Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia secara umum disebabkan oleh dua
faktor, yaitu faktor kelalaian dan faktor kesengajaan. Kedua faktor ini samasama
diakibatkan oleh aktivitas manusia. Faktor kelalaian terjadi sebagai akibat kurang hati-
hatinya dalam beraktivitas di dalam hutan, sedangkan faktor kesengajaan terjadi
sebagai akibat dari aktivitas pembukaan lahan baru dengan cara membakar atau untuk
peremajaan tanaman industri di wilayah industri. Bila dibandingkan, kebakaran hutan
karena faktor kelalaian manusia jauh lebih kecil dibanding dengan faktor kesengajaan
membakar hutan (Bahri, 2002).

Kebakaran hutan dan lahan merupakan bukan hal baru terjadi disejumlah daerah
di Indonesia, Pemerintah Pusat maupun Daerah pun memiliki database yang seharusnya
menjadi acuan guna dijadikan pola dalam menganalisa upaya pencegahan yang
dilakukan pada masa mendatang (Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan
Lahan, 2013). Hal tersebut dimaknai sebagai salah satu kapabilitas yang dijalankan oleh
pemerintah, pola menganalisa merupakan metode untuk mengukur pekerjaan mereka
serta beragam pencegahan yang efektif dibantu track record tersebut. Database
dijadikan pola analisa sekaligus menjadi catatan terhadap kapabilitas atau kemampuan
yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah di pusat maupun di daerah melaksanakan
tugasnya, didukung dengan pembagian tugas yang semakin jelas dan baik Kapabilitas
Pemerintah Daerah Provinsi Riau selama ini tidak luput dari perhatian nasional maupun
negara tetangga, terhadap kasus kebakaran hutan dan lahan yang terjadi yang
menimbulkan dampak kabut asap, yang asapnya dirasakan hingga wilayah negara
tetangga (Singapura dan Malaysia) menimbulkan isu keamanan lingkungan bersifat
lintas batas, serta dampak asap sampai pada provinsi tetangga (Kepulauan Riau,
Sumatera Barat serta Jambi), hal ini disebabkan oleh faktor dari letak geografis
Riau.Kabut asap yang disebabkan kebakaran hutan mengakibatkan banyak kerugian
salah satunya yaitu mengakibatkan ISPA bagi masyarakat sekitar.

1
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) merupakan penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran
atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus,
rongga telinga tengah dan pleura (Irianto, 2015). Menurut WHO (2007), ISPA menjadi
salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia.
Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya disebabkan
oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Kelompok yang paling berisiko adalah balita,
anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara-negara dengan pendapatan per
kapita rendah dan menengah.

ISPA merupakan penyakit yang banyak terjadi di negara berkembang serta


salah satu penyebab kunjungan pasien ke Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit
(15%-30%). Kasus ISPA terbanyak terjadi di India 43 juta kasus, China 21 kasus,
Pakistan 10 juta kasus dan Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta kasus.
Semua kasus ISPA yang terjadi di masyarakat, 7-13% merupakan kasus berat dan
memerlukan perawatan rumah sakit (Dirjen PP & PL, 2012)

B. Rumusan Masalah

Bagaimana metode pengendalian tingginya angka kasus penyakit ISPA di Kabupaten

Kampar ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Mengendalikan tingginya angka kasus penyakit ISPA di Kabupaten Kampar
2. Tujuan Khusus

A.Mengetahui faktor resiko tingginya angka kasus penyakit ISPA di Kabupaten


Kampar

B. Mengetahui penyebab tingginya angka kasus penyakit ISPA di Kabupaten Kampar

C. Mengetahui dampak tingginya angka kasus penyakit ISPA di Kabupaten Kampar

D. Mengetahui pemecahan masalah tingginya angka kasus penyakit ISPA di Kabupaten


Kampar

2
D. Manfaat

1. Bagi tenaga kesehatan: dapat menanggulangi dan menekan tingginya angka kasus
penyakit ISPA di Kabupaten Kampar
2. Bagi masyarakat dapat melakukan upaya penanggulangan dan pencegahan tingginya
angka kasus penyakit ISPA di Kabupaten Kampar

BAB II

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi masalah dan faktor resiko


1. Skenario
Kabut Asap
Setiap musim kemarau, kabut asap selalu menyelimuti beberapa wilayah
Indonesia yang diakibatkan oleh kebakaran hutan. Pada tahun ini, kabut asap sudah
terjadi lebih dari 2 bulan sejak Juli 2019 dan yang paling parah terjadi di daerah Provinsi
Riau. Kabupaten Kampar adalah salah satu kabupaten yang paling parah terdampak
kabut asap. Terhitung dalam 3 bulan setiap hari diselimuti kabut asap, terparah terjadi
bulan Agustus dengan jarak pandang sekitar 200 m. Indeks standart pencemaran udara
berada pada batas merah dan masuk dalam kategori sangat tidak sehat, bahkan pernah
berada pada level berbahaya.
Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar melaporkan terjadi peningkatan ISPA
dalam kurun waktu 3 bulan terakhir. Jumlah laporan ISPA pada bulan Juni sebanyak
98 kasus, Juli 158 kasus dan Agustus sebanyak 319 kasus. Sebagian besar penderita
yang tercatat adalah lansia dan anak – anak. Selain ISPA, beberapa keluhan penyakit
mulai dirasakan masyarakat setempat. Informasi yang diperoleh dari masyarakat
setempat, keluhan yang dirasakan antara lain mata mulai terasa pedih, sesak nafas dan
kepala pusing.
Penduduk Kabupaten Kampar sangat beragam, 90% penduduk beragama Islam
dengan mata pencaharian mayoritas di bidang perkebunan dan perikanan. Hasil
perkebunan adalah kelapa sawit yang menjadi produk unggulan di wilayah tersebut.
Setiap tahun penduduk membuka lahan baru dengan membakar hutan. Kebiasaan
tersebut sering dilakukan turun temurun untuk menghemat biaya dalam pembukaan

3
lahan. Kabupaten Kampar dilalui oleh 2 sungai besar yaitu sungai Siak dan Kampar,
dimana di sepanjang sungai ini terutama sungai Kampar ditempatkan keramba untuk
budidaya ikan. Fasilitas kesehatan di Kabupaten Kampar cukup memadai, sudah ada
rumah sakit tipe B di wilayah tersebut dan puskesmas yang sudah terakreditasi sebesar
80%. Upaya apa yang dapat anda lakukan dalam mengatasi masalah tersebut.

2. Inventaris masalah
Dari skenario di atas dapat diperoleh masalah sebagai berikut:
1. Kabut asap sudah terjadi lebih dari 2 bulan sejak Juli 2019 dan yang paling parah
terjadi di daerah Provinsi Riau.
2. Kabupaten Kampar adalah salah satu kabupaten yang paling parah terdampak kabut
asap
3. Indeks standart pencemaran udara berada pada batas merah dan masuk dalam
kategori sangat tidak sehat, bahkan pernah berada pada level berbahaya.
4. Jumlah laporan ISPA pada bulan Juni sebanyak 98 kasus, Juli 158 kasus dan Agustus
sebanyak 319 kasus.
5. Sebagian besar penderita yang tercatat adalah lansia dan anak – anak.
6. mata pencaharian mayoritas di bidang perkebunan dan perikanan.
7. Setiap tahun penduduk membuka lahan baru dengan membakar hutan.
8. Kebiasaan tersebut sering dilakukan turun temurun untuk menghemat biaya dalam
pembukaan lahan.
3. Tabel Skoring
PARAMETER A B C D

1. Prevalence 3 4 4 3
2. Severity 2 4 5 3
3. Rate % increase 2 3 4 2
4. Degree of unmeet need 4 3 3 3
5. Social benefit 3 4 5 2
6. Public concern 4 4 4 3
7. Technical feasibility study 4 4 4 3
8. Resources availability 3 3 4 2
JUMLAH 25 29 33 21

4
Rata-Rata 3.125 3.625 4.125 2.625

A : Kebakaran hutan di daerah Provinsi Riau.


B : Indeks standart pencemaran udara masuk dalam kategori sangat tidak sehat.
C : Tingginya kejadian ISPA di Kabupaten Kampar.
D : Pembukaan lahan baru dengan cara membakar hutan.

4. Analisis Masalah
Dari hasil tabel scoring yang kami dapatkan, di peroleh hasil tertinggi yaitu Tingginya
kejadian ISPA di Kabupaten Kampar. Kejadian ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang telah
diidentifikasi dalam permasalahan sebagai berikut: Kabut asap yang terjadi di daerah Provinsi
Riau khususnya Kabupaten Kampar secara umum disebabkan oleh dua faktor, yaitu factor
kelalaian dan faktor kesengajaan. Kedua faktor ini sama sama diakibatkan oleh aktifitas
manusia. Faktor kelalaian terjadi akibat kurang hati-hatinya dalam beraktivitas di dalam hutan,
sedangkan faktor kesengajaan terjadi sebagai akibat dari aktivitas pembukaan lahan baru
dengan cara membakar hutan. Penurunan kualitas udara di Kabupaten Kampar sebagai akibat
dari peristiwa kebakaran hutan dapat menyebabkan peningkatan jumlah penderita penyakit
ISPA dan gangguan saluran pernafasan lainnya. Dari data yang dihimpun, akibat kabut asap
ada peningkatan penderita ISPA dari yang mulanya sebanyak 98 kasus di bulan Juni, 158 kasus
di bulan Juli dan 319 kasus di bulan Agustus.

5
1. Konsep Sebab-Akibat, Kausa dan Efek
Dari permasalahan-permasalahan tadi dapat disusun hubungan sebab-akibat sebagaimana
diagram fish bone dibawah:

6
Analisis dan Pembahasan
1) Analisis
a) Kabut asap yang diakibatkan oleh kebakaran hutan.
b) Indeks Standar Pencemaran Udara berada pada batas merah dan masuk dalam
kategori sangat tidak sehat, bahkan pernah berada dalam level bahaya.
c) Terjadi peningkatan kejadian ISPA dalam kurun waktu 3 bulan terakhir di
Kabupaten Kampas.
d) Beberapa keluhan mulai dirasakan masyarakat antara lain mata mulai terasa
pedih, sesak napas, kepala pusing.
e) Mata pencaharian sebagian besar masyarakat adalah di bidang perkebunan dan
perikanan.
f) Kabupaten Kampar dilalui dua sungai besar.
g) Setiap tahun penduduk membuka lahan baru dengan cara membakar hutan yang
dilakukan secara turun temurun dengan tujuan menghemat biaya.
2) Pembahasan
1) MASUKAN
a) TENAGA
Peningkatan kejadian ISPA di Kabupaten Kampas, apabila ditinjau dari manusianya
sendiri disebabkan karena tingkat pendidikan dari masyarakatnya masih tegolong rendah.
Pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi setiap individu. Pendidikan adalah salah
satu faktor internal yang mempengaruhi status kesehatan seseorang. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa pendidikan merupakan perlindungan untuk kesehatan. Di negara
kaya, penambahan lama pendidikan satu tahun dapat mengurangi angka kematian sekitar
8% (Fred C. Pampel, 2010). Dengan memiliki pengetahuan, seseorang dapat mencegah
terjadinya suatu penyakit. Dalam kasus ini tingkat pendidikan masyarakat yang rendah
menyebabkan:
a. Kurangnya pengetahuan mengenai pencegahan ISPA, dimana dalam hal ini ISPA
merupakan Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA adalah penyakit yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran pernapasan. Terjadinya
kebakaran hutan menyebabkan semakin banyak titik panas (hotspot) yang
berpengaruh terhadap kualitas udara. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan
NomorNomor 289 Tahun 2013 tentang Prosedur Pengendalian Dampak
Pencemaran Udara akibat Kebakaran Hutan terhadap Kesehatan, terdapat 6
kategori dari Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) yaitu baik: 0-50, sedang:
51-100, tidak sehat 101-199, sangat tidak sehat 200-299, berbahaya 300-399,

7
sangat berbahaya > 400. Penurunan kualitas udara sebagai akibat dari peristiwa
kebakaran hutan dan lahan ini dapat menyebabkan peningkatan jumlah penderita
penyakit ISPA. Meningkatnya kejadian ISPA ini secara tidak langsung distimulir
oleh masuknya partikel-partikel asap yang mengandung senyawa-senyawa
berbahaya seperti SO2, NO2, CO, dan O3 sehingga dapat mengganggu fungsi
pernapasan (Kemenkes 2015). Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai
pencegahan ISPA menyebabkan banyaknya masyarakat yang tidak munggunakan
APD seperti masker ataupun kaca mata saat pergi ke luar rumah sehingga senyawa-
senyawa berbahaya tersebut menjadi semakin mudah untuk terhirup ke dalam
saluran napas.
b. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai risiko dari perilaku membuka lahan
baru dengan cara melakukan pembakaran hutan. Kebiasaan yang dilakukan oleh
masyarapat setempat secara turun temurun dapat menyebabkan terjadinya suatu
bencana yaitu kebakaran hutan. Hal tersebut berdampak terhadap kualitas udara di
daerah tersebut yang berpotensi mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan
terutama di daerah saluran pernapasan.
Berdasarkan masalah di atas maka didapatkan solusi yaitu dengan membuat suatu
program yaitu 1) Penyuluhan kepada masyarakat dengan tujuan untuk memberikan
informasi mengenai ISPA baik itu penyebabnya, gejala setelah terinfeksi, cara mencegah,
dan cara menanggulangi apabila sudah terinfeksi. 2) Penyuluhan kepada masyarakat
mengenai risiko serta dampak yang ditimbulkan apabila melakukan pembukaan lahan
dengan cara membakar hutan. 3) Penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya
perilaku hidup bersih (PHBS) dan penggunaan alat pelindung diri seperti masker dan kaca
mata saat keluar rumah.

b) FASILITAS
Peningkatan kejadian ISPA yang terjadi di Kabupaten Kampar, apabila ditinjau dari
segi fasilitas disebabkan oleh kebakaran hutan yang menyebabkan sulitnya akses
transportasi karena dampak dari asap yang dihasilkan akibat kebakaran hutan. Hal tersebut
menjadi salah satu faktor penghambat untuk masyarakat melakukan pengobatan.
Berdasarkan masalah di atas maka didapatkan solusi untuk menanggulanginya yaitu
dengan membuat suatu program Pengobatan gratis yang dilakukan secara bergilir di setiap
desa dari kabupaten Kampar.
c) DANA
Peningkatan kejadian ISPA di Kabupaten Kampar, apabila ditinjau dari segi dana
disebabkan karena kurangnya lapangan pekerjaan yang berdampak terhadap rendahnya
penghasilan masyarakat setempat sehingga mempengaruhi tingkat perekonomian

8
masyarakat. Berdasarkan data, didapatkan sebagian besar mata pencaharian masyarakat di
daerah tersebut adalah di bidang perkebunan dan perikanan. Tingkat perekonomian yang
randah manjadi salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam usaha pemenuhan
kebutuhan. Dalam hal ini kebutuhan dari masyarakat yang seharusnya terpenuhi adalah
kebutuhan untuk membeli alat pelindungan diri serta biaya pengobatan untuk penderita
ISPA. Rendahnya tingkat perekonomian menyebabkan masyarakat tidak dapat memenuhi
kebutuhan tersebut. Berdasarkan masalah di atas didapatkan solusi yaitu membuat program
loka karya dengan tujuan untuk menambah mata pencaharian masyarakat sehingga dapat
memperbaiki kualitas perekonomian di daerah tersebut.

2) PROSES
a) METODE
Peningkatan kejadian ISPA di Kabupaten Kampar, apabila ditinjau dari segi metode
disebabkan oleh kurangnya edukasi dan upaya pencegahan mengenai ISPA dari pihak
puskesmas. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Upaya promotif adalah kegiatan
pelayanan kesehatan yang bersifat promosi kesehatan. Upaya preventif adalah kegiatan
pencegahan terhadap suatu penyakit. Tanpa adanya dukungan dan soialisasi dari petugas
kesehatan maka tidak akan terlaksana hubungan baik antara masyarakat dengan petugas
kesehatan. Berdasarkan masalah di atas maka solusinya adalah petugas kesehatan harus
terjun ke daerah tersebut dan ikut berperan dalam menangani kejadian ISPA dengan cara
melakukan upaya promotif dan preventif melalui pelaksanaan program 1) Penyuluhan
mengenai ISPA baik itu penyebab, gejala setelah terinfeksi, penanggulangan dan
pencegahannya. 2) Pembagian brosur tentang cuci tangan yang baik dan benar serta
memberikan masker gratis untuk masyarakat.
b) MANAJEMEN
Peningkatan kejadian ISPA di Kabupaten Kampar, apabila ditinjau dari segi
manajemennya disebabkan karena banyaknya masyarakat yang masih belum mengenakan
APD saat pergi ke luar rumah. hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendidikan masyarakat
yang rendah sehingga mereka tidak mengetahui pentingnya mengenakan APD saat pergi
ke luar rumah. Jadi untuk mengatasi masalah tersebut maka solusinya adalah 1) Membuat
program penyuluhan tentang pentingnya penggunaan APD saat keluar ruman dan
pembagian masker gratis kepada masyarakat

9
3) LINGKUNGAN
a) KEBIJAKAN
Peningkatan angka kejadian ISPA di Kabupaten Kampar, apabila ditinjau dari segi
kebijakan adalah banyak masyarakat yang belum memahami tentang peraturan pembukaan
lahan baru dimana dalam peraturan menteri pertanian nomor: 26/Permentan/OT.
140/2/2007 tercantum persyaratan Izin Usaha Perkebunan (IUP) yaitu harus memiliki
sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan pembukaan lahan tanpa pembakaran serta
pengendalian kebakaran. Membuka lahan tanpa membakar dan mengelola sumber daya
alam secara alami. Banyaknya masyarakat yang masih melakukan pelanggaran terhadap
kebijakan tersebut menyebabkan adanya kebiasaan membuka lahan dengan membakar
hutan di Kabupaten Kampar yang menyebabnya ISPU berada pada level sangat berbahaya.
Berdasarkan masalah di atas maka solusinya adalah mengadakan program sosialisasi
tentang kebijakan pembukaan lahan baru.
b) ORGANISASI
Peningkatan angka kejadian ISPA di Kabupaten Kampar, apabila ditinjau dari segi
organisasi disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan masyarakat menyebabkan
kurangnya sumber daya manusia yang berkompeten sehingga sulit dibentuk organisasi
dalam bidang kesehatan yang dapat terdiri dari kader-kader penggerak masyarakat, dimana
kader-kader tersebut merupakan masyarakat di daerah itu sendiri. Organisasi semacam itu
diperlukan untuk membantu tugas dari puskesmas dalam memberikan informasi seputar
kesehatan untuk masyarakat dalam hal ini masalah kesehatannya adalah ISPA, selain itu
dengan adanya kader-kader tersebut maka untuk mengajak masyarakat terlibat dalam setiap
kegiatan ataupun program yang dicanangkan baik itu dari pihak puskesmas maupun dari
dinas kesehatan akan lebih mudah untuk dilakukan. Jadi solusinya adalah dengan mencari
calon kader-kader kesehatan yang selanjutnya diberikan pembekalan mengenai penyebab
terjadinya ISPA, gejala, penanggulangan dan pencegahannya.
c) PERAN MASYARAKAT
Peningkatan angka kejadian ISPA di Kabupaten Kampar, apabila ditinjau dari segi
peran masyarakat disebabkan karena pengaruh sosial budaya yaitu perilaku kebiasaan
membuka lahan baru dengan cara melakukan pembakaran hutan. Selain dipengaruhi oleh
sosial budaya, kebiasaan tersebut juga dilakukan secara turun temurun dengan alasan untuk
penghematan biaya. Alasan semacam itu timbul dikarenakan tingkat perekonomian
masyarakat di daerah tersebut rendah, kondisi tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh
kurangnya lapangan pekerjaan masyarakat, dimana sebagian besar masyarakatnya bekerja
dibidang perkebunan dan perikanan. Dampak yang ditimbulkan dari kebiasaan membuka
lahan dengan membakar hutan adalah terjadinya kebakaran hutan yang mengakibatkan

10
Indeks Standar Pencemaran Udara di daerah tersebut berada pada level sangat tidak sehat.
Berdasarkan masalah di atas maka didapatkan solusi yaitu dengan 1) membuat program
sosialisasi mengenai kebijakan pembukaan lahan baru.

BAB III
PENYUSUNAN PROGRAM

A. Upaya/Kegiatan pencegahan
1. Memberikan edukasi kepada masyarakat di sekitar Kabupaten Kampar mengenai
bahaya ISPA terhadap derajat kesehatan mayarakat di wilayah tersebut.
2. Memberikan edukasi kepada masyarakat di sekitar Kabupaten Kampar mengenai
pentingnya penggunaan APD seperti masker ataupun kaca mata saat keluar rumah
terkait kejadian kabut asap.
3. Memberikan edukasi kepada masyarakat di sekitar Kabupaten Kampar mengenai
pentingnya tetap menjaga asupan energi dan status gizi, serta pemberian vitamin
khususnya untuk balita, anak-anak, hingga lansia.
4. Memberikan edukasi kepada masyarakat di sekitar Kabupaten Kampar mengenai
pentingnya menjaga higienisasi diri terkait kebiasaan cuci tangan setelah kontak
dengan penderita.

Adapun bentuk program yang kami akan realisasikan untuk menangani kasus
Tingginya Kejadian ISPA di Kabupaten Kampar dalam upaya/kegiatan
pencegahan, yaitu:

Penyuluhan Bahaya ISPA


Penyuluhan Bahaya ISPA ini lebih mencangkup mengenai edukasi guna
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman bagi masyarakat di sekitar Kabuaten
Kampar mengenai masalah kabut asap yang terjadi sudah sejak Bulan Juni di
daerahnya yang semakin meningkat. Program ini juga kami lakukan dengan
pendekatan langsung dengan menjelaskan pentingnya pencegahan kesehatan yang
dapat diantisipasi oleh masyarakat.
Di mana menurut data yang didapat, rendahnya wawasan serta pengetahuan
dari masyarakat setempat di bidang kesehatan juga menjadi faktor yang berkaitan

11
dengan terjadinya kejadian ini. Masyarakat tidak mengetahui mengenai apa itu
ISPA, penyebab, gejala awal yang dialami, pencegahan dan pengobatan yang tepat
yang harus didapat. Di sini peran petugas puskesmas dan kader-kader kesehatan
juga sangat diperlukan, di mana nanti penyuluhan juga akan menggunakan brosur.
Dalam brosur sendiri berisi pula informasi tentang bahaya ISPA terkait tingginya
polusi udara di Kabupaten Kampar saat ini, penerapan PHBS seperti cuci tangan
yang baik dan menjaga sirkulasi ventilasi rumah dengan cukup dan baik, serta
penggunaan alat pelindung diri seperti masker dan kaca mata saat keluar rumah.
Dari penyuluhan ini, diharapkan masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup,
sehingga nantinya dapat menjadi bekal berguna dalam mawas diri serta dapat
mencegah terjadinya penyakit serta dapat meminimalkan kejadian luar biasa di
Kabupaten Kampar.

B. Upaya/ Kegiatan pengendalian pasien dan kontak

1. Pemberian vitamin sebagai suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuh


masyarakat di sekitar Kabupaten Kampar.
2. Penyediaan masker khusus untuk masyarakat di sekitar Kabupaten Kampar.

Adapun bentuk program yang kami akan realisasikan untuk menangani kasus
Tingginya Kejadian ISPA di Kabupaten Kampar dalam upaya/kegiatan pasien dan
kontak, yaitu:
A. Gerakan Sehat Peduli Kabut Asap
Kondisi udara akibat kebakaran hutan yang menyebabkan kabut asap
dimana-mana khususnya di Kabupaten Kampar sudah terbilang sangat
mengkhawatirkan, di mana hal ini sangat berpengaruh terhadap tingkat hirup gas
02 oleh masyarakat yang semakin menurun. Jika hal ini terjadi dalam waktu
berkepanjangan, tentunya akan menimbulkan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan
Akut). Hal ini berarti derajat ISPU (Indeks Standar Pencemaran Udara) di wilayah
tersebut yang terbilang dalam level berbahaya.
Oleh karena itu untuk menangani permasalahan ini, di sini kami merencanakan
program utama mengenai Pemberian Masker kepada masyarakat guna mencegah
korban berjatuhan lagi dari penyakit pernapasan tersebut. Masker sendiri bisa
menjadi pelindung pertama dari paparan polutan, gas berbahaya, termasuk
12
paparan kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Masker dapat menyaring
udara sebelum akhirnya masuk ke dalam saluran pernapasan. Dalam program ini,
diperlukan pula peran serta kader-kader kesehatan, Puskesmas, dan rumah sakit
agar program ini terselenggara dengan sigap dan efektif. Adapun dalam program
ini, tidak hanya masker sederhana yang dibagikan melainkan masker yang punya
kategori N. Angka di belakang kode N menandakan kemampuan masker dalam
memfiltrasi, misalnya N 95 artinya bisa menyaring sampai 95 persen, Di mana
komponen dalam asap yang bisa terhirup sampai saluran napas bawah (tenggorokan
sampai paru), adalah yang berukuran di bawah 10 mikron. Oleh karena itu, program
ini sangat penting karena masker sendiri bisa membantu mengurangi efek buruk
polutan, terutama jika dipakai terus menerus.
Dalam pembagian masker ini, di sini kami juga merencanakan untuk
memberikan 5.000 vitamin tambahan bagi masyarakat selain didapat dari
Puskesmas dan Rumah Sakit. Di mana vitamin yang kami berikan yaitu vitamin c,
di mana vitamin ini sangat penting diberikan untuk menjaga kekebalan tubuh
masyarakat serta untuk mengurangi radikal bebas yang dilepaskan oleh asap.
Diharapkan dengan Gerakan Sehat Peduli Kabut Asap ini, mampu meminimalisir
korban berjatuhan lagi akibat dampak kabut asap dalam beberapa bulan ke
belakang.

C. Upaya/ Kegiatan perbaikan lingkungan


1. Pembentukan lokakarya bagi masyarakat di sekitar Kabupaten Kampar dalam
upaya membuka lapangan pekerjaan baru serta dalam upaya meningkatkan
perekonomian keluarga.
2. Pembuatan hujan buatan sebagai penganggulangan dan antisipasi terjadinya
kejadian kabut asap kembali di Kabupaten Kampar
Adapun bentuk program yang kami akan realisasikan untuk menangani kasus
Tingginya Kejadian ISPA di Kabupaten Kampar dalam upaya/kegiatan perbaikan lingkungan,
di antaranya:
A. Program Hujan Buatan
Dalam program hujan buatan ini, diperlukan kerja sama yang baik antara
pemerintah Kabupaten Kampar dan Pemerintah Pusat. Hal ini tentunya
dikarenakan, luas lahan yang terbakar sudah mencangkup wilayah Riau di mana
13
korban yang terlapor sudah mencapai 319 kasus hingga Bulan Agustus ini. Hal
ini berarti kejadian ini sudah sangat berbahaya untuk Provinsi Riau khususnya
Kabupaten Kampar yang terkena dampak paling serius. Dalam program ini,
diharapkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) juga
bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi ( BPPT) dan
TNI dalam menggalakkan pembuatan hujan buatan untuk mengurangi titik
panas di Riau. Ketika BMKG sudah mendapat informasi tentang awan yang
berpotensi untuk disemai, pihaknya akan segera melaporkan ke BPPT untuk
tindak lanjut. Awan-awan berpotensi disemai tersebut didapat dari data satelit
atau data pertumbuhan awan hujan dari BMKG. Ketika sudah
mendapatkanmawan yang berpotensi untuk disemai, kita menerbangkan
pesawat yang membawa garam atau NaCL (Natrium klorida). Pesawat nantinya
akan masuk ke awan dan disebar di awan yang sudah diidentifiksi dapat
menimbulkan hujan. Menaburi awan dengan garam inilah yang disebut
penyemaian awan, tujuannya untuk membuat awan "matang" sehingga bisa
menurunkan hujan. Hujan buatan ini dapat efektif mengurangi kebakaran jika
kelembapan udaranya di level 700 hPa atau lebih dari 75 persen.

B. Loka Karya
Tingkat ekonomi yang rendah akan berdampak pada rendahnya tingkat
pendidikan, karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya ISPA
bagi kesehatan diri dan keluarganya. Tingkat perekonomian yang rendah pula
menjadi salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam usaha pemenuhan
kebutuhan. Peningkatan angka kejadian ISPA di Kabupaten Kampar,
disebabkan karena pengaruh sosial budaya pula yaitu perilaku kebiasaan
membuka lahan baru dengan cara melakukan pembakaran hutan.
Selain dipengaruhi oleh sosial budaya, kebiasaan tersebut juga
dilakukan secara turun temurun dengan alasan untuk penghematan biaya.
Alasan semacam itu timbul dikarenakan tingkat perekonomian masyarakat di
daerah tersebut rendah, kondisi tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh
kurangnya lapangan pekerjaan masyarakat, dimana sebagian besar
masyarakatnya bekerja dibidang perkebunan dan perikanan. Sehingga akhirnya
program loka karya ini kami rencanakan, di mana dalam program ini kami akan
meningkatkan kualitas SDM masyarakat di daerah tersebut dengan
14
mengedukasi agar mengolah kembali hasil perkebunan maupun perikanan
mereka dengan inovasi-inovasi baru agar nantinya pembeli juga tertarik untuk
membeli sehingga mendatangkan keuntungan yang lebih untuk mereka.
Misalnya saja pengolahan manisan untuk hasil perkebunan, asinan, camilan
keripik, dll sesuai dengan inovasi-inovasi terbaru.

BAB IV

PENYUSUNAN KEGIATAN PRIORITAS

A. Tabel skoring prioritas pemecahan masalah

Berdasarkan keempat rencana program yang telah kami rancang sebelumnya di atas, kami
memutuskan 3 program utama yang akan kami realisasikan. Dimana program-program tersebut
kami pilih berdasarkan banyaknya masalah yang dapat teratasi berdasarkan tulang-tulang fish
bone yang kami buat. Namun dari ketiga program tersebut, diperlukan satu program utama
yang harus kami realisasikan dahulu di POA mendatang, di mana di sini kami menggunakan
perhitungan tabel skoring pemecahan masalah untuk memiilihnya.

Efektivitas Efisiensi Hasil


No Alternatif Jalan Keluar
𝑀𝑥𝐼𝑥𝑉
M I V C P= 𝐶

1 Gerakan Sehat Peduli Kabut Asap 5 5 4 5 20

2 Program Hujan Buatan 4 4 4 5 12,8

3 Penyuluhan Bahaya ISPA 4 3 4 5 9,6

Keterangan:

M: Magnitude, yaitu besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi/kegiatan ini
dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya maslah lain)

I: Implementasi, yaitu sensitifnya dalam mengatasi masalah

V: Viability, yaitu kelanggengan selesainya masalah apabila kegiatan ini dilaksanakan.

C: Cost, biaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah

15
P: Prioritas kegiatan/ pemecahan masalah

A. Simpulan Tabel

Berdasarkan perhitungan tabel prioritas kegiatan atau pemecahan masalah yang


ditetapkan dalam menanggulangi kasus Tingginya Kejadian ISPA di Kabupaten Kampar
diputuskan untuk melaksanakan program kegiatan yaitu “Gerakan Sehat Peduli Kabut
Asap”. Karena menurut kelompok kami, kegiatan tersebut sangat efektif dan mencangkup
keseluruhan permasalahan di fish bone yang harus kami realisasikan terlebih dahulu. Program
tersebut juga akan kami lakukan dengan terjun langsung ke masyarakat guna memberikan APD
utama yang harus mereka kenakan yaitu masker saat bepergian/keluar rumah. Walaupun hal
ini kecil tapi sangat berpengaruh terhadap kesehatan pernapasan masyarakat tersebut di mana
dipicu oleh paparan asap. Selain itu juga diberikan vitamin sebagai suplemen penangkal radikal
bebas asap serta penjaga kekebalan tubuh mereka. Program ini sangat penting dan diharapkan
mampu meminimalisir korban kabut asap yang berjatuhan lagi ke depannya.

B. Tabel Rencana Kegiatan (Plan of Activity/POA) Gelar Peduli Kabut Asap Kabupaten
Kampar

16
17
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas kabut asap menyelimuti beberapa wilayah Indonesia yang
diakibatkan oleh kebakaran hutan, Kabupaten Kampar adalah salah satu kabupaten yang
paling parah terdampak kabut asap. Karena kabut asap itu lah terjadi peningkatan ISPA pada
daerah itu. Kabut asap yang terjadi karena kebakaran hutan ini disebabkan oleh faktor
kesengajaan atau kelalaian manusia.

B. Saran

1. Pembentukan lokakarya bagi masyarakat di sekitar Kabupaten Kampar dalam


upaya membuka lapangan pekerjaan baru serta dalam upaya meningkatkan
perekonomian keluarga.
2. Pembuatan hujan buatan sebagai penganggulangan dan antisipasi terjadinya
kejadian kabut asap kembali di Kabupaten Kampar

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Pradono, Julianty dan Ning Sulistyowati. 2013. HUBUNGAN ANTARA TINGKAT


PENDIDIKAN, PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN, PERILAKU
HIDUP SEHAT DENGAN STATUS KESEHATANStudi Korelasi pada Penduduk Umur 10–
24 Tahun di Jakarta Pusat (Correlation between Education Level, Knowledge of Environmental
Health, Healthy Behavior with Health Status) Correlation Study on People Aged 10–24 in
Jakarta Pusat. Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Badan Litbang Kesehatan,
Kemenkes RI, Jl. Percetakan Negara 29 Jakarta. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 17
No. 1 Januari 2014: 89–95.
2. Menkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat.
3. Permentan. 2007. Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 26/Permentan/OT. 140/2/2007 Tentang
Peraturan Pembukaan Lahan Baru.
4. Kemenkes RI. 2015. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Masalah Kesehatan
akibat. Asap. Kebakaran Hutan dan Lahan Tahun 2015.
5. Irianto, K. (2015). Memahami Berbagai Macam Penyakit. Bandung: Alfabeta.
6. Bahri, S. 2002. Kajian penyebab kabut asap kebakaran hutan dan lahan di wilayah
Sumatera Bagian Utara dan kemungkinan mengatasinya dengan TMC. Jurnal Sains dan
Teknologi Modifikasi Cuaca, 3(2): 99-104

19

Anda mungkin juga menyukai