1. PENDAHULUAN
Air asam adalah sebuah istilah yang dipakai untuk menjelaskan tentang air lindi, rembesan atau drainase
yang ber-pH rendah yang keluar dari batuan yang mengandung mineral sulfida yang teroksidasi. Reaksi
oksidasi ini, selain dapat menurunkan pH air, juga meningkatkan kadar sulfat yang selanjutnya mampu
meluruhkan dan membawa logam berat yang terkandung pada batuan yang dilalui oleh aliran air asam ini.
Bilamana hal ini terjadi di operasi tambang, disebut sebagai air asam tambang (AAT).
Air asam yang keluar ke badan sungai akan mengakibatkan pengasaman aliran sungai serta mobilisasi
dan pengendapan logam yang mungkin beracun bagi biota akuatik. Juga bisa mengakibatkan terkorosinya
logam dan konstruksi beton.
Potensi suatu formasi batuan untuk membentuk asam ditentukan oleh perbandingan antara kandungan
mineral sulfida untuk membentuk asam dan mineral penetral seperti karbonat untuk menetralisasi asam.
Secara prinsip, air asam terbentuk akibat adanya reaksi dari 3 komponen, yaitu: mineral sulfida yang
reaktif, oksigen dan air. Reaksi oksidasi tersebut seringkali dipercepat oleh reaksi biologis akibat adanya
aktifitas bakteri.
Terbentuknya air asam dapat dikontrol dengan menghilangkan atau mengurangi satu atau lebih komponen
pembentuk asam. Beberapa cara untuk melakukan hal tersebut, antara lain :
1. Mengumpulkan, membuang atau mengisolasi material sulfida
2. Mengisolasi atau mencegah kontak terhadap air
3. Mengisolasi atau mencegah kontak terhadap oksigen. Walaupun air asam dapat terbentuk oleh
reaksi anaerob, isolasi atau pengurangan jumlah oksigen dapat secara signifikan menurunkan
terbentuknya air asam
PT. Kaltim Prima Coal (PT. KPC) merupakan salah satu tambang batu bara terbuka terbesar di Indonesia
dengan produksi pemindahan 130 juta bcm lapisan penutup (overburden) dan 16,4 juta ton batubara
selama tahun 2003. Lokasi operasi PT. KPC berada di wilayah Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur
yang beribu kota di Sangatta (lihat Gambar 1). Lokasi pertambangan ini memiliki curah hujan yang relatif
tinggi, bervariasi dari 1,6 m hingga 2,5 m dalam setahun.
KALIMANTAN
BENGALON
LEMBAK BLOCK
TANJUNG BARA T
I
SANGATTA
A
R
KUTAI NATIONAL
T
PARK
S
BONTANG
Luas konsesi PT. KPC adalah 96.960 ha, sedangkan wilayah operasi yang sudah terbuka seluas sekitar
6.265 ha dengan 2.100 ha telah direhabilitasi.
Daerah penambangan di dominasi oleh batu lumpur (mudstone), batu lanau (siltstone) dan batu pasir
(sandstone).
Seperti di perusahaan tambang lainnya, air asam tambang (Acid Mine Drainage = AMD) di PT. KPC terjadi
akibat reaksi mineral sulfida, umumnya pyrit (FeS2) dengan oksigen dan air. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut.
Pyrit pada umumnya terdapat pada batuan penutup di atas (kurang lebih 2 m) dan dibawah lapisan
batubara. Pyrit juga terdapat pada lapisan batubara, namun karena batubara dipindahkan secara cepat,
potensi terjadinya AAT menjadi tidak berarti.
Meskipun kandungan pyrit pada batuan penutup di tambang PT. KPC, jika dibandingkan dengan tambang
logam, tergolong rendah, namun metode tambang terbuka yang digunakan dalam daerah penambangan
yang besar menyebabkan batuan penutup yang terbuka dan kontak dengan oksigen dan air menjadi
besar. Hal ini menyebabkan potensi pembentukan AAT yang cukup signifikan. Uji geokimia sampai saat ini
menunjukkan bahwa kira-kira 35-40% batuan di PT. KPC berpotensi membentuk asam. Penampakan air
asam tambang di PT. KPC pada umumnya terjadi di daerah penambangan (pitwalls dan floors) serta
tempat penimbunan batuan penutup.
Daerah-daerah timbunan yang berpotensi membentuk air asam di KPC hampir seluruhnya merupakan
daerah timbunan lama yang terbentuk awal tahun 1990-an, saat kesadaran akan potensi dan resiko
terbentuknya air asam tambang masih kurang.
Sebagai kontrol untuk mencegah dan memperbaiki timbulnya air asam tambang di PT. KPC, saat ini telah
disusun sebuah proses pengelolaan AAT di PT. KPC. Hal ini penting dilakukan untuk menghindari resiko
terjadinya air asam tambang yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan sekitar penambangan, baik
saat operasi maupun setelah aktivitas penambangan selesai.
Proses pengelolaan AAT di KPC terdiri dari tiga tahap utama, yaitu:
1. Penilaian AAT - sebelum penambangan
2. Penilaian AAT - pengontrolan pelaksanaan
3. Pengukuran kinerja
Selective Dumping
Construction of Covers to
AMD Management – Operational Control Minimise Acid Production
Performance Measurement
Dari bagan proses pengelolaan potensi air asam tambang pada Gambar 2, terlihat bahwa PT. KPC
menerapkan beberapa prinsip pengendalian air asam secara simultan dan berkelanjutan, mulai dari tahap
eksplorasi sampai rehabilitasi. Salah satu kegiatan penting yang dilakukan adalah pembentukan lapisan
penutup untuk meminimalkan masuknya oksigen dan air ke dalam timbunan batuan sehingga mengurangi
pembentukan air asam (construction of cover to minimize acid production), seperti diilustrasikan pada
Gambar 3.
4a 4b
Gambar 4a : Pada penutup yang kering, terdapat banyak jalan masuk untuk difusi oksigen
Gambar 4b : Pada penutup yang jenuh air, laju difusi oksigen berkurang drastis
Pada tahun 1999, dilakukan studi untuk menentukan berbagai pilihan desain lapisan penutup dan
mengevaluasi efektifitasnya. Terdapat total 47 model desain yang merupakan kombinasi berbagai material
dengan berbagai ketebalan. Analisa kinerja penutup terhadap proses oksidasi yang terjadi ini dilakukan
dengan simulasi komputer SoilCover, dengan menggunakan data aktual yang diperoleh di daerah operasi
PT. KPC seperti data berbagai jenis tanah dan batuan, suhu, curah hujan, dll. Simulasi SoilCover
menunjukkan bahwa dengan data curah hujan yang ada di PT. KPC, tingkat kejenuhan air pada lapisan
penutup bisa bertahan sepanjang tahun. Dari studi ini didapat beberapa pilihan model sebagai penutup
timbunan untuk menekan laju terbentuknya asam sampai pada tingkat yang rendah yang mampu
dinetralisasi oleh timbunan.
Ketebalan desain ditentukan dalam rencana timbunan yang disetujui. Penempatan penutup dilakukan
selama operasi normal penimbunan batuan penutup dari bawah ke atas. Penimbunan dilakukan dalam
serangkaian lift yang mempunyai beberapa kelebihan penting yaitu:
• semua lapisan penimbunan paling tidak terkena pemadatan dari beberapa truk yang membuatnya
lebih stabil
• rehabilitasi lereng timbunan bisa dimulai saat itu juga
• bila konstruksi tempat penimbunan tersela oleh suatu kegiatan, bentuk lahan telah mendekati
konfigurasi yang stabil dan bisa distabilkan atau direhabilitasi dengan usaha yang relatif ringan.
Pemadatan dilakukan pada masing-masing lift setengah meter dengan menggunakan penggilas getar
(vibrating pad foot roller) sampai spesifikasi pemadatan tercapai. Ini memerlukan kira-kira tujuh kali
lintasan dengan penggilas getar kaki kambing (sheepfoot vibrating roller compactor) Caterpillar 533C atau
lima kali lintasan dengan penggilas getar berpermukaan halus (smooth drum vibrating roller compactor)
Ingersoll Rand SD-180. Lapisan batuan yang dipadatkan itu ditutup dengan lapisan pelindung setebal dua
meter dari batuan NAF yang tidak dipadatkan.
Kriteria kendali mutu untuk penutupan ini adalah seperti pada Tabel 1.
Tes Memeriksa Tes pemadatan Seksi 90% titik tes / Pemadatan ulang di masing-
Pemadatan bahwa dilaksanakan di atas Geoteknik percobaan harus masing daerah 20x20m yang
pemadatan permukaan masing- atau memenuhi tidak memenuhi syarat seperti
dan masing lift setebal Kontraktor. >95% yang direkomendasikan oleh
pengkondisian setengah meter yang pemadatan Bagian Geoteknik
lapisan yang dipadatkan. standar. (alternatifnya, percobaan
dipadatkan tambahan bisa dilakukan
Pengetesan dilakukan Setiap titik ku-
memenuhi untuk lebih mengidentifikasi
pada jarak 20 m x 20 rang dari 90%
syarat pemadatan daerah tersebut).
m atau yang
pemadatan standar dianggap
ekuivalen. Perlu dilakukan tindakan
yang sebagai
Sebelum pengetesan, perbaikan sebelum
diperlukan. kegagalan.
permukaan tanah menambahkan lapisan yang
setebal 100 mm harus selanjutnya.
dipotong.
Pengetesan dilakukan
dengan ‘sand
replacement’ atau
‘neutron probe’.
Jika tanah liat yang akan digunakan memiliki kandungan kelembaban di bawah yang diperlukan (-2%
hingga + 3% dari optimum), maka tanah liat harus disesuaikan sebelum pemadatan. Penyesuaian ini
dilaksanakan pada masing-masing lift setengah meter sebagai berikut:
• Penggaruan sampai kedalaman setengah meter dengan menggunakan bulldozer sekelas Caterpillar
D7.
• Penyiraman dengan air sedikitnya dua lintasan truk air jika kandungan kelembaban kurang, atau
dengan menunggu hingga kandungan air berkurang akibat pemanasan sinar matahari saat kandungan
kelembaban berlebih
• Ulangi hal di atas sampai tercapai kandungan kelembaban yang diperlukan.
Pemadatan dilakukan pada masing-masing lift dengan menggunakan penggilas getar (vibrating pad foot
roller) sampai spesifikasi pemadatan tercapai. Ini memerlukan kira-kira tujuh kali lintasan dengan
penggilas getar kaki kambing (sheepfoot vibrating roller compactor) Caterpillar 533C atau lima kali lintasan
dengan penggilas getar berpermukaan halus (smooth drum vibrating roller compactor) Ingersoll Rand SD-
180.
Setelah lapisan yang dipadatkan selesai, lapisan tersebut ditutup dengan dua meter lapisan pelindung,
yang terdiri dari batuan NAF yang tidak dipadatkan. Kriteria kendali mutu untuk penutupan ini adalah sama
dengan kriteria kendali mutu untuk tipe penutupan DC02.
Pemantauan dan evaluasi kinerja penutup timbunan dilakukan untuk mengetahui efektifitas dari lapisan
tersebut dalam menahan laju infiltrasi air dan difusi oksigen. Hal ini dilakukan dengan memasang alat ukur
konsentrasi oksigen dan alat ukur temperature dan lysimeter di beberapa lokasi yang memiliki jenis
penutup timbunan yang berbeda, yaitu di Mentari Dump untuk penutup DC03 dan Mandili Dump untuk
penutup DC01. Dengan peralatan tersebut dapat diukur konsentrasi oksigen dan suhu pada berbagai
kedalaman, serta volume infiltrasi air. Selain itu, efektifitas lapisanan penutup dapat pula dilihat dari pH air
yang mengalir keluar dari daerah timbunan yang telah dilapis dengan penutup.
Judul Tanggal Penulis
Pengelolaan Masalah Air Asam Tambang 19 Juni 2004 Hendra A, Candra N
Dengan Metode Lapisan Penutup Ref. Halaman
di Tambang Terbuka PT. Kaltim Prima Coal makalah final 10 dari 15
Sampai saat ini, evaluasi terhadap kinerja penutup timbunan masih terus dilakukan untuk melihat kinerja
jangka panjangnya, sesuai dengan kemungkinan terjadinya air asam tambang yang juga bersifat jangka
panjang.Hasil pengukuran sejauh ini secara umum menunjukkan terjadinya penurunan konsentrasi
oksigen di daerah timbunan dengan penutup DC01 pada periode pengukuran April 2000 – Februari 2002,
seperti ditunjukkan oleh Gambar 8.
Gambar 8. Konsentrasi oksigen pada kedalaman tanah yang berbeda dengan lapisan penutup DC01
Terlihat dari profil konsentrasi oksigen bahwa 1m lapisan tanah liat yang dipadatkan mampu menjadi
penghalang yang efektif terhadap difusi oksigen yang diharapkan mampu menekan laju oksidasi dan
pembentukan air asam.
Hasil ini juga konsisten dengan hasil pengukuran untuk penutup tipe DC03, dimana terjadi penurunan
konsentrasi oksigen pada berbagai kedalaman, seperti ditunjukkan oleh Gambar 9.
Efektifitas lapisan penutup dapat pula dilihat dari pH air yang mengalir keluar dari daerah timbunan yang
telah dilapis dengan penutup. Sebagai contoh adalah pH di titik pantau WQ Gajah B, yang memantau
aliran air dari daerah tangkapan air Mentari Dump yang merupakan timbunan dengan penutup DC02,
seperti ditunjukkan oleh Gambar 10, yang merupakan hasil pemantauan dari 1 Januari 1999 hingga 9 Juni
2004.
Dari Gambar 10 terlihat bahwa penutup timbunan tipe DC02 mampu memberikan kestabilan tingkat
keasaman aliran air yang keluar dari daerah tersebut, khususnya setelah 90% permukaan timbunan yang
mengandung sulfida reaktif tertutup.
Perbandingan biaya konstruksi tiga tipe penutup timbunan berdasarkan data aktual yang pernah
dikerjakan di PT. KPC, disajikan dalam prosentase dengan biaya konstruksi penutup tipe DC02 digunakan
sebagai pembanding, seperti ditunjukkan oleh Gambar 11.
120
DC03 1km overhaul
100 DC03 2km overhaul
60
40
20
0
DC01 DC02 DC03
JENIS PENUTUP
Gambar 11. Perbandingan biaya konstruksi lapisan penutup
Komponen biaya terbesar untuk DC01 dan DC02 adalah biaya pengangkutan dan pemadatan material,
dimana pada prakteknya hampir seluruhnya dikerjakan oleh kontraktor. Sementara untuk DC03 dikerjakan
dengan menggunakan alat PT. KPC sendiri dan merupakan bagian dari kegiatan penimbunan normal jika
lokasi proyek ini berada dalam jarak angkut yang direncanakan. Jika proyek ini berada di luar jarak angkut
yang direncanakan, maka biaya overhaul akan dihitung sebagai biaya konstruksi DC03 ini.
Pemilihan jenis penutup dan besarnya biaya proyek sangat dipengaruhi oleh ketersediaan material, alat
dan jarak angkut dari lokasi sumber/stockpile material ke lokasi proyek.
Air asam tambang merupakan kenyataan yang ada di PT.KPC yang harus ditangani melalui serangkaian
proses yang saling berkaitan, mulai dari tahap eksplorasi sampai dengan rehabilitasi.
Penutupan timbunan material yang berpotensi menghasilkan asam merupakan cara yang efektif dalam
mengurangi terjadinya difusi oksigen dan infiltrasi air untuk mencegah terjadinya air asam tambang.
Terdapat banyak metode penutupan material yang berpotensi menghasilkan asam yang bisa digunakan
untuk mencegah terjadinya reaksi dengan air dan oksigen. Dalam hal ini, PT. KPC menggunakan metode
penutupan: DC03 (penutup batuan NAF 10-20 m tidak dipadatkan), DC02 (penutup batuan NAF 2 m yang
dipadatkan) dan DC01 (penutup tanah liat 1 m dipadatkan), sesuai dengan hasil studi dan pemodelan
yang pernah dilakukan.
Sampai saat ini, pengukuran kinerja lapisan penutup menunjukkan hasil yang cukup konsisten yang
mampu mengurangi terjadinya oksidasi batuan PAF dalam timbunan. Hal ini berarti bahwa potensi
terjadinya air asam tambang dari kegiatan penambangan dapat dikurangi. Kenyataan ini akan berdampak
pada terjaganya kualitas lingkungan, khususnya perairan, dan pentaatan terhadap baku mutu air
sebagaimana yang disyaratkan dalam peraturan perundang-undangan.
Sampai saat ini, PT. KPC terus melakukan berbagai upaya untuk mencari pilihan-pilihan lain dalam
pengelolaan potensi terjadinya AAT, khususnya di daerah timbunan. Hal ini perlu dilakukan untuk
memastikan terjadinya praktek pengelolaan air asam tambang yang terbaik, yang menjamin terjaganya
kualitas lingkungan, baik pada saat operasional penambangan, maupun setelah penambangan selesai.
Hal lain yang menjadi perhatian juga dalam masalah ini adalah ketersediaan material pembentuk lapisan
serta biaya yang diperlukan.
Sengupta, M., 1992, Environmental Impacts of Mining – Monitoring, Restoration and Control, Lewis
Publisher, Boca Raton New York.
Robertson, Andy., 1992, Chapter of Prediction of Acid Generation Potential, Mine Waste Management – A
Resource for Mining Industry Professional, Regulators and Consulting Engineers, Lewis Publisher, Boca
Raton New York.
Stewart, W., Michaelsen, Dan., 1999, Management of Potentially Acid Forming Overburden at Kaltim
Prima Coal, Indonesia, Proceedings of the TMS Symposium, San Diego, California.
Miller, S. dan Brodie, K., 2000, Cover Performance for the Control of Sulfide Oxidation and Acid Drainage
from Waste Rock at the Martha Mine, New Zealand (Proceeding of Fourth Australian Workshop on Acid
Mine Drainage).
Noel, Michael M., Brown, Paul L., 2001, Technical Review of Soil Cover Option at KPC Mines.
PT. Kaltim Prima Coal, Environment Department, 2001, Rehabilitation Specifications Version 2.
Garvie, Andrew, ANSTO, 2003, Review of Oxygen and Temperature Data Measured in Waste Rock
Dumps Since February 2001.