Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

RELAY TEGANGAN

DISUSUN OLEH : 1. GALIH TUNGGUL V. ( 3.22.13.3.07 / KE 3D )

2. KUKUH SWASITO W ( 3.22.13.3.10 / KE 3D )

3. NUR AZIZ WICAKSONO ( 3.22.13.3.15 / KE 3D )

4. RIZKI INDRAYANTO ( 3.22.3.13.17 / KE 3D )

PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI

JURUSAN TEKNIK MESIN

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

2015
Daftar Isi

BAB I Pendahuluan .................................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................................. 2

BAB II ISI ................................................................................................................................ 3

2.1 Pendahuluan ....................................................................................................................... 3

2.2 Prinsip Kerja Dasar ............................................................................................................. 3

2.3 Rangkaian Rele Tegangan .................................................................................................. 5

2.3.1 Rangkaian masukan ............................................................................................... 5


2.3.2 Rangkaian Pembanding Tegangan ......................................................................... 6
2.3.3 Rangkaian Tunda ................................................................................................... 8
2.3.4 Rangkaian Penggerak Rele Keluaran .................................................................... 9
2.3.5 Rangkaian Catu Daya .......................................................................................... 11
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 13
3.1. KESIMPULAN ............................................................................................................... 13
Daftar Pustaka ........................................................................................................................ 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keandalan dan kemampuan suatu sistem tenaga listrik dalam melayani konsumen
sangat tergantung pada sistem proteksi yang digunakan. Oleh sebab itu dalam
perencangan suatu sistem tenaga listrik perlu dipertimbangkan kondisi-kondisi gangguan
yang mungkin terjadi pada sistem, melalui analisa gangguan.
Pada dasarnya gangguan dapat terjadi karena kegagalan operasi peralatan dalam
sistem, kesalahan manusia dan karena alam. Langkah yang dapat diambil untuk
mencegah terjadinya gangguan antara lain dengan menggunakan isolasi yang baik,
membuat koordinasi isolasi dan menghindarkan kesalahan operasi. Tetapi langkah –
langkah tersebut dibatasi oleh faktor ekonomis dan alam. Karenanya para engineer
sepakat : gangguan boleh saja terjadi dan tidak dapat dihindari namun dampaknya harus
diminimisasi. Dari hasil analisa gangguan, dapat ditentukan sistem proteksi yang akan
digunakan, seperti: spesifikasi switchgear, rating circuit breaker (CB) serta penetapan
besaran-besaran yang menentukan bekerjanya suatu relay (setting relay) untuk keperluan
proteksi.
Salah satu gangguan yang dapat terjadi pada instalasi listrik adalah tegangan yang
tidak stabil, maka diperlukan suatu alat proteksi yaitu relay tegangan yang dapat
digunakan untuk meminimalisir gangguan pada konsumen.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latarbelakang diatas maka dapat dirumuskan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Pengertian relay tegangan.
2. Prinsip kerja dari relay tegangan.
3. Macam-macam rangkaian relay tegangan.

1
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan sebagai berikut :
1. Kita dapat mengetahui relay tegangan itu sendiri.
2. Kita dapat mengetahui prinsip kerja relay dalam suatu rangkaian.
3. Kita bisa mengetahui macam-macam rangkaian relay tegangan

2
BAB II
ISI

2.1 Pendahuluan
Salah satu hal yang harus dihindari pada pengoperasian peralatan listrik ialah
kelebihan tegangan (overvoltage) ataupun kekurangan tegangan (undervoltage).
Kelebihan tegangan hampir dapat dipastikan akan merusak setiap peralatan listrik. Hal
ini umumnya akan menyebabkan timbulnya panas yang belebihan sehingga dapat
menyebabkan terbakarnya peralatan listrik tersebut. Sebaliknya, kekurangan tegangan
belum tentu merusak peralatan listrik. Pada beberapa peralatan listrik seperti lampu pijar
ataupun peralatan lain yang bersifat resistip, kekurangan tegangan tidak akan
membahayakan peralatan tersebut. Tetapi bagi beberapa peralatan lain seperti motor
induksi, kekurangan tegangan dapat menyebabkan faktor daya (cos-ϕ) yang terlalu
rendah. Hal ini akan menyebabkan arus peralatan tersebut terlalu besar, sehingga
menimbulkan panas yang berlebihan dan pada akhirnya akan merusak peralatan tersebut.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan ini maka suatu panel distribusi
tegangan rendah umumnya dilengkapi dengan rele tegangan yang berfungsi untuk
memantau tegangan busbar. Jika nilai tegangan ini keluar dari batas-batas aman maka
rele ini akan membuka pemutus CB utama sehingga catuan daya ke panel tersebut akan
diputus. Selain rele tegangan panel ini juga dilengkapi dengan beberapa peralatan
proteksi lain, seperti rele arus lebih (OCR), monitor fasa (RCP) dan lain sebagainya.
Tulisan ini hanya membahas tentang rele tegangan.

2.2 Prinsip Kerja Dasar


Relay adalah saklar elektronik yang dapat membuka atau menutup rangkaian
dengan menggunakan kontrol dari rangkaian elektronik lain. Sebuah relay tersusun atas
kumparan, pegas, saklar (terhubung pada pegas) dan 2 kontak elektronik (normally close
dan normally open)
a) Normally close (NC) : saklar terhubung dengan kontak ini saat relay tidak aktif atau
dapat dikatakan saklar dalam kondisi terbuka.

3
b) Normally open (NO) : saklar terhubung dengan kontak ini saat relay aktif atau dapat
dikatakan saklar dalam kondisi tertutup.

Secara prinsip, relay merupakan tuas saklar dengan lilitan kawat pada batang besi
(solenoid) di dekatnya, Ketika solenoid dialiri arus listrik, tuas akan tertarik karena
adanya gaya magnet yang terjadi pada solenoid sehingga kontak saklar akan menutup.
Pada saat arus dihentikan, gaya magnet akan hilang, tuas akan kembali ke posisi semula
dan kontak saklar kembali terbuka.
Rele tegangan elektronik umumnya mendeteksi besarnya tegangan melalui trafo
tegangan atau yang lebih dikenal sebagai PT (potensial transformer). PT berfungsi untuk
menurunkan tegangan yang masuk ke rele dan sekaligus mengisolasi rele dari tegangan
rangkaian yang diukur. Masukan PT umumnya adalah 110V atau 220V sedangkan
keluarannya adalah tegangan yang berkisar antara 12V hingga 24V, tergantung dari
rangkaian yang digunakan. Tegangan keluaran PT ini selanjutnya dibandingkan dengan
dua tegangan acuan, sebut saja VA untuk tegangan acuan atas dan VB untuk tegangan
acuan bawah. Jika tegangan keluaran PT lebih besar dari VA maka rele keluaran
pertama akan diaktipkan. Sebaliknya jika tegangan keluaran PT lebih kecil dari VB
maka rele keluaran kedua yang akan diaktipkan.
Untuk memudahkan proses perbandingan maka besaran yang dibandingkan adalah
tegangan searah. Untuk itu maka tegangan keluaran PT harus terlebih dahulu diubah
menjadi tegangan searah.Besarnya tegangan searah yang dihasilkan selanjutnya
dibandingkan dengan tegangan acuan yang dapat diatur.
Agar dapat mengabaikan kelebihan atau kekurangan tegangan yang berlangsung
sesaat (transient), maka rele tegangan biasanya dilengkapi dengan rangkaian tunda
(delay) yang dapat menunda kerja kontak keluaran.Lamanya tundaan waktu dapat diatur,
umumnya berkisar antara 0 hingga 10 detik.

4
2.3 Rangkaian Rele Tegangan
Seperti telah disebutkan sebelumnya, rele tegangan lebih ini mendeteksi tegangan
melalui suatu PT. Agar sesuai dengan alat-alat ukur lain yang terpasang pada panel
generator maka tegangan masukan nominal dari rele tegangan umumnya adalah 110V
atau 220V. Karena rele ini hanya membutuhkan daya yang kecil maka PT yang
digunakan adalah PT yang berdaya sangat rendah, umumnya berkisar antara 2 sampai
5VA. Untuk menghemat biaya pembuatan maka seringkali PT yang sama digunakan
juga sebagai sumber daya bagi rangkaian elektronik yang digunakan. Untuk itu
digunakan PT dengan dua buah belitan sekunder yang terpisah.Rancangan yang dibahas
menggunakan dua buah trafo yang terpisah.Dengan demikian diharapkan agar tegangan
yang dipantau tidak dipengaruhi oleh pembebanan dari catudaya rangkaian elektronik.

2.3.1 Rangkaian masukan


Tegangan masukan diturunkan sekaligus diisolasi oleh trafo T1 dan
disearahkan oleh dioda D1 dan D2, seperti yang diperlihatkan pada gambar-1.

Gambar 1. Rangkaian masukan

Selanjutnya tegangan ini ditapis oleh kapasitor C1 untuk menghilangkan


kerut (ripple). Besarnya tegangan jepit dari C1 adalah :
𝐼𝐷𝐶
VC1 ≅ Vm −
4𝑓𝐶
Dan Vm ≅ √2 𝑥 𝑉𝑆𝐸𝐾

5
Dimana: VSEK : tegangan sekunder trafo
IDC : arus beban
F : frekuensi jalajala
C : kapasitansi C1 adalah tegangan sekunder dari trafo T1.

Sebelum diteruskan ke rangkaian pembanding, tegangan ini disesuaikan oleh


tahanan R1 dan R2 yang membentuk rangkaian pembagi tegangan reisitip.
Besarnya tegangan yang diterima pembanding adalah :
𝑅2
𝑉𝑆 = .𝑉
𝑅1 + 𝑅2 𝐶1

2.3.2 Rangkaian Pembanding Tegangan


Sebagai pembanding tegangan digunakan opamp yang mempunyai faktor
penguatan tegangan loop terbuka (AV) yang mendekati tak terhingga. Oleh karena
itu jika tegangan pada masukan tak-membalik sedikit lebih tinggi dari tegangan
pada masukan membaliknya maka keluaran pembanding akan jenuh tinggi dan
bernilai mendekati nilai VCC (tegangan catuan). Sebaliknya jika tegangan pada
masukan membalik sedikit lebih tinggi dari tegangan pada masukan tak-
membaliknya maka keluaran pembanding akan jenuh rendah sehingga tega-
ngannya mendekati nol. Rangkaian dari pembanding tegangan ini diperlihatkan
pada gambar-2.

6
Gambar 2. Rangkaian pembanding tegangan

Penguat A1 membandingkan tegangan VS yang dihubungkan ke masukan tak


membaliknya (non-inverting input) dengan tegangan acuan VA yang dihubungkan
ke masukan membaliknya (inverting input).Tegangan acuan VA adalah ambang
tegangan maksimum yang diperkenankan.

Tegangan ini diperoleh dari kontak geser (wiper) potensiometer VR1. Jika
VS > VA maka keluaran A1 akan jenuh positip sehingga tegangan keluaran A1
akan mendekati tegangan catu, yaitu 12VDC. Sebaliknya jika VS < VA maka
keluaran A1 akan jenuh negatip sehingga tegangan keluarannya akan mendekati
nol.

Penguat A2 membandingkan tegangan VS yang dihubungkan ke masukan


membaliknya dengan tegangan acuan VB yang dihubungkan ke masukan tak
membaliknya.Tegangan acuan VB adalah ambang tegangan minimum yang

7
diperkenankan.Tegangan ini diperoleh dari kontak geser potensiometer VR2. Jika
VS < VB maka keluaran A1 akan jenuh positip sehingga tegangan keluaran A2
akan mendekati tegangan catu. Sebaliknya jika VS > VB maka keluaran A2 akan
jenuh negatip sehingga tegangan keluarannya akan mendekati nol. Oleh karena itu
agar tegangan keluaran dari penguat A1 dan A2 mendekati nol maka besarnya
tegangan VS haruslah :

VB < VS < VA

Nilai tahanan R3, R4, VR1 dan VR2 ditentukan sedemikian rupa agar kisar
pengaturan VA memungkinkan kisar tegangan masukan dari 220V hingga 240V
dan kisar pengaturan VA memungkinkan kisar tegangan masukan dari 200V
hingga 220V.

2.3.3 Rangkaian Tunda


Agar dapat mengabaikan kenaikan atau penurunan tegangan yang berlaku
sesaat (transien), maka rele tegangan ini dilengkapi dengan rangkaian tunda.Untuk
itu maka keluaran dari rangkaian pembanding selain diteruskan ke rangkaian
penggerak rele keluaran, juga dilewatkan melalui suatu rangkaian tunda, seperti
yang diperlihatkan pada gambar-3.

Gambar 3. Rangkaian tunda

8
Rangkaian tunda ini terdiri dari VR3, C2 dan N1. Jika bernilai tinggi,
keluaran penguat A1 dan A2 masing-masing akan meng-enable gerbang N2 dan
N3. Selain itu, kedua keluaran ini juga akan mengisi kapasitor C2 melalui dioda
D3 dan D4 dan VR3.

Kapasitor C2 ini berfungsi untuk menunda pengaktipan (enable) gerbang-


gerbang N2 dan N3 melalui gerbang N1. Ketiga gerbang ini adalah gerbang AND
dari keluarga CMOS (Complementary Metal Oxide Semiconductor). Tujuan
penggunaan CMOS adalah untuk mendapatkan nilai hambatan masukan yang
mendekati tak terhingga agar tidak membebani kapasitor C2. Lamanya tundaan
waktu adalah sama dengan waktu yang dibutuhkan untuk mengisi kapasitor C2
agar tegangan jepitnya mencapai tegangan ambang (treshold) logika tinggi dari
gerbang N1. Lamanya tundaan waktu dapat dinyatakan sebagai :

tD≅ 0,7.VR3.C2 detik

Dengan mengatur nilai VR3 maka tundaan waktu ini dapat disesuaikan
dengan kebutuhan.

2.3.4 Rangkaian Penggerak Rele Keluaran


Rele tegangan yang dibahas mempunyai dua buah rele keluaran.Satu untuk
menyatakan tegangan lebih dan satu untuk menyatakan tegangan kurang.Masing-
masing rele ini digerakkan oleh suatu transistor bipolar, seperti yang diperlihatkan
pada gambar-4.

9
Gambar 4. Rangkaian penggerak rele keluaran

Jika keluaran A1 bernilai tinggi pada akhir tundaan waktu ini maka keluaran
gerbang N2 akan tinggi sehingga memberikan arus basis pada transistor Q1.
Besarnya arus basis ini adalah :

𝑉𝑂𝐻 − 𝑉𝐵𝐸 𝑉𝐵𝐸


𝐼𝐵 = −
𝑅6 𝑅7

Dimana: VOH : Tegangan keluaran logika tinggi N2


VBE : Tegangan basis-emiter Q1
Hal ini akan menyebabkan Q1 menghantar sehingga pada kolektornya akan
mengalir arus sebesar :

IC = hFE.IB

dimana hFE adalah faktor penguatan arus searah dari transistor yang digunakan.
Arus kolektor ini akan menyebabkan rele RL1 bekerja.

10
Sebaliknya jika keluaran A2 yang bernilai tinggi pada akhir tundaan waktu
ini maka keluaran gerbang N3 yang akan tinggi sehingga memberikan arus basis
pada transistor Q2. Hal ini akan menyebabkan Q2 menghantar sehingga rele RL2
yang akan bekerja.

Dengan demikian maka akan tersedia satu kontak untuk tegangan lebih dan
satu kontak untuk tegangan kurang. Untuk mendapatkan sinyal yang menyatakan
keduanya maka untuk rele-rele RL1 dan RL2 dapat digunakan rele dengan dua
kontak, dimana kedua kontak tersebut dihubungkan paralel atau seri, tergantung
pada kebutuhan.

2.3.5 Rangkaian Catu Daya


Op-amp umumnya membutuhkan catudaya ganda yang berkisar antara
±6VDC hingga ±18VDC atau catudaya tunggal yang berkisar antara +12VDC
hingga +36VDC.Gerbang CMOS membutuhkan catudaya tunggal yang berkisar
antara +3VDC hingga +15VDC.Rele arus searah tersedia untuk tegangan-tegangan
6, 12, 24, 110, dan 220VDC.Agar dapat mencatu seluruh komponen yang
digunakan pada rangkaian maka catuan yang dipilih adalah +12VDC.Untuk itu
maka rele keluaran yang digunakan adalah rele dengan kumparan
12VDC.Tegangan catuan sebesar +12VDC dapat diperoleh dari catudaya yang
diperlihatkan pada gambar-7.Pada catudaya ini, tegangan jala-jala diturunkan oleh
trafo tegangan T2 ke nilai yang sesuai.Trafo ini sekaligus berfungsi untuk
mengisolasi rangkaian dari tegangan jala-jala.Selanjutnya tegangan sekunder dari
T2 disearahkan oleh pasangan dioda D7 dan D8 yang membentuk penyearah
gelombang penuh, untuk selanjutnya ditapis oleh kapasitor C3 untuk
menghilangkan kerut.Tegangan yang dihasilkan masih dipengaruhi oleh
pembebanan.Oleh karena itu untuk menstabilkan tegangan ini digunakan regulator
seri berupa suatu rangkaian terpadu atau IC (integrated circuit) tipe LM7812.

11
Gambar 5. Rangkaian catudaya
IC regulator ini akan mempertahankan tegangan keluarannya sebesar
+12VDC untuk tegangan masukan yang berkisar dari +14VDC hingga +35VDC.
Daya yang hilang atau disipasi daya pada regulator adalah :

PD ≅ (VIN – 12V).IL Watt

Dimana: PD : disipasi daya


VIN : tegangan masukan regulator
IL : arus beban

Disipasi daya ini akan diubah menjadi panas. Agar regulator tidak menjadi
terlalu panas maka panas ini harus dibuang dengan menggunakan pendingin atau
heatsink.Agar daya yang hilang tidak terlalu banyak maka VIN harus dibuat
serendah mungkin, namun dapat mengantisipasi turun naiknya VIN disebabkan
oleh perubahan arus beban dan turun naiknya tegangan jala-jala.
Keluaran dari regulator ini ditapis lebih lanjut oleh kapasitor C6 untuk
menghiangkan kerut sehingga pada keluaran regulator akan diperoleh tegangan
searah sebesar +12VDC yang benar-benar stabil dan bebas kerut.

Kapasitor C4 dan C5 berfungsi untuk menjamin agar IC regulator tidak


berosilasi, sesuai dengan yang dianjurkan oleh pabrik pembuatnya.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1. Relay tegangan lebih adalah relay yang digunakan untuk memantau tegangan busbar.
Jika nilai tegangan ini keluar dari batas-batas aman maka rele ini akan membuka
pemutus CB utama sehingga catuan daya ke panel tersebut akan diputus.
2. Relay merupakan tuas saklar dengan lilitan kawat pada batang besi (solenoid) di
dekatnya, Ketika solenoid dialiri arus listrik, tuas akan tertarik karena adanya gaya
magnet yang terjadi pada solenoid sehingga kontak saklar akan menutup. Pada saat
arus dihentikan, gaya magnet akan hilang, tuas akan kembali ke posisi semula dan
kontak saklar kembali terbuka.
3. Rangkaian relay tegangan terdiri dari Rangkaian Masukan, Rangkaian Pembanding
Tegangan, Rangkaian Tunda, Rangkaian Penggerak Relay Keluaran dan Rangkaian
Catu Daya.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://einstenmuda.blogspot.co.id/2014/09/makalah-relay-pada-rangkaian.html

http://zebulonmanalu2010.blogspot.co.id/2012/06/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html

http://dokumen.tips/documents/makalah-sistem-proteksi-transmisi-tenaga-listrik.html

14

Anda mungkin juga menyukai