Anda di halaman 1dari 6

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada garis khatulistiwa, di antara benua asia

dan benua Australia, serta diapit oleh dua Samudra, yakni samudra hindia dan samudra pasifik.
Letak geografis tersebut menjadikan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi atau
megabiodivesity. Keanekaragaman hayati tersebut harus dapat dimanfaatkan dengan baik serta
dieksplorasi secara maksimal. Salah satu keanekaragaman hayati laut yang belum banyak diteliti
yaitu ikan beracun. Ikan beracun adalah ikan yang memiliki suatu substansi yang mempunyai
gugus fungsional spesifik yang letaknya teratur di dalam molekul, dan menunjukkan aktifitas
fisiologis yang kuat ( Hashi-Moto 1979, Colwell 1986). Salah satu jenis ikan yang paling beracun
adalah ikan stonefish

lkan stonefish atau ikan lepu latu (Synanceia verrucosa) adalah jenis ikan beracun, memiliki duri-
duri yang menutupi hampir seluruh tubuhnya. lkan lepu batu (Synanceia verrucosa) atau stonefish
adalah jenis ikan karang beracun yang habitat hidupnya di pasir dan di kumpulan karang. lkan ini
memiliki racun yang mematikan mampu melumpuhkan lawan melalui duri di tubuhnya.
(Cahyadi,2008). Salah satu potensi yang dapat dimanfaatkan dari ikan stonefish adalah racun yang
terdapat pada bagian duri. Racun yang berasal dari duri ikan stonefish memiliki kandungan
senyawa stonustoxin yang memiliki aktivitas sitolitik dan sitotoksik. Stonustoxin juga memiliki
mekanisme pore forming yaitu membentuk pori pada membrane yang dapat menyebabkkan
kematian sel melalui lisis osmotic , sehingga diyakini memiliki potensi untuk dimanfaatkan
sebagai alternatif anti-kanker paru-paru

Kanker merupakan salahsatu penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian di dunia.
Berdasarkan data world health organization (WHO), pada tahun 2018 penyakit kanker telah
mengakibatkan 9.8 juta kasus kematian. Salahsatu tipe kanker yang paling banyak menyebabkan
kematian adalah kanker paru-paru. pada tahun 2018 terdapat 2.09 juta kasus penyakit kanker paru-
paru dimana 1.76 juta diantaranya menyebabkan kematian (WHO, 2018). Di Indonesia, kanker
paru-paru merupakan jenis kanker terbanyak pada laki-laki dengan jumlah 12,4 per 100.00
penduduk dengan rata-rata kematian 10,9 per 100.000 penduduk (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2019)

Pengobatan kanker paru dapat dilakukan dengan terapi umum seperti bedah, radioterapi, dan
kemoterapi. Kemoterapi adalah pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang dapat
menghambat atau membunuh sel-sel kanker (Remesh, 2012). Namun kemoterapi dapat
menimbulkan efek samping seperti mual, muntah, diare, alopesia, trombositopenia, neuropati,
myalgia. Selain itu dapat berupa toksisitas hematologi seperti anemia, neutropenia, dan
trombositopenia. (National Cancer Institute, 2012)
Oleh sebab itu, penelitian mengenai pemanfaatan raacun ikan lepu batu sebagai obat anti kanker
paru dibutuhkan untuk memudahkan pendeirta kanker paru untuk memperoleh pengobatan dengan
harga yang terjangkau dan tidak menimbulkan banyak efek samping.
Rumusan masalah
Bagaimana aktivitas stonustoxin yang berasal dari racun ikan lepu batu terhadap sel kanker paru?
Tujuan
Mengetahui aktivitas antikanker protein stonustoxin sebagai antikanker paru
Luaran
Jurnal yang terpublikasi di jurnal nasional dan international
Pengajuan paten
Manfaat penelitian

Menjadi solusi sumber alternatif oabt anti kanker untuk penyakit anti kanker paru dengan harga
terjangkau

Tinjauan pustaka
Kanker paru

Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, yang berasal dari luar paru (metastasis
tumor paru) maupun yang berasal dari paru sendiri (primer), dimana kelainan dapat disebabkan
oleh kumpulan perubahan genetika pada sel epitel saluran nafas, yang dapat mengakibatkan
proliferasi sel yang tidak dapat di kendalikan. Dalam pengertian klinik yang dimaksud dengan
kanker paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma bronkus ).
Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan di dunia, mencapai hingga 13 persen dari
semua diagnosis kanker. Selain itu, kanker paru juga menyebabkan 1/3 dari seluruh kematian
akibat kanker pada laki-laki. (Kementerian Ksesehatan RI, NA). Berdasarkan data kanker WHO,
kanker paru merupakan penyumbang insidens kanker pada laki- laki tertinggi di Indonesia diikuti
oleh kanker kolorektal, prostat, hati, dan nasofaring; dan merupakan penyumbang kasus ke-5
terbanyak pada perempuan setelah kanker payudara, serviks-uteri, kolorektal, dan ovarium.
Kanker paru merupakan penyebab pertama kematian akibat kanker pada laki-laki (21.8%) dan
penyebab kematian kedua akibat kanker pada perempuan (9.1%) setelah kanker payudara (21.4%).
Kanker paru dapat terjadi akibat adanya perubahan genetik yang terjadi kanker yang disebabkan mutasi
pada tumor suppressor gene atau oncogene. Ketidakseimbangan antara kedua gen tersebut memicu
berkembangnya sel kanker ( Forgacs et al., 2001)
Habitat Ikan batu

.horrida tersebar luas di perairan sekitar Singapura, Malaysia, Indonesia, dan sejauh India dan
Afrika Selatan (Khoo, 2002). Itu sering ditemukan disamarkan dengan baik di celah-celah batu
dan setengahnya terkubur di pasir dan lumpur dengan hanya mulut dan matanya yang
penuhterbuka. Warna dan bentuk stonefish yang ditutupi oleh ganggang membuatnya predator
penyergap yang sangat baik.

Habitat dan Kebiasaan Stonefish kebanyakan ditemukan di perairan dangkal yang tenang. Pulau
karang, teluk yang terlindung, muara, juga

sebagai batuan tertutup gulma dan dasar laut berlumpur, merupakan habitat yang lebih disukai
(Endean, 1961). Dengan menggunakan nya
sirip dada, stonefish dapat membuat depresi di lumpur atau pasir dasar laut di mana ia mengendap
turun dan berbaring tak bergerak. Ketika ikan yang tepat lewat, stonefish menyerang dengan besar

mulut; kemudian menetap kembali ke posisi semula (Sutherland, 1983). Stonefish biasanya
lamban

dan tidak akan menyerang manusia kecuali duri punggungnya diinjak-injak. Ikan itu bisa bertahan
hidup
kehabisan air selama beberapa jam (Endean, 1961).

lkan lepu latu (Synanceia) adalah jenis ikan beracun, memiliki duri-duri yang menutupi hampir
seluruh tubuhnya. Famili Synanceiidae berbadan pendek dan gempal. Kepalanya berukuran besar,
berduri, dan tertutup sisik kecil yang tertanam di dalam kulit. Letak kedua matanya tidak nampak
karena ukurannya sangat kecil, berada di atas kepala. lkan ini mempunyai mulut agak besar
menjulang ke atas dengan gigi tajam. Ketika ada mangsa berada di depan atau di sampingnya
langsung diserang dengan bukaan mulutnya yang Iebar. lkan ini memiliki dua sirip yang besar di
antara kepala dan badannya. Dua sirip lainya di bawah ventral sejajar dengan sirip dekat ekor yang
tajam. lkan ini memiliki racun yang mematikan mampu melumpuhkan lawan melalui duri di
tubuhnya. Secara visual·penampakan ikan ini sulit untuk dilihat dikarenakan warna dan bentuk
tubuhnya mirip dengan tumpukan batu atau pasir. lkan ini sangat malas dan sangat sedikit
bergerak, bahkan sepanjang hidupnya berada di pecahan karang atau di bawah tumpukan pasir.
Selain di bawah tumpukan pasir, ikan ini juga memanfaatkan celah atau lubang sebagai tempat
persembunyian.
Berdasarkan klasifikasi lkan Lepu Batu/stonefish (Synanceia) ini dijabarkan
sebagai berikut :
Phylum = Chordata
Class = Osteichthyes
Order =Perciformes
Suborder =Cottoidei
Family =Scorpaenidae
Subfamily =Synanceiinae
Genus = Synanceia (or Synanceja)
Species =Synanceia horrida
Ikan lepu batu (Synanceja horrida) disimpan pada suhu 4 ° C semalam dan sirip punggungnya

dikeluarkan. 13 duri punggung di sirip ditarik keluar dan racun diekstraksi dari kantung racun
menggunakan jarum suntik 1ml dilengkapi dengan pengukur G-21 jarum. Racun itu diliofilisasi dan
disimpan pada -80 ° C sampai pemurnian protein.

Semua operasi dilakukan pada suhu 4 ° C. 253,6mg racun S. horrida terliofilisasi adalah dilarutkan dalam
1,0 ml 0,05 M dapar natrium fosfat, pH 7,4 dan disentrifugasi pada 12.000 g untuk 15 menit untuk
menghilangkan bahan yang tidak larut. Supernatan diaplikasikan pada Kolom penyaringan gel Sephacryl
S-200 HR (1,6 X 100 cm) sebelumnya diseimbangkan buffer yang sama. Elusi dilakukan pada laju aliran
konstan 1ml / menit dan 3ml fraksi dikumpulkan. Absorbansi fraksi dipantau pada OD280.

Fraksi puncak 1 dari filtrasi gel Sephacryl S-200 HR dikumpulkan bersama dan dimuat ke kolom gel DEAE
Bio-Gel A (100-200 mesh) (1,2 X 8,8 cm) pra-diseimbangkan dengan 0,05 M buffer natrium fosfat, pH
7,4. Kolom itu dicuci dengan 60ml buffer yang sama sebelum gradien natrium klorida linier (0 hingga

0,15M natrium klorida dalam buffer natrium fosfat 0,05M pH 7,4, 150ml) dimulai. Fraksi 2,5ml
dikumpulkan dan absorbansi dimonitor pada OD280.
Forgacs, E., Zochbauer-Muller, S., Olah, E. and Minna, J.D., 2001, Molecular Genetic Abnormalities in tha
Pathogenesis of Human Lung Cancer, Pathology Oncology Research, Vol 7, No 1.

Remesh,A., 2012, Toxicities of anticancer drugs and its management, International Journal of
Basic & Clinical Pharmacology

NCI, National Cancer Institute. 2012. Cancer treatment. [diunduh 10 November 2018]. Tersedia pada:
http://www.cancer.gov/cancertopics/wyntk/cervix/page8

World Health Organization , 2017, Cancer , http : //www.who.int/cancer/en/, diakses pada 14


februari 2018

Anda mungkin juga menyukai