Kelompok 1
Tatalaksana nyeri dapat diklasifikasikan menjadi dua, yg pertama terapi nyeri secara
farmakologis Yaitu dengan menggunkaan obat-obatan farmakologis dari golongan
analgesik dan yang kedua terapi nyeri non farmakologis seperti dengan menggunakan
teknik distraksi, relaksasi, terapi musik dan bimbingan imajinasi. Beberapa hasil
penelitian tentang kompres dingin serta relaksasi nafas dalam diketahui memberikan
hasil yg signifikan dalam penurunan rasa nyeri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat efektifitas pemberian kompres dingin terhadap penurunan intensitas nyeri pada
pasien fraktur di RSUD Ungaran Semarang.
Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang
bersifat total maupun sebagian. Secara ringkas dan umum, fraktur adalah patah tulang
yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut tenaga fisik,
keadaan tulang itu sendiri, serta jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan
apakah fraktur yang terjadi lengkap atau tidak lengkap (Helmi, 2012).
Menurut hasil data Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2011, di Indonesia terjadi
fraktur yang disebabkan oleh cidera seperti terjatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma
tajam/tumpul. Riset Kesehatan Dasar (2011) menemukan ada sebanyak 45.987
peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8 %). Kasus
kecelakaan lalu lintas sebanyak 20.829 kasus, dan yang mengalami fraktur sebanyak
1.770 orang (8,5 %), dari 14.127 trauma benda tajam/tumpul, yang mengalami fraktur
sebanyak 236 orang (1,7 %). Data dari rekam medik RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
pada tahun 2010 tercatat kasus fraktur sebanyak 597 kasus. Pada tahun 2011 penderita
fraktur meningkat sebanyak 671 kasus, dan pada tahun 2012 penderita fraktur kembali
meningkat yaitu sebanyak 689 kasus. Pada tahun 2013, Januari hingga Juli tercatat 481
kasus fraktur. Data ini menunjukkan peningkatan yang terjadi pada pasien fraktur setiap
tahunnya (Rekam Medik RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2013).
Salah satu manifestasi klinik pada penderita fraktur adalah nyeri. Nyeri merupakan
gejala paling sering ditemukan pada gangguan muskuloskletal. Nyeri pada penderita
fraktur bersifat tajam dan menusuk. Nyeri tajam juga bisa ditimbulkan oleh infeksi
tulang akibat spasme otot atau penekanan pada saraf sensoris (Helmi, 2012). Salah satu
manajemen non farmakologi untuk menurunkan nyeri yang dirasakan pada pasien
fraktur adalah dengan kompres dingin (Potter & Perry, 2005). Pemberian kompres
dingin dipercaya dapat meningkatkan pelepasan endorfin yang memblok transmisi
stimulus nyeri dan juga menstimulasi serabut saraf berdiameter besar A-Beta sehingga
menurunkan transmisi implus nyeri melalui serabut kecil A-delta dan serabut saraf C.
tindakan kompres dingin selain memberikan efek menurunkan sensasi nyeri, kompres
dingin juga memberikan efek fisiologis seperti menurunkan respon inflamasi jaringan,
menurunkan aliran darah dan mengurangi edema (Tamsuri, 2007).
Fraktur atau patah tulang merupakan gangguan penuh atau sebagian pada
kontinuitas struktur tulang. Fraktur terjadi dikarenakan hantaman langsung sehingga
sumber tekanan lebih besar daripada yang bisa diserap, ketika tulang mengalami fraktur
maka struktur sekitarnya akan ikut terganggu (Smeltzer, 2013). Trauma atau cedera
memegang proporsi terbesar penyebab fraktur. Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat
pada tahun 2011-2012 terdapat 1,3 juta orang menderita fraktur.
Keluhan utama yang sering ditemukan pada pasien fraktur adalah nyeri. Terapi
dingin secara klinis dapat meningkatkan ambang nyeri, mencegah pembengkakan dan
menurunkan performa motorik local. Salah satu cold therapy adalah cryotherapy.
Cryotherapy merupakan penggunaan es (ice pack) dan air es dalam pengobatan cedera
dan modalitas pengobatan yang umum digunakan dalam pengelolaan cedera.. Secara
fisiologis es mengurangi aktivitas metabolisme dalam jaringan sehingga mencegah
kerusakan jaringan sekunder dan mengurangi nyeri ke sistem saraf pusat.
d. Menurut kelompok
Fraktur adalah perubahan kontuinitas jaringan tulang. Fraktur terjadi akibat adanya
trauma atau juga dapat diakibatkan oleh degenerative. Keluhan yang sering dialami
klien yang terkena fraktur ialah nyeri.
Penatalaksanaan nyeri ada dua yaitu farmakologis dan non farmakologis.
Farmakologis yaitu dengan cara memberikan obat – obatan analgesik sedangkan non
farmakologis contohnya dengan melakukan terapi dingin.
B. METODE
a. Menurut jurnal “PENGARUH KOMBINASI KOMPRES DINGIN DAN
RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS
NYERI FRAKTUR DI WILAYAH KABUPATEN PROVINSI SUMATERA
SELATANTAHUN 2017”
Sampel dalam penelitian ini adalah penderita yang mengalami fraktur berjumlah 30
orang penderita yang terdapat di wilayah Kabupaten Provinsi Sumatera Selatan yang di
pilih dengan menggunakan tehnik accidental sampling serta memenuhi kriteria yang
telah ditentukan.
Kriteria Inklusi :
Desain: Quasi Eksperimen untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara
melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok eksperimen. Sampel: Sampel pada
penelitian ini adalah 30 responden yang mengalami fraktur tertutup di ruang Dahlia
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Pengambilan sampel menggunakan purposive
sampling. Analisa Data: Analisa statistik melalui dua tahapan yaitu dengan
menggunakan analisa univariat dan bivariate.
Penelitian ini menilai skala nyeri sebelum dan sesudah di berikan terapi dingin
cryotherapy dan menilai pengaruh terapi dingin cryotherapy terhadap penurunan
instensitas nyeri. Penelitian ini dilaksanakan di ruang trauma centre RSUP Dr. M.
Djamil mulai dari bulan Maret –November 2018 dengan pengumpulan data
dilaksanakan pada tanggal 11 Mei -5 Juli 2018. Sampel pada penelitian ini berjumlah
12 orang . Sampel dipilh dengan kriteria inklusi yaitu semua pasien fraktur
ekstremitas tertutup yang mengeluh nyeri, berusia ≥ 14 tahun, responden tidak
dalam pengaruh obat analgetik (kompres dingin dilakukan 4 jam setelah
pemberian analgetik), dan bersedia menjadi responden dengan menandatangani
lembar persetujuan sebagai responden. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 12
orang. Teknik pengambilan sampel adalah dengan cara purposed sampling.
d. Menurut kelompok
C. HASIL PENELITIAN
a. Menurut jurnal “PENGARUH KOMBINASI KOMPRES DINGIN DAN
RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS
NYERI FRAKTUR DI WILAYAH KABUPATEN PROVINSI SUMATERA
SELATANTAHUN 2017”
Kombinasi kompres dingin dan relaksasi nafas dalam memberikan pengaruh yang
cukup significan terhadap penurunan intensitas nyeri fraktur dengan nilai p = 0,000 <
0.05.
1. Intensitas nyeri sebelum deberikan kombinasi kompres dingin dan relaksasi nafas
dalam. Dari 30 sampel yang berpartisipasi diketahui sebanyak 2 orang sampel
(6.7%) dengan skala nyeri 3 (intensitas nyeri ringan), 1 orang sampel (3.3%)
dengan skala nyeri 4, 1 orang sampel (3.3%) dengan skala nyeri 5, 9 orang sampel
(30.0%) dengan skala nyeri 6 (intensitas nyeri sedang) dan sebanyak 12 orang
sampel (40.0%) dengan skala nyeri 7, 3 orang sampel (10.0%) dengan skala nyeri 8
dan 2 orang sampel (6.7%) dengan skala nyeri 9 (intensitas nyeri berat).
2. Intensitas nyeri setelah deberikan kombinasi kompres dingin dan relaksasi nafas
dalam. Dari 30 sampel yang berpartisipasi diketahui sebanyak 5 orang sampel
(16.7%) dengan skala nyeri 2, 9 orang sampel (30.0%) dengan skala nyeri 3
(intensitas nyeri ringan), 6 orang sampel (20.0%) dengan skala nyeri 4, 7 orang
sampel (23.3%) dengan skala nyeri 5, 2 orang sampel (6.7%) dengan skala nyeri 6
(intensitas nyeri sedang) dan sebanyak 1 orang sample (3.3%) dengan skala nyeri 7
(intensitas nyeri berat).
3. Hasil uji wilcoxone menunjukkan nilai significancy .000 < 0.05. Terdapat
pengaruh pemberian kombinasi kompres dingin dan relaksasi nafas dalam terhadap
penurunan intensitas nyeri fraktur.
Penelitian yang telah dilakukan pada Bulan Mei 2014 hingga Juni 2014 di ruang
Dahlia RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Hasil penelitian menemukan mayoritas
responden adalah laki-laki (63,3%) dengan usia remaja akhir (60%) dan suku melayu
(36,7%). Hasil dari uji statistik yang digunakan adalah paired sampel t test untuk
melihat perbedaan rata-rata intentias nyeri sebelum dan setelah dilakukan kompres
dingin pada kategori kelompok eksperimen diperoleh nilai p value= 0,000 (p<0,05)
yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada intensitas nyeri sebelum
dan setelah diberikannya kompres dingin. Sebelum dilakukan kompres dingin, rata-rata
intensitas nyeri sebesar 7,00 dan setelah diberikan kompres dingin intensitas nyeri turun
menjadi 5,47. Hasil uji independen sampel t test untuk melihat perbedaan rata-rata
intensitas nyeri setelah diberikan kompres dingin antara kategori kelompok eksperimen
dengan kelompok kontrol diperoleh nilai p value= 0,000 (p<0,05) yang berarti bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan intensitas nyeri setelah diberikannya kompres dingin
antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen
rata-rata intensitas nyeri sebesar 5,47 dan pada kelompok kontrol intensitas nyeri lebih
tinggi yaitu sebesar 7,27. Maka dapat disimpulkan bahwa pemberian kompres dingin
efektif dalam mengurangi intensitas nyeri pada pasien fraktur tertutup di Ruang Dahlia
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
d. Menurut kelompok
Perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan terapi dingin pada sampel fraktur
tertutup.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa terapi dingin dapat menurunkan
intensitas nyeri dari skala 5 (nyeri sedang) menjadi skala 3 (nyeri ringan).