Kebijakan Pengadaan Istalasi Farmasi New
Kebijakan Pengadaan Istalasi Farmasi New
TENTANG
KEBIJAKAN PENGADAAN PERBEKALAN FARMASI RUMAH SAKIT UMUM BAKTI
MULIA
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM BAKTI MULIA
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
KETIGA : Surat pesanan ditandatangani oleh Apoteker dan diketahui oleh Panitia
Pengadaan dan Direktur Rumah Sakit.
Jl. Brawijaya No. 46-47 Muncar, Banyuwangi, Telp(0333) 590001
Email: rsubaktimuliammc@yahoo.co.id
KEEMPAT : Kebijakan ini berlaku selama 3 tahun dan akan dilakukan evaluasi minimal
1 tahun sekali.
Ditetapkandi : Banyuwangi
Tanggal : 2 Desember 2018
Direktur
TEMBUSAN Yth :
1. Wadir Pelayanan Medis
2. Komite Medis
3. Seluruh Dokter di Rumah Sakit
4. Kepala Bagian Keperawatan
5. Seluruh Kepala Ruang Keperawatan
6. Instalasi Farmasi
7. Arsip
Beberapa evaluasi yang digunakan dalam pengadaan obat adalah (Pudjaningsih, 1996):
a. Frekuensi pengadaan tiap item obat setiap tahunnya
- Digolongkan menjadi 3 kategori: rendah (<12), sedang (12-24), tinggi (>24)
- Banyaknya obat dengan frekuensi sedang dan tinggi → kemampuan IFRS dalam
merespon perubahan kebutuhan obat dan melakukan pembelian obat dalam jumlah sesuai
dengan kebutuhan saat itu.
- Pengadaan obat yang berulang menunjukkan bahwa yang tersedia di IFRS merupakan
obat dengan perputaran cepat (fast moving).
- Banyaknya obat yang masuk kedalam jenis slow moving → kerugian bagi rumah sakit.
Jl. Brawijaya No. 46-47 Muncar, Banyuwangi, Telp(0333) 590001
Email: rsubaktimuliammc@yahoo.co.id
c. Mempunyai sediaan obat yang ditarik dari peredaran karena mutu yang buruk
4. Selalu mampu dan dapat memenuhi kewajiban sebagi pemasok produk obat yang selalu
tersedia dan dengan mutu yang tertinggi, dengan harga yang terendah
Pemasok harus dapat memenuhi persyaratan dan/atau ketentuan tersebut di bawah ini:
Ketentuan Teknis
Ketentuan teknis mencakup:
1. Atas permintaan apoteker, pemasok harus memberikan:
a. Data pengendalian analitik
b. Data pengujian sterilitas
c. Data kesetaraan hayati
d. Uraian prosedur pengujian bahan mentah dan sediaan jadi
e. Informasi lain yang dapat menunjukkan mutu sediaan obat jadi tertentu. Data pengujian dari
laboratorium independen yang telah diakreditasi harus diberikan tanpa dibayar
2. Semua obat dan/atau sediaannya harus memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV
atau persyaratan lain yang ditetapkan oleh PFT dan IFRS.
3. Sedapat mungkin, semua sediaan obat tersedia dalam kemasan unit tunggal atau dosis unit
atau kemasan selama terapi.
4. Nama dan alamat manufaktur dari bentuk sediaan akhir dan pengemas atau distributor harus
tertera pada etiket sediaan.
5. Tanggal kedaluwarsa harus secara jelas tertera pada etiket kemasan.
6. Informasi terapi, biofarmasi, dan toksikologi harus tersedia untuk apoteker atas permintaan.
7. Materi edukasi untuk penderita dan staf, yang penting untuk penggunaan yang tepat dari
sediaan obat harus tersedia secara rutin.
8. Atas permintaan, pemasok harus memberikan bukti dari setiap pernyataan berkaitan dengan
kemanjuran, keamanan dan keunggulan produknya.
9. Atas permintaan, pemasok harus memberikan tanpa biaya, suatu kuantitas yang wajar dari
produknya yang memungkinkan apoteker untuk mengevaluasi sifat fisik, termasuk keelokan
farmasetik (penampilan dan ketidakadaan kerusakan atau cacat fisik) kemasan dan
penandaan.