Anda di halaman 1dari 10

AKUNTANSI MANAJEMEN

MATERI 10

QUALITY COST AND PRODUCTIVITY MEASUREMENT AND CONTROL

NAMA KELOMPOK 10 :

1. NI KADEK VIDYAMAHARANI 1607532035

2. NI LUH KETUT TRI MUSTIKA SARI 1707532114

3. KADEK ERMA DAMAYANTI 1707532135

4. MADE EVELYN NADHEA KEZIA 1707532140

PROGRAM STUDI AKUNTANSI REGULER DENPASAR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNVERSITAS UDAYANA

2019
A. PENGUKURAN BIAYA KUALITAS

Peningkatan kualitas dapat meningkatkan profitabilitas melalui dua cara, seperti : dengan
meningkatkan pelanggan atau menghemat biaya biaya Peningkatan kualitas dapat menghasilkan
peningkatan yang berarti dalam profitabilitas dan efisiensi perusahaan secara keseluruhan. Kualitas telah
menjadi dimensi kompetitif yang penting bagi perusahaan manufaktur maupun jasa, juga bagi usaha
kecil dan usaha besar.

B. DEFINISI KUALITAS

Pengertian kualitas (kamus) adalah “derajat atau tingkat kesempurnaan”. Dalam hal ini, kualitas
adalah ukuran relatif dari kebaikan (Gzoodness). Harapan pelanggan dapat digambarkan melalui atribut
atribut kualitas yang sering disebut dengan dimensi kualitas. Jadi produk atau jasa yang berkualitas
adalah yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan dalam 8 dimensi berikut :

1. Kinerja (Performance)

2. Estetika (Aesthetics)

3. Kemudahan perawatan dan perbaikan (Serviceability)

4. Fitur (Features)

5. Keandalan (Reliability)

6. Tahan lama (Durability)

7. Kualitas kesesuaian (Quality of Conformance)

8. Kecocokan penggunaan (Fitness for Use)

Empat (4) dimensi pertama merupakan atribut kualitas yang penting, tetapi sulit untuk diukur.
Kinerja mengacu pada konsistensi dan seberapa baik fungsi-fungsi sebuah produk. Dalam jasa, prinsip
tidak tidak tepisahkan (Inseparability Principle) mengandung arti bahwa jasa dilakukan secara langsung
dihadapan pelangan. Dengan demikian, perbaikan kualiatas berarti perbaikan satu atau lebih dari 8
dimensi tersebut diatas sambil tetap mempertahankan kinerja dimensi lainnya. Menyediakan produk
yang lebih baik kualitasnya daripada pesaing berarti mengungguli produk pesaing setidaknya satu
dimensi sementara kinerja dimensi lainnya tetap setara.

C. DEFINISI BIAYA KUALITAS

Kegiatan yang berhubungan dengan kualitas adalah kegiatan yang dilakukan karena mungkin atau
telah terdapat kualitas yang buruk. Biaya-biaya untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut disebut
biaya kualitas. Biaya kualitas (Cost of Quality) adalah biaya-biaya yang timbul karena mungkin atau telah
terdapat produk yang buruk kualitasnya. Definisi ini mengimplikasikan bahwa biaya kualitas
berhubungan dengan 2 sub kategori dari kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kualitas, antara lain :
- Kegiatan pengendalian (Control Activities): dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mencegah
atau mendeteksi kualitas yang buruk (karena kualitas yang buruk mungkin terjadi). Jadi, kegiatan
pengendalian terdiri dari kegiatan-kegiatan pencegahan dan penilaian.
- Biaya pengendalian (Control Cost): adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan
kegiatan pengendalian.
- Kegiatan karena kegagalan (Failure Activities): dilakukan oleh perusahaan atau oleh
pelanggannya untuk merespon kualitas yang buruk (kualitas buruk memalng telah terjadi). Biaya
kegagalan (failure cost) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan karena telah
terjadinya kegiatan karena kegagalan.

Definisi mengenai kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kualitas juga menunjukkan 4 kategori
biaya kualitas, antara lain :

- Biaya pencegahan (Preventional Cost) : Biaya ini digunakan untuk mencegah kualitas yang buruk
pada produk atau jasa yang dihasilkan. Sejalan dengan peningkatan biaya pencegahan, kita
mengharapkan biaya kegagalannya turun.

- Biaya penilaian (Appraisal Cost) : Terjadi unutk menentukan apakah produk dan jasa telah
sesuai dengan persyaratan atau kebutuhan pelanggan.Contoh : biaya pemerikasaan dan
pengujian bahan baku, pemerikasaan kemasan, pengawasan kegiatan penilaian, penerimaan
produk, penerimaan proses, peralatan pengukuran (pemerikasaan dan pengujian) dan
pengesahan dari pihak luar.

- Biaya kegagalan internal (Internal Failure Cost) : Terjadi karena produk dan jasa yang diinginkan
tidak sesuai dengan spesifikasi kebutuhan pelanggan. Ketidaksesuaian ini dideteksi sebelum
dikirim kepihak luar. Ini adalah kegagalan yang dideteksi oleh kegiatan penilaian.

- Biaya kegagalan eksternal (Eksternal Failure Cost) : Terjadi karena produk dan jasa yang
dihasilkan gagal memenuhi persyaratan atau tidak memuaskan kebutuhan pelanggan setelah
produk disampaikan kepada pelanggan.

D. MENGUKUR BIAYA KUALITAS

Biaya kualitas dapat diklasifikasikan sebagai biaya yang dapat diamati atau tersembunyi. Biaya
kualitas yang dapat diamati (Observable Quality Cost) adalah biaya-biaya yang tersedia atau dapat
diperoleh dari catatan akuntansi perusahaan. Biaya kualitas yang tersembunyi (hidden quality cost)
adalah biaya kesempatan (opportunity) yang terjadi karena kualitas yang buruk.

Ada 3 metode yang disaranakan untuk mengestimasi biaya kualitas yang tersembunyi, antara lain:

Metode Pengali (Multiplier Method) : Metode ini mengasumsikan total biaya kegagalan adalah
hasil pengalian dari biaya-biaya kegagalan yang terukur.
Total Biaya Kegagalan = k (Biaya kegagalan eksternal yang terukur)

Dimana k adalah efek pengali. Nilai k diperoleh berdasarkan pengalaman.Sebagai


contoh, Westinghouse electric melaporkan nilai k antara 3 dan 4. Dengan demikian, jika biaya
kegagalan eksternal yang terukur adalah $2 juta dolar, maka biaya kegagalan eksternal
actual adalah $6 juta sampai $8 juta. Dengan meningkatnya biaya kegagalan, manajemen
diharapkan akan meningkatkan investasinya dalam biaya pengendalian.

- Total Biaya Kegagalan Eksternal = k (biaya kegagalan eksternal yang terukur)

- Metode Penelitian Pasar (Market Research Method) : Metode ini digunakan untuk menilai
dampak kualitas yang buruk terhadp penjualan dan pangsa pasar.

- Fungsi Kerugian Kualitas Taguchi (Taguchi Quality Loss Function) : Fungsi ini mengasumsikan
bahwa biaya kualitas yang tersembunyi hanya terjadi atas unit-unit yang menyimpang dari batas
spesifikasi atas dan bawah. Dimana setiap penyimpangan dari nilai target suatu karakteristik
kualitas dapat menimbulakn biaya kualitas yang tersembunyi. Sehingga biaya kualitas yang
tersembunyi dapat meningkat secara kuadrat pada saat nilai aktual menyimpang dari nilai target.
Persamaan Taguchi.
L(y) = k (y – T)2
 k = Konstanta proporsionalitas yang besarnya bergantung pada struktur biaya kegagalan
eksternal perusahaan.
 y = Nilai aktual dari karakteristik kualitas.
 T = Nilai target dari karakteristik kualitas.
 L = Kerugian kualitas
E. PELAPORAN INFORMASI BIAYA KUALITAS

Sebuah sistem pelaporan akuntansi memiliki arti penting bagi perusahaan yang menaruh
perhatian serius pada perbaikan dan pengendalian biaya kualitas. Langkah pertama dan paling
sederhana dalam menciptakan sistem ini ialah dengan menilai biaya kualitas aktual saat ini. Pencatatan
biaya kualitas secara rinci berdasarkan kategorinya memberikan dua masukan pandangan penting.
Pertama catatan tersebut mengungkapkan besarnya biaya kualitas setiap periode, sehingga manajer
dapat menilai dampak keuangannya. Kedua catatan tersebut menunjukkan distribusi biaya kualitas
menurut kategori, sehingga para manajer dapat menilai kepentingan relatif masing-masing kategori.

1. Laporan Biaya Kualitas

Pentingnya biaya kulaitas terhadap keuangan perusahaan dapat lebih mudah dinilai dengan
menampilkan biaya biaya kualitas sebagai persentase dari penjualan aktual.
2. Fungsi Biaya Kualitas : Pandangan Kualitas yang Dapat Diterima

Pandangan Kualitas yang Dapat Diterima Pandangan kualitas yang dapat diterima
mengasumsikan terdapat perbandingan terbalik antara biaya pengendalian dan biaya kegagalan. Ketika
biaya pengendalian meningkat , biaya kegagalan seharusnya menurun . Selama penurunan biaya
kegagalan lebih besar daripada kenaikan biaya pengendalian , perusahaan harus terus meningkatkan
usahanya untuk mencegah atau mendeteksi unit unit yang tidak sesuai. Pada akhirnya akan dicapai suatu
titik dimana kenaikan tambahan biaya dalam upaya tersebut menimbulkan biaya yang lebih besar
daripada penurunan biaya kegagalan. Titik ini mewakili tingkat minimum dari total biaya kualitas. Hal ini
merupakan perbandingan optimal antara biaya pengendalian dan biaya kegagalan, serta mendefinisikan
apa yang dikenal sebagai tingkat kualitas yang dapat diterima (acceptable quality level –AQL).

3. Fungsi Biaya Kualitas : Pandangan Cacat-Nol

Dalam pengertian klasik, produk dikatakan cacat, bila kualitasnya di luar batas toleransi
karateristik kualitas. Biaya kegagalan timbul hanya jika produk tidak sesuai spesifikasi. Selain itu, terdapat
perbandingan terbalik optimal antara biaya kegagalan dan biaya pengendalian. Pada akhir tahun 1970-
an, model cacat nol ( zero- defects model ) menentang model AQL karena model cacat nol menyatakan
bahwa dengan mengurangi unit cacat hingga nol maka akan diperoleh keunggulan biaya. Perusahaan
dengan semakin sedikit produk cacat akan lebih kompetitif relatif daripada perusahaan dengan model
AQL tradisional. Pertengahan tahun 1980- an, model cacat nol disempurnakan dengan model kualitas
kokoh ( robust quality model ), yang menentang AQL. Menurut pandangan ini penyimpangan dari
spesifikasi ideal adalah merugikan dan batas toleransi spesifikasi tidak menawarkan manfaat apapun,
bahkan menipu. Model cacat nol menekankan pada biaya kualitas dan potensi penghematan dari upaya
yang lebih besar untuk meningkatkan kualitas. Model kualitas kokoh menentang definisi unit cacat,
menyempurnakan pandangan terhadap biaya kualitas, mengintensifkan upaya perbaikan kualitas.
Perusahaan yang berupaya mencapai kondisi cacat nol atas produk mereka ( kondisi dengan toleransi nol
), dapat mengkapitalisasi kualitas dengan menurunkan jumlah unit cacat sambil menekan total biaya
kualitas. Tingkat optimal dari biaya kualitas ialah keadaan di mana produk-produk yang diproduksi
memenuhi nilai target. Upaya untuk mencapai nilai target menciptakan sebuah dunia kalitas dinamis,
berlawanan dengan dunia kualitas statis AQL

4. Manajemen Berbasis Kegiatan Dan Biaya Kualitas Optimal

Manajemen berbasis kegiatan ( ABM )mengklasifikasikan berbagai kegiatan sebagai bernilai


tambah, serta tidak bernilai tambah, dan hanya mempertahankan kegiatan yang bernilai tambah. Prinsip
ini diaplikasikan pada kegiatan berkaitan dengan kualitas. Biaya kegagalan, penilaian, dan biaya-biaya
yang tudak menghasilkan nilai tambah harus dihilangkan. ABM mendukung pandangan cacat nol robust,
di mana tidak ada perbandingan terbalik optimal antara biaya kegagalan dan biaya pengendalian; biaya
kegagalan tidak menghasilkan nilai tambah, sehingga harus dikurangi hingga nol. Beberapa biaya
pengendalian juga tidak memberikan nilai tambah, sehingga juga harus dihilangkan. Sedangkan untuk
biaya pengendalian yang memberikan nilai tambah mungkin dijalankan namun tidak efisien, dan biaya
untuk kegiatan tidak efisien dianggap tidak bernilai tambah, sehingga biaya untuk kategori ini juga dapat
dikurangi menjadi lebih rendah.

5. Analisis Tren

Laporan biaya kualitas menunjukkan jumlah dan distribusi biaya kualitas di antara 4 kategori
yaitu biaya pencegahan, penilaian, kegagalan internal dan kegagalan eksternal, sehingga menunjukkan
peluang untuk perbaikan kualitas. Perubahan biaya kualitas dari waktu ke waktu dapat digambarkan oleh
grafik tren atau biasanya disebut laporan tren kualitas multi-periode.

F. PENGGUNAAN INFORMASI BIAYA KUALITAS

Tujuan utama pelaporan biaya kualitas adalah memperbaiki dan mempermudah perencanaan,
pengendalian, dan pengambilan keputusan manajerial. Informasi biaya kualitas dapat digunakan dalam
keputusan penetapan harga strategis dan analisis produk baru. Informasi biaya kualitas menjadi dasar
yang sangat penting bagi penelusuran perusahaan atas perbaikan yang berkelanjutan.

G. PRODUKTIVITAS : PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN

Produktivitas berkaitan dengan memproduksi output secara efisien dan spesifik yang nantinya
akan ada kesinambungan antara output dan input yang mana nantinya digunakan untuk memproduksi
output. Dalam produktivitas ini ada juga istilah mengenai Efisiensi Produksi Total dimana pengertiannya
adalah suatu titik dimana ada dua kondisi yang terpenuhi, yaitu :

Setiap bauran input untuk memproduksi output tertentu, dimana tidak ada satupun input yang
digunakan melebihi yang diperlukan guna menghasilkan yang namanya output. Melirik dari bauran yang
ada di point pertama, dipilih bauran dengan biaya yang paling rendah.

Kondisi pada point pertama diatas tersebut digerakkan oleh hubungan teknis dan karenanya
sering disebut dengan istilah Efisiensi Teknis atau Technical Efficiency. Berbeda dengan kondisi yang
pertama, kondisi yang ada pada point dua diatas lebih pada digerakkan oleh hubungan relative dari
harga input, maka dari itu kondisi ini sering mendapat istilah Efisiensi Trade-Off input atau Input Trade-
Off Efficiency.

a. Pengukuran Produktivitas Parsial

Pengukuran produktivitas (productivity measurement) adalah penilaian kuantitatif atas


perubahan produktivitas. Tujuan pengukuran ini adalah untuk menilai apakah efesiensi produktif telah
meningkat atau menurun. Pengukuran produktivitas dapat berupa actual atau perspektif. Pengukuran
produktivitas aktual memungkinkan manajer untuk menilai, memantau, dan mengendalikan perubahan.

Pengukuran prospektif melihat ke masa depan, dan berguna sebagai input bagi pengambilan
keputusan strategis. Secara khusus, pengukuran prospektif memungkinkan para manajer untuk
membandingkan manfaat relatif diri berbagai kombinasi input, pemilihan input dan bauran input yang
memberikan manfaat terbesar. Pengukuran produktivitas dapat dikembangkan untuk masing-masing
input secara terpisah atau seluruh input secara bersama-sama. Pengukuran produktivitas parsial (partial
productivity measurement)

1. Definisi Pengukuran Produktivitas Parsial

Definisi pengukuran produktivitas adalah produktivitas dari satu input tunggal biasanya diukur
dengan menghitung rasio output terhadap input.

Rasio produktivitas = output/input

Karena hanya produksitivitas dari satu input yang sedang diukur, maka ukuran itu disebut
pengukuran produktivitas parsial. Jika output dan input diukur dalam kuantitas fisik, maka kita
memperoleh ukuran produksitivitas operasional (operational productivity measure). Jika output dan
input dinyatakan dalam dolar, maka kita memperoleh ukuran produktivitas keuangan (financial
productivity measure).

2. Ukuran-Ukuran Parsial dan Pengukuran Perubahan Efesiensi Produktif

Rasio Produktivitas tenaga kerja sebesar tiga mesin per jam adalah ukuran produktivitas Ladd
Lighting pada tahun 2007, rasio tersebut menunjukkan sedikit informasi mengenai efesiensi produktif
atau apakah produktivitas perusahaan telah meningkat atau menurun. Namun, dapat juga dibuat
laporan mengenai peningkatan atau penurunan. Efesiensi produktivitas melalui pengukuran perubahan
dalam produktivitas. Untuk mengukur perubahan dalam produktivitas, ukuran prroduktivitas yang aktual
berjalan dibandingkan dengan ukuran produktivitas periode sebelumnya. Periode sebelumnya ini disebut
periode dasar (base period) dan menjadi acuan atau standar bagi pengukuran perubahan efesiensi
produktif. Periode sebelumnya dapat ditentukan secara bebas. Misalnya, tahun sebelumnya, minggu
sebelumnya, atau bahkan periode di mana batch produk terakhir diproduksi. Untuk evaluasi strategis,
periode dasar yang biasanya dipilih adalah tahun sebelumnya. Untuk pengendalian operasional, periode
dasar cenderung mendekati periode berjalan-seperti batch produk terakhir atau minggu sebelumnya.

3. Keunggulan Ukuran Parsial

Keunggulan parsial memungkinkan manajer untuk memfokuskan perhatiannya pada


penggunaan input tertentu. Penggunaan ukuran parsial memiliki keunggulan, yaitu mudah
diinterprestasikan oleh semua pihak di dalam perusahaan, sehingga ukuran tersebut mudah digunakan
untuk menilai kinerja produktivitas dari karyawan operasional.

4. Kelemahan Ukuran Parsial

Ukuran parsial, yang digunakan secara terpisah, dapat menyesatkan. Penurunan produktivitas
suatu input mungkin diperlukan untuk meningkatkan produktivitas yang lainnya. Trade-off seperti itu di
perlukan jika biaya secara keseluruhannya turun, tetapi pengaruh tersebut akan hilang jika digunakan
ukuran parsial masing-masing. Misalnya, mengubah proses agar tenaga kerja langsung menggunakan
lebih sedikit waktu untuk merakit sebuah produk mungkin akan meningkatkan sisa bahan baku dan
limbah produksi sementara output totalnya tidak berubah. Dalam hal ini, produktivitas tenaga kerja
meningkat, tetapi produktivitas penggunaan bahan baku menurun. Jika kenaikan biaya sisa bahan baku
dan limbah produksi melebihi penghematan dari pengurangan tenaga kerja, maka produktivitas secara
keseluruhan menurun.

b. Pengukuran Produktivitas Total

Pengukuran produktivitas dari seluruh input disebut pengukuran produktivitas total (total
productivity measurement). Perusahaan hanya mengukur produktivitas dari faktor-faktor yang dianggap
sebagai indikator relevan bagi keberhasilan dan kinerja perusahaan. Jadi, pengukuran produktivitas total
dapat didefinisikan sebagai pemfokusan perhatian pada beberapa input yang menunjukkan keberhasilan
perusahaan secara total. Pengukuran produktivitas total mensyaratkan pengembangan dari pendekatan
pengukuran multifaktor yang umum disarankan dalam literatur produktivitas adalah menggunakan
indeks produktivitas agregat. Indeks agregat bersifat kompleks, sulit diinterpretasikan dan belum
diterima secara umum. Dua pendekatan yang telah memperoleh beberapa pengakuan adalah
pengukuran profil (profile measurement) dan pengukuran produktivitas yang berkaitan dengan laba
(profit-linked productivity measurement).

1. Pengukuran Profil Produktivitas

Pengukuran profil menyediakan serangkaian atau sebuah vektor ukuran operasional parsial yang
berbeda dan terpisah

2. Pengukuran Produktivitas yang Berkaitan dengan Laba

Pengukuran jumlah perubahan laba yang diakibatkan oleh perubahan produktivitas disebut
pengukuran produktivitas yang berkaitan dengan laba. Keterkaitan perubahan produktivitas dengan laba
dijelaskan oleh aturan berikut:

Aturan Keterkaitan dengan Laba (Profit-Linkage Rule): untuk periode berjalan, hitunglah biaya
input yang seharusnya digunakan dalam keadaan tanpa adanya perubahan produktivitas dan bandingkan
biaya tersebut dengan biaya input aktual yang digunakan. Selisih biayanya adalah sejumlah perubahan
laba yang disebabkan oleh perubahan produktivitas. Untuk mengaplikasikan aturan ini, input yang
seharusnya digunakan selama periode berjalan dalam keadaan tanpa perubahan produktivitas harus
dihitung terlebih dahulu.

PQ = Output periode berjalan/Rasio produktivitas periode dasar

H. KOMPONEN PEMULIHAN HARGA

Komponen pemulihan harga ( price recovery component ) adalah selisih antara perubahan laba
total dan perubahan produktivitas terkait dengan harga. Komponen ini adalah perubahan pendapatan
dikurangi perubahan biaya input, dengan asumsi tidak ada perubahan produktivitas. Oleh karena itu,
komponen pemulihan harga mengukur kemampuan perubahan pendapatan untuk menutupi perubahan
biaya input, dengan asumsi tidak ada perubahan aktivitas.
Pemulihan harga = Perubahan harga – Perubahan produktivitas terkait dengan laba.

Kenaikan pendapatan tidak akan cukup untuk menutupi kenaikan biaya input. Penurunan
produktivitas hanya akan memperburuk masalah pemulihan harga. Tetapi kenaikan produktivitas dapat
digunakan untuk mengimbangi kerugian pemulihan harga.

I. KUALITAS DAN PRODUKTIVITAS

Peningkatan kualitas dapat meningkatkan produktivitas dan juga sebaliknya. Sebagai contoh, jika
pengerjaan ulang berkurang karena menurunnya unit produk cacat maka lebih sedikit tenaga kerja dan
bahan yang digunakan untuk menghasilkan output yang sama. Penurunan jumlah unit cacat
memperbaiki kualitas, sementara pengurangan jumlah output yang digunakan meningkatkan
produktivitas.

Oleh karena sebagian besar peningkatan kualitas mengurangi jumlah sumber daya yang
digunakan untuk memproduksi dan menjual output perusahaan, maka kebanyakan peningkatan kualitas
secara umum akan tercermin pada ukuran – ukuran produktivitas. Namun, ada juga cara – cara lain
untuk meningkatkan produktivitas. Sebuah perusahaan mungkin saja memproduksi barang dengan
sedikit atau tanpa cacat akan tetapi masih menjalankan proses yang tidak efisien.

J. INSENTIF PEMBAGIAN KEUNTUNGAN

Insentif pembagian keuntungan (gainsharing) adalah pemberian insentif ulang tunai bagi seluruh
tenaga kerja perusahaan yang menjadi kunci pencapaian kualitas dan produktivitas. Pembagian
keuntungan memberikan insentif dengan menawarkan bonus kepada pegawai sesuai dengan persentase
penghematan biaya. Insentif pembagian keuntungan dapat digunakan sebagai insentif bagi para manjer
dan pekerja untuk mencari cara – cara untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas. Bonus dapat
diberikan misalnya dengan melihat kualitas produk keseluruhan. Jumlah bonus dapat bertambah atau
berkurang tergantung pada seberapa baik target produktivitas dan kualitas dapat dipenuhi.
DAFTAR PUSTAKA

Akuntansi Manajerial (Jilid 2) (Edisi 8) Don R. Hansen, Maryanne M. Mowen

Anda mungkin juga menyukai