Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

Kasus Individu Lansia

I. Kasus: Defisit Perawatan Diri

Bpk. A berusia 65 tahun dirawat di ruang perawatan Sarasvati RSMM Bogor.


Saat perawat menghampiri pasien, perawat mencium bau tubuh dan bau mulut pasien
(pada saat berbicara). Pasien tampak berkeringat pada beberapa area tubuh. Ekstremitas
atas dan bawah tampak kotor dan kering. Perawat juga mendapati pasien seringkali
menggaruk-garuk tubuhnya. Saat dikaji oleh perawat pasien mengatakan pasien
mengatakan dapat mandi secara mandiri. Pasien mengatakan mandi dua kali sehari
namun tidak menggunakan sabun. Pasien mengatakan hanya membasahi tubuhnya dari
rambut hingga kaki dengan air tanpa menggosok area tubuhnya. Saat perawat mendatangi
kamar mandi pasien, seluruh peralatan mandi telah tersedia termasuk sabun cair yang
dapat pasien gunakan.
II. Proses terjadinya masalah:

 Definisi

Perawatan diri atau yang dikenal dengan istilah personal hygiene merupakan
salah satu aspek penting yang dapat memengaruhi kesehatan seseorang, salah satunya
kesehatan pada lansia. Personal hygine dapat memengaruhi kenyamanan, keamanan dan
kesejahteraan lansia. Kondisi tubuh yang bersih dapat berperan serta dalam
meminimalisir risiko terjadinya suatu penyakit. Kondisi tubuh yang tidak bersih juga
dapat mengakibatkan rasa gatal yang kemudian dapat mengakibatkan rasa
ketidaknyamanan. Kondisi tubuh yang tidak bersih menyebabkan mudahnya penyebaran
kuman penyakit. Personal hygiene menjadi salah satu penyebab terjadinya masalah
kesehatan pada lansia seperti penyakit diare, gatal-gatal pada kulit hingga sakit gigi.
Lansia dengan personal hygiene yang baik mempunyai risiko yang lebih rendah untuk
terkena penyakit (Miller, 2012).
Perubahan fungsional yang terjadi pada lansia menjadi salah satu alasan yang
menyebabkan mereka kurang mampu memenuhi perawatan dirinya. Terdapat beberapa
faktor yang menyebabkan lansia tidak melakukan praktik personal hygiene. Pengetahuan
merupakan salah penyebab yang menyebabkan lansia kurang memenuhi perawatan
dirinya, dimana lansia dengan pengetahuan baik dapat menunjukkan praktik personal
hygiene yang baik pula. Pengetahuan yang cukup mendukung kesadaran lansia dalam
menjaga kesehatan sehingga lansia mau berpartisipasi melakukan praktik personal
hygiene. Usia merupakan faktor lain yang memengaruhi praktik personal hygiene pada
lansia dimana semakin tua usia lansia maka praktik personal hygiene akan semakin tidak
dilakukan, begitupun sebaliknya semakin muda usia lansia maka perilaku personal
hygiene banyak dilakukan oleh lansia. Jenis kelamin juga menentukan perilaku perawatan
diri lansia dimana praktik perawatan diri cenderung lebih banyak dilakukan oleh lansia
berjenis kelamin wanita. Keterjangkauan fasilitas dan pengaruh teman sebaya menjadi
bagian dari alasan lansia untuk melakukan praktik personal hygiene. Lansia yang lokasi
ruangannya berada jauh atau sulit menjangkau fasilitas perawatan diri lebih banyak dari
mereka memilih untuk tidak melakukan praktik personal hygiene (Trisnani, Husodo &
Kusumawati, 2017).

 Faktor Predisposisi (Stuart, 2013):


1. Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang terdapat tugas-tugas perkembangan yang
harus klien penuhi, apabila tugas tersebut tidak terpenuhi maka selain menghambat fase
perkembangan sosial, masalah yang berhubungan dengan interaksi sosial pun akan
muncul
2. Faktor Biologis
Faktor genetik dapat menyebabkan respon sosial yang maladaptif sebab genetik
merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan tubuh secara biologi
seperti adanya kelainan struktur otak (atropi, pembesaran ventrikel, turunnya berat atau
volume otak), serta adanya perubahan limbik merupakan beberapa diantaranya
3. Faktor sosiokultural
Salah satu faktor yang dapat menyebabkan gangguan dalam berhubungan dengan
lain. Sebagaimana yang kita ketahui isolasi sosial merupakan salah satu gangguan
hubungan dengan orang lain. Hal tersebut dapat diakibatkan karena norma yang ada tidak
mendukung klien untuk dapat menjalin hubungan dengan orang lain. Misalnya norma
tersebut tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, cacat, bahkan klien
yang memiliki penyakit kronik

 Faktor Presipitasi (Stuart, 2013):


1. Stressor sosiokultural, misalnya menurunnya stabilitas unit keluarga ataupun berpisah
dari seseorang yang berarti dalam kehidupannya.
2. Stressor psikologis dimana salah satu contohnya adalah adanya ansietas yang berat dan
berkepanjangan apabila klientidak mampu untuk mengatasinya maka dapat membuat
klientersebut mengalami gangguan hubungan seperti menarik diri dari hubungan sosial.
3. Stressor intelektual yang dapat berupa ketidakmampuan klien membangun kepercayaan
dengan orang lain, kurangnya pemahaman diri klien dalam menginterpretasikan berbagai
pikiran dan perasaan dapat mengganggu hubungan dengan orang lain serta klien dengan
kegagalan biasanya akan mengalami kesulitan ketika akan memulai hubungan dengan
orang lain.
4. Stressor fisik misalnya pada klien dengan penyakit kronik, biasanya klien tersebut akan
merasa malu atau tidak berguna sehingga mengakibatkan klien tersebut menarik diri dari
orang lain (Stuart, 2013).

III. Data yang perlu dikaji:


Pengkajian yang perlu dilakukan untuk melihat praktik perawatan diri lansia dapat
dilakukan dengan mengkaji aktivitas harian yang masih biasa dilakukan lansia. Aktivitas
harian yang masih bisa dilakukan lansia dapat menggambarkan kemampuan fungsional
yang masih dapat dilakukan oleh lansia, salah satunya adalah kemampuan melakukan
perawatan diri secara mandiri.

Tabel 2.1 Kriteria Pengkajian Aktivitas Perawatan Diri (Miller, 2012).


Jenis Perawatan Diri Kriteria

 Mandi - Tidak dapat melakukan aktivitas mandi secara


mandiri (5)
- Mampu untuk bekerja sama namun tidak bisa
memberikan bantuan (4)
- Mampu mencuci tangan, wajah, dada dalam
pengawasan namun tidak dapat melakukan
aktivitas mandi keseluruhan secara mandiri (3)
- Mampu mencuci muka, dada, lengan dan kaki
bagian atas namun membutuhkan bantuan untuk
menyelesaikan mandi (2)
- Mampu mandi sendiri namun membutuhkan
perangkat yang telah disiapkan (1)
- Mampu mandi secara mandiri (0)
 Berpakaian - Membutuhkan bantuan total (5)
- Membutuhkan pengawasan tetapi mampu
melakukan sendiri (memfasilitasi dalam
berpakaian) (4)
- Membutuhkan pengingat dan bantuan untuk
memilih pakaian tetapi bisa berpakaian secara
mandiri dengan sedikit pengawasan (3)
- Mampu berpakaian sendiri tetapi membutuhkan
bantuan berkaitan dengan kegiatan motorik halus
(risleting, tali sepatu) (2)
- Memakai pakaian sendiri tetapi membutuhkan alat
bantu (misalnya: penarik risleting) (1)
- Mampu berpakaian secara mandiri) (0)

Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan ketika melakukan pengkajian klien dengan
masalah defisit perawatan diri diantaranya (Potter & Perry, 2015):
 Lakukan pengkajian terkait kondisi kebersihan diri klien, seperti penampilan kulit, bau
tubuh, keringat berlebihan. Lakukan pemeriksaan fisik terhadap klien terkait
kemungkinan terjadinya masalah pada kulit akibat klien tidak melakukan perawatan diri
 Lakukan pengkajian terkait status mental klien, dalam hal ini berkaitan dengan orientasi
dan fungsi kognitif klien. Klien dengan gangguan fungsi kognitif mungkin tidak
menyadari akan kebutuhan perawatan diri mereka serta kemampuan mereka dalam
mengikuti instruksi.
 Observasi kemampuan klien ketika melakukan perawatan diri karena dimungkinkan
adanya intoleransi aktivitas pada klien pada saat melakukan perawatan diri
 Klien yang telah memiliki disabiltias (gangguan mobilitas fisik, penglihatan berkurang,
kelelahan, tidak mampu menggenggam benda (kelemahan pada tangan/ekstremitas) dapat
mengalami kesulitan dalam melakukan perawatan diri.

IV. Rencana tindakan keperawatan: (Terlampir)

V. Referensi:

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., & Dochterman, J.M. (Eds). (2013). Nursing interventions
classification (NIC) (6th ed.). Mosby: St Louis.
Carpenito, L. J. (2009). Nursing diagnosis: Application to clinical practice. Philadelphia: J.B.
Lippincott Co.
Herdman, T.H.; Kamitsuru, S. (Eds). (2018). Nursing diagnoses: Definition & classification
2018-2020 (11th ed.). Oxford: Willey Blackwell.
Miller, C. A. (2012). Nursing for wellness in older adults (6th ed.). Philadelphia: Wolters
Kluwer, LWW.
Moorhead, S.; et al (Eds). (2013). Nursing outcomes classification (5th ed.). USA: Elsevier.
Tabloski, P. A. (2014). Gerontological nursing (3rd ed). New Jersey: Pearson Education.
Trisnani, A., Husodo, B, T., Kusumawati, A. (2017). Gambaran praktik personal hygiene pada
lansia di panti sosial lanjut usia tresna werdha kota semarang. Jurnal Kesehatan
masyarakat, (5)2, 180-187.
Stuart, G. W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing 10th Edition. St.Louis:
Elsevier.
Rencana Tindakan Keperawatan: Defisit Perawatan Diri

Data Diagnosis Keperawatan NOC NIC

Data Subjektif: Domain 4. Aktivitas/Istirahat Domain I-Fungsi Kesehatan Domain 1. Fisiologis: Dasar

 Klien mengatakan Kelas 5. Perawatan Diri Kelas D-Perawatan Diri Kelas F. Fasilitasi Perawatan
mandi sehari 2x Diri
Dx. 1 (00108) Defisit 0301 Perawatan Diri: Mandi
namun tidak
Perawatan Diri: Mandi 1801 Bantuan Perawatan Diri:
memakai sabun  Masuk dan keluar dari Mandi/Kebersihan
 Klien hanya Definisi: Ketidakmampuan kamar mandi (030101)
menyiram bagian melakukan pembersihan diri  Mengambil alat/bahan  Pertimbangkan budaya
tubuhnya dari atas seksama secara mandiri mandi (030102) klien saat mempromosikan
(kepala, rambut (Herdman & Kamitsuru, 2018).  Mendapat air mandi perawatan diri
hingga bagian (030103)  Pertimbangkan usia klien
ekstremitas bawah) Batasan Karakteristik:
 Mandi dengan bersiram  Tentukan seberapa besar
 Klien mengatakan
 Ketidakmampuan (030109) bantuan yang harus
ketika mandi ia  Mencuci wajah (030113) diberikan dalam
mengeringkan tubuh
tidak menggosok
 Ketidakmampuan  Mencuci bagian atas tubuh memenuhi perawatan diri
tubuhnya  Letakkan handuk, sabun,
mengambil (030114)
 Klien mengatakan
perlengkapan mandi  Mencuci bagian bawah deodorant, alat bercukur,
bahwa ia mampu
 Ketidakmampuan tubuh (030115) dan asesoris di sisi tempat
mandi secara
mengatur air mandi  Mengeringkan badan tidur klien atau di kamar
mandiri mandi (tempat yang
 Ketidakmampuan (030111)
 Klien mengatakan mudah dijangkau klien
membasuh tubuh
ia menggosok Domain I-Fungsi Kesehatan  Sediakan kebutuhan lain
Faktor yang Berhubungan:
giginya setiap seperti sikat gigi, odol,
Kelas D-Perawatan Diri
mandi  Ansietas sampo, lotion dan lainnya.
Data Objektif:  Penurunan Motivasi 0305 Perawatan Diri: Kebersihan  Fasilitasi klien untuk
 Klien tampak tidak  Kendala Lingkungan  Mencuci tangan (030501) menggosok gigi dengan
rapi dan tercium  Nyeri  Membersihkan telinga tepat
bau tidak sedap  Kelemahan (030504)  Fasilitasi klien untuk
dari tubuhnya dan  Mempertahankan mandi sendiri dan keramas
ketika klien kebersihan mulut (030506)  Monitor kebersihan kuku
berbicara  Membersihkan rambut klien
 Tangan tampak (030508)  Bantu klien hingga ia
kering dan  Menyisir rambut (030509) mampu merawat dirinya
terkelupas  Mempertahankan secara mandiri
 Rongga mulut penampilan yang rapi Domain 3. Perilaku
kotor dengan gigi (030514)
Kelas S. Pendidikan Pasien
tampak hitam  Mempertahankan
 Bagian ekstremitas kebersihan tubuh (030517) 5606 Pengajaran: Individu
bawah tampak
kotor  Nilai kemampuan klien
 Terdapat area secara kognitif,
tubuh klien yang psikomotor, dan afektif
lengket dan  Nilai tingkat pengetahuan
berkeringat dan pemahaman klien
 Klien terlihat  Tentukan kemampuan
menggaruk-garuk klien untuk mempelajari
area tubuhnya informasi tertentu
 Tentukan motivasi klien
untuk mempelajari
informasi tertentu
 Libatkan klien dalam
menentukan tujuan
bersama dari pembelajaran
 Gunakan metode dan
strategi pengajaran yang
tepat
 Gunakan media
pendidikan yang sesuai
missal video, leaflet, atau
pamphlet
 Sesuaikan isi materi dalam
media dengan tingkat
pengetahuan dan fungsi
kognitif, psikomotor klien
 Evaluasi pengajaran yang
telah diberikan

Anda mungkin juga menyukai