Lapsus Anggit
Lapsus Anggit
STATUS PASIEN
Indentitas
Nama : Ny.S
Umur : 60 tahun
Alamat : Bakung
AUTHO/HETEROANAMNESA :
1
pemeriksaan
*) STATUS NEUROLOGIK :
A. KESAN UMUM :
− Kesadaran : G.C.S. : 4X6 (disatria)
− Pembicaraan : (- Disartri : (+)
(- Monoton :
(- Scanning : (- Motorik :
(- Afasi (- Sensorik :
(- Amnesik (Anomik) :
2
− Kepala : (- Besar :- - Muka : (- Mask (topeng) : (-)
(- Asymmetri :+ (- Myopathik : (-)
(- Sikap paksa : (-) (- Fullmoon : (-)
(- Torticollis : tidak dilakukan pemeriksaan
B. PEMERIKSAAN KHUSUS
1. RANGSANGAN SELAPUT OTAK :
− Kaku Tengkuk : (-) − Brudzinski : (-)
I
− Laseque : (-) − Brudzinski : (-)
II
− Kernig : (-)
2. SARAF OTAK :
NI KANAN KIRI N II KANAN KIRI
3
(Ketemporal bawah : (+) (+)
PUPIL
N V. KANAN KIRI
4
( II : (+) (+)
− Lipatan − Memperlihatkan
Naso-
labial : …………... …………... gigi : (+) (+)
Pengecapan
2/3-
Depan lidah : Tidak
dilakukan
5
VIII
Vestibular Cochlear KANAN KIRI
N IX, X
Bagian Motorik :
6
Bagian sensorik : Pengecapan 1/3 belakang lidah
3. SISTEM MOTORIK
(N.B. : 0 = normal, - 1 = Parase ringan sekali, (25%) -2 = Parase moderat
(50%)
-3 = Parase hebat (75%), -4 = Paralysis).
Kekuatan Otot:
− Tubuh : Otot perut : Tidak dilakukan
Otot pinggang : Tidak dilakukan
Kedudukan diagfragma : - Gerak ..............................................:
Tidak dilakukan
- Istirahat : Tidak dilakukan
− Lengan : (Kanan/Kiri) - Tungkai : (Kanan/Kiri)
− M. Deltoid (Abduksi : Flex −artic coxae (Tungkai atas) :
7
lengan atas ) 5/2 5/2
− M. Biceps (Flexi lengan : − artic coxae (Tungkai :
Extensi
atas) 5/2 atas) 5/2
− M. Triceps (Extensi lengan : Flexi− sendi lutut (Tungkai :
atas) 5/2 Bawah) 5/2
− Flexi sendi pergelangan : − sendi lutut (Tungkai :
Extensi
tangan 5/2 bawah)5/2
− Extensi sendi pergelangan :5/2 Flexi− plantar : 5/2
tangan kaki
− Membuka jari – jari tangan :5/2 −
Extensi dorsal : 5/2
kaki
− Menutup jari – jari tangan :5/2 −
Gerakan jari - : 5/2
jari
Besar Otot (Sebutkan otot mana) Response terhadap
perkusi
- Atrofi : (-) - Normal
Rigid : -/-
8
- Tremor : Waktu istirahat
(-)
Waktu gerak (-)
- Chorea (-)
- Athetose (-)
- Myokloni
Tidak
dilakukan
-
Gait: Station
5. REFLEKS – REFLEKS
9
Refleks kulit Refleks :
tendon/Periost
Refleks dinding Tidak dilakukan - Refleks mandibula : Tidak
perut dilakukan
(N.B. : 0 = tidak ada gerakan, +1 = ada kontraksi tidak ada gerakan sendi, +2
=normal, +3 = meningkat berlebihan, +4 = clonus )
Refleks Patologik
Tungkai Kanan Kiri Lengan :
- Babinski : - + - Hoffmann
Tromner
- Chaddock : - - -/-
- Oppenhein : - -
- Rossolimo : Tidak
dilakukan
- Gordon : - -
10
- Schaefer : - -
- Mendel – : Tidak
Bechterew dilakukan
- Stransky : Tidak
dilakukan
- Gonda : - -
11
Siriraj Skror
Diagnosa
Kesan stroke hemoragik
Pemeriksaan Penunjang
- Darah lengkap :
Hemoglobin : 14, 7
Leukosit : 10.600
LED: 12-35
Hitung Jenis: -/-/2/80/15/3
Eritrosit: 5.030.000
Trombosit: 236.000
Hematokrit: 43, 6
MCV/MCH/MCHC: 86,7/ 29,2/ 33,7
GDA: 184
Kolesterol: 151
Trigliserida: 78
HDL kolesterol: 31
LDL kolesterol: 104
- Faal Ginjal:
Creatinin: 0,6
BUN:18
Uric Acid:5,8
- Faal Hati
Bilirubin Total: 0,75
Bilirubin Direk: 0.19
Bilirubin Indirek: 0,56
SGOT:25
12
SGPT:16
Albumin: 17
- CT scan: tampak gambaran hiperden, dengan volume sekitar 3,6 ml, dengan
mid line sift tergerser 25, 7
Working Diagnosa
Diagnosa:
Klinis Hemiparese kiri sejak 7 hari tipe UMN dengang krisis hipertensi
Topis: Hemisfer dextra
Etiologis: CVA Bleeding Intracerebral
Penatalaksanaan
Medikamentosa:
- Gentamicin 2x80 mg
- Ranitidin 2x 1
- Neurosanbe 1x1
Nonmedikamentosa:
- O2 nasal 2 lt/mnt
- IVFD NS 20 tetes/ menit
- Monitoring GCS ,vital sign dan keluhan pasien
- Posisi setengah duduk
- Fisioterapi
- Diet cair
13
BAB II
Tinjauan Pustaka
14
Non-modifiable Modifiable
Umur Hipertensi
(semakin tua, semakin berisiko) (gunakan antihipertensi)
Jenis kelamin Penyakit jantung
(Laki-kali > Perempuan) (antiplatelet, antikoagulan,
antiaritmia)
Ras & etnik DM
(banyak pada kulit hitam karena (control glukosa)
berpotensi untuk terkena hipertensi,
diabetes mellitus dan obesitas)
Herediter Hiperkolesterolemia
(terdapat stroke di kalangan (obat penurun lipid)
anggota keluarga)
Merokok
(berhenti merokok)
Alkohol
(berhenti mengkonsumsi)
TIA atau stroke sebelumnya
(antiplatelet, antikoagulan)
Stenosis karotis asimtomatik
(antiplatelet, endarterektomi)
2.1.4. Klasifikasi
Dikenal bermacam-macam klasifikasi stroke. Semuanya berdasarkan atas
gambaran klinik, patologi anatomi, system pembuluh darah dan stadiumnya.
Dasar klasifikasi yang berbeda-beda ini perlu, sebab setiap jenis stroke
mempunyai cara pengobatan, preventif dan prognosa yang berbeda, walaupun
patogenesisnya serupa. Adapun klasifikasi tersebut, antara lain :
15
Terdapat infark kecil yang multiple, sehingga menyebabkan stenosis
pada pembuluh darah kecil yang sifatnya terbatas.
B. Stroke Hemoragik
1. Perdarahan intra serebral (PIS)
2. Perdarahan subarachnoid (PSA)
16
2.1.4.2 Berdasarkan Gambaran Waktu
A. Transient Ischemic Attack (TIA)
Gangguan neurologis sesaat, beberapa menit atau beberapa jam saja dan
gejala akan hilang dalam waktu <24 jam
B. Improving Stroke
Dahulu disebut reversible ischemic neurologist deficits (RIND), gangguan
neurologis setempat yang akan hilang dalam waktu 1 minggu dan
maksimal 3 minggu.
C. Worsening Stroke
Dahulu disebut strokein evolution (SIE), yaitustroke yang terjadi masih
terus berkembang dimana gangguan yang muncul semakin berat dan
bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan dalam beberapa jam atau
beberapa hari.
D. Stable Stroke
Dahulu disebut completed stroke, yaitu gangguan neurologis yang timbul
bersifat menetap atau permanen.
17
dan kreatin fosfat. Akan tetapi, perubahan masih bersifat reversibel apabila
sirkulasi dapat kembali normal.
Iskemia akan menyebabkan gangguan hemostasis ion, terutama ion
kalium dan kalsium. Ion kalium yang meninggi di ruang ekstraseluler akan
menyebabkan pembengkakan sel astroglia, sehingga mengganggu transport
oksigen dan bahan makanan ke otak.
Sel yang mengalami iskemia akan melepaskan neurotransmitter glutamat
dan aspartat yang akan menyebabkan influx natrium dan kalsium ke dalam sel.
Keadaan inilah yang mendorong jejas sel menjadi irreversibel.
Nilai CBF 6 sampai 8 ml/100 gram per menit (infark) ditandai dengan
penurunan ATP, peningkatan kalium ekstraseluler, peningkatan kalsium
intraseluler, dan asidosis seluler. Kalsium yang tinggi di intraseluler akan
menghancurkan membran fosfolipid sehingga terjadi asam lemak bebas,
antara lain asam arakhidonat. Asam arakhidonat merupakan prekursor dari
prostasiklin dan tromboksan A2. Prostasiklin merupakan vasodilator yang
kuat dan mencegah agregasi trombosit, sedangkan tromboksan A2
merangsang terjadinya agregasi trombosit. Pada keadaan normal, prostasiklin
dan tromboksan A2 berada dalam keseimbangan sehingga agregasi trombosit
tidak terjadi. Bila keseimbangan ini terganggu, akan terjadi agregasi
trombosit. Prostaglandin, leukotrien, dan radikal bebas terakumulasi. Protein
dan enzim intraseluler terdenaturasi, setelah itu sel membengkak (edema
seluler).
Akumulasi asam laktat pada jaringan otak berperan dalam perluasan
kerusakan sel. Akumulasi asam laktat yang dapat menimbulkan neurotoksik
terjadi apabila kadar glukosa darah otak tinggi sehingga terjadi peningkatan
glikolisis dalam keadaan iskemia.
A. Infark Atherotrombotik
Kebanyakan penyakit serebrovaskular dapat dikaitkan dengan
atherosklerosis dan hipertensi kronis. Keduanya saling mempengaruhi.
Atherosklerosis akan mengurangi kelenturan arteri besar, dan stenosis
atherosklerotik yang terjadi pada arteri ginjal, keduanya dapat mengakibatkan
tekanan darah yang meningkat. Sedangkan hipertensi akan ”mendorong”
atherosklerosis ke dinding arteri cabang kecil.
Proses atheromatous pada arteri otak identik dengan yang terjadi pada
aorta, arter koroner, dan arteri besar lainnya. Proses ini terjadi dengan
progresif, berkembang tanpa gejala dalam waktu puluhan tahun, dan dapat
dipercepat oleh hipertensi, hiperlipidemia, dan diabetes. Profil lipoprotein
darah dengan kadar HDL (High Density Lipoprotein) kolesterol yang rendah
18
dan LDL (Low Density Lipoprotein) kolesterol yang tinggi juga mempercepat
proses terjadinya plak atheromatous. Faktor resiko lainnya adalah merokok,
yang akan menurunkan kadar HDL kolesterol darah dan aliran darah otak.
Terdapat kecenderungan plak atheromatous untuk terbentuk pada
percabangan dan cekungan arteri otak. Tempat yang paling sering adalah:
a) A. carotis interna, pada pangkalnya yang berasal dari a. carotis communis.
b) A. vertebralis pars cervicalis dan pada peralihannya yang membentuk a.
basiler
c) Pada batang maupun percabangan utama a. cerebri medial
d) Pada a. cerebri posterior yang memutar di otak tengah
e) A. cerebri anterior di lengkungan yang memutari corpus callosum
Gambaran Klinis
a) Harus terdapat riwayat episode prodromal sebelumnya untuk menegakkan
diagnosis trombosis otak, berupa serangan yang sifatnya sementara dan
reversibel.
b) Bila sumbatan terjadi pada a. carotis dan a. cerebri media, gejala yang
mungkin timbul pada serangan awal adalah kebutaan sebelah mata,
hemiplegia, hemianesthesia, gangguan bicara dan bahasa, bingung dan
lain-lain.
c) Bila sumbatan terjadi pada sistem vertebrobasiler, terjadi episode pusing,
diplopia, kebas, hendaya penglihatan pada kedua lapang pandang dan
dysarthria.
d) Serangan awal tersebut dapat terjadi dalam rentang wakt beberapa menit
hingga beberapa jam, umumnya tidak lebih dari 10 menit.
e) Stroke trombotik, dapat berkembang dengan berbagai cara, yaitu:
- Stroke parsial dapat terjadi, alau berkurang sementara untuk beberapa
jam, setelahnya terjadi perubahan cepat menuju stroke lengkap.
Episode awal dapat berlangsung lebih lama dan berulang sebelum
terjadi stroke yang lengkap.
- Stroke trombotik dapat terjadi waktu tidur, pada saat terjaga, pasien
lumpuh pada tengah malam atau pagi. Pasien dapat bangkit dari
tempat tidur, lalu terjatuh dan tidak berdaya.
- Gambaran stroke trombotik dapat terjadi sangat lamabt, sehingga
menyerupai tumor otak, abses ataupun subdural hematoma. Untuk
menegakkan diagnosis stroke pada kasus ini, riwayat penyakit
terdahulu harus didapat dengan lengkap.
f) Trombosis arterial basanya tidak disertai nyeri kepala. Bila ada, lokasi
nyeri berhubungan dengan lokasi sumbatan arteri. Intensitas nyeri tidak
19
parah dan rlebih regional dibandingkan dengan perdarahan intraserebral
maupun perdarahan subarachnoid.
g) Hipertensi, diabetes, kebiasaan merokok dan hiperlipidemia umum
ditemukan apda pasien dengan stroke infark atherotrombotik.
B. Infark Embolik
Stroke dapat ditimbulkan oleh emboli yang bersumber dari trombus di
jantung. Trombus yang terlepas akan terbawa oleh aliran pembuluh darah
sampai pada percabangan arteri yang terlalu kecil untuk dilewati.
Emboli yang berasal dari jantung dapat disebabkan oleh:
a) Fibrilasi atrial dan aritmia lainnya (dengan penyakit jantung rematik,
atherosklerotik, hipertensi, kongenital aupun sifilis)
b) Infark miokard dengan trombus mural
c) Endokarditis bakterial akut dan sub aut
d) Penyakit jantung tanpa aritmia maupun trombus mural(stenosis mitral,
miokarditis)
e) Komplikasi bedah jantung
f) Katup jantung buatan
g) Vegetasi trombotik endokardial non bakterial
h) Prolaps katup mitral
i) Emboli paradoks dengan penyakit jantung kongenital (cont: patent
foramen ovale)
j) Myxoma
Emboli yang tidak berasal dari jantung antara lain:
a) Atherosklerosis aorta dan a. carotis
b) Dari tempat pembelahan atau displasia a. carotis dan a. vertebrobasiler
c) Trombus pada v. pulmonalis
d) Lemak, tumor, udara
e) Komplikasi bedah leher dan thoraks
f) Trombosis pada panggul dan ekstremitas bawah pada right-to-left cardiac
shunt
Gejala Klinis
a) Dari seluruh jenis stroke, kardioemboli merupakan jenis yang berkembang
paling cepat. Biasanya timbul pada saat beraktivitas, dan timbul
mendadak, seperti saat di kamar mandi.
b) Kadang ditemukan; isolated homonymous hemianopsia atau isolated
aphasia
20
c) Pada pencitraan otak :
- Melibatkan korteks, umumnya pada distribusi percabangan a. cerebri
medial
- Terdapat kemungkinan infark perdarahan
21
lanjut, penyebab utama terjadinya perdarahan intraserebri adalah amiloid
angiopathy. Penyebab lainnya dapat berupa aneurisma, AVM, angiopati
kavernosa, diskrasia darah, terapi antikoagulan, kokain, amfetamin, alkohol
dan tumor otak. Dari hasil anamnesa tidak dijumpai adanya riwayat TIA.
Lokasi perdarahan umumnya terletak pada daerah ganglia basalis, pons,
serebelum dan thalamus. Perdarahan pada ganglia basalis sering meluas
hingga mengenai kapsula interna dan kadang-kadang rupture ke dalam
ventrikel lateral lalu menyebar melalui system ventrikuler ke dalam rongga
subarachnoid. Adanya Perluasan intraventrikuler sering berakibat fatal.
Perdarahan pada lobus hemisfer serebri atau serebelum biasanya terbatas
dalam parenkim otak.
Apabila pasien dengan perdarahan intraserebri dapat bertahan hidup,
adanya darah dan jaringan nekrotik otak akan dibersihkan oleh fagosit.
Jaringan otak yang telah rusak sebagian digantikan pleh jaringan ikat, lia dan
pembuluh darah baru, yang meninggalkan rongga kecil yang terisi cairan.
Gambaran klinis tergantung dari lokasi dan ukuran hematoma.
Karakteristiknya berupa sakit kepala, muntah-muntah dan kadang-kadang
kejang pada saat permulaan. Kesadaran dapat terganggu pada keadaan awal
dan menjadi jelas dalam waktu 24-48 jam pertama bila volume darah lebih
dari 50 cc. Karena jaringan otak terdorong, maka timbul gejala defisit
neurologik yang cepat menjadi berat dalam beberapa jam.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan CSS seperti air cucian daging
(xanthocrome) pada pungsi lumbal dan adanya perdarahan (hiperdens) pada
CT Scan.
22
kesadaran. Biasanya ditemukan rangsang meningen positif berupa kaku kuduk
akibat darah dalam likuor dan Kernig’s sign, Perdarahan subhialoid pada
funduskopi, CSS gross hemorrhagic pada pungsi lumbal dan CT scan
menunjukkan adanya darah dalam rongga subarachnoid. Komplikasi berupa
vasospasme dapat terjadi > 48 jam setelah onset dengan akibat terjadinya
infark otak dan defisit neurologik fokal. Perdarahan ulang kadang-kadang
terjadi dalam beberapa minggu setelah kejadian pertama. Angka kematian
cukup tinggi 30-70% dan tergantung beratnya penyakit pada saat pertama kali
muncul.
23
Anamnesa Thrombosis Emboli PIS PSA
Umur 50-70 tahun Semua umur 40-60 tahun Tak tentu
(20-30 tahun)
Awitan Istirahat Aktivitas Aktivitas Aktivitas
Gejala Bertahap Cepat Cepat Cepat
Peringatan + + - -
Nyeri kepala - - + ++
Muntah - - + ++
Kejang - - + ++
Vertigo +/- - - -
24
Gangguan Bahasa Disarthria Disarthria
Gangguan Hemihipestesi
Hemihipestesi alternans
Sensorik kontralateral
2.1.7 Diagnosa
Diagnosa ditegakkan dari:
a. Anamnesis yang teliti dan tepat
b. Pemeriksaan fisik umum dan neurologik yang baik
c. Pemeriksaan penunjang
d. Dari penentuan lokalisasi lesi
e. Mencari etiologi serta faktor resiko
25
Angiografi
26
Pemeriksaan untuk menetukan faktor resiko seperti darah rutin, komponen
kimia darah (ureum, kreatinin, asam urat, profil lipid, gula darah, fungsi
hepar), elektrolit darah, thoraks foto, EKG, echocardiografi.
27
Refleks Babinski (-)
Menggunakan 3 variabel pemeriksaan, yaitu :
– Penurunan Kesadaran
– Nyeri Kepala
– Refleks Babinski
28
• Pemeriksaan jantung
• Pemeriksaan neurologi umum
- Derajat kesadaran
- Pemeriksaan pupil okulomotor
- Keparahan hemiparesis
D. Pengendalian peningkatan TIK
• Pemantauan risiko edema serebri (perhatikan : perburukan gejala &
tanda neurologi pd hari pertama setelah serangan stroke)
• Monitor TIK harus dipasang pada pasien dengan GCS <9 dan
penderita yang mengalami penurunan kesadaran karena kenaikan TIK
• Sasaran terapi TIK <20 mmHg
• Pasien dengan peningkatan TIK
- Tinggikan posisi kepala 20o-30o
- Posisi pasien : hindari penekanan vena jugularis
- Hindari pemberian cairan glukosa / cairan hipotonik
- Hindari hipertermia
- Jaga normovolemia
- Osmoterapi atas indikasi
• Intubasi utk menjaga normoventilasi
• Dranase ventrikuler dianjurkan pada hidrosefalus akut akibat stroke
iskemik serebelar
E. Pengendalian kejang
• Kejang : beri diazepam bolus lambat IV 5-20 mg & diikuti phenitoin
loading dose 15-20 mg/kg bolus dengan kecepatan maksimum 50
mg/mnt
• Stroke PIS : beri obat anti epilepsi profilaksis selama 1 bulan &
kemudian diturunkan & dihentikan bila kejang tidak ada
F. Pengendalian suhu tubuh
• Stroke disertai demam : beri antipiretik dan atasi penyebab
• Beri asetaminofen 650 mg bila suhu >38,5oC
A. Cairan
Beri cairan isotonis seperti 0,9% saline dengan tujuan menjaga
euvolemik. Tekanan vena sentral dipertahankan antara 5-12 mmHg
Umumnya kebutuhan cairan 30 ml/kgBB/hari (parenteral/enteral)
Elektrolit (Na, K, Ca, Mg) harus selalu diperiksa dan diganti bila
terjadi kekurangan sampai tercapai nilai normal
29
Asidosis dan alkalosis harus diganti
Hindari cairan hipotonik atau mengandung glukosa kecuali dalam
keadaan hipoglikemik
B. Nutrisi
Nutrisi enteral paling lambat diberikan dalam 48 jam, oral nutrisi
hanya boleh diberikan setelah tes fungsi menelan baik
Bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran menurun, makanan
diberikan melalui NGT
Kebutuhan kalori pada keadaan akut 25-30 kkal/kg/hari dengan
komposisi
- karbohidrat 30-40% dari total kalori
- lemak 20-30% (pada gangguan nafas >35-55%)
- protein 20-305 (pada keadaan stress 1,4-2,0 gr/kgBb/hari) ; pada
gangguan fungsi ginjal <0,8gr/kgBB/hari
- apabila kemungkinan pemakaian pipa NGT >6minggu
pertimbangkan untuk gastronomi
C. Pencegahan & mengatasi komplikasi
Mobilisasi dan penilaian dini untuk mencegah komplikasi subakut
berikan antibiotic sesuia indikadi dan sesuai tes kultur dan sensitivitas
kuman atau minimal terpi empiris
Pencegahan 30ender30us dengan mobilisasi
D. Penatalaksanaan 30ende yang lain
Hiperglikemik pada stroke akut harus diobati. Targetnya
normoglikemia
Jika gelisah lakukan terapi psikologi atau beri benzodiazepine
Analgesic dan antimuntah sesuai indikasi
Berikan H2-antagonis bila ada indikasi (pendarahan lambung)
Hati-hati dalam menggerakan, penyedotan 30ender atau memnadikan
pasien karena dapat mempengaruhi TIK
Mobilisasi bertahap bila hemodinamik dan pernapasan stabil
Kandung kemih yang penuh perlu dikosongkan, sebaiknya dengan
kateterisasi intermitten.
Pemeriksaan penunjang lainnya
Rehabilitasi
Edukasi keluarga
Discharge planning (rencana pengelolaan pasien di luar RS)
30
2.1.10.1 Penatalaksanaan Stroke Iskemik
Sebagian besar ahli tidak merekomendasikan terapi hipertensi pada stroke
iskemik akut kecuali terdapat hipertensi berat yang menetap, yaitu tekanan
darah sistolik >220 mmHg atau diastolik >120 mmHg. Pendapat lain
menyebutkan obat-obat anti-hipertensi yang sudah ada sebelum serangan
stroke, diteruskan pada fase awal stroke dan menunda pemberian obat anti-
hipertensi yang baru sampai dengan 7-10 hari pasca awal serangan stroke.
1. Tekanan darah diastolik >140 mmHg atau >110 mmHg bila akan
dilakukan terapi trombolisis, diperlakukan sebagai penderita hipertensi
emergensi, berupa drip kontinyu nikardipin, diltiazem, nimodipin, dll.
2. Tekanan darah sistolik >230 mmHg dan atau tekanan diastolik 121-140
mmHg, diberikan labetalol IV selama 1-2 menit. Dosis labetalol dapat
diulang tiap 10-20 menit sampai penurunan darah yang memuaskan.
Setelah pemberian dosis awal, labetalol dapat diberikan 6-8 jam, bila
diperlukan (bila emergensi).
3. Jika tekanan darah sistolik 180-230 mmHg dan atau tekanan darah
diastolik 105-120 mmHg terapi darurat harus ditunda tanpa adanya tanda
perdarahan intraserebral atau gagal ventrikel jantung kiri. Jika tekanan
darah menetap pada dua kali pengukuran selang 60 menit, maka diberikan
200-300 mg labetalol 2-3 kali sehari. Pengobatan alternative, selain
labetalol, adalah nifedipin oral 10 mg tiap 6 jam atau captopril 6,25-12,5
mg tiap 8 jam (urgensi).
4. Tekanan sistolik <180 mmHg dan atau tekanan diastolik <105 mmHg,
terapi hipertensi biasanya tak diperlukan.
31
7. Riwayat perdarahan intracranial.
8. Glukosa darah <50 mg/dL atau >400 mg/dL.
9. Kejang pada permulaan stroke.
10. Perdarahan GI atau urin dalam 21 hari.
11. Infark miokard baru.
12. Permulaan stroke tidak dapat dipastikan.
Dosis rtPA IV 0,9 mg/kg BB (maksimal 90 mg). 10% dari dosis sebagai
bolus pada menit pertama, sisanya sebagai infus selama 60 menit. Monitor
terus di ICU 24 jam akan adanya perburukan neurologis dan perdarahan.
Terapi bedah :
1. Carotid endarterectomy
2. Angioplasty
3. Catheter embolectomy
Merupakan terapi terpilih saat ini. Kriteria inklusinya adalah: NIHSS > 10,
maksimal 8 jam sejak onset serangan.
32
A. Terapi Umum
1. Tirah baring total dengan kepala ditinggikan paling sedikit 20o-30o, paling
sedikit dua minggu.
2. Fisioterapi pasif beberapa kali sehari, fisioterapi aktif tidak dianjurkan
dalam dua minggu pertama
3. Diet makanan sesuai faktor resiko
4. Monitoring tanda-tanda vital
B. Terapi Khusus
1. Pemberian sedasi misalnya diazepam 5 mg tiap 6 jam atau phenobarbital
30-60 mg/p.o atau IV tiap 6 jam untuk pasien gelisah dan analgetik untuk
nyeri kepala.
2. Nyeri kepala hebat narkotika. Misalnya demetol 100-150 mg IM tiap 4
jam. Dapat digunakan kodein 30-60 mg p.o tiap 2-3 jam
3. Pemakaian obat yang mempengaruhi fungsi platelet sebaiknya dihindari
karena dapat memperpanjang perdarahan.
4. pemberian manitol 20% 1 gr/kgBB diberikan dalam 20 menit diikuti 0,25
gr/kgBB tiap 4 jam untuk edema serebri.
5. Bila terdapat fasilitas pemantaun tekanan intrakranial, tekanan perfusi otak
harus dipertahankan lebih dari 70 mmHg.
6. Untuk kelainan jantung akibat PSA dapat diberikan β-blocker seperti
propanolol yang dilaporkan dapat menurunkan efek samping ke jantung.
7. Untuk perdarahan saluran cerna, dapat dilakukan lavage lambung dengan
NaCl, transfusi, pemberian cairan yang adekuat, dan antasida.
8. H2-blocker, misalnya ranitidin, untuk mengurangi resiko terjadinya stress
ulcer.
9. Untuk mual muntah dapat diberikan antiemetik.
10. Bila kejang dapat diberikan anti-konvulsan : fenitoin 10-15 mg/kg IV
(loading dose), kemudian diturunkan menjadi 100 mg per 8 jam atau
phenobarbital 30-60 mg tiap 6-8 jam.
C. Terapi Pembedahan
Tidak dioperasi bila (non-surgical candidate)
Pasien dengan perdarahan kecil (<10 cm3) atau deficit neurologis
minimal
Pasien dengan GCS ≤4. Meskipun pasien GCS ≤4 dengan perdarahan
serebelar disertai kompresi batang otak masih mungkin untuk life
saving
Dioperasi bila (surgical candidate)
33
Pasien dengan perdarahan serebelar >3 cm dengan perburukan klinis
atau kompresi batang otak dan hidrosefalus dari obstruksi ventrikel
harus secepatnya dibedah
PIS dengan lesi strktural seperti aneurisma, malformasi AV atau
angioma cavernosa dibedah jika mempunyai harapan outcome yang
baik dan lesi strukturnya terjangkau/accessible
Pasien usia muda dengan perdarahan lobar sedang sampai besar yang
memburuk
Pembedahan untuk mengevakuasi hematoma terhadap pasien usia
muda dengan perdarahan lobar yang luas (≥50 cm3) masih
menguntungkan
2.1.12 Prognosis
Lokasi dari stroke perdarahan sangat penting dalam menentukan
prognosis, karena stroke perdarahan prognosisnya lebih buruk dari pada
stroke karena infark.Sebanyak 25% pasien meninggal akibat stroke
perdarahan.
34
Kebanyakan pasien pada post stroke akan mengalami gangguan fungsi
luhur yang mempengaruhi cara berjalan, bicara, penglihatan, daya mengerti,
mengambil keputusan dan daya ingat.
BAB III
Penutup
35
DAFTAR PUSTAKA
36