TINJAUAN PUSTAKA
A. Resiliensi
1. Pengertian Resiliensi
dengan baik perubahan hidup pada level yang tinggi, menjaga kesehatan di
kemalangan, merubah cara hidup ketika cara yang lama dirasa tidak sesuai lagi
kekerasan.
& Akmal, 2017). Luthar dan Cicchetti (Lerner & Steinberg, 2004) menjelaskan
dihasilkan dari kekuatan yang berasal dari dalam diri individu sehingga mampu
12
13
Resiliensi dapat dikatakan sebagai kemampuan untuk pulih kembali dari suatu
2011).
2. Aspek-aspek Resiliensi
meliputi :
a. Emotion regulation
dapat mengekspresikan emosi secara tepat dan sehat, baik emosi positif
pada saat tidak dapat mengontrol emosi (marah, sedih, maupun cemas).
Reivich dan Shatté (2003) mengemukakan dua hal penting yang terkait
b. Impuls control
pada akhirnya emosi mengendalikan pikiran dan perilaku. Hal tersebut dapat
impuls yang tinggi lebih baik secara sosial dan akademis dibandingkan
c. Optimisme
solusi dan terus berusaha untuk memperbaiki situasi sulit, menatap masa
depan positif, dapat mengontrol arah hidupnya. Individu yang optimis jarang
15
menderita depresi, memiliki prestasi, dan lebih produktif (Reivich & Shatte,
d. Causal analysis
& Shatte, 2003). Seligmen (dalam Reivich & Shatte, 2003) mengidentifikasi
yang dimiliki individu. Gaya berpikir dibagi menjadi tiga dimensi, yaitu:
individu yang cenderung menyalahkan diri sendiri atas hal yang tidak
saya’, meyakini penjelasan eksternal (di luar diri) atas kesalahan yang
terjadi.
bahwa dirinya dapat melakukan suatu hal lebih baik pada setiap
sementara.
16
(tidak terpaku pada salah satu gaya berpikir explanatory) dan tidak akan
e. Empathy
orang lain (Reivich & Shatté, 2003). Hal ini sering disebut sebagai bahasa
nonverbal seperti ekspresi wajah, nada suara, gestur tubuh, yang menentukan
kemampuan untuk merasakan apa yang sedang dirasakan oleh orang lain,
tanpa ikut terbawa emosi. Selain itu, Werner dan Smith (dalam Lewis, 1996)
17
f. Self-efficacy
rintangan. Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi cenderung mampu
mengarahkan diri sendiri untuk tidak tergantung kepada orang lain, percaya
tidak berhasil. Sementara itu, individu yang memiliki efikasi diri yang
rendah sering mengatakan tidak mampu mencari solusi dan tidak siap dalam
g. Reaching out
kehidupan. Individu yang memiliki reaching out adalah individu yang berani
mengambil resiko, senang dan tidak takut mencoba hal-hal yang baru,
18
melihat segala sesuatu dapat dicapai, dapat bangkit dari ejekan dan
kegagalan.
a. Insight
perilaku yang lebih tepat. Insight juga merupakan suatu kondisi dimana
b. Independence
emosional maupun fisik dari sumber masalah (lingkungan dan situasi yang
c. Relationships
yang baik.
d. Initiative
terhadap kehidupannya baik pada dirinya sendiri maupun pda masalah yang
19
pemecahan masalah dan selalu berusaha memperbaiki diri dan situasi yang
e. Creativity
mengacu pada proses mental yang mengarah pada solusi, ide, konsep,
f. Humor
lebih ringan.
g. Morality
resilien dapat mengevaluasi dan membuat keputusan yang tepat tanpa rasa
resiliensi menurut Reivich dan Shatte terdiri dari emotion regulation, impuls
kampus, adalah aspek resiliensi yang dikemukakan oleh Reivich dan Shatte.
Wolin dan Wolin, sehingga akan lebih mudah untuk mengungkapkan resiliensi
a. Self-Esteem
orang lain dari sudut pandang diri individu sendiri (Mruk, 2006). Dua data
dari hasil penelitian yang lebih luas yang dilakukan oleh Collins dan Smyer
mengalami stres pada usia lanjut (memiliki beban finansial). Para partisipan
b. Dukungan Sosial
2009; Maddi et al. 2006). Penelitian lain menunjukkan bahwa resiliensi dan
individu usia lanjut (Netuveli & Blane, 2008). Penelitian pada orang dewasa
di New York, Poindexter dan Shippy (2008), yang dilakukan pada partisipan
perasaan, persepsi atau sensasi yang dialami seseorang dan kelompok yang
dengan realitas yang ada atau dengan hal-hal yang bersifat transcendental.
pandangan bahwa dunia lebih luas daripada diri sendiri, spiritualitas juga
berarti ketaatan pada suatu ajaran (agama) yang spesifik. Penelitian tentang
yang membantu individu dalam mengatasi kondisi stres dalam hidup dan
stres (Maddi et al. 2006). Aspek positif dari spiritualitas juga turut membantu
individu dalam memulihkan perasaan kontrol diri saat sakit, dan membantu
kemampuan adaptasi saat sakit kronis dan tidak seimbang (Crowther et al.
resiliensi pada orang yang selamat dari penyakit kanker; meskipun individu
d. Emosi Positif
menjadi cara dalam menurunkan dan mengatasi respon stres secara lebih
efektif (Davis et al. 2007). Kemudian, emosi positif juga dapat menjadi
negatif terhadap stres seperti respon melawan atau menghindar adalah sifat
dukungan sosial, spiritualitas atau keberagamaan, dan emosi positif. Dalam hal
ini, peneliti memilih faktor yang dikemukakan oleh Resnick, Gwyther, dan
mahasiswa aktivis dakwah kampus yang ditinjau dari self-esteem menjadi alasan
B. Self-esteem
1. Pengertian self-esteem
jauh individu percaya bahwa dirinya mampu, penting, berhasil dan berharga
esteem adalah tingkat kecenderungan sikap, gagasan, evaluasi atas diri sendiri,
berhubungan dengan banyak aspek dari pemikiran, emosi dan perilaku serta
dilekatkan pada diri individu. Self-esteem juga berarti penilaian atas ‘harga
pengingkaran atas diri dan perilaku individu. Byrne dan Robert, (2003)
sendiri, merujuk pada sikap seseorang terhadap dirinya sendiri, mulai dari
2016) menyatakan bahwa self esteem adalah penilaian diri yang dipengaruhi
dirinya sendiri, baik positif maupun negatif (dalam Mualfiah & Indrijati,
(harga diri) adalah suatu tingkah laku evaluasi diri sendiri sebagai realisasi
bahwa self esteem adalah evaluasi seseorang terhadap dirinya sendri, dapat
berdasarkan pada keyakinan mengenai apa dan siapa diri individu sebenarnya.
esteem adalah evaluasi atas diri sendiri yang dilakukan oleh individu, mulai
dari sangat positif sampai sangat negatif, yang menunjukkan seberapa jauh
2. Aspek-aspek Self-esteem
dan competence.
a. Power
individu dari orang lain dan adanya kualitas atas pendapat yang
diutarakan oleh seorang individu yang nantinya diakui oleh orang lain.
b. Significance
afeksi, dan ekspresi cinta yang diterima oleh seseorang dari orang lain
c. Virtue
mengikuti standar moral dan etika serta agama dimana individu akan
menjauhi tingkah laku yang harus dihindari dan melakukan tingkah laku
yang diijinkan oleh moral, etika, dan agama. Seseorang yang taat terhadap
nilai moral, etika dan agama dianggap memiliki sikap yang positif dan
d. Competence
variasi usia seseorang. Self esteem akan meningkat menjadi lebih tinggi
27
1). Individu dengan self-esteem yang tinggi: adalah individu yang menerima
berarti penerimaan dan penghargaan pada diri sendiri yang tidak tergantung
pada apapun, menerima secara penuh diri sendiri apa adanya, merasa
yang ada.
2). Individu dengan self-esteem yang rendah: adalah individu yang percaya
tujuan yang tidak realistis dan meletakkan tuntutan yang tidak rasional pada
diri sendiri. Memiliki cita-cita yang tidak realistis hanya akan lebih banyak
menghukum dan menyalahkan diri sendiri, karena ketika tujuan itu tercapai,
28
ia akan merasa kecewa, karena merasa tidak puas dan kurang, meskipun
1). Individu dengan self-esteem yang tinggi: adalah individu yang merasa
penuh atas hidupnya. Dalam hal ini, individu merasa nyaman dengan
realitas yang ada, dan tidak menyalahkan diri sendiri atas permasalahan
yang terjadi pada hidupnya. Apa yang terjadi pada kehidupannya adalah
Individu dengan self-esteem yang tinggi juga dapat memiliki pilihan untuk
individu memiliki otoritas penuh untuk menentukan mana yang benar dan
2). Individu dengan self-esteem yang rendah: adalah individu yang cenderung
apa yang terjadi pada lingkungan sekitar. Beberapa dari individu tersebut
merasa terasingkan dari realitas kehidupan, dan apa yang terjadi pada
esteem yang rendah juga merasa dirinya tidak berdaya, lemah, dan setiap
1.) Individu dengan self-esteem yang tinggi: adalah individu yang memiliki
orang lain, apa yang orang lain lakukan, dan pilihan serta kehidupan yang
mereka jalani, selama orang lain juga memiliki kehendak untuk menghargai
dirinya. Sehingga individu dengan self esteem yang tinggi mampu menjalin
2). Individu dengan self-esteem yang rendah: adalah individu yang memiliki
dasar penghargaan yang rendah pada orang lain, tidak memiliki toleransi
dan memiliki keyakinan bahwa orang lain harus hidup berdasarkan pada
hubungan dengan orang lain juga ditunjukkan dengan sikap yang kaku dan
tidak fleksibel, terlalu sibuk dengan urusan sendiri dan tidak ingin
memikirkan tentang orang lain. Ketika ada sedikit waktu untuk memikirkan
orang lain, individu hanya mengkhawatirkan tentang apa yang orang lain
Individu seringkali merasa tidak aman dan tidak nyaman berada dengan
orang lain, bahkan bersikap malu dan mempermalukan atau marah serta
defensif.
30
diri sendiri, perasaan tentang hidup, dan perasaan tentang orang lain. Dalam
penelitian ini, aspek yang akan digunakan sebagai indikator penyusunan alat
dari kesulitan yang menjadi fondasi dari semua karakter positif dalam
esteem merupakan penilaian diri yang dilakukan oleh seorang individu dan
orang lain dan memiliki relasi sosial atau hubungan yang baik terhadap
(kemampuan).
mendapat pengakuan atas tingkah lakunya dari orang lain. Mahasiswa yang
memiliki self esteem yang tinggi akan merasa adanya pengakuan dan
penghormatan yang diterima dari orang lain atas kualitas ide-ide yang
(coopersmith, 1967).
memiliki banyak rutinitas dan tuntutan, akan merasa mampu bahwa dirinya
orang lain atas hal yang tidak berjalan baik semestinya. Hal ini berkaitan
afeksi, dan ekspresi cinta yang diterima oleh seseorang dari orang lain yang
tinggi akan merasa adanya kepedulian, perhatian, afeksi, dan ekspresi cinta
2003).
standar moral dan etika serta agama dimana individu akan menjauhi tingkah
laku yang harus dihindari dan melakukan tingkah laku yang diijinkan oleh
moral, etika, dan agama. Mahasiswa yang memiliki self esteem yang tinggi
individu lebih resilien. Hal ini merujuk pada pendapat Yu dan Zhang (dalam
Putri & Uyun, 2017) bahwa individu yang resilien dapat merespon tekanan
self esteem yang tinggi mereka merasa mampu untuk mencapai prestasi dan
datang (Reivich & Shatté, 2003). Hal ini dikarenakan mahasiswa yang
self esteem dan membebaskannya dari rasa bersalah (Reivich & Shatté,
2003).
hilangnya self esteem. Orang yang sangat tabah percaya pada diri mereka
sendiri dan memiliki kekuatan batin yang dapat diandalkan. Tingginya self
atau beradaptasi terhadap tantangan dan tekanan hidup. Synder & Lopez
D. Hipotesis
hubungan yang positif antara self esteem dengan resiliensi pada mahasiswa aktivis
dakwah kampus. Semakin tinggi self esteem mahasiswa aktivis dakwah kampus
Sebaliknya, semakin rendah self esteem, maka semakin rendah pula resiliensinya.