB U.HAMID,SST,MM
Nip.19771208 200312 2 010
1. Pengertian Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung, rongga
hidung, atau nasofaring. Epistaksis bukan suatu penyakit, melainkan gejala
dari kelainan yang hampir 90% bisa berhenti sendiri.
Tingkat Kemampuan : 4A
No. ICD X : R04.0
Sebagai acuan dalam menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan
2. Tujuan
Epitaksis
3. Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Banggai no tentang Pelayanan Klinis
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
4. Referensi
tahun 2015
5. Prosedur 1. Petugas/Dokter melakukan anamnesis terarah tentang : keluar darah
/Langkah- dari hidung, sejak kapan, frekuensinya, lamanya perdarahan, banyaknya
langkah perdarahan. Riwayat penyakit dahulu (trauma, tumor, alergi,
hipertensi/gangguan pembuluh darah, gangguan pembekuan darah,
perdarahan sebelumnya, kelainan kongenital). Riwayat keluarga
(gangguan perdarahan dalam keluarga). Riwayat pengobatan (aspirin,
NSAID, semprot hidung steroid jangka panjang). Riwayat sosial (tempat
tinggal yang sangat tinggi, tekanan udara rendah, lingkungan udara
sangat kering).
2. Petugas/Dokter melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien, yaitu :
 Rhinoskopi anterior : pemeriksaan dari anterior ke posterior untuk
melihat vestibulum, mukosa hidung dan septum nasi, dinding lateral
hidung dan konkha inferior untuk mencari sumber perdarahan.
 Rhinoskopi Posterior : pemeriksaan nasofaring
 Pengukura tekanan darah
3. Petugas/Dokter menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
4. Petugas/Dokter melakukan penatalaksanaan komprehensif :
Prinsip penanganan epistaksis untuk menghentikan perdarahan,
mencegah komplikasi, mencegah berulangnya epistaksis.
 Perbaiki keadaan umum
 Pada anak yang epistaksis ringan → posisi anak duduk dengan
kepala tegak, cuping hidung ditekan kearah septum selama 3-5
menit.
 Bila perdarahan berhenti → dengan spekulum hidung dibuka dan
bersihkan kotoran, sekret, darah membeku.
 Bila perdarahan tidak berhenti → kapas yang dibasahi dengan larutan
anestesi lokal, yaitu 2cc pantocain 2% atau 2cc lidocain 2% yang
ditetesi 0,2cc adrenalin 1/1000. Untuk menghilangkan rasa sakit dan
vasokonstriksi. Sesudah 10-15 menit kapas dikeluarkan dan
dilakukan evaluasi.
 Pada epistaksis anterior jika sumber perdarahan terlihat dibersihkan
lalu diberi salep antibiotik.
 Jika perdarahan masih aktif →pemasangan tampon anterior dengan
kapas/kasa yang dicampur vaselin dan betadine atau antibiotik.
Tampon harus menekan tempat perdarahan, dipertahankan 2x24 jam.
Selama 2 hari dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari faktor
penyebab. Selama pemakaian tampon diberikan antibiotik sistemik
dan analgetik.
 Jika perdarahan posterior aktif →pasang tampon posterior (tampon
Belloc) yang terbuat dari kasa padat bulat.
5. Konseling dan Edukasi :
 Mengidentfikasi penyebab epistaksis
 Kontrol tekanan darah dengan hipertensi
 Hindari membuang lendir melalui hidung telalu keras
 Menghindari masukkan benda keras kedalam hidung termasuk jari
(pengawasan ketat pad anak)
 Batasi penggunaan obat-obat seperti aspirin atau ibuprofen.
6. Petugas/Dokter merujuk jika :
 Untuk pemeriksaan radiologi jika dicurigai sinusitis
 Curigai adanya tumor di rongga hidung atau nasofaring
 Epistaksis berulang
6. Diagram Alir
(bila perlu)
7. Unit terkait Poli Umum, Poli Anak, UGD, Rawat Inap

8. Rekaman
Historis
Perubahan

Anda mungkin juga menyukai