BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dunia farmasi, alasannya karena suatu obat baru dapat diabsorbsi setelah
zat aktifnya terlarut dalam cairan di usus, sehingga salah satu usaha
antarmolekul obat.
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan
Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat
larutan, dan dalam tingkat yang lebih kecil, bergantung pada bentuk
kelarutan parasetamol.
1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara
kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat
mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapaat larut, biasanya
2004 h.465).
Pada umumnya, kelarutan kebanyakan zat padat dan zat cair dalam
solven cair bertambah dengan naiknya temperatur. Untuk gas dalam zat
cair, kelakuan yang sebaliknya terjadi. Proses larut untuk gas dalam zat
terpisah satu sama lain dan efek panas yang dominan akan timbul akibat
yang untuk gas terjadi bilamana ia meninggalkan larutan. Oleh karena itu,
gas-gas menjadi kurang larut jika temperatur zat cair di mana gas
hidrogen dan hidroksil. Garam dapar yang umum seperti asetat, fosfat,
negatif sekalipun kecil sekali, karena air selain dapat mengubah nilai
koefisien keaktifan ia juga dapat bertindak sebagai asam lemah dan basa
suatularutan terhadap penambahan asam kuat, basa kuat atau zat-zat lain
yang dapat mengubah konsentrasi ion hidrogen larutan itu. Terbukti pula
∆B
𝛽=
∆pH
1990, h. 466).
Kerja dapar dalam tubuh yaitu darah selalu berada pada pH 7,4 hal itu
garam Na+ asam basa dari asam fosfat yang berlaku sebagai dapar.
Protein plasma yang berlaku sesabagai dapar: sebagai asam dalam darah
hemoglobin atau garam kalsium basa/ asam dari asam fosfat (Martin,
1990, h. 474).
dengan air, sedangkan gugus lipofilik bersifat non polar dan mudah
gugus harus lebih dominan jumlahnya. Bila gugus polarnya yang lebih
minyak lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinu
B. Uraian Bahan
Rumus Struktur :H O H
Kegunaan : Pelarut.
bagian
alkali hidroksida.
cahaya.
berwarna,
tidak berbau.
3. Kocok dengan stirer selama 1,5 jam. Jika ada endapan yang larut
80 yang digunakan.
1. Hitung jumlah asam dan garamnya atau basa dan garamnya yang
dibuat.
dalamnya.
3. Kocok larutan dengan tirer selama 1,5 jam. Jika ada endapan yang
dengan pH larutan.
BAB III
METODE KERJA
gelas kimia, kertas saring, labu ukur, magnetik stirrer, pipet tetes, stirer,
C. Cara Kerja
tersebut dengan stirer selama 1 jam, kalau ada endapan yang larut
larutan dengan stirer selama 1 jam. Jika ada endapan yang larut
BAB IV
A. Hasil Pengamatan
PPM Absorbansi
8 0,260
10 0,322
12 0,395
14 0,462
16 0,526
18 0,591
20 0,660
22 0,720
24 0,777
PPM Absorbansi
4 0,228
6 0,371
8 0,505
10 0,637
12 0,777
6 0,272
8 0,204
10 0,783
Konsentrasi Absorbansi
1% 0,812
2% 0,805
3% 0,798
4% 0,275
5% 0,888
6% 0,777
7% 0,928
8% 0,802
9% 0,666
10% 0,458
120000
100000
98039,22
80000
60000 Series 1
40000
20000
0
1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10%
Konsentrasi Tween
B. Pembahasan
meningkatkan ke larutan bahan yang tidak larut atau sedikit larut dalam
semakin besar juga kelarutan zat tersebut.hal ini sesuai dengan apa yang
begitupun sebaliknya.
ukur.
604,8387 mg/mL.
kelarutan paracetamol lebih tinggi pada pH yang lebih rendah (lebih asam)
diabsorbsi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang bisa saya ambil dari percobaan kali ini
lebih meningkatkan kelarutan suatu zat menurut Martin, 1993. Tetapi pada
ialah, semakin meningkat nilai pH suatu larutan, maka semakin besar juga
kelarutan zat tersebut.hal ini tidak sesuai dengan apa yang telah
sebaliknya.
B. Saran
1. Asisten
2. Laboratorium
pratikum.
3. Praktikan
melakukan percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A. Skema Kerja
(pH 6, 8, 10)
(pH 6, 8, 10)
B. Perhitungan
Diketahui:
a : -0,042
b : 0,0682
r : 0.9999
a) pH 6
dit : konstanta (X) ?
𝑦−𝑎 𝑣.𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
X1 = x fp fP =
𝑏 𝑣.𝑑𝑖𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡/𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,272−(−0,042) 50 𝑚𝐿 10 𝑚𝐿
= x 5000 = x
0,0682 0,1 𝑚𝐿 1 𝑚𝐿
X1 = 230,2053 mg / 10 mL
b) pH 8
dit : konstanta (X) ?
𝑦−𝑎 𝑣.𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
X1 = x fp fP =
𝑏 𝑣.𝑑𝑖𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡/𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,204−(−0,042) 50 𝑚𝐿 10 𝑚𝐿
= x 5000 = x
0,0682 0,1 𝑚𝐿 1 𝑚𝐿
X1 = 180,3519 mg / 10 mL
c) pH 10
dit : konstanta (X) ?
𝑦−𝑎 𝑣.𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
X1 = x fp fP =
𝑏 𝑣.𝑑𝑖𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡/𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,783−(−0,042) 50 𝑚𝐿 10 𝑚𝐿
= x 5000 = x
0,0682 0,1 𝑚𝐿 1 𝑚𝐿
X1 = 604,8387 mg / 10 mL
Untuk pH 6
1. pKa = 7,21
[garam]
pH = pKa + log
[asam]
[garam]
6 = 7,21 + log
[asam]
[garam]
log = −1,21
[asam]
[garam]
= Antilog(−1,21)
[asam]
[garam]
= 0,062
[asam]
Ka [H3 O+ ]
β = 2, 3. C
(Ka + [H3 O+ ])2
6,166 × 10−14
0,01 = 2,3. C
[(0,06166 × 10−6 ) + (1 × 10−6 )]2
6,166 × 10−14
0,01 = 2,3. C
[1,06166 x 10−6 ]2
6,166 × 10−14
0,01 = 2,3. C
1,127 x 10−12
3. C = [garam] + [asam]
0,079 = 1,062[asam]+1[asam]
0,079 = 1,062[asam]+1[asam]
0,079
[asam] = = 0,074 M
1,062
= 4,588 x 10-3 M
Untuk asam:
gr 1000
M = BM X v
𝑔𝑟 1000
0,074 = 137,99 𝑥 100
0,074 𝑥 137,99
gr = 10
gr = 1,021 g
Untuk garam:
gr 1000
M = BM X v
𝑔𝑟 1000
4,588 x 10−3 = 358,14 𝑥 100
gr = 0,164 g
Untuk pH 8
1. pKa = 7,21
[garam]
pH = Pkb + log
[asam]
[garam]
8 = 7,21 + log
[asam]
[garam]
log = 0,79
[asam]
[garam]
= Antilog 0,79
[asam]
[garam]
= 6,166
[asam]
Ka (H3 O+ )
β = 2, 3. C
(Ka + [H3 O+ ])2
6,166 × 10−16
0,01 = 2,3 C
51,35 × 10−16
0,01 = 0,276 C
0,01
C= = 0,036 mol/L
0,276
3. C = [garam] + [asam]
0,036
[asam] = = 5,024 x 10−3 𝑀
7,166
= 30,98 x 10−3 𝑀
Untuk asam:
gr 1000
M = X
BM v
𝑔𝑟 1000
5,024 x 10−3 = 137,99 𝑥 100
gr = 0,69 g
Untuk garam:
gr 1000
M = BM X v
𝑔𝑟 1000
30,98 x 10−3 = 358,14 𝑥 100
gr = 1,109 g
Untuk pH 10
1. pKa = 7,21
[garam]
pH = pka + log
[asam]
[garam]
10 = 7,21 + log
[asam]
[garam]
log = 2,79
[asam]
[garam]
= Antilog − 2,79
[asam]
[garam]
= 616,6
[asam]
Ka [H3 O+ ]
β = 2, 3. C
(Ka + [H3 O+ ])2
6,166 × 10−18
0,01 = 2,3. C
38,14 × 10−16
1
C= = 2,68 mol/L
0,3726
3. C = [garam] + [asam]
= 617,6[asam]
= 617,6[asam]
2,68
[asam] = = 4,34 x 10−3 𝑀
617,6
= 2,68 M
Untuk asam:
gr 1000
M = X
BM v
𝑔𝑟 1000
4,34 x 10−3 = 137,99 𝑥 100
gr = 0,06 g
Untuk garam:
gr 1000
M = BM X v
𝑔𝑟 1000
2,68 = 358,14 𝑥 100
2,68 𝑥 358,14
gr = 10
gr = 95,98 g
b. Pengaruh Surfaktan
Diketahui:
a : 8,67 x 10-4
b : 0,0327
r : 0,999
Konsentrasi 1% :
y-a volume dipipet
1. X = x FP FP =
b volume sampel
124,026 mg 1000 mg
10 mL
= X
124,026 . X = 10 . 1000
10000
=
124,026
= 80,63 (agak sukar larut)
Konsentrasi 2% :
y-a volume dipipet
2. X = x FP FP =
b volume sampel
122,96 mg 1000 mg
10 mL
= X
122,96 . X = 10 . 1000
10000
=
122,96
= 81,33 (agak sukar larut)
Konsentrasi 3% :
y-a volume dipipet
3. X = x FP FP =
b volume sampel
Konsentrasi 4% :
y-a volume dipipet
4. X = x FP FP =
b volume sampel
698,32 mg 1000 mg
10 mL
= X
698,32 . X = 10 . 1000
10000
=
698,33
= 14,32 (larut)
DICKY ALAMSYAH SRI FAJAR SARASWATI
15020160067
KELARUTAN 2
Konsentrasi 5% :
y-a volume dipipet
5. X = x FP FP =
b volume sampel
Konsentrasi 6% :
y-a volume dipipet
6. X = x FP FP =
b volume sampel
Konsentrasi 7% :
y-a volume dipipet
7. X = x FP FP =
b volume sampel
Konsentrasi 8% :
y-a
8. X = x FP
b
0,802– 8,67 x 10−4
= x1
0,0327
= 24,5 ppm
24,5 ppm
= x 5 mL = 0,1225 mg/ 5 mL
1000 mL
0,1225 mg 1000 mg
10 mL
= X
0,1225 . X = 10 . 1000
10000
=
0,1225
= 81632,6 (praktis tidak larut)
Konsentrasi 9% :
y-a
9. X = x FP
b
0,666– 8,67 x 10−4
= x1
0,0327
= 20,34 ppm
20,34 pmm
= x 5 mL = 0,102 mg/ 5 mL
1000 mL
0,102 mg 1000 mg
10 mL
= X
0,102 . X = 10 . 1000
10000
=
0,102
= 98039,22 (praktis tidak larut)
Konsentrasi 10%:
y-a
10. X = x FP
b
0,458 – 8,67 x 10−4
= x1
0,0327
= 13.98 ppm
13,98 ppm
= x 5 mL = 0,069 mg/ 5 mL
1000 mL
0,069 mg 1000 mg
10 mL
= X
0,069 . X = 10 . 1000
10000
=
0,069
= 144927,54 (praktis tidak larut)