Anda di halaman 1dari 36

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil PT Semen Baturaja (Persero) Tbk


4.1.1 . Sejarah PT Semen Baturaja(Persero) Tbk

Pada tahun 1964 Badan Direktorat Geologi bekerja sama dengan


Biro Industrialisasi mengadakan survey bahan baku untuk pembuatan semen
disekitar daerah Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), dengan
hasil yang menunjukkan bahwa terdapat cadangan batu kapur dan clay.
Dari survey yang dilakukan, pada tahun 1973, PT. Semen Padang
(Persero) menyusun studi kelayakan untuk pendirian pabrik Semen di
Baturaja, Kabupaten OKU, Sumatera Selatan, yang berkapasitas produksi
500.000 ton semen per tahun. Bersama PT. Semen Gresik (Persero),
pembangunan PT. Semen Baturaja oleh PT. Semen Padang (Persero) dapat
terealisasi pada tanggal 14 November 1974 berdasarkan akte notaris Jhon
Fredrik Berthold Tubelaka Sinyal No.34 tahun 1974. Pelaksanaan
pembangunan baru dimulai pada pertengahan tahun 1978 oleh
Ishikawajuma Harima Heavy Industries Co.Ltd. dari Jepang sebagai
kontraktor utama selama lebih kurang 30 bulan kerja.
Pendirian PT. Semen Baturaja (Persero), Tbk diumumkan dalam
tambahan Berita Negara RI No. 2 tanggal 7 Januari 1975 dengan pemegang
saham pertama yaitu PT. Semen Padang (Persero) 55 % dan PT. Semen
Gresik (Persero) 45 %. Pada tanggal 9 Nopember 1979 terjadi perubahan
status perusahaan berubah dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
menjadi Persero dengan komposisi saham pemerintah Republik Indonesia
88%, PT. Semen Padang 7% dan PT. Semen Gresik 5%. Namun sejak tahun
1991 diambil alih secara keseluruhan oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Pada tahun 1973, di daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU),
Sumatera Selatan, diadakan survey bahan galian berupa batu kapur dan clay
oleh Direktorat Geologi Departemen Pertambangan Energi sebagai upaya
untuk memenuhi kebutuhan semen dalam negeri yang meningkat setiap

34 Universitas Sriwijaya
35

tahunnya. Dari hasil survey menunjukkan bahwa daerah ini terdapat


cadangan batu kapur dan clay yang cukup memadai sehingga layak untuk
didirikan pabrik semen.
PT. Semen Baturaja (Persero) (Gambar 4.1) diresmikan oleh Presiden
Soeharto pada tanggal 25 April 1981, sedangkan pembangunan pabrik PT.
Semen Baturaja (Persero) baru selesai pada tanggal 30 Mei 1981 dan
operasi komersilnya pada tanggal 1 Juni 1981. Sebagaimana yang telah
ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), modal saham PT.
Semen Baturaja (Persero) diresmikan seluruhnya menjadi milik Negara
Republik Indonesia terhitung dari tanggal 4 Januari 1991 berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 1991.

(sumber: dokumentasi penulis)

Gambar 4.1 PT Semen Baturaja (Persero) Tbk

Dari beberapa jenis semen yang ada, pabrik PT. Semen Baturaja
(Persero) saat ini memproduksi semen Portland tipe I, dengan merek dagang
cap Tiga Gajah. Produksi perdananya dimulai pada sekitar tahun 1980
sampai dengan bulan April 1981. Sedangkan produksi komersialnya baru
dimulai pada tanggal 29 April 1981 dengan target produksi awal pada saat
itu adalah 750.000 ton semen pertahun. Seiring dengan semakin pesatnya
pembangunan dan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan semen di
daerah Sumbagsel khususnya, maka PT. Semen Baturaja (Persero) berusaha
meningkatkan kapasitas terpasang pabriknya melalui dua tahap Optimalisasi

Universitas Sriwijaya
36

Produksi Terak (OPT I & 2) yang bertujuan meningkatkan target produksi


semen per tahun menjadi 1.200.000 ton.
Pada tahun 1993 PT. Semen Baturaja (Persero), Tbk melaksanakan
Proyek Optimalisasi I (OPT I) yang merupakan penyempurnaan peralatan
yang sudah ada dalam rangka pencapaian kapaitas terpasang yaitu sebesar
500.000 ton semen per tahun. Proyek ini selesai tahun 1994 dengan
kapasitas meningkat 550.000 ton semen per tahun. Sedangkan pada tahun
1996 PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk melanjutkan pengembangan
perusahaan melalui Proyek Optimalisasi II (OPT II) untuk meningkatkan
kapasitas menjadi sebesar 1.250.000 ton semen per tahun. Proyek OPT II ini
selesai tahun 2001, mulai memproduksi semen sebanyak 663.399 ton pada
tahun 2002 dan terus meningkat hingga tahun 2010 dapat memproduksi
1.131.299 ton semen dan pada tahun 2013 mencapai 1.262.386 ton.
Tahun 2017 PT Semen Baturaja (Persero) Tbk. mendirikan pabrik
semen Baturaja II yang berlokasi di Baturaja, Sumatera Selatan. Dan pada 1
September 2017 pabrik semen Baturaja II siap beroperasi secara komersil
setelah menjalani dua bulan masa percobaan.
PT. Semen Baturaja (Persero) memakai lambang tiga gajah dalam satu
lingkaran dengan gajah berwarna putih, dasar lambang berwarna hijau dan
tulisan Baturaja “Portland Cement” berwarna merah. Adapun arti lambang
tersebut adalah :
1. Tiga gajah
Menunjukkan bahwa PT. Semen Baturaja (Persero) mempunyai tiga
lokasi pabrik, yaitu di Baturaja (Ogan Komering Ulu), Kertapati
(Palembang), dan Panjang (Bandar Lampung).
2. Gajah
Menunjukkan hewan yang besar dan kuat yang sampai sekarang
masih banyak terdapat di Sumatera Selatan. Gajah juga merupakan
maskot Sumatera Selatan.
3. Warna dasar merah
Menunjukkan pemerataan pembangunan untuk mencapai
kemakmuran dan kesejahteraan.
4. Warna tulisan merah

Universitas Sriwijaya
37

Menunjukkan kesiapan para karyawan untuk bekerja keras


menghadapi setiap tantangan atau hambatan.
5. Warna putih
Kesucian dan kemurnian hati seluruh karyawan PT. Semen Baturaja
(Persero).

4.1.2. Struktur Organisasi Perusahaan


Jajaran Direksi PT Semen Baturaja (Persero) Tbk meliputi Direktur
Produksi dan Pengembangan, Direktur Pemasaran, Direktur Umum dan
Sumberdaya Manusia (SDM), dan Direktur Keuangan,. Setiap Direksi
memiliki divisi pembantu dalam menjalankan fungsi kerja di perusahaan.
Mining Division berada dalam tanggung jawab Direktur Produksi
dan Pengembangan. Divisi tersebut merupakan divisi yang bertanggung
jawab atas penyediaan bahan baku pembuatan semen, yang dalam hal ini
berupa batu kapur dan clay.
Secara umum kepala Divisi Mining membawahi beberapa departemen
dan section meliputi mining exploration, mining plan, mining operation, dan
mining safety and health. Berikut adalah struktur organisasi Mining Division
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk. (Gambar 4.2).

Gambar 4.2. Struktur Organisasi Mining Division PT Semen Baturaja


(Persero) Tbk.
4.1.3. Lokasi Perusahaan

Universitas Sriwijaya
38

PT Semen Baturaja, Tbk mempunyai tiga lokasi pabrik


(Gambar 4.3) yaitu pertama, Baturaja (OKU) yang
merupakan tempat penambangan bahan mentah dan pabrik
pengolahan bahan menjadi setengah jadi yaitu klinker serta
dilakukan juga proses penggilingan klinker menjadi semen.
Kedua, Palembang yang merupakan tempat pabrik
penggilingan klinker menjadi semen dan juga sebagai kantor
pusat PT. Semen Baturaja, Tbk. Ketiga, Panjang (Lampung)
yaitu merupakan tempat pabrik penggilingan klinker dan
juga tempat pabrik pembuatan kantong semen.

Gambar 4.3. Peta Lokasi Pabrik PT Semen Baturaja (Persero) Tbk.

4.1.4. Lokasi Penambangan dan Topografi


Lokasi penambangan PT Semen Baturaja (Persero) Tbk. terletak di
Desa Pusar Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu
(OKU) Provinsi Sumatera Selatan, dengan luas IUP 103,4 ha. Secara
geografis terletak pada 104008’35,52” BT - 104009’09,08” BT dan
04006’58,94” LS - 04007’32,25” LS (Gambar 4.4).

Universitas Sriwijaya
39

Gambar 4.4. Peta Admistratif Kabupaten Ogan Komering Ulu (Buku Putih
Sanitasi Ogan Komering Ulu)

Kenampakan topografi daerah Kuasa Pertambangan PT.


Semen Baturaja (Persero) umumnya berbukit-bukit yang
agak landai dengan ketinggian barvariasi antara 40 – 60 m
dari atas permukaan air laut. Wilayah Kuasa Pertambangan
PT. Semen Baturaja, Tbk dahulunya merupakan bekas hutan,
rawa-rawa, yang kini telah ditimbun, dan ladang pertanian
yang ditumbuhi semak-semak dan pepohonan kecil yang
memungkinkan untuk kemudahan proses pembersihan
lahan. Sebelah utara daerah penambangan mengalir Sungai
Kemene anak dari Sungai Ogan yang berelevasi 42 meter
dpal, sebelah selatan mengalir Sungai Ogan dengan elevasi
37 meter dpal, sedang sebelah Timur dan Barat berbatasan
dengan perumahan penduduk dan lahan perkebunan.
Penambangan di pit quarry Pusar sendiri telah mencapai
level terendah saat ini yaitu -6 m dpal. Peta topografi lokasi
IUP PT Semen Baturaja (Persero) Tbk dapat dilihat pada
(Gambar 4.5).

Universitas Sriwijaya
40

Gambar 4.5. Peta Topografi Lokasi IUP (PT Semen Baturaja (Persero) Tbk.,
2019)

4.1.5. Iklim dan Curah Hujan


Iklim pada daerah Pusar dan sekitarnya beriklim tropis
dengan suhu minimum 23oC dan suhu maksimum 32oC.
Antara bulan Desember sampai dengan bulan Maret, angin
yang bertiup dari arah timur laut membawa uap air hingga
mengakibatkan terjadinya hujan. Sedangkan musim kemarau
berlangsung antara bulan Mei sampai dengan bulan
Desember karena adanya angin yang bertiup dari arah barat
daya melalui pegunugan Bukit Barisan yang membawa angin
kering.

Berdasarkan tipe iklim di Provinsi Sumatera Selatan umumnya dan


Kabupaten Ogan Komering Ulu khususnya, wilayah ini termasuk ke dalam
daerah yang beriklim tropis, dimana suhu udara di wilayah studi berkisar

Universitas Sriwijaya
41

antara 26,1 0C - 28,4 0C. Suhu udara maksimum berkisar antara 31,5 0C -
33,8 0C dan suhu udara minimum berkisar antara 23,0 0 C - 25,40 C. Untuk
daerah tropis, curah hujan juga cukup tinggi. Iklim tropis memiliki
karakteristik dimana daerahnya memiliki tingkat keanekaragaman hayati
yang sangat melimpah. Hal ini juga ditandai dengan banyaknya hutan hujan
tropis di Indonesia, khususnya di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Daerah
ekuator menerima cahaya matahari yang lebih intensif sehingga banyak
tumbuhan yang tumbuh lebih baik serta beranekaragam. Hutan hujan tropis
sendiri juga dapat mempengaruhi jumlah tangkapan air hujan. Semakin
tinggi curah hujan daerah tersebut maka akan dibutuhkan sejumlah areal
hutan yang luas. Dengan semakin luas area hutan tersebut maka kesempatan
unutk menjadi daerah tangkapan hujan akan semakin baik.
Aktivitas penambangan di PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk
menggunakan sistem penambangan terbuka quarry dan surface miner yang
dipengaruhi oleh kondisi iklim dan cuaca. Pada musim hujan, kegiatan
penambangan akan mengalami hambatan berupa jalanan yang berlumpur
dan lubang-lubang ledak yang terisi oleh air. Sebaliknya pada musim
kemarau akan membawa udara yang panas terik dan berdebu. Faktor iklim
ini berpengaruh pada efisiensi waktu dan biaya produksi penambangan.

4.1.6. Geologi dan Morfologi

Kondisi geologi daerah Baturaja mengenai litologi daerah,


diperkirakan telah terjadi 3 episode Orogenesa yang membentuk kerangka
struktur daerah cekungan Sumatera Selatan yaitu Orogenesa Mesozoik
Tengah, Tektonik Kapur Akhir Tersier Awal dan Orogenesa Plio-Plistosen.
Secara umum R.W. Van Bemmeln meggolongkan batu kapur pada Formasi
Baturaja berkembang di sekitar pegunungan Gumai seta antiklin Baturaja
berumur Miosen Tua, dimana ditemukan fosil-fosil petunjuk yang
diperkirakan mempunyai ketebalan lebih dari 300 meter. Terdapat dua
formasi yang ada di daerah Pusar yaitu Formasi Baturaja dan Formasi
Gumai, Formasi Baturaja memiliki ketebalan antara 60 sampai 100 meter.
Formasi tersebut terdiri dari kapur terumbu, sisipan serpih kapuran dan

Universitas Sriwijaya
42

napal. Batuan Formasi Baturaja berwarna putih sampai kuning pucat dan
berangsur gelap menjadi abu-abu ke arah dalam.
Formasi Gumai merupakan bagian lapisan batu kapur tipis dan napal.
Napal berwarna kecokelatan menempati bagian bawah formasi ini. Semakin
ke atas, terdapat lapisan-lapisan batupasir berwarna putih sampai abu-abu.
Memiliki ketebalan kurang lebih 365 meter. Formasi Gumai disusun oleh
serpih kapuran, napal, batu lempung dengan sisipan batupasir lempungan
dan batupasir tufaan. Batu kapur berkualitas tinggi terdapat di daerah Pusar,
juga ditemukan material-material pelengkap seperti alumina, silika yang
juga berdekatan dengan Formasi Baturaja. Kedua material tersebut berada di
clay yang dinamakan residual atau laterite clay dan clay shale dari Formasi
Gumai.
Struktur geologi yang terdapat di daerah ini termasuk ke dalam
cekungan Sumatera Selatan (Lampiran A). Cekungan ini merupakan hasil
dari kegiatan tektonik yang berkaitan erat dengan penunjaman lempeng
Indo-Australia, sehingga terjadi penurunan (depression), pengangkatan dan
perlipatan yang membentuk suatu struktur lipatan dan patahan. Struktur
geologi yang mendominasi daerah ini adalah lipatan berupa sinklin dan
antiklin diamati melalui peta geologi.
Sinklin lebih mendominasi dibandingkan antiklin, sinklin berupa
cekungan yang memperlihatkan batuan pada formasi baturaja yang
didominasi oleh batu gamping terumbu, kalkarenit dengan sisipan serpih
gampingan dan napal yang merupakan formasi batuan sedimen berumur
miosen awal hingga tengah.

4.2 Kegiatan Penambangan Batu Kapur

Metode penambangan yang dipakai PT Semen Baturaja


(Persero) Tbk. yaitu quarry adalah metode penambangan
dengan sistem tambang terbuka yang dilakukan khusus
untuk menggali endapan-endapan bahan galian industri atau
mineral industri, seperti batu marmer, batu granit, batu
andesit, batu gamping, dan lain-lain.

Universitas Sriwijaya
43

Proses penambangan batu kapur tersebut meliputi


pembersihan lahan (land clearing), pengupasan tanah
penutup (stripping overburden), pemuatan dan
pengangkutan tanah penutup (loading and hauling
overburden), pembuangan tanah penutup (dumping
overburden), pengeboran dan peledakan (drilling and
blasting), pemuatan dan pengangkutan batu kapur (loading
and hauling limestone), pengembangan area tambang dan
jalan tambang (development), penirisan tambang (mine
drainage), dan reklamasi (Gambar 4.6). Setiap kegiatan
tersebut menggunakan berbagai alat-alat berat dengan
spesifikasi yang berbeda-beda (Lampiran B).

Land Clearing

Development

Pemuatan dan Stripping OB Development


Pengangkuan OB

Pengeboran dan
Peledakan Batukapur
Dumping OB

Reklamasi Pemuatan dan


Pengangkutan

Dumping
Batukapur

Gambar 4.6. Diagram Alir aktivitas penambangan batu kapur di PT Semen


Baturaja(Persero) Tbk

Universitas Sriwijaya
44

4.2.1. Pembersihan Lahan (Land Clearing)


Pembukaan lahan atau land clearing merupakan
pekerjaan awal yang dilakukan sebelum dimulai proses
penambangan berikutnya. Suatu kegiatan pembersihan
lahan (land clearing) bertujuan untuk membersihkan area
penambangan dari pohon-pohon, semak belukar ataupun
bongkahan batuan yang menutupi lapisan batu kapur. Selain
itu pembersihan lahan juga bertujuan untuk mempermudah
alat gali dalam melakukan pembongkaran lapisan tanah
penutup (stripping overburden).
Kegiatan ini melipui meratakan lahan yang tertutupi
pohon-pohon dan semak belukar, membuat jalan darurat
untuk keluar masuknya alat mekanis lainnya, membuat
saluran air (drainase) untuk mengeringkan lokasi kerja bila
dibutuhkan, yang semuanya bertujuan tidak lain adalah
untuk membuka lokasi penambangan agar memungkinkan
bagi pekerjaan berikutnya yaitu pengupasan overburden.
Pada tahapan pembersihan lahan, lapisan tanah humus
(top soil) yang paling subur harus ditimbun pada tempat
tertentu lalu ditanami rumput agar tidak terjadi erosi.
Tindakan tersebut dilakukan supaya ketika kegiatan
reklamasi dilakukan lapisan tanah humus (top soil) dapat
digunakan kembali. Alat berat yang digunakan untuk
melakukan kegiatan pembersihan lahan yaitu 1 unit
Bulldozer Liebherr 734 (Gambar 4.7). Namun, jika terdapat
pepohonan yang tinggi digunakan alat gali muat seperti
excavator untuk merobohkannya.

Universitas Sriwijaya
45

Gambar 4.7. Kegiatan Land Clearing dengan Bulldozer

4.2.2. Pengupasan Lapisan Tanah Penutup


(Stripping Overburden)
Setelah tahapan kegiatan land clearing, selanjutnya
dilakukan kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup
(stripping overburden) yang bertujuan untuk menyingkirkan
lapisan penutup yang menutupi lapisan batu kapur.
Dilakukan untuk mengeluarkan lapisan tanah yang menutup
cadangan batu kapur di bawahnya. Tanah penutup cadangan
batu kapur memiliki ketebalan antara 3 sampai 6 meter dan
terdiri dari tanah humus dan clay. Kegiatan Pengupasan
tanah penutup (stripping overburben) (Gambar 4.8)
menggunakan alat-alat berat Excavator Backhoe Komatsu
PC300. Alat gali muat tersebut digunakan untuk aktivitas
penggalian dan pemuatan tanah penutup kedalam bak
dump truck untuk diangkut ke disposal area.

Universitas Sriwijaya
46

Gambar 4.8. Stripping Overburden menggunakan Excavator


Backhoe Komatsu PC300

4.2.3 Pemuatan dan Pengangkutan Tanah Penutup


Tanah humus dan clay dimuat kemudian diangkut
menggunakan dump truck ke lokasi penimbunan (disposal
area) untuk keperluan reklamasi tambang dan community
development. Kegiatan pemuatan bertujuan untuk memuat
overburden ke dalam dumptruck (Gambar 4.9).
Pengangkutan overburden ini kemudian ditimbang terlebih
dahulu kemudian baru dilakukan penimbunan ke disposal
area untuk keperluan reklamasi tambang maupun
community development.

Gambar 4.9. Pemuatan Overburden.

Pengangkutan tanah penutup (hauling overburden)


bertujuan untuk memindahkan tanah penutup menuju
daerah pembuangan (disposal area) (Gambar 4.10). Alat
angkut yang digunakan adalah 2 unit Dump Truck Nissan
CWE370.

Universitas Sriwijaya
47

Gambar 4.10. Pengangkutan Overburde

4.2.4. Pembuangan Tanah Penutup dan Kegiatan


Development
Pembuangan tanah penutup (dumping overburden)
bertujuan untuk membuang tanah penutup yang telah digali
menuju daerah pembuangan (disposal area) (Gambar 4.11).
Tanah penutup yang dibuang, masih dalam bentuk gembur
sehingga tanah tersebut harus dipadatkan agar membentuk
permukaan tanah baru yang rata dan memudahkan kegiatan
pembuangan yang berikutnya. Pemadatan permukaan tanah
yang baru biasanya hanya menggunakan alat-alat yang
bekerja pada kegiatan pembuangan tanah penutup yang lalu
lalang sehingga menyebabkan tanah menjadi padat .
Pembuatan jalan, pelebaran jalan dan pemadatan jalan
hauling termasuk kedalam kegiatan development tambang
(Gambar 4.12) dilakukan oleh Compactor, dan Excavator
Backhoe Liebherr 934. Untuk meratakan jalan maupun
membersihkan batu kapur yang terjatuh di haul road maka
digunakan motor grader.

Universitas Sriwijaya
48

Gambar 4.11 Perataan Disposal Area

(a) (b)

Gambar 4.12. a.Pemadatan Jalan b. Perataan Jalan

4.2.5 Pemberaian
Mekanisme pengalian batu kapur pada PT Semen
Baturaja (Persero) Tbk. terbagi melalui dua tahapan yaitu
pemboran dan peledakan (Drill dan Blast).
4.2.5.1. Kegiatan Pengeboran
Kegiatan pengeboran bertujuan untuk
mempersiapkan lubang yang akan digunakan sebagai
tempat bahan peledak. Pada kegiatan pengeboran (drilling)
(Gambar 4.13) digunakan 1 unit Furukawa Rock Drill PCR100
dan Compressor screw PDS750S. Kedalaman lubang bor

Universitas Sriwijaya
49

yang dapat dibuat ada 3 macam yaitu dengan kedalam 3


meter,6 meter dan 9 meter, dengan diameter lubang bor
sebesar 3,5 inci. Untuk pengeboran dengan kedalaman 3
meter digunakan 1 buah batang bor, untuk pengeboran
dengan kedalam 6 meter menggunakan 2 buah batang bor,
sedangkan untuk kedalaman 9 meter menggunakan 3 buah
batang bor. Untuk spesifikasi alat bor dan kompresor dapat
dilihat pada (Lampiran B).

Gambar 4.13. Kegiatan Pengeboran

4.2.5.2. Kegiatan Peledakan (Blasting)


Setelah kegiatan pengeboran dilakukan maka akan
dilakukan kegiatan peledakan (blasting) yang bertujuan
untuk memberai batuan yang bersifat kompak menjadi
fragmentasi-fragmentasi yang memiliki dengan ukuran tidak
terlalu besar agar memudahkan dalam proses pemuatan dan
pengangkutan menuju pabrik pengolahan (crushing plant).
Peledakan yang dilakukan oleh PT Semen Baturaja (Persero),
Tbk yakni dengan menggunakan pola peledakan corner-cut.
Dimana dengan menggunakan pola ini maka arah lemparan
batuan yang terberai akan mengarah pada salah satu sudut
dari bidang bebas (free face). Kemudian rangkaian
peledakan yang digunakan adalah rangkaian seri dengan

Universitas Sriwijaya
50

sistem peledakan yaitu menggunakan aliran listrik (electric


detonator).
Bahan ledak yang digunakan PT. Semen Baturaja
(Persero) Tbk. adalah ANFO, yaitu campuran tepat antara
Ammonium Nitrat Fuel Oil (FO) sebanyak 25 kilogram per
sak. Dalam peledakan yang dilakukan umumnya jumlah baris
kolom ledak yakni 2 row (baris). Lalu untuk jumlah
penembakan tergantung dari banyaknya jumlah lubang
ledak yang dirangkai dalam satu rangkaian yakni sekitar 2-4
lubang dalam 1 rangkaian. Hal ini dilakukan agar dapat
mengurangi efek peledakan seperti getaran yang berlebihan
ataupun akan bahaya fly rock terhadap area sekitar tambang
terutama daerah pemukiman penduduk yang dekat dengan
lokasi peledakan.
Perlengkapan peledakan (Gambar 4.14) yang
digunakan yaitu Electric Detonator dengan kode waktu tunda
rata-rata 3 sekon, Connecting Wire Million dengan panjang
per kabel yaitu 100 meter, Cartridge Dayagel dengan berat
per dodol yaitu 200 gram,

(a) (b)
(c)
Gambar 4.14. a.PANFO,b. Dynamite, dan c. Electric
Detonator

Universitas Sriwijaya
51

Setelah seluruh peralatan lengkap, dilakukan


persiapan lubang ledak (blasthole loading). Persiapan lubang
ledak meliputi pengecekan keaadaan lubang, apakah lubang
ledak terisi oleh air atau tidak. Apabila lubang ledak terisi air
maka perlu dilakukan pemasangan kantong plastic (kondom)
(Gambar 4.15) untuk lebih memudahkan pengisian ANFO.
Kegiatan pengisian lubang ledak memerlukan keterampilan
khusus dan pengalaman yang baik.

Gambar 4.15. Kegiatan Pengisian Handak ke Lubang Peledak

Peralatan peledakan yang digunakan yaitu Blasting


Machine Kobla BL-500, Blaster’s Ohmeter Reo Model
B01999-1, (Gambar 4.16) dan tongkat dari bambu dengan
panjang ± 9 meter. Blasting machine tersebut mempunyai
resistensi sebesar 500 ohm yang berarti alat tersebut dapat
menginisiasi 500 detonator listrik sekaligus dalam satu kali
peledakan dengan asumsi 1 detonator mempunyai resistensi
sebesar 1 ohm.

Universitas Sriwijaya
52

Gambar 4.16. Blasting Machine dan Blaster’s Ohmeter

4.2.6.Pemuatan dan Pengangkutan Batu Kapur


Kegiatan penambangan berkaitan erat dengan proses
pemuatan dan pengangkutan (hauling) bahan galian (gali,
muat, dan angkut) yang disebut dengan pemindahan tanah
mekanis. Tahapan ini membutuhkan peralatan untuk
mempermudah pekerjaan yang dipengaruhi beberapa faktor
guna menentukan keefektifan dan keefisienan pekerjaan
yang akan dilakukan.
4.2.6.1. Pemuatan (Loading)
Pemuatan batu kapur (loading limestone) bertujuan
untuk memindahkan batu kapur hasil peledakan kedalam
alat angkut (Gambar 4.17). Alat gali muat yang digunakan
pada kegiatan ini yaitu Excavator Backhoe Komatsu PC300.

Gambar 4.17. Pemuatan Batu Kapur

Universitas Sriwijaya
53

Produktivitas alat angkut sangat tergantung dari


kapasistas bucket, efektifitas kerja, dan waktu edar (cycle
time). Untuk alat muat jenis excavator, 1 kali waktu edar
(cycle time) terdiri dari 4 segmen yaitu waktu Gali(load
bucket), waktu swing isi (swing loaded), waktu isi (dump
bucket), waktu swing kosong (swing empty).

4.2.6.2. Pengangkutan (Hauling)


Pada tambang terbuka yang tidak menggunakan alat
continous miner, dibutuhkan alat angkut yang digunakan
untuk mengangkut bahan galian menuju crusher. Alat angkut
yang biasa digunakan di PT Semen Baturaja (Persero) Tbk.,
yakni dump truck dengan pengangkutan jarak dekat (kurang
dari 5 km) biasanya memakai dump truck.
Dump truck merupakan alat angkut yang dipakai
untuk mengangkut overburden, endapan bijih, batuan hasil
peledakan, dan lain lain (gambar 4.18). Dump truck bergerak
dengan luwes (flexible), artinya bisa dipakai untuk
mengangkut bermacam-macam barang dengan muatan
yang bentuk dan jumlahnya beraneka ragam pula, dan tidak
terlalu tergantung pada jalur jalan.

Universitas Sriwijaya
54

Gambar 4.18. Pengangkutan Batu Kapur

Pengangkutan batu kapur (hauling limestone)


bertujuan untuk memindahkan material batu kapur yang
telah diledakan menuju crusher . Crusher di PT Semen
Baturaja (persero) tbk memliki 2 tempat yaitu cruser pabrik
BTA 1 dan pabrik BTA crusher 2.

4.3 Perhitungan Geometri Peledakan, Nilai Powder Factor


dan Produktivitas Alat Bor
4.3.1 Geometri Peledakan dan Niilai Powder Factor
Kegiatan peledakan batu kapur di PT Semen Baturaja (Persero) Tbk,
menggunakan detonator dengan berat 0,2 gram, dinamite 0,2 kg, dan bahan
peledak jenis ANFO untuk setiap lubang ledak. Bahan-bahan peledak
tersebut disimpan di gudang handak milik PT Semen Baturaja (Persero) Tbk.
Geometri peledakan yang digunakan oleh PT Semen Baturaja
(Persero) Tbk, untuk meledakan batu kapur terdapat pada tabel (Tabel 4.1).
Geometri peledakan ini diambil dari masing-masing level/blok yang akan
dilakukan peledakan. Data geometri peledakan secara rinci terdapat pada
(Lampiran F).

Tabel 4.1. Rekapitalusi Data Geometri Peledakan di lapangan

Level/Blok 31/42 Level/Blok 49/54


Parameter Geometri Notasi
18/03/2019 20/03/2019
Burden B 3m 3m 3m 3m
Spasing S 4m 5m 4m 5m
Tinggi Jenjang H 2,7 m 5,7 m 2,7 m 5,7 m
Subdrill J 0,3 m 0,3 m 0,3 m 0,3 m

Universitas Sriwijaya
55

Kedalaman Lubang L 3m 6m 3m 6m
Stemming T 2,2 m 3,2 m 2,1 m 3,2 m
Kolom Isian PC 0,8 m 2,8 m 0,9 m 2,8 m

Jumlah Lubang N 13 30 14 30

Berat Bahan Peledak / Lubang W 4 Kg 14 Kg 4,6 Kg 14 Kg

Selanjutnya, dilakukan pengolahan data lapangan dengan bantuan


software Microsoft Excel untuk mendapatan perhitungan loading density,
berat total handak, tonase material blasting, dan powder factor. Pada
softwareMs. Excel diberikan fungsi untuk perhitungan sebagai berikut:
W
1. Loading Density :
PC
...(4.2)
2. Berat Total Handak : ( w x n ) + ( n x Berat Primer ) ...(4.3)
3. Tonase material blasting : B x S x L x Berat Jenis Limestone x n ...
(4.4)
Berat Total Handak
4. Powder Factor ( PF ) : ...(4.5)
Tonase Material Blasting

Tabel 4.2. Realisasi Peledakan di Lapangan

Level/Blok 31/42 Level/Blok 49/54


Parameter Geometri Notasi
18/03/2019 27/02/2018

Loading Density De 5 Kg/m 5 Kg/m 5,1 Kg/m 5 Kg/m

Berat Total Handak E 54,6 Kg 426 Kg 67,2 Kg 426 Kg

Tonase Material 902,304 971,712


Blasting
W 5205,6 ton 5205,6 ton
ton ton

Powder Factor PF 0,06 0,082 0,07 0,082

Rata-rata PF/hari PF/d 0,074

Universitas Sriwijaya
56

Berdasarkan Tabel 4.2, dapat dilihat realisasi peledakan di lapangan


(Tabel 4.2) yang diambil dari setiap lokasi yang ingin dilakukan peledakan.
Pada tiap harinya jumlah powder factor yang terhitung berada diantara 0,6
hingga 0,08 Kg/ton per hari dengan rata-rata powder factor yang dipakai
perhari 0,074 Kg/ton per hari. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai
powder factor yang digunakan oleh PT Semen Baturaja (Persero) Tbk. tidak
termasuk baik dimana standar yang harus digunakan 0.2 kg/ton sampai 0.3
kg/ton (Badan Diklat ESDM, 2010). Tetapi, dengan melihat kondisi secara
langsung di lapangan nilai powder factor 0,074 Kg/ton sudah termasuk
kategori baik, karena lokasi penambangan PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
berada dekat dengan pemukiman.

4.3.2 Perhitungan Produktivitas Alat Bor


4.3.2.1 Cycle Time Alat Bor
Alat bor yang digunakan oleh PT Semen Baturaja
(Persero) Tbk.adalah jeis Rockdrill Crawler Drill Furukawa
PCR200 serta menggunakan Compressor XAS 405
Teknis pengambilan data dilakukan dengan menghitung
waktu yang dibutuhkan oleh rockdrill untuk melakukan 1 kali
pemboran pada kedalaman 3m dan 6m (Waktu Pindah, Waktu
Pointing, Waktu Bor Batang Bor 1, Waktu Tambah Batang Bor 2, Waktu Bor
Batang Bor 2, Waktu Cabut Batang Bor dan Waktu Hambatan) dengan
menggunakan stopwatch untuk cycle time (Tabel 4.3).
Pengambilan data dilakukan di 2 blok yang berbeda
yaitu blok 49/54 dan 31/42 dengan total data yang diambil
sebanyak 41 data.

Tabel 4.3. Cycle Time Alat Bor

No Kedalaman Lokasi Compressor Cycle Time


49/54
1 3m Compressor XAS 405 3,47 menit
31/42

Universitas Sriwijaya
57

2 6m 31/42 Compressor XAS 405 10,09 menit

4.3.2.2 Produktivitas Alat Bor


4.3.2.2.1.Produktivitas Alat Bor untuk Kedalaman 3 Meter
Pada lokasi 49/54 dan pada lokasi 31,42 terdapat satu buah alat bor
yaitu Crawler Furukawa Drill PCR200 yang melakukan kegiatan
pengeboran dengan kedalaman 3 meter dengan cycle time rata-rata 3,47
menit. Produktivitas pengeboran berdasarkan kecepatan pemboran
merupakan jumlah kedalaman lubang ledak yang di hasilkan per jam, jadi :

Kedalamanrata−rata(m)
Produktivitas pemboran=
Cycle time rata−rata(menit)

3m
=
3,47 menit

= 0,8634 m/menit

Produktivitas Pemboran = 51,8 m/jam


4.3.2.2.2. Produktivitas Alat Bor untuk Kedalaman 6 Meter
Pada blok 31/42 terdapat satu buah alat bor yaitu Crawler Furukawa
Drill PCR200 yang melakukan kegiatan pengeboran dengan kedalaman 6
meter dengan cycle time 10,089 menit. Produktivitas pengeboran
berdasarkan kecepatan pemboran merupakan jumlah kedalaman lubang
ledak yang dihasilkan per jam, jadi:

Kedalamanrata−rata(m)
Produktivitas pemboran=
Cycle time rata−rata(menit)

6m
=
10,089 menit

= 0,5947 m/menit

Produktivitas Pemboran = 35,682 m/jam

4.4 Perhitungan Produktivitas Alat Gali Muat dan Alat Angkut

Universitas Sriwijaya
58

4.4.1 Perhitungan Produktivitas Alat Gali Muat di Blok 2A/40 dan Blok
48/49
Untuk produktivitas alat muat yang digunakan pada
tambang batu kapur PT Semen Baturaja (Persero) Tbk.
adalah jenis Excavator Backhoe Komatsu PC 300.
Pengambilan data dilakukan dengan mengambil data
sebanyak 40 data untuk cycle time (Tabel4.4). Pengambilan
data dilakukan di 2 blok nilai cycle time yang berbeda yaitu
blok 2A/40 dengan cycle time 0,53 dan blok 48/49 sebesar
0,54 , dengan pengambilan data sebanyak 40 buah disetiap
bloknya pada 12-13 maret 2019. Perhitungan cycle time alat
muat terdiri dari jumlah waktu gali, waktu swing isi, waktu
dumping, waktu swing kosong dan waktu piling. (Lampiran
D)

a. Produktivitas Excavator Lokasi Blok 40/2A


Perhitungan alat muat Excavator untuk menentukan produktivitas
dengan cycle time 0.53 menit (Lampiran). untuk menentukan produktivitas
alat muat yang sebenarnya dicari dengan perhitungan berikut:
Diketahui:
Target Produksi = 10000 ton/hari
Density batu kapur = 2,41 ton/m3
Swell factor (SF) = 60 %
Effisiensi kerja = 83 %
Kapasitas bucket = 2,1 m3
Jumlah pengisian (n) = 8 kali
Bucket fill factor = 80 %
Cycle time rata-rata = 0,53 menit
Jam 1 shift kerja = 16 jam
Jam kerja efisien = 13, 28 jam

Universitas Sriwijaya
59

2,1 m3 x 0,83 x 0,8 x 0,6 x 60 menit/ jam


Produktivitas=
0,53 menit

Produktivity = 94,71 BCM/jam


Produktivitas/hari = 94,71 BCM /jam x 13,28 jam/hari
Produktivitas/hari = 1257,8 BCM/hari
Untuk permitaan perusahaan dalam ssatuan (ton/hari)
Produktivitas ton/hari = 1257,8 BCM/hari x density batuan
Produktivitas ton/hari = 1257,8 BCM/hari x 2,41 ton/m3
Produktivitas ton/hari = 3031,293 ton/hari

Jadi produktivitas batu kapur pada blok 40/2A untuk satu hari dengan
3 Fleet yakni 3 unit alat Excavator Backhoe KOMATSU PC300 adalah
sebesar:
Produktivitas total/hari = 3031,293 ton/hari x 3 unit excavator
Produktivitas total/hari= 9093,878 ton/hari
Dengan target produksi 10000 ton/hari, dan produktivitas total sebesar
9093,878 ton/hari untuk 3 fleet, maka target produksi tidaka tercapai.
Kebutuhan alat = 10000 ton/hari / 3031,293 ton/hari
= 3,2
= 4 unit
Dengan target produksi 10000 ton/hari dan produktivitas sebesar 3031,293
ton/hari diperlukan excavator sebanyak 4 unit sehingga jumlah unit
excavator tidak sesuai dengan kebutuhan

b. Produktivitas Excavator Lokasi Blok 48/49


Perhitungan alat muat Excavator untuk menentukan produktivitas
dengan cycle time 0.54 menit (Lampiran E). untuk menentukan
produktivitas alat muat yang sebenarnya dicari dengan perhitungan berikut:
Diketahui:
Target Produksi = 10000 ton/hari
Density batu kapur = 2,41 ton/m3
Swell factor (SF) = 60 %

Universitas Sriwijaya
60

Effisiensi kerja = 83 %
Kapasitas bucket = 2,1 m3
Jumlah pengisian (n) = 8 kali
Bucket fill factor = 80 %
Cycle time rata-rata = 0,54 menit
Jam 1 shift kerja = 16 jam
Jam kerja efisien = 13,28 jam
2,1 m3 x 0,83 x 0,8 x 0,6 x 60 menit/ jam
Produktivitas=
0,54 menit
Produktivitas = 92,96 BCM/jam
Produktivitas/hari = 92,96 BCM/jam x 13,28 jam/hari
Produktivitas/hari = 1234,5 BCM/hari
Untuk permitaan perusahaan dalam ssatuan (ton/hari)
Produktivitas ton/hari = 1234,5 BCM/hari x density batuan
Produktivitas ton/hari = 1234,5 BCM/hari x 2,41 ton/m3
Produktivitas ton/hari = 2975,118 ton/hari

Jadi produktivitas batu kapur pada blok 49/48 untuk satu hari dengan
3 Fleet yakni 3 unit alat Excavator Backhoe KOMATSU PC300 adalah
sebesar:
Produktivitas total/hari = 2975,118 ton/hari x 3unit excavator
Produktivitas total/hari = 8925,355 ton/hari

Dengan target produksi 10000 ton/hari, dan produktivitas total sebesar


8925,355 ton/hari untuk 3 fleet, maka target produksi tidak tercapai.
Kebutuhan alat = 1000 ton/hari / 2975,118 ton/hari
= 3,3 = 4 unit
Dengan target produksi 10000 ton/hari dan produktivitas pada 1 fleet
sebesar 2975,118 ton/hari diperlukan alat sebanyak 4 unit (1 unit untuk 1
fleet dan 2 nit 1 flleet ), sehingga jumlah unit excavator sesuai dengan
kebutuhan.

Universitas Sriwijaya
61

4.4.2. Produktivitas Dump Truck Nissan CWE 370 Lokasi Blok


2A/40 dan 48/49
Alat angkut yang digunakan oleh PT Semen Baturaja
(Persero) Tbk. adalah jenis Dump Truck Nissan CWE 370.
Dump truck jenis ini termasuk dump truck dengan
pengosongan kebelakang.
Teknis pengambilan data dilakukan dengan
menumpangi dump truck dan menghitung waktu yang
dibutuhkan oleh dump truck untuk melakukan 1 kali
pengangkutan (waktu tunggu muat, waktu manuver muat,
waktu muat/isi, waktu angkut, waktu tunggu dumping, waktu
manuver dumping, waktu dumping dan waktu kembali)
dengan menggunakan stopwatch untuk cycle time
(Tabel4.5).
Pengambilan data dilakukan di 2 blok dengan nomor
dump truck berbeda yaitu 016,053 (blok 40/2A) dan 009,059
(blok 49/48) yang memlik cycle time berbeda yaitu blok
40/2A sebesaar 19,08 menit, dan 49/48 sebesar 20,68 menit
dengan total data yang diambil sebnayak 60 data.

a. Produktivitas Dump Truck Lokasi Blok 40/2A


Dari perhitungan blok 40/2A ke Crusher pabrik 2 didapatkan
bahwa alat muat menunggu alat angkut. Oleh sebab itu diperlukan
perhitungan produktivitas alat angkut, untuk menentukan produktivitas alat
angkut yang sebenarnya dicari dengan perhitungan berikut:
Diketahui:
Target Produksi = 10000 ton/hari
Density batu kapur = 2,41 ton/m3
Swell factor (SF) = 60 %
Effisiensi kerja = 83 %
Kapasitas bucket = 2,1 m3
Jumlah pengisian (n) = 8 kali

Universitas Sriwijaya
62

Bucket fill factor = 80 %


Cycle time rata-rata = 20,68 menit
Jam 1 shift kerja = 16 jam
Jam kerja efisien = 13,28 jam

8 x 2,1m 3 x 0,83 x 0,8 x 60 menit/ jam


Produktivitas=
19,08 menit

Produktivity = 35,07 BCM/jam


Produktivitas/hari = productivitas/jam x jam kerja efisien/hari
= 35,07 BCM/jam x 13,28 jam/hari
Produktivitas/hari = 465,85 BCM/hari
Untuk produktivitas perusahaan dalam satuan (ton/hari)
Produktivitas ton/hari = 465,85 BCM/hari x density
= 465,85 BCM/hari x 2,41 ton/m3
=1122,7 ton/hari
Jadi produktivitas batu kapur pada blok 40/2A untuk satu hari dengan
3 Fleet yakni 3 unit alat Excavator Backhoe KOMATSU PC300, serta Dump
truck NISSAN UD CWE 370 sebanyak 9 buah adalah sebesar:
Produktivitas total/hari = 1122,7 ton/hari x 9 buah dump truick
Produktivitas total/hari = 10104,3 ton/hari
Dengan target produksi 10000 ton/hari, dan produktivitas total sebesar
9315,84 ton/hari, maka target produksi tercapai.
Kebutuhan alat = 10000 ton/hari / 1122,7 ton/hari
= 8,9
=9 unit
Dengan target produksi 10000 ton/hari dan produktivitas 1 dumptruck
per hari sebesar 1122,7 ton/hari, diperlukan alat sebanyak 9 unit untuk 3
fleet (3 unit untuk 1 fleet), sehingga jumlah unit dumptruck sesuai dengan
kebutuhan.

b. Produktivitas Dump Truck Lokasi Blok 48/49

Universitas Sriwijaya
63

Dari perhitungan blok 49/49 ke Crusher pabrik 1 didapatkan


bahwa alat muat menunggu alat angkut. Oleh sebab itu diperlukan
perhitungan produktivitas alat angkut, untuk menentukan produktivitas alat
angkut yang sebenarnya dicari dengan perhitungan berikut:
Diketahui:
Target Produksi = 10000 ton/hari
Density batu kapur = 2,41 ton/m3
Swell factor (SF) = 60 %
Effisiensi kerja = 83 %
Kapasitas Vessel = 30 ton
Jumlah pengisian (n) = 8 kali
Bucket fill factor = 80%
Cycle time rata-rata = 20,68 menit
Jam 1 shift kerja = 16 jam
Jam kerja efisien = 13,28 jam

8 x 2,1m 3 x 0,83 x 0,8 x 60 menit/ jam


Produktivitas=
2 0,68 menit

Produktivity = 32,36 BCM/jam


Produktivitas/hari = productivitas/jam x jam kerja efisien/hari
= 32,36 BCM/jam x 13,28 jam/hari
Produktivitas/hari = 429,8 BCM/hari
Untuk produktivitas perusahaan dalam satuan (ton/hari)
Produktivitas ton/hari =429,81 BCM/hari x density
=429,81 BCM/hari x 2,41 ton/m3
=1035,841 ton/hari

Jadi produktivitas batu kapur pada blok 49/48 untuk satu hari dengan
3 Fleet yakni 3 unit alat Excavator Backhoe KOMATSU PC300, serta Dump
truck NISSAN UD CWE 370 sebanyak 9 buah adalah sebesar:
Produktivitas total/hari = 1037,168 ton/hari x 9 buah dump truck
Produktivitas total/hari = 9334,512 ton/hari

Universitas Sriwijaya
64

Dengan target produksi 10000 ton/hari, dan produktivitas total


9334,512 ton/hari, maka target produksi tidak tercapai.
Kebutuhan alat = Target Produksi / produktivitas Dumptruck/hari
= 10000 ton/hari / 1037,168 ton/hari
= 9,6
= 10 unit
Dengan target produksi 10000 ton/hari dan produktivitas 1 dumptruck
sebesar 1037,168 ton/hari diperlukan alat sebanyak 10 unit untuk 3 fleet
(3unit untuk 1 fleet ) sehingga jumlah unit dumptruck sesuai dengan
kebutuhan.

c. Pengamatan Data Lapangan


Beberapa hal yang menyebabkan kurang optimalnya kinerja dari alat ini
sehingga target produksi yang dihasilkaaan tidak sesuai dengan target
perusahaa adalah :

1. Kondisi Crusher, limestone crusher yang dipakai seringkali


mengalamimasalah, seperti crusher yang tidak bekerja,dan juga ketika
hopper dari crusher ini terlalu penuh, maka dumptruck yang akan
menumpahkan material harus menunggu terlebih dahulu hingga hopper
bisa diisi kembali (Gambar 4.19). Selain itu motor grader dan
compactor terkadang harus meratakan jalan untuk posisi dumping,
sehingga dumptruck harus menunggu hingga proses selesai. Disinilah
salah satu letak permasalahan dimana cycle time dari dumptruck menjadi
lama atau besar, dikarenakandumptruck harus menunggu akibat keadaan
crusher yang tidak menentu.

Universitas Sriwijaya
65

Gambar 4.19.Antrian Dumptruck di Crusher (PT. Semen Baturaja


(Persero), Tbk. , 2019)

2. Kondisi Timbangan Dumptruck, timbangan yang digunakan untuk


menghitung berat material yang diangkut menuju ke crusher terkadang
sering mengalami masalah. Seperti sinyal yang digunakan pada saat
akan menimbang terkadang tidak stabil, hal ini menyebabkan
dumptruck yang akan menimbang material menunggu terlalu lama
sehingga terjadi antrian timbangan yang sangat panjang yang
mempengaruhi cycle timedumptruck menjadi terlalu lama. (Gambar
4.20)

(a) (b)

Gambar 4.20.Antrian Dumptruck di Timbangan (a) Pabrik 1 (b) Pabrik 2


(PT. Semen Baturaja (Persero), Tbk. , 2019)

Universitas Sriwijaya
66

3. Kondisi jalan tambang, jalan tambang yang dilalui dumptruck juga


berpengaruh terhadap cycle time dari dumptruck itu sendiri.Terkadang
saat musim hujan menyebabkan jalan yang dilalui oleh dumptruck
menjadi sedikit basah sehingga dumptruck harus mengurangi kecepatan
dan sedikit mengalami gangguan. Jika keadaaan jalan dilakukan
perawatan dan pengaliran air dengan baik, seingga keadaan jalan lebih
layak maka kemungkinan waktu edar akan menjadi lebih singkat.

Gambar 4.21.Kondisi Jalan Tambang (PT. Semen Baturaja (Persero),


Tbk. , 2019)
4. Produktivitas operator, produktivitas operator dumptruck juga
berpengaruh pada cycle time. Produktivitas setiap operator berbeda beda
berdasarkan keahlian mengendarai dan tingkat keawasan dari operator
tersebut.

4.4.3. Perhitungan Match Factor


a. Macth factor Limestone Lokasi L40/B2A
Excavator yang beroperasi : Komatsu PC 300
Dump Truck yang beroperasi : Dump Truck Nissan CWE 370
Jumlah Dump Truck : 3 Unit
Total Cycle Time DT : 19,08 Menit
Jumlah PC300 : 1 Unit
Total Cycle Time PC300 : 0,53 Menit

Universitas Sriwijaya
67

3 x 0,53 menit x 8
Match Factor :
1 x 19,08 menit
: 0,66
b. Macth factor Limestone Lokasi L49/B48
Excavator yang beroperasi : Komatsu PC 300
Dump Truck yang beroperasi : Dump Truck Nissan CWE 370
Jumlah Dump Truck : 3 Unit
Total Cycle Time DT : 20.68Menit
Jumlah PC300 : 1 Unit
Total Cycle Time PC300 : 0,54 Menit

3 x 0,54 menit x 8
Match Factor : 1 x 20,68 menit
: 0,63

Berdasarkan match factor yang didapat dari lokasi blok 40/2A sebesar
0,66 dan blok 49/48 sebesar 0,63, didapatkan nilai match factor rata-rata
sebesar 0,64 (< 1). Sehingga alat muat akan menunggu dumptruck di lokasi
penambangan.

4.4.4. Koreksi Jumlah Dumptruck agar Match Factor ≈ 1 (MF =1)


Match factor yang didapat dari data dilapangan menunjukan bahwa
jumlah alat angkut yang ada di tambang kapur PT Semen Baturaja (Persero),
Tbk tidak sesuai dengan kebutuhan, maka diperlukan perhitungan ulang
jumlah alat angkut di tambang kapur PT Semen Baturaja (Persero), Tbk.
Perhitungan jumlah kebutuhan alat angkut (Limestone) adalah sebagai
berikut :
a. Koreksi Jumlah Dumptruck Lokasi L40/B2A

Excavator yang beroperasi : Komatsu PC 300


Dump Truck yang beroperasi : Dump Truck Nissan CWE 370
Jumlah Dump Truck : 3 Unit

Universitas Sriwijaya
68

Total Cycle Time DT : 19,08 Menit


Jumlah PC300 : 1 Unit
Total Cycle Time PC300 : 0,53 Menit

Match Factor :

Jumlah DT x CT PC 300 x Banyak Pengisian


Jumlah PC 300 x CT DT

Jumlah PC x CT DT x Match Factor


Jumlah DT :
CT PC 300 x Banyak Pengisian

1 x 19,08 menit x 1
:
0,53 menit x 8
:4,5 ≈ 5
Jumlah DT yang dikoreksi : 5 Unit

b.Koreksi Jumlah Dumptruck L49/B48


Excavator yang beroperasi : Komatsu PC 300
Dump Truck yang beroperasi : Dump Truck Nissan CWE 370
Jumlah Dump Truck : 3 Unit
Total Cycle Time DT : 20.68 Menit
Jumlah PC300 : 1 Unit
Total Cycle Time PC300 : 0,54 Menit

Match Factor :

Jumlah DT x CT PC 300 x Banyak Pengisian


Jumlah PC 300 x CT DT

1 x 20.68 menit x 1
Jumlah DT :
0,54 menit x 8

:4,78 ≈ 5
Jumlah DT yang dikoreksi : 5 Unit

Universitas Sriwijaya
69

Jadi, Agar alat muat tidak sering menganggur maka diperlukan 5 Unit
dumptruck masing-masing blok sehingga dapat menghasilkan keserasian
match factor antara alat muat dan alat angkut pada lokasi (40/2A dan 49/48).
Dari koreksi jumlah alat dari kedua lokasi diatas (40/2A dan 49/48)
dibutuhkan penambahan rata-rata 2 unit dumptruck agar nilai match factor
≈ 1.

Tabel 4.4. Hasil Perhitungan Alat Gali Muat dan Angkut

Blok/ PRODUKTIVITAS PRODUKTIVITAS MACTH KESERASIA


level EXCAVATOR DUMPTRUCK FACTOR N
(TON/HARI) (TON/HARI) ALAT
2A/4 9093,878 10104,3 0,66 5
0
48/49 8925,355 9334,512 0,63 5

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai