LP Vertigo
LP Vertigo
LP Vertigo
VERTIGO
OLEH :
FENNY NOORHAYATI WAHYUNI
NPM. 1914901110025
I. Konsep Vertigo
1.1. Definisi
Vertigo pertama kali berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang berarti
berputar dan igo yang berarti kondisi. Vertigo merupakan subtipe dari
dizziness yang secara definitive merupakan ilusi bergerak, dan yang paling
sering adalah perasaan atau sensasi tubuh yang berputar terhadap lingkungan
atau sebaliknya hal seperti ini jika sering terjadi berulang-ulang akan
menganggu kehidupan penderita (Junaidi, 2013)
1.4. Patofisiologi
Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere,
parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada
telinga tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII,
dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun virus (otitis media). Selain
dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti
gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit
neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu, vertigo juga
diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang menyebabkan
terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan
sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam
mempertahankan keseimbangan. Hipertensi dan tekanan darah yang tidak
stabil (tekanan darah naik turun). Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke
pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi telinga akan keseimbangan
terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula dengan tekanan darah yang
rendah dapat mengurangi pasokan darah ke pembuluh darah di telinga
sehingga dapat menyebabkan parese N VIII.
1.6. Komplikasi
1.6.1. Cidera fisik
Klien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat
terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga klien tidak mampu
mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.
1.6.2. Kelemahan otot
Klien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas.
Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring
yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan
kelemahan otot.
1.7. Penatalaksanaan
1.7.1. Penatalaksanaan Medikasi
1.7.1.1. Pada fase akut penderita harus dibaringkan dan diberi
Avoming 25 mg tiap 6 jam. Kalau muntah dan vertigo hebat
penderita perlu dirawat di Rumah Sakit. Promethazine 25 mg
dan Chlorpromazine 1,25 mg melalui IM tiap 6jam selama 24
jam akan mengurangi muntah dan vertigo yang hebat.
1.7.1.2. Pada fase tenang penderita dianjurkan untuk:
a. Mengurangi minum hanya sampai tiga gelas sehari.
b. Pantang garam.
1.7.2. Penatalaksanaan Operatif
Apabila pendengaran masih baik dianjurkan operasi untuk
menghilangkan vertigo sambil mempertahankan pendengarannya
seperti:
1.7.2.1. Miringotomi dan pemasangan gromet dapat mengurangi
vertigo.
1.7.2.2. Dekomprese sakus endolimfatikus untuk mengurangi tekanan
di dalam labirin mukosa dapat menghilangkan vertigo.
1.7.2.3. Perusakan dengan ultra sonik terhadap labirin untuk
mempertahankan koklea telah dicoba pula tetapi cara ini
sudah banyak ditinggalkan oleh ahli THT.
1.7.2.4. Apabila satu telinga tuli besar dan menyebabkan kambuhnya
vertigo perusakan labirin membranosa perlu dilakukan
dengan cara operasi ini penderita dibebaskan sama sekali dari
vertigo sedangkan hilangnya pendengaran tidak merisaukan
penderita.
1.8. Pathway
2.3. Perencanaan
Diagnosa 1 : Resiko Jatuh
2.3.1. Tujuan dan kriteria hasil(NOC)
2.3.1.1. Resiko jatuh akan menurun atau terbatas, yang dibuktikan
oleh keseimbangan, gerakan terkoordinasi, perilaku
pencegahan jatuh, kejadian jatuh, dan pengetahuan:
pencegahan jatuh.
2.3.1.2. Memperlihatkan kejadian jatuh, yang dibuktikan oleh
indikator: (1-5: 10 dan lebih, 7-9, 4-6, 1-3, dan tidak ada):
a. Frekuensi jatuh ketika berdiri tegak
b. Frekuensi jatuh ketika berjalan
c. Frekuensi jatuh ketika duduk
d. Frekuensi jatuh ketika berpindah tempat
e. Frekuensi jatuh dari tempat tidur