Anda di halaman 1dari 27

TUGAS PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA

PROGRAM TRANSFER B14 PRODI S1 KEPERAWATAN FIK UMSURAABAYA

Dosen: Reliani, S.Kep., Ns, M.Kes

Petunjuk mengerjakan tugas:

1. Kerjakan tugas pada halaman ini


2. Tugas malahah yang dikerjakan dicantumkan literatur yang digunakan
3. Untuk jawaba soal latihan dilakukan dnegan memberikan warna merah pada pilihan
jawaban yang benar
4. Fiile jawaban dikumpulkan dalam bentuk soft copi ke alamat email: wikreliayu@gmail.com
dikoordinir oleh PJMK Mata Kuliah dari mahasiswa
5. Selamat mengerjakan
Pertemuan 1

Tugas 1:

1. Komponen konsep diri dijelaskan

Citra Tubuh (Body Image)


Body Image (citra tubuh) merupakan sikap individu terhadap dirinya baik disadari maupun tidak
disadari mencakup persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan dinamis karena secara
konstan berubah seiring dengan persepsi dan pengalaman baru.

Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan
standar pribadi. Pembentukan ideal diri dimulai pada masa anak-anak dipengaruhi oleh orang
yang dekat dengan dirinya yang memberikan harapan atau tuntunan tertentu.

Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa
banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya
penerimaan dan perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai dengan meningkatnya usia.

Peran
Peran merupakan serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan masyarakat
dihubungkan dengan fungsi individu di dalam kelompok sosial.

Identitas Diri
Identitas diri merupakan kesadaran mengenai diri sendiri yang bisa didapatkan individu dari
observasi dan penilaian dirinya, menyadari bahwa individu dirinya berbeda dengan orang lain.
Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak, bersamaan dengan berkembangnya konsep diri.

Sedangkan Menurut Brian Tracy, konsep diri memiliki tiga bagian atau komponen utama yaitu:

Self Ideal (Diri Ideal)


Self ideal atau ideal diri terdiri atas harapan, impian, visi dan idaman. Self ideal ini terbentuk dari
kebaikan, nilai dan sifat yang paling dikagumi dari diri sendiri maupun orang lain yang dihormati.

Self Image (Citra Diri)


Dengan self image atau citra diri kita akan membayangkan diri kita sendiri dan dan menentukan
bagaimana kita akan bersikap pada suatu situasi.

Self Esteem (Jati Diri)


Jati diri merupakan penilaian bagaimana kita menyukai diri sendiri. Semakin kita menyukai diri
sendiri maka akan kita akan bertindak dalam bidanhg apapun yang kita tekuni.

2. Rentang respon konsep diri


Rentang individu terhadap konsep diri berfluktuasi sepanjang rentang respon diri yaitu dari
adaptif sampai maladaptif (Stuart dan Sudden 1998)

Aktualisasi Konsep Diri Harga Diri Kerancuan Depersonalisasi


Diri Positif Rendah Identitas
a. Aktualisasi Diri : Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalamam nyata yang sukses dan dapat diterima
b. Konsep Diri Positif : Apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif
c. Harga Diri Rendah : Individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa lebih
rendah dari orang lain
d. Kerancuan Identitas : Kegagalan individu mengintegrasikan aspek – aspek identitas masa
kanak – kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa yang
harmonis.
e. Depersonalisasi : Perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan
orang lain

3. Perkembangan konsep diri berdasarkan umur:


a. Usia 0-3 tahun
Sujiono, 2005 : 143-144
0-6 bulan
 Masa penyesuaian terhadap kehidupan yang baru
 Mengatasi rasa aman dengan menghisap ibu jari
 Mengadakan pengulangan terhadap keadaan yang menarik
7-12 bulan
 Sangat dekat dengan ibunya
 Sangat responsive dan siaga
 Memperlihatkan sejumlah kesediaan untuk mendapatkan perhatian dari
sekelilingnya
 Kemandirian yang semakin menyebabkan kemarahan jika dilarang
 Memperhatikan kecemasan jika ditinggal sendiri untuk beberapa saat
 Secara keseluruhan bersahabat dan percaya diri
1 tahun
 Tidak suka dibatasi dan senang menjelajah dengan bebas tetapi masih
membutuhkan orang dewasa didekatnya
 Cenderung pamer
 Menyadari keberadaan ayah, ibu, dan pengasuhnya
 Marah jika keinginannya tidak dimengerti
 Menaruh minat pada aktivitas orang dewasa
2 tahun
 Menunjukkan rasa malu pada orang asing
 Belajr memiliki konsep
 Menyadari keberadaan ayah, ibu, dan pengasuhnya
 Memperlihatkan kemauan diri
 Menjadi lebih tenang dan lebih mau menerima
 Mengacu pada diri sendiri sebagai “saya”
 Kerap penuh gairah dan tidak mau bekerja sama
b. Usia 3-6 tahun
 Mengambil inisiatif
 Mengidentifikasi gender
 Meningkatkan kewaspadaan diri
 Keterampilan berbahasa meningkat
 Dapat menggunakan serbet
 Dapat mandi sendiri tanpa pengawasan
 Dapat menutup mulut dan hidung jika bersin dan batuk
 Dapat berpakaian sendiri dengan lengkap
Sujiono, 2005 : 143-144
 Membentuk konsep sederhana mengenai realitas dan fisik
 Belajar untuk melibatkan diri secara emosional dengan orang tua, saudara dan orang
lain
 Belajar untuk membedakan yang benar dan salah yang terbatas pada situasi rumah
dan pembentukan hati nurani
 Memperlihatkan secara anatomic antara laki-laki dan perempuan
 Penampilannya secara jenis kelamin
 Usia 4 tahun anak mulai menyadari tentang ras nya
 Percaya diri dan yakin pada tindakannya
 Memperlihatkan keunggulannya pada anak lain
 Bisa bersikap tekun dan memiliki tujuan
c. Usia 6-12 tahun
 Dapat mengatur diri sendiri
 Berinteraksi dengan teman sebaya
 Harga diri meningkat dengan penguasaan keterampilan baru
 Menyadari kekuatan dan keterbatasan
 (6-8 tahun) Anak sadar bahwa orang lain memiliki suatu perspektif sosial yang
didasarkan atas pemikiran orang itu, yang mungkin sama atau berbeda dengan
pemikirannya
 (8-10 tahun) Anak sadar bahwa setiap orang sadar akan perspektif orang lain dan
bahwa kesadaran ini memengaruhi pandangan dirinya dan pandangan orang lain
 (10-12 tahun) Anak remaja menyadari bahwa baik diri sendiri maupun orang lain
dapat memandang satu sama lain secara timbal balik dan secara serentak sebagai
objek
d. Usia 12-20 tahun
 Menerima perubahan tubuh
 Menggali tujuan untuk masa depan
 Merasakan positif tentang diri
 Berinteraksi dengan orang yang mereka anggap menarik secara seksual
 Membangun sistem pribadi yang eksplisit, kesadaran diri yang tinggi
 Sadar akan diri sendiri
 Bermaksud untuk mengaktualisasikan kemampuan diri
 Perasaan bingung
 Tidak mampu membuat keputusan dan mungkin terdapat perilaku anti-sosial
e. Usia 20-40 tahun
 Mempunyai perasaan stabil, positif tentang diri
 Kesadaran akan kebenaran yang berasal dari berbagai sudut pandang
 Memiliki hubungan yang intim dengan keluarga dan teman dekat
 Memiliki komitmen terhadap pekerjaan dan hubungan
 Hubungan impersonal
 Menghindari komitmen dalam hubungan, karier, atau gaya hidup
f. Usia 40-60 tahun
 Dapat menerima perubahan dalam penampilan dan ketahanan
 Mengkaji kembali tujuan hidup
 Menunjukkan perhatian dengan penuaan
 Kreativitas, produktivitas, dan kepedulian terhadap orang lain
 Mengikuti kata, memikirkan diri sendiri, dan kurang minat serta komitmen
g. Usia 60 tahun ke atas
 Penerimaan terhadap kelebihan dan keunikan diri sendiri
 Penerimaan akan kematian
 Merasa kehilangan
 Memandang rendah orang lain
 Tertarik dalam memberikan legalitas bagi generasi berikutnya

4. Faktor yang mempengaruhi konsep diri


a. Kegagalan
Disadari atau tidak, kegagalan yang terjadi secara terus menerus akan memberikan
pertanyaan besar pada kemampuan diri sendiri yang berujung pada anggapan lemah dan tidak
berguna
b. Depresi
Ketika seseorang dilanda depresi, ia akan cenderung memikirkan hal negative
c. Overthinking
Bersikap overthinking sangatlah tidak baik karena bisa mengarah ke pikiran yang buruk,
terlebih pada penilaian diri sendiri. Seseorang cenderung menilai diri sendiri kearah yang
negative sehingga overthinking harus segera dihentikan.
Menurut Stuart dan Sudeen (1991) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri dari teori perkembangan, Significant
Other (orang yang terpenting atau yang terdekat) dan Self Perception (persepsi diri sendiri),
untuk lebih jelasnya mari kita baca lebih lanjut tentang “Faktor yang mempengaruhi Konsep
Diri” berikut ini:
1. Teori perkembangan.
Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak lahir
seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan
kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui
kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh,
nama panggilan, pangalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada
area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan
merealisasi potensi yang nyata.
2. Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat)
Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar
diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan
interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat dipengaruhi orang yang
dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang
dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan sosialisasi.
3. Self Perception (persepsi diri sendiri)
Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi individu
terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk melalui
pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep merupakan aspek yang
kritikal dan dasar dari prilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat
berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari
kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan.
Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang
terganggu.

5. Gangguan konsep diri pada masing masing komponen konsep diri disertai tanda dan gejala
1. Gangguan Citra Tubuh
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh
perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering
kontak dengan tubuh.
Tanda Dan Gejala. Pada klien yang dirawat dirumah sakit umum, perubahan citra tubuh
sangat mungkin terjadi.Stressor pada tiap perubahan adalah :
1. Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit
2. Perubahan bentuk tubuh: tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, daerah
pemasangan infus
3. Perubahan struktur: sama dengan perubahan bentuk tubuh disrtai dengan
pemasanagn alat di dalam tubuh
4. Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system tubuh
5. Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan
6. Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan berubah, pemasangan
alat pada tubuh klien ( infus, fraksi, respitor, suntik, pemeriksaan tanda vital, dll)
2. Gangguan Ideal Diri
Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai dan tidak realistis. Ideal
diri yang samar dan tidak jelas dan cenderung menuntut. Pada klien yang dirawat dirumah
sakit karena sakit fisik maka ideal dirinya dapat terganggu. Atau ideal diri klien terhadap hasil
pengobatan yang terlalu tinggi dan sukar dicapai.
Tanda Dan Gejala
1. Mengungkapkan keputusasaan akibat penyakitnya , misalnya : saya tidak bisa ikut ujian
karena sakit, saya tidak bisa lagi jadi peragawati karena bekas operasi di muka saya, kaki
saya yang dioperasi tidak dapat main bola.
2. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi, misalnya : saya pasti bisa sembuh padahal
prognosa penyakitnya buruk; setelah sehat saya akan sekolah lagi padahal penyakitnya
mengakibatkan tidak mungkin lagi sekolah.
3. Gangguan Harga Diri
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri,
hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Tanda dan gejala
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi
sinar pada kanker.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera ke
rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri
3. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh
dan tidak tahu apa-apa.
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tidak ingin bertemu dengan orang
lain, lebih suka sendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih
alternatif tindakan
6. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin
klien ingin mengakhiri kehidupan.
4. Gangguan Performa Peran
Gangguan performa peran adalah berubah atau terhenti fungsi peran yang disebabkan oleh
penyakit, proses menua, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada klien yang sedang dirawat
di rumah sakit otomatis peran sosial klien berubah menjadi peran sakit. Peran klien yang
berubah adalah :
1. Peran dalam keluarga
2. Peran dalam pekerjaan/sekolah
3. Peran dalam berbagai kelompok
Tanda Dan Gejala
1. Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran
2. Ketidakpuasan peran
3. Kegagalan menjalankan peran yang baru
4. Ketegangan menjalankan peran yang baru
5. Kurang tanggung jawab
6. Apatis/bosan/jenuh dan putus asa
5. Gangguan identitas adalah kekaburan / ketidakpastian memandang diri sendiri. Penuh
dengan keraguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
Tanda Dan Gejala
1. Tidak ada percaya diri
2. Sukar mengambil keputusan
3. Ketergantungan
4. Masalah dalam hubungan interpersonal
5. Ragu / tidak yakin terhadap keinginan
6. Projeksi ( menyalahkan orang lain )
6. Cara melakukan pengkajian konsep diri (masing – masing komponen konsep diri dijelaskan)
1) Citra tubuh
a. Kehilangan/ kerusakan bagian tubuh ( anatomi dan fisiologi)
b. Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh akibat penyakit
c. Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh
d. Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi
Contoh pertanyaan yang diajukan dalam pengkajian citra diri:
- Apakah ada bagian dari tubuh anda yang anda ingin ubah?
- Apakah anda merasa nyaman mendiskusiakan mengenai pembedahan anda?
- Apakah anda merasa berbeda atau inferior terhadap orang lain?
- Bagaimana perasaan anda mengenai penampilan anda?
- Perubahan seperti apa yanga anda harapkan terjadi pada tubuh anda setelah
pembedahan?
- Bagaimana orang terdekat anda beraksi terhadap perubahan pada tubuh anda?

2) Harga diri
a. Penolakan
b. Kurang penghargaan
c. Pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu dituruti, terlalu dituntut
d. Persaingan antar saudara
e. Kesalahan dan kegagalan berulang
f. Tidak mampu mencapai standar
Contoh pertanyaan ang diajukan pada pengkajian harga diri:
- Apakah anda puas dengan hidup anda?
- Apakah yaga anda rasakan mengenai diri sendiri?
- Apakah anda mendapat yang diiinginkan?
- Tujuan apa dalam hidup anda yang penting?

3) Peran
a. Sterotipik peran seks
b. Tuntutan peranan kerja
c. Harapan peran kultural
Contoh pertanyaan yang diajukan dalam pengkajian performa peran, adalah :
- Ceritakan mengenai keluarga anda
- Bagaimana hubungan anda dengan orang terdekat?
- Apa tanggung jawab anda dalam keluarga?
- Peran atau tanggung jawab yang ingin anda ubah?
- Apakah anda bangga akan anggota keluarga anda?

4) Identitas
a. Ketidakpercayaan orang tua
b. Tekanan dari peer group
c. Perubahan struktur social
Contoh pertanyaan yang diajukan dalam pengkajian identitas diri:
- Bagaimana anda menggambarkan karakteristik anda?
- Bagaimana orang lain menggambarkan diri anda?
- Apa yang disukai dalam diri anda?
- Apa yang ada kerjakan dengan baik?
- Apa saja kekuatan, bakat dan kemampuan anda?
- Apa yang anda ingin ubah pada diri anda dan jika anda bisa mengubahnya yang
sangat mengganggu anda, jika anda berpikir seseorang tidak menyuakai anda?

7. Masalah keperawatan yang muncul dari gangguan konsep diri


Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan konsep diri, antara lain
(Nanda,2001)
1) Gangguan citra tubuh
2) Konflik peran orang tua
3) Gangguan identitas diri
4) Ketidakefektifan performa peran
5) Harga diri rendah kronis
6) Harga diri rendah situasional
7) Ansietas
8) Isolasi sosial
9) Ketidakberdayaan
10) Keputusasaan

8. Intervensi dari masing masing masalah yang muncul

DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI

Isolasi sosial: menarik diri b. TUM: 1. Ekspresi wajah bersahabat, 1.Bina hubungan saling
d. harga diri rendah menunjukkan rasa senang, ada percaya:
Klien dapat
kontak mata, mau berjabat
berhubungan dengan a.Sapa klien
tangan, mau menyebutkan
orang lain secara
nama, mau menjawab salam, b.Beri salam/panggil
optimal
klien mau duduk berdampingan
nama klien
dengan perawat, mau
mengutarakan masalah yang c.Tanyakan
dihadapi nama panggilan
TUK1: kesukaan klien
2. Klien mengidentifikasi
Klien dapat membina kemampuan dan aspek positif d.Sebutkan nama
hubungan daling yang dimiliki: perawatan sambil
percaya berjabat tangan
· kemampuan yang dimiliki
TUK 2: · Aspek positif keluarga e.Jelaskan maksud
hubungan interaksi
Klien dapat meng · Aspek positif lingkungan
identifikasi yang dimiliki klien f.Jelaskan kontrak yang
kemampuan dan aspek akan dibuat
3. klien menilai
positif yang dimiliki
kemampuan yang dapat g.Beri rasa aman dan
TUK 3: digunakan sikap empati

Klien dapat menilai 4. Klien membuat rencana h.Beri perhatian pada


kemampuan yang kegiatan harian klien dan perhatikan
digunakan kebutuhan dasar klien
5. Klien melakukan kegiatan
TUK 4: sesuai dengan kondisi sakitnya 2.Diskusikan
kemampuan dan aspek
Klien dapat 6. Klien memanfaatkan
positif yang dimiliki
merencanakan system pendukung yang ada di
klien:
kegiatan sesuai dengan keluarga
kemampuan yang a.Setiap bertemu klien
dimiliki hindarkan dari memberi
penilaian negatif
TUK 5:
b.Utamakan memberi
Klien dapat melakukan
pujian yang realistic
kegiatan sesuai dengan
kondisi sakit dan 3.Diskusikan dengan
kemampuannya klien kemampuan yang
masih dapat dilakukan
TUK 6:
a.diskusikan
Klien dapat
kemampuan yang dapat
memanfaatkan system
dilanjutkan
pendukung yang ada
4.Rencanakan bersama
klien aktivitas yang
dapat dialakukan setiap
hari sesuai kemampuan:
a.Tingkatkan kegiatan
yang sesuai dengan
toleransi kondisi klien

b.Beri contoh
pelaksanaan kegiatan
yang boleh klien lakukan

5.Beri kesempatan pada


klien untuk mencoba
kegiatan yang telah
direncanakan

a.Beri pujian atas


keberhasilan klien

b.Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan di rumah

6.Beri pend kes pada


keluarga tentang cara
merawat klien dengan
HDR:

a.Bantu keluarga dalam


memberi dukungan
pada klien

b.Bantu keluarga
menyiapkan lingkungan
rumah
DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA INTERVENSI


EVALUASI

Gangguan konsep TUM: 1.1.Klien 1.Klien dapat meningkatkan keterbukaan dan hubungan
diri: harga diri rendah menerima saling percaya:
Klien
berhubungan dengan perubahan
menunjukkan a.Bina hubungan perawat - klien yang terapeutik
gangguan citra tubuh yang terjadi
peningkatan
b.Salam terapeutik
harga diri 2.2.Klien
memilih c.Komunikasi terbuka, jujur dan empati
TUK1:
beberapa cara
d.Sediakan waktu untuk mendengarkan
Klien dapat m engatasi
klien. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan klien
membina perubahan
terhadap perubahan tubuh.
hubungan yang terjadi
daling percaya e.Lakukan kontrak untuk program asuhan keperawatan
3. 3. Klien
(pendidikan kesehatan, dukungan, konseling dan
TUK 2: adaptasi
rujukan)
dengan cara-
Klien dapat
cara yang 2.Klien dapat mengidentifikasi perubahan citra tubuh:
meng
dipilih dan
identifikasi a.struktur, bentuk atau fungsi tubuh
digunakan
perubahan
b.Observasi ekspresi klien pada saat diskusi
citra tubuhnya. 4.Klien dapat
mengatasi 3.Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif
TUK 3:
masalahnya yang dimiliki:
Klien dapat sendiri
a.Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang
menilai
5.Klien dapat dimiliki (tubuh, intelektual, keluarga) oleh klien diluar
kemampuan
melakukan perubahan yang terjadi
yang
pengembalian
dimilikinya. b.Beri pujian atas aspek positif dan kemampuan yang
integritas
masih dimiliki klien.
TUK 4: tubuhnya
3.Klien dapat menerima realita perubahan struktur,
Klien dapat
bentuk atau fungsi tubuh.
merencanakan
kegiatan sesuai
dengan a. Dorong klien untuk merawat diri dan berperan serta
kemampuan dalam asuhan klien secara bertahap
yang dimiliki
b. Libatkan klien dalam kelompok klien dengan masalah
TUK 5: gangguan citra tubuh

Klien dapat c. Tingkat dukungan keluarga pada klien terutama


melakukan pasangannya
kegiatan
4.Klien dapat menyusun rencana cara-cara
pengembalian
menyelesaikan masalah yang
integritas
dihadapi.:
tubuhnya.
a.Diskusikan cara-cara (booklet, leaflet sebagai sumber
informasi) yang dapat dilakukan untuk mengurangi
dampak perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh

b.Dorong klien memilih cara yang sesuai

5.Klien dapat melakukan tindakan pengembalian


integritas tubuh:

a.Membantu klien mengurangi perubahan citra tubuh

b.Rehabilitasi bertahap bagi klien


Pertemuan 2

Tugas 2:

Buatlah makalah tentang psikoseksual yang meliputi:

1. Perbedaan beberapa istilah seksual


Istilah yang pertama, seks, mengacu pada perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan;
atau yang biasa disebut sebagai jenis kelamin[1].
Perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan dapat dilihat melalui karakteristik primer atau
organ reproduksi yang dimiliki oleh seorang individu, yaitu penis dan/atau vagina; serta
“karakteristik sekunder” seperti massa otot, bentuk tubuh, tinggi badan, dan masih banyak
lagi[2].
Jenis kelamin merupakan sesuatu yang terberi; artinya, manusia tidak dapat memilih untuk
dilahirkan sebagai laki-laki atau perempuan. Namun dalam praktiknya, seorang individu bisa saja
dilahirkan dengan karakteristik laki-laki dan perempuan. Orang-orang yang memiliki karakteristik
(termasuk organ reproduksi) laki-laki dan perempuan disebut sebagai intersexual people[3].

2. Proses perkembangan kesadaran diri terhadap seksualitas


1. Fase Oral
Pada tahap oral, sumber utama bayi interaksi terjadi melalui mulut, sehingga perakaran dan
refleks mengisap adalah sangat penting. Mulut sangat penting untuk makan, dan bayi berasal
kesenangan dari rangsangan oral melalui kegiatan memuaskan seperti mencicipi dan mengisap.
Karena bayi sepenuhnya tergantung pada pengasuh (yang bertanggung jawab untuk memberi
makan anak), bayi juga mengembangkan rasa kepercayaan dan kenyamanan melalui stimulasi
oral.
Konflik utama pada tahap ini adalah proses penyapihan, anak harus menjadi kurang bergantung
pada para pengasuh. Jika fiksasi terjadi pada tahap ini, Freud percaya individu akan memiliki
masalah dengan ketergantungan atau agresi. fiksasi oral dapat mengakibatkan masalah dengan
minum, merokok makan, atau menggigit kuku.
2. Fase Anal
Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari libido adalah pada
pengendaliankandung kemih dan buang air besar. Konflik utama pada tahap ini adalah pelatihan
toilet – anak harus belajar untuk mengendalikan kebutuhan tubuhnya. Mengembangkan kontrol
ini menyebabkan rasa prestasi dan kemandirian.
Menurut Sigmund Freud, keberhasilan pada tahap ini tergantung pada cara di mana orang tua
pendekatan pelatihan toilet. Orang tua yang memanfaatkan pujian dan penghargaan untuk
menggunakan toilet pada saat yang tepat mendorong hasil positif dan membantu anak-anak
merasa mampu dan produktif. Freud percaya bahwa pengalaman positif selama tahap ini
menjabat sebagai dasar orang untuk menjadi orang dewasa yang kompeten, produktif dan
kreatif.
Namun, tidak semua orang tua memberikan dukungan dan dorongan bahwa anak-anak perlukan
selama tahap ini. Beberapa orang tua ‘bukan menghukum, mengejek atau malu seorang anak
untuk kecelakaan. Menurut Freud, respon orangtua tidak sesuai dapat mengakibatkan hasil
negatif. Jika orangtua mengambil pendekatan yang terlalu longgar, Freud menyarankan bahwa-
yg mengusir kepribadian dubur dapat berkembang di mana individu memiliki, boros atau
merusak kepribadian berantakan. Jika orang tua terlalu ketat atau mulai toilet training terlalu
dini, Freud percaya bahwa kepribadian kuat-anal berkembang di mana individu tersebut ketat,
tertib, kaku dan obsesif.
3. Fase Phalic
Pada tahap phallic , fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin. Anak-anak juga
menemukan perbedaan antara pria dan wanita. Freud juga percaya bahwa anak laki-laki mulai
melihat ayah mereka sebagai saingan untuk ibu kasih sayang itu. Kompleks
Oedipusmenggambarkan perasaan ini ingin memiliki ibu dan keinginan untuk menggantikan
ayah.Namun, anak juga kekhawatiran bahwa ia akan dihukum oleh ayah untuk perasaan ini,
takut Freud disebut pengebirian kecemasan.
Istilah Electra kompleks telah digunakan untuk menggambarkan satu set sama perasaan yang
dialami oleh gadis-gadis muda. Freud, bagaimanapun, percaya bahwa gadis-gadis bukan iri
pengalaman penis.
Akhirnya, anak menyadari mulai mengidentifikasi dengan induk yang sama-seks sebagai alat
vicariously memiliki orang tua lainnya. Untuk anak perempuan, Namun, Freud percaya bahwa
penis iri tidak pernah sepenuhnya terselesaikan dan bahwa semua wanita tetap agak terpaku
pada tahap ini. Psikolog seperti Karen Horney sengketa teori ini, menyebutnya baik tidak akurat
dan merendahkan perempuan. Sebaliknya, Horney mengusulkan bahwa laki-laki mengalami
perasaan rendah diri karena mereka tidak bisa melahirkan anak-anak.
4. Fase Latent
Periode laten adalah saat eksplorasi di mana energi seksual tetap ada, tetapi diarahkan ke
daerah lain seperti pengejaran intelektual dan interaksi sosial. Tahap ini sangat penting dalam
pengembangan keterampilan sosial dan komunikasi dan kepercayaan diri.
Freud menggambarkan fase latens sebagai salah satu yang relatif stabil. Tidak ada organisasi
baru seksualitas berkembang, dan dia tidak membayar banyak perhatian untuk itu. Untuk alasan
ini, fase ini tidak selalu disebutkan dalam deskripsi teori sebagai salah satu tahap, tetapi sebagai
suatu periode terpisah.
5. Fase Genital
Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan minat seksual yang
kuat pada lawan jenis. Dimana dalam tahap-tahap awal fokus hanya pada kebutuhan individu,
kepentingan kesejahteraan orang lain tumbuh selama tahap ini. Jika tahap lainnya telah selesai
dengan sukses, individu sekarang harus seimbang, hangat dan peduli. Tujuan dari tahap ini
adalah untuk menetapkan keseimbangan antara berbagai bidang kehidupan.

3. Empat Tugas utama perawat yang berkaitan dengan seksualitas


a. Pemberian asuhan keperawatan : memperhatikan keadaan kebutuhan pelayanan kesehatan
seksualitas
b. Educator : meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan
yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan
kesehatan
c. Kolabolator : mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi
atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya
d. Advokat klien : membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi
lain khususnya dalam pengambilan keputusan, melindungi hak-hak klien/pasien

(Jonhson, 1989)

a. Berpengetahuan tentang seksualitas dan norma masyarakat


b. Menggunakan pengetahuan tersebut untuk memahami perbedaan antara perilaku dan sikap
orang lain dengan diri sendiri sebagai akibat dari pengaruh sosial budaya
c. Menggunakan pemahaman ini untuk membantu adaptasi klien dan keadaan sehat yang
optimal
d. Menyadari dan merasa nyaman dengan seksualitas diri sendiri

4. Faktor yang mempengaruhi seksualitas (jelaskan)


a. Pertimbangan perkembangan
Proses perkembangan manusia mempengaruhi aspek psikososial, emosianal dan biologi
kehidupan yang selanjutnya akan mempengaruhi seksualitas individu. Sejak lahir, gender,
atau seks mempengaruhi perilaku individu sepanjang kehidupannya
b. Kebiasaan hidup sehat dan kondisi kesehatan
Tubuh, jiwa da emosi yang sehat merupakan persyaratan utama untuk dapat mencapai
kepuasan seksual. Trauma atau stres dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk
melakukan kegiatan atau fungsi kehidupan sehari-hari yang tentunya juga mempengaruhi
ekspresi seksualitasnya, termasuk penyakit. Kebiasaan tidur, istirahat, gizi yang adekuat dan
pandangan hidup yang positif mengkontribusi pada kehidupan seksual yang membahagiakan
c. Peran dan hubungan
Kualitas hubungan seseorang dengan pasangan hidupnya sangat mempengaruhi kualitas
hubungan seksualnya. Cinta dan rasa percaya merupakan kunci utama yang memfasilitasi
rasa nyaman seseorang terhadap seksualitas dan hubungan seksualnya dengan seseorang
yang dicintai dan dipercayainya
d. Konsep diri
Pandangan individu terhadap dirinya sendiri mempunyai dampak langsung terhadap
seksualitas.
e. Agama
Pandangan agama tertentu diajarkan, ternyata berpengaruh terhadap ekspresi seksuallitas
seseorang. Konsep tentang keperawanan, dapat diartikan sebagai kesucian dan kegiatan
seksual dianggap dosa, untuk agama tertentu.
f. Etik
Seksualitas yang sehat menurut Taylor, Lillis & Le Mone (1997) tergantung pada terbebasnya
individu dari rasa bersalah dan ansietas. Sebenarnya yang penting dipertimbangkan adalah
rasa nyaman terhadap pilihan ekspresi seksual yang sesuai, yang hanya bisa dicapai apabila
bebas dari rasa bersalah dan perasaan cemas
5. Perkembangan psikoseksual berdasarkan usia
Masa Pranatal dan Bayi
Pada masa ini komponen fisik atau biologis sudah mulai berkembang. Berkembangnya organ
seksual mampu merespon rangsangan, seperti adanya ereksi pada penis pada laki-laki dan
adanya pelumas vagina pada perempuan. Perilaku ini terjadi ketika mandi, bayi merasakan
adanya perasaan senang. Menurut Sigmund Freud, tahap perkembangan psikoseksual pada
masa ini adalah :
1. Tahap Oral, terjadi pada umur 0-1 tahun.
Kepuasan, kesenangan atau kenikmatan dapat dicapai dengan cara menghisap, menggigit,
mengunyah, atau untuk dapat bersuara. Anak memiliki ketergantungan sangat tinggi dan
selalu minta dilindungi untuk mendapat rasa aman. Masalah yang diperoleh pada tahap ini
adalah masalah menyapih dan makan
2. Tahap anal, terjadi pada umur 1-3 tahun.
Kepuasan terjadi pada saat pengeluaran feses. Anak mulai menunjukkan keakuannya,
sikapnya sangat narsistik (cinta terhadap diri sendiri), dan egois. Anak juga mulai
mempelajari struktur tubuhnya. Pada tahap ini anak sudah dapat dilatih dalam hal
kebersihan.

Masa Kanak-kanak
Masa ini dibagi dalam usia toddler, prasekolah dan sekolah. Perkembangan seksual pada masa ini
diawali secara biologis atau fisik, sedangkan perkembangan psikoseksual pada masa ini adalah :
1. Tahap oedipal/phalik, terjadi pada umur 3-5 tahun.
Kepuasan anak terletak pada rangsangan otoerotis, yaitu meraba-raba, merasakan
kenikmatan dari beberapa daerah erogennta. Anak juga mulai menyukai lain jenis. Anak laki-
laki cenderung suka pada ibunya daripada ayanhnya, dan sebaliknya. Anak mulai dapat
mengidentifikasikan jenis kelamin dirinya, apakah laki-laki atau perempuan, belajar melalui
interaksi dengan figur orang tua, serta mulai mengembangkan peran sesuai dengan jenis
kelamin.
2. Tahap laten, terjadi pada umur 5-12 tahun.
Kepuasan anak mulai terintegrasi, memasuki masa pubertas dan berhadapan langsung pada
tuntutan sosial, seperti suka hubungan dengan kelompoknya atau teman sebaya, dorongan
libido mulai mereda. Pada masa sekolah ini, anak sudah banyak bertanya tentang hal seksual
melalui interaksi dengan orang dewasa, membaca, atau berfantasi.

Masa Pubertas
Pada masa ini sudah terjadi kematangan fisik dari aspek seksual dan akan terjadi kematangan
secara psikososial. Terjadinya perubahan secara psikologis ini ditandai dengan adanya perubahan
citra tubuh (body image), perhatian yang cukup besar terhadap perubahan fungsi tubuh,
pembelajaran tentang perilaku, kondisi sosial, dan perubahan lain, seperti perubahan berat
badan, tinggi badan, perkembangan otot, bulu di pubis, buah dada, atau mestruasi bagi wanita.
Tahap ini terjadi pada umur lebih dari 12 tahun. Kepuasan anak pada tahap ini akan kembali
bangkit dan mengarah pada perasaan cinta yang matang terhadap lawan jenis.

Masa Dewasa Muda dan Pertengahan Umur


Pada tahap ini perkembangan secara fisik sudah cukup dan ciri seks skunder mencapai
puncaknya, yaitu antara umur 18-30 tahun. Pada masa pertengahan umur terjadi perubahan
hormonal, pada wanita ditandai dengan penurunan esterogen, pengecilan payudara dan jaringan
vagina, penurunan cairan vagina, selanjutnya akan terjadi penurunan ereksi, pada pria ditandai
dengan penurunan ukuran penis serta penurunan semen. Dari perkembangan psikososial, sudah
mulai terjadi hubungan intim antara lawan jenis, proses pernikahan dan memiliki anak, sehingga
terjadi perubahan peran

Masa Dewasa Tua


Perubahan yang terjadi pada tahap ini pada wanita diantaranya adalah atropi pada vagina dan
jaringan payudara, penurunan cairan vagina, da penurunan intensitas orgasme pada wanita;
sedangkan pada pria akan mengalami penurunan jumlah sperma, berkurangnya intensitas
orgasme, terlambatnya pencapaian ereksi, dan pembesaran kelenjar prostat.

6. Cara melakukan pengkajian psikoseksual pada klien


Pengkajian Keperawatan
Riwayat seksual
 Klien yang menerima perawatan kehamilan, PMS, infertility, kontrasepsi.
 Klien yang mengalami disfungsi seksual / problem (impoten, orgasmic dysfuntion, dll)
 Klien yang mempunyai penyakit-penyakit yang akan mempengaruhi fungsi
seksual (peny.jantung, DM, dll)
Pengkajian seksual mencakup :
 Riwayat Kesehatan seksual
Pertanyaan yang berkaitan dengan seks untuk menentukan apakah klien mempunyai masalah
atau kekhawatiran seksual.
Merasa malu atau tidak mengetahui bagaimana cara mengajukan pertanyaan seksual secara
langsung – pertanyaan isyarat
 Pengkajian fisik
Inspeksi dan palpasi
Beberapa riwayat kes. yang memerlukan pengkajian fisik misalnya riwayat PMS, infertilitas,
kehamilan, adanya sekret yang tdk normal dari genital, perubahan warna pada genital, ggn
fungsi urinaria, dll.
 Identifikasi klien yang berisiko
Klien yang berisiko mengalami gangguan seksual misalnya :
Adanya ggn struktur/fungsi tubuh akibat trauma, kehamilan, setelah melahirkan,
abnormalitas anatomi genital
 Riwayat penganiayaan seksual, penyalahgunaan seksual
Kondisi yang tidak menyenangkan seperti luka bakar, tanda lahir, skar (masektomi) dan
adanya ostomi pada tubuh
Terapi medikasi spesifik yang dapat menyebabkan mslh seksual; kurangnya
pengetahuan/salah informasi tentang fungsi dan ekspresi seksual
Ggn aktifitas fisik sementara maupun permanen ; kehilangan pasangan
Konflik nilai-nilai antara kepercayaan pribadi dengan aturan religi
7. Masalah keperawatan yang muncul dr gangguan seksual

Diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada masalah kebutuhan seksual, antara lain :
1. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan (b.d )
- Ketakutan tentang kehamilan
- Efek antihipertensi
- Depresi terhadap kematian atau perpisahan dengan pasangan
2. Disfungsi seksual b.d
- Cedera medulla spinalis
- Penyakit kronis
- Nyeri
- Ansietas mengenai penempatan di rumah perawatan atau panti
3. Gangguan citra tubuh b.d
- Efek masektomi atau kolostomi yang baru dilakukan
- Disfungsi seksual
- Perubahan pasca persalinan
4. Gangguan harga diri b.d
- cedera medulla spinalis
- penyakit kronis
- nyeri
- ansietas mengenai penempatan di rumah perawatan atau panti
Masalah seksual juga dapat menjadi etiologi diagnosa keperawatan yang lain misalnya :
5. Kurang pengetahuan (mengenai konsepsi, kontrasepsi, perubahan seksual normal) b.d salah
informasi dan mitos-mitos seksual
6. Nyeri b.d tidak adekuatnya lubrikasi vagina atau efek pembedahan genital
7. Cemas b.d kehilangan fungsi seksual

8. Intervensi dari masalah yang muncul dari gangguan seksual


a. Kaji riwayat seksual dan tingkat kepuasan sebelumnya dalam hubungan seksual.
b. Kaji persepsi pasien terhadap masalah.
c. Bantu pasien menetapkan dimensi waktu yang berhubungan dengan awitan masalah dan
diskusikan apa yang terjadi dalam situasi kehidupannya pada waktu itu.
d. Kaji alam perasaan dan tingkat energi pasien.
e. Tinjau aturan pengobatan, observasi efek samping.
f. Anjurkan pasien untuk mendiskusikan proses penyakit yang mungkin menambah disfungsi
seksual.
g. Dorong pasien untuk menanyakan hal-hal yang berkenaan dengan seksual dan fungsi yang
mungkin menyusahkan dirinya.
Intervensi :

a. Ambil riwayat seksual, perhatikan ekspresi area ketidakpuasan pasien terhadap pola
seksual.
b. Kaji area-area stress dalam kehidupan pasien dan periksa hubungan dengan pasangan
seksualnya.
c. Catat faktor-faktor budaya, sosial, etnik dan religius yang mungkin menambah konflik
yang berkenaan dengan praktik seksual yang berbeda.
d. Terima dan jangan menghakimi.
e. Bantu therapy dengan perencanaan modifikasi perilaku untuk membantu pasien yang
berhasrat untuk menurunkan perilaku-perilaku seksual yang berbeda.
f. Jika perubahan pola seksualitas berhubungan dengan penyakit atau pengobatan medis,
berikan informasi untuk pasien dan pasangannya berkenaan dengan hubungan antara
penyakit dan perubahan seksual.
Pertemuan 3

Tugas 3: latihan soal

Silahkan dikerjakan

1. Nn W 25 tahun mengatakan bahwa dia menyukai semua bagian tubuhnya, dia


memandang kondisi fisiknya secara positif. Cara Nn W mempersepsikan kondisi tubuhnya
merupakan:
A. Harga diri
B. Ideal Diri
C. Peran
D. Identitas
E. Body Image
2. Orang tua memberikan pengalaman awal pada anak mengenai perasaan mampu dan
tidak mampu, perasaan diterima dan ditolak, diberikan peluang untuk identifikasi dan
harapan mengenai penerimaan tujuan, nilai-nilai dan perilaku merupakan contoh dari
factor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri seseotang yang berupa:
A. Konsep perkembangan
B. Significant Other
C. Self Perception
D. persepsi diri sendiri
E. persepsi diri

3. Tn A 38 tahun di rawat di RS, hasil pengkajian didapatkan bahwa pasien mengatakan


bahwa karena sakitnya pasien tidak dapat menjalankan kewajibanya sebagai seorang
kepala RT, sudah 2 bulan segala kebutuhan RT dibiayai oleh istrinya, pasien merasa
bersalah terhadap keluarganya.
Pertanyaan: berdasarkan kasus di atas didapatkan hasil pengkajian berupa:
A. Body image
B. Aktualisasi diri
C. Ideal diri
D. Peran
E. Harga diri

4. Tn A usia 25 tahun mengatakan bahwa dia nyadari bahwa secara fisik dirinya adalah
seorang laki laki, tetapi dia menyukai sesama jenis dan suka berdandan seperti
perempuan.
Pertanyaan: berdasarkan hasil pengkajian pada Tn A bahwa Tn A mengalami:
A. Gangguan Ideal diri
B. Gangguan Konsep diri
C. Gangguan Peran
D. Gangguan Identitas
E. Gangguan Harga diri
5. Seseorang dikatakan memiliki ideal diri yang positif adalah:
a. Memiliki ideal diri yang realistis memiliki tujuan hidup yang dapat dicapai, berharga
dan layak diperjuangkan
b. Memiliki ideal diri yang jelas tujuan dan dapat dicapai oleh individu
c. Memiliki ideal diri yang realistis dan sesuai dengan kemampuan seseorang
d. Memiliki ideal diri yang jelas tanpa adanya tuntutan dan tekanan dari external
e. Memiliki ideal diri yang realistis, mudah dicapai dan layak diperjuangkan

6. Nn A 20 tahun dhasil pengkajian kepada orang tua mengatakan bahwa sebelum sakit, dia
anak yang memiliki percaya diri yang tinggi, selalu optimis, menanggapi sesuatu secara
positif, selalu melakukan evaluasi diri terhadap kegagalan dan terbuka terhadap masalah
yang di hadapi.
Pertanyaan: berdasarkan kasus di atas Nn A memiliki:
a. Percaya diri yang tinggi
b. Konsep diri yang positif
c. Ideal diri yang tinggi
d. Daya tilik diri yang realistis
e. Penilaian diri yang positif

7. Integrasi berupa tuntutan dari eksternal dan internal dalam memahami diri sendiri dan
akan menjadi apa dan bagian dari konsistensi pribadi disebut dengan:
A. Ideal diri
B. Konsep diri
C. Peran
D. Identitas
E. Harga diri

8. Hasil pengkajian pada Ny W usia 30 tahun: pasien mengatakan tidak berguna, merasa
tidak ada gunanya hidup, merasa pesimif dan merasa malu dengan semua orang serta
putus asa. Pasien terlihat menyendiri. Hal ini terjadi sejak satu bulan yang lalu pasien
bangkrut usahanya.

Pertanyaan: berdasarkan kasus di atas merupakan respons maladaptive dari:


a. Harga diri rendah kronis
b. Difusi identitas
c. Disosiasi depersonalisasi
d. Konsep diri negative
e. Aktualisasi diri yang kabur
9. Bila klien mengalami Perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan
ukuran bentuk,struktur,fungsi,keterbatasan,makna dan objek yang sering kontak dengan
tubuh disebut:
a. Gangguan Ideal diri
b. Gangguan Konsep diri
c. Gangguan Peran
d. Gangguan Identitas
e. Gangguan Body image

10. Bila pasien mengungkapkan keputusasaan akibat penyakitnya misalnya: yang tidak bisa
ikut ujian karena sakit. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi, misalnya: saya pasti
bisa sembuh padahal prognosa penyakitnya buruk maka pasien tersebut mengalami:
a. Gangguan Ideal diri
b. Gangguan Konsep diri
c. Gangguan Peran
d. Gangguan Identitas
e. Gangguan Body image

11. Perasaan penerimaan diri tanpa syarat, meskipun salah, kalah dan gagal sebagai
pembawaan yang berharga dan penting disebut dengan:
a. Ideal diri
b. Konsep diri
c. Peran
d. Identitas
e. Harga diri
12. “bagus sekali Tn W hari ini mampu menyebutkan kemampuan yang dimiliki, tentunya
kemampuan ini akan sangat berguna bagi Tn W”.
Pertanyaan: berdasarkan kasus di atas maka perawat telah melakukan implementasi
berupa:
a. Reinforcement
b. Menggali kemampuan positif yang dimiliki klien
c. BHSP
d. Memberikan motivasi kepada klien
e. Memberikan terapi support
13. fase oral fixasi berarti selanjutnya sampai dewasa tdpt tuntutan akan kepuasan oral yg tdk
cocok dgn umur merupakan contoh teori spikososial menurut:
a. Teori Libido Freud
b. Teori interpersonal
c. Teori kebudayaan
d. Teori adaptasi
e. Teori psikoanalitik
14. Rentang respon seksual yang adaptif adalah berikut ini:
a. Perilaku seksual yg memuaskan dgn menghargai pihak lain
b. Gangguan perilaku seksual ok kecemasana yg dsebabkn o/ penilaian
pribadi/masyarakat
c. Disfungsi penampilan seksual
d. Perilaku seksual yg berbahaya, tdk dilakukan di tempat tertutup atau tdk dilakukan
antara orang dewasa
e. Perilaku seksual yg memuaskan dengan menghargai pihak lain dan saling memuaskan

15. Untuk menumbuhkan konsep diri yang positif berupa perasaan mampu tidak mampu,
perasaan diterima, harapan mengenai penerimaan perilaku individu sangat dipengaruhi
berikut ini yang paling benar:
a. Persepsi diri
b. Orang tua
c. Lingkungan
d. Teman sebaya
e. Orang yang berarti
16. An W berdasarkan hasil obervasi perkembangan konsep diri didapatkan: berinisiatif,
mengenal jenis kelamin, meningkatnya kesadaran diri dan kemampuan bahasa sesuai.
Pertanyaan: berdasarkan perkembangan konsep diri kasus di atas An W berusia:
a. Usian 3-6 tahun
b. Usia 6-12 tahun
c. Usia 12-20 tahun
d. Usia 20-40 tahun
e. Usia 0-1 tahun
17. Ners A melakukan tindakan pemasangan kateter pada Ny. W usia 30 tahun tanpa
diberikan penutup. Saat tindakan tersebut Pasien merasa tidak dihargai, malu dan tidak
diberikan pilihan untuk memilih perawat yang sama jenis kelaminya. Setelah tindakan
perasaan tersebut sudah hilang.
Pertanyaan: berdasarkan kasus di atas, Ny W mengalami:
a. HDR kronis
b. HDR Situasional
c. Gangguan konsep diri
d. Gangguan ideal diri
e. Gangguan alam perasaan

18. Hasil pengkajian perkembangan pada An W: Identitas jender berkembang secara kontinyu
(terus menerus), Mampu mengidentifikasi jender diri sendiri, Mulai menirukan tindakan
orang tua yang berjenis kelamin sama ,misal berinteraksi dengan boneka, pakaian yang
dipaka.
Pertanyaan: berdasarkan kasus di atas An W berdasarkan tahapan perkembangan seksual
berusia:
a. 0-1 tahun
b. 1-3 tahun
c. 4-5 tahun
d. 6-12 tahun
e. 12-18 tahun

19. Hasil pengkajian perkembangan seksual pada Tn A didapatkan: Terjadi aktivitas seksual,
Gaya hidup dan nilai-nilai yang dianut telah kuat, Beberapa pasangan berbagi tugas :
keuangan, pekerjaan rumah tanggaa, dan mengalami ancaman terhadap body image
akibat penuaan
Pertanyaan: berdasarkan kasus di atas An W berdasarkan tahapan perkembangan seksual
berusia:
a. 6-12 tahun
b. 12-18 tahun
c. 18-40 tahun
d. 40 – 50 tahun
e. Di atas 50 tahun

20. Keluarga Tn W 50 tahun dalam keluarga menerapkan cara berpakaian, tata cara
pernikahan, perilaku anggota keluarga sesuai norma di masyarakat. Peran anggota
keluarga sebagai seorang laki-laki dan perempuan berjalan dengan baik.
Pertanyaan: berdasarkan kasus di atas bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan
seksual pada keluarga Tn W adalah:
a. Lingkungan
b. Budaya
c. Nilai – nilai religi
d. Status kesehatan
e. Keluarga

21. Ners W memberikan HE kepada seorang ibu yang telah dilakukan tindakan medis Currage
karena mengalami abortus “ ibu karena mengalami abortus sehingga selama 3 bulan tidak
diijinkan untuk hamil dulu karena kondisi rahim belum siap untuk kehamilan”.
Pertanyaan: Berdasarkan penjelasana Ners W melaksanakan intervensi berikut yang
paling tepat:
a. Health education tentang seksual pada ibu pasca abortus
b. Health education tentang penyakit klien
c. Health education tentang pengetahuan sistem reproduksi wanita usia subur
d. Health education tentang bahaya kehamilan pasca abortus

22. Tn A usia 50 tahun mengatakan bahwa sejak meminum obat untuk penyakitnya, pasien
mengatakan mengalami penurunan libido.
Pertanyaan: berdasarkan kasus di atas maka faktor yang mempengaruhi seksual
berdasarkan kasus di atas adalah:
a. Medikasi
b. Kondisi Kesehatan
c. Jenis penyakit
d. Kebiasaan aktivitas
e. Life style
23. Berikut adalah pengkajian seksual yang benar mengenai cara mendapatkan hasil
anamnesa yang mendalam adalah:
a. Menggunakan pendekatan yang jujur dan berdasarkan fakta yang menyadari
bahwa klien sedang mempunyai pertanyaan atau masalah seksual
b. Memberikan waktu yang memadai untuk membahas masalah seksual
c. Minta klien untuk mengklarifikasi komunikasi verbal dan non verbal yang belum
jelas
d. Amati klien selama interkasi
e. Menggunakan pertanyaan terbuka, umum dan luas untuk mendapatkan informasi
mengenaik pengetahuan, persepsi dan dampak pernyakit berkaitan dengan
seksualitas
24. Tn A menyampaiakan bahwa mekanisme koping yang dgunakanya untuk
mengekspresikan masalah seksualnya adalah dengan mencari pembenaran atau
penerimaan tentang motif, perilaku, perasaan dan dorongan seksual.
Pertanyaan: berdasarkan kasus di atas mekanisme koping Tn A adalah:
a. Fantasi
b. Denial
c. Rasionalisasi
d. Menarik diri
e. Regresi
25. Tn. A usia 55 tahun menderita diabetes mellitus, pasien mengatakan sejak 3 bulan yang
lalu sudah mengalami impotensi. Klien merasa tidak berguna dan tidak ada harapan.
Pasien merasa putus asa dan berharap fungsi seksualnya kembali seperti sebelum sakit.
Pertanyaan: berdasarkan kasus di atas masalah keperawatan yang paling tepat adalah?
a. Keputusasaan
b. Harga diri rendah
c. Gangguan peran
d. Gangguan seksual
e. Disfungsi seksual

Anda mungkin juga menyukai