Anda di halaman 1dari 7

MENGGAPAI KENIKMATAN IBADAH

SHALAT
Ibadah adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang hamba sebagai bentuk
penghambaan kepada Allah, Namun yang sering menjadi pertanyaan mengapa ibadah
harus dilakukan? Apakah Allah membutuhkan ibadah kita? Apakah kekuasaan Allah akan
turun jika tidak ada yang ibadah? Apakah kekuasaan Allah akan semakin naik jika semua
hambanya beribadah kepada Nya?
TIDAK sekali lagi TIDAK
Lalu…..
kenapa harus ibadah….
Kenapa ga’ dibiarkan aja mahluk membebaskan diri melakukan apa yang dia inginkan,
toch… ga ada ruginya untuk Allah..

Mungkin pertanyaan itu muncul juga di hati para pembaca, dan itu terjadi karena
kita belum memahami arti “ibadah” yang sesungguhnya, sebagian kita masih menganggap
ibadah adalah suatu “KEWAJIBAN” yang harus di tunaikan, yang disertai dengan
ancaman-ancaman apabila tidak ditunaikan, dan ada janji-janji yang indah apabila kita
tunaikan, sehingga alam bawah sadar kita merasakan itu suatu beban yang harus
dikerjakan, dengan demikian yang timbul adalah efek penolakan dari “dasar” qolbu.
Karena yang dia rasakan setelah dia mencoba untuk meninggal ibadah yang biasa dia
lakukan, toch… ga ada pengaruh apa-apa yang dia rasakan, bahkan dia merasakan lebih
enjoy karena ada “tambahan” waktu luang dari yang biasa dia gunakan untuk ibadah. Atau
sebaliknya dia tidak dapat merasakan apa-apa dari ibadah yang dia lakukan, tidak ada hal
yang istimewa dari ibadah yang telah dia lakukan.
Lalu… untuk apa ibadah…?

Untuk merasakan makna atau arti ataupun kegunaan ibadah memang tidak semudah
kita merasakan kenikmatan makanan lezat, yang bisa dirasakan langsung oleh lidah kita,
karena memang lidah diciptakan untuk dapat membedakan rasa, sedangkan ibadah harus
dimaknai dan dirasakan oleh Qolbu. Padahal qolbu dapat diibaratkan sebagai cermin, kalau
cerminnya bersih sangat bisa jadi akan dengan mudah merasakan makna ibadah yang
dilakukan, tapi kalau sebaliknya, qolbu yang sudah hitam oleh noda dan dosa, maka makna
ibadah sangat sulit dirasakan.
Lalu … untuk apa ibadah…? Kalau qolbu sendiri sudah tidak bisa merasakan.

Diperlukan hidayah, memang…


Oleh karena itu kita tidak boleh bosan meminta hidayah kepada Allah, agar qolbu
kita dapat semakin peka merasakan indah, nikmat serta manisnya ibadah, sehingga ibadah
dapat menjadi “KEBUTUHAN” bukan lagi menjadi “KEWAJIBAN”.

Mungkin sebagian dari kita akan heran atau takjub, bila melihat seorang ahli ibadah
yang mampu hampir semalam suntuk bercengkerama dengan ibadahnya, tetes demi tetes
air mata kebahagiaan mampu dengan mudahnya menetes, seolah mereka tengah bertemu
dengan kekasih yang sangat mereka rindukan….. yah… memang mereka sedang
“bertemu” dengan Yang Sangat Pantas Untuk Dirindukan, Yang Tidak Akan Pernah
Mengecewakan Harapan, Yang Tidak Akan Pernah Mengingkari Janji, Yang Pasti Mampu
Memberikan Apa Yang Kita Butuhkan,… Dialah Allah. Mereka telah merasakan
nikmatnya iman, bukan nikmatnya makanan atau minuman, tetapi sesuatu yang paling
nikmat di antara yang paling nikmat. Rasa nikmat yang dirasakan manusia pada dadanya,
pada hatinya, pada qolbunya. Suatu kenikmatan yang tidak ada bandingnya, mereka
mendapatkan rasa lega pada qolbunya, rasa ingin melakukan kebaikan, rasa suka dan cinta
kepada orang-orang baik. Rasa nikmat yang hanya dapat diketahui hakikatnya oleh orang
yang telah merasakannya setelah lama tidak mendapatkan rasa nimat itu.
Sebagai ilustrasi perasaaan tersebut adalah perasaan rindu pada seorang kekasih
yang sudah sangat lama tidak bertemu, kemudian bertemu dengan kekasih tersebut, maka
orang lain tidak akan pernah tahu perasaan tersebut, melainkan hanya diketahui oleh yang
merasakannya, bahkan yang merasakannya pun tidak bisa untuk menceritakannnya (tapi
inipun tidak dapat menggambarkan yang sesungguhnya). Namun yang perlu juga diketahui
bahwa jika seseorang belum merasakan nikmatnya iman, bukan berarti iman itu tidak
nikmat, melainkan karena tingkat keimanan sesorang bertingkat-tingkat dan juga turun
naik, sesuai dengan keadaan saat itu.

Satu yang harus diingat, bahwa Allah maha segala-galanya, Allah Maha Kuasa,
Allah Maha Pengasih, Allah Maha Tahu, Allah Maha tahu Hati yang Khianat, Allah maha
tahu hati yang bersungguh-sungguh, Allah maha memberi. Jadi kita tinggal berdoa dan
berusaha, sedangkan hasilnya kita serahkan pada Allah.

Kita doakan dengan kesungguhan hati, bahwa kita ingin merasakan nikmatnya
ibadah, bahwa qolbu kita ingin merasakan nikmatnya iman yang telah ada dalam diri kita,
boleh juga kita tumbuhkan rasa penasaran dalam diri kita, kenapa orang-orang ahli ibadah
bisa dan selalu mau melaksanakan ibadah, yang menurut kita sangat sulit. Selanjutnya
tanpa putus asa kita usahakan dengan bersunguh-sungguh, sehingga Allah melihat
kesungguhan (mujahadah) yang kita lakukan.

Khusus untuk shalat (Ibadah paling penting) dalam kehidupan kita, ada beberapa
kiat yang perlu kita kita laksanakan (dinukilkan dengan perubahan redaksi, dari tausiah
Ustad Muhammad Arifin Ilham) sebagai berikut:

BAGIAN PERTAMA
Kita berusaha dengan segenap kemampuan yang kita miliki untuk mengenal Allah.
Caranya?
“Jika mengenal diri kita sendiri maka kita akan mengenal Allah”
Demikian kalimat yang sering kita dengar, dan memang sesungguhnya demikian adanya.
Jika kita mampu mengenal diri kita dengan benar, maka kita akan tertuntun untuk
mengenal Allah. Kita coba mengenal Siapa diri kita, darimana kita berasal, kemana kita
akan pergi setelah ini, apa yang seharusnya kita lakukan agar akhir dari hidup ini
merupakan kebahagiaan bagi diri dan alam sekitarnya. Namun yang tidak kalah pentingnya
adalah kita bermohon kepada Allah,SWT, agar diberi kekhusu’an, dan keihklasan,
sehingga kita dapat merasakan kebahagiaan yang hakiki darinya, karena segala sesuatunya
tetap tergantung kepadaNya.

Selanjutnya kita usahakan untuk mengenal Allah bukan hanya sebatas Tuhan, tapi
kita perlu lebih mengenal Sifat, Af'al (Perbuatan) & AsmaNYA, Dia yg menciptakan
manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, Saya, tubuhku, mataku, telingaku, jantungku, istriku,
suamiku, anak-anakku, semua yang kulihat, semua yang kudengar, semua yang bergerak,
semua yang berada dilangit dan dibumi, semua dihidupkanNYA "Al Muhyi" dan semua
akan dimatikanNYA "Al Mumiitu", semua tunduk dalam kehendak "Al Muriidu" dan
kekuasaanNYA "Al Qodiiru", DIAlah yg mengatur semuanya "Ar Robbu", DIAlah yg
mengusai sekaligus memiliki semuanya "Al Maaliku" (QS3:26-27). DIA Maha Menatap
"Al Bashiiru" tahu persis hati, pikiran dan lintasan pikiran kita dan DIA Maha Mendengar
"As Samiiu'" mendengar gesekan daun, langkah semut dan rintihan hati hambaNYA,
Lantas sadarkan diri kita bahwa yang sedang kita hadapi dalam shalat adalah DIA YANG
MAHA SEGALA GALANYA, Tetapkan Qolbu dan pikiran kita agar tidak “lari” saat
sholat agar DIA MENATAP dalam qolbu dan pikiran kita.

Agar lebih dapat kita pahami, mari kita renungi ayat berikut : “Sebagaimana firman
Allah: “(yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku,
Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah Yang
menyembuhkan aku, dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku
(kembali), dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat."
(QS 26:78-82)

Selanjutnya Yakinkan dalam diri kita agar tidak akan melakukan kema'siatan,
karena keyakinan yang utuh bahwa DIA TERUS MENERUS MEMPERHATIKAN kita.

BAGIAN KEDUA
Hal berikutnya yang perlu kita lakukan untuk dapat menggapai kenikmatan shalat
adalah dengan cara memahami (ingat memahami!!! bukan sekedar tahu artinya) bacaan
yang sedang kita baca, lalu kita fahami juga maknanya, hikmahnya, dan keutamaan dari
bacaan-bacaan yang kita baca. Kita juga harus mampu memahami syarat dan rukun sholat,
sehingga shalat yang kita lakukan bukan shalat yang "sukaaro" atau sholatnya orang
mabuk alias sholat tanpa rasa, tanpa pemahaman, tanpa penghayatan, tanpa keyaqinan,
kosong, hampa, seakan robot jasad tanpa ruh, sebab jika itu yang terjadi maka shalat kita
akan menjadi "alkusaala" (terasa beban), buru-buru pengen cepat selesainya dan kita akan
merasakan itu sebuah kewajiban bukan sebuah kebutuhan.

Padahal sesungguhnya shalat merupakan kebutuhan batin yang mampu


menentramkan, menenangkan dan menyamankan jiwa, dan bila kenikmatan sudah Allah
berikan kepada kita dan mampu kita rasakan, maka sebagaimana fisik kita butuh makan
dan minum, demikian juga jiwa dan bathin kita akan selalu “haus, lapar dan dahaga” akan
lezatnya ibadah shalat. Sehingga kita tidak akan pernah merasakan itu sebuah
KEWAJIBAN yang harus dilaksankan, melainkan merupakan suatu KEBUTUHAN yang
harus kita penuhi.

Jangan pernah ada perasaan/keiningan untuk menunda-nunda pelaksanaan shalat,


karena hal ini akan dapat mengurangi kenikmatan shalat, setiap gerakan sholatnya kita
lakukan dengan perlahan dengan penuh penghayatan bukan cepat-cepat seperti ayam
matok, surah & bacaan sholatpun kit abaca dengan penghayatan makna, jangan hanya
komat-kamit tanpa berusaha memahami maknanya.

Mari kita fahami sitiran Allah terhadap kita, mengenai shalat yang artinya sebagai
berikut: "...JANGANLAH KALIAN MENEGAKKAN SHOLAT, SEDANGKAN
KALIAN DALAM KEADAAN MABUK, SAMPAI KALIAN BENAR BENAR
FAHAM APA APA YANG KALIAN BACA DALAM SHOLAT KALIAN…" (QS4:43).

Coba kita perhatikan orang yang sedang mabuk/mengigau, dia akan berkata dan
berbuat tetapi tidak sadar apa yg dikatakan dan apa yg diperbuatnya. Apa jadinya jika kita
shalat tapi kita hanya berdiri, bertakbir, baca ayat, ruku', sujud, tahiyyat & salam, tetapi
tidak sadar dengan semua yang kita lakukan, padahal sesungguhnya kita sedang berdiri,
ruku', sujud menghadap PENCINTA LANGIT DAN BUMI, untuk itu harus kita
tumbuhkan dalam diri dan qolbu kita bahwa kita sedang berdialog dengan PENCIPTA
DIRI KITA, YANG MAHA MENENTUKAN SEGALA GALANYA! Dengan demikian
akan ada perasaan dalam qolbu kita bahwa ada “kontak” dengan yang kita “ibadahi”
karena memang hanya DIA yang berhak kita sembah.

Dapat juga kita bayangkan bahwa kita sedang berkomunikasi langsung dengan
“YANG MAHA TAHU ILMU KOMUNIKASI” tanpa kita harus membayangkan bentuk
atau wujud-NYA seperti apa?, karena memang DIA tidak akan sama dengan semua yang
ada di dunia ini, karena semua yang ada di dunia ini adalah mahluk-NYA, dan pasti akan
musnah, hanya DIA yang kekal abadi.

BAGIAN KETIGA
Hal ketiga yang dapat kita lakukan dalam sholat, adalah menanamkan dan
menumbuhkan kesadaran pada diri dan jiwa kita, bahwa kita sedang berdialog atau
berkomunikasi dengan yang maha kuasa, menyadari dangan sesungguhnya bahwa kita
sedang menghadap, berkomunikasi dan berkata-kata dengan DIA (walaupun kita tidak
pernah melihatnya, dan jangan pernah coba untuk membayangkan rupanya, karena Dia
Mukhalafatuhu lil Khawaditsi/ tidak serupa dengan mahluknya).

Harus betul-betul kita sadari bahwa sholat itu adalah "Almuhadatsah bainal
makhluqi wa Khooliqi"/dialog hamba kepada Kholiqnya, jadi diperlukan kesadaran
sepenuhnya bahwa kita sedang berdialog dengan Allah, bukan hanya sekedar sedang
membaca bacaan-bacaan yang tidak kita fahami, tapi ketahuilah, bahwa setiap kata yang
kita ucapkan dan setiap gerakan yang kita lakukan dalam shalat mempunyai makna yang
penuh dengan arti, dan secara perlahan-lahan kita pelajari setiap makna tersebut, karena
Allah telah berjanji, bahwa apabila kita mengamalkan ilmu yang kita ketahui, maka Allah
akan memberikan/menambahkan ilmu yang tidak kita ketahui, tentu saja termasuk ilmu
pemahaman kita tentang ibadah shalat, dan hal-hal semacam ini tidak akan kita dapatkan
dibangku sekolah ataupun dipengajian, karena ilmu semacam itu sangat sulit untuk
disampaikan dengan kata-kata. Sama dengan nikmatnya shalat itu sendiri, tidak akan
pernah bisa digambarkan dengan kata-kata, tapi bagi orang yang telah pernah merasakan
nikmat itu akan mampu membayangkan kenikmatan shalat khusuk yang pernah dia
rasakan, walaupun dia tidak akan pernah bisa bercerita kepada kita, walaupun kita
memaksanya untuk menceritakan kenikmatan yang dia rasakan tersebut.

Seseorang yang sedang dimabuk rindu akan merasakan kebahagiaan yang tidak
dapat dibayangkan jika dapat berjumpa dengan orang yang sangat dirindukannya, tapi dia
tidak akan pernah bisa menggambarkan bagaimana bentuk kebahagiaan yang dia rasakan
tersebut, dia tidak akan pernah mampu menceritakan aktualisasi kerinduan dan kebahagian
yang dia rasakan, tapi kita yakin bahwa dia dapat merasakannya. Demikian juga dengan
orang yang telah mampu merasakan “berjumpa” dengan khaliqnya dikala shalat, dan kita
dapat membayangkan, andaikata itu terjdai disetiap shalat yang kita lakukan. Betapa
indahnya hidup ini, betapa bahagianya hidup yang kita rasakan.

"Apabila salah seorang dari kalian sholat, sebenarnya ia sedang berkomukasi


dengan ALLAH" (HR Bukhori Muslim). Coba perhatikan dari adzan, panggilan waktu
menghadapNYA, yang dipanggilpun yang berSYAHADAT, "Asyhaaduallaa ilaaha
illallah wa ashhadu anna Muhammadar Rasulullah", yang tidak beriman tidak
dipanggil, karena itulah Rasulullah mengingatkan, "Yang membedakan kita dengan orang
kafir adalah sholat, maka siapa dengan SENGAJA MENINGGALKAN SHOLAT maka
sungguh ia sudah BERPERANGAI seperti orang kafir". Menutup aurat karena memang
menghadapNYA, menghadap qiblat karena memang fokus jasad ruh, hati pikiran
kepadaNYA, apalagi berjamaah jadi rapi shof, dan seluruh duniapun satu arah qiblat,

Berikutnay kita bersuci karena memang kita akan menghadap Yang MAHA SUCI,
lalu berdiri tegap, takbir Allahhuakbar mari kita tanamkan dalam pikiran dan benak kita
bahwa Dia Maha Kuasa, tiada kuasa lain yang lebih kuasa dari kuasaNYA, tidak ada
kebesaran lain yang melebihi kebesaranNYA, kita patrikan perasaan itu dalam jiwa kita,
sehingga tidak ada ruang lain lain selainNYA, tidak ada celah lain yang mengisi relung
qolbu kita, kecuali kebesaraanya, setelah itu kita lanjutkan dengan membaca iftitah
"wajjahtu wajhiyalilldzi fathoros samaawati wal ardho" hamba datang menghadapMU
duhai pencipta langit dan bumi, hanifamuslima/ sebagai seorang muslim yang tunduk
patuh taat padaMU, wama ana minal musrikin/ dan saya bukanlah seorang yang musrik,
inna shalati wa nusuki wahya wama mati lilahirobbila alamin/ sesungguhnya shalatku,
ibadahku, hidupku, dan matiku hanya karena Allah sesu sekalian alam, la syarikalahu wa
bidza li ka umirtu tida ada sekutu bagimu, wa ana minal muslimin/ dan saya adalah
seorang yang selalu berserah diri padaMu. inilah awal diantara komunikasi sholat yg harus
kita fahami, bahwa kita betul-betul secara sadara menghadapkan wajah, jiwa, qolbu dengan
penyerahan secara totalitas, dengan pengakuan dan ketundukan yang sempurna hanya
kepada Allah .
Inilah awal kekhusu’an kita, kesadaran yang tinggi bahwa kita sedang
“menghadap” Yang Maha Tinggi, Yang Maha Besar, Yang Maha Mulia, sebab tanpa
kesadaran ini, maka sangat mustahil kita dapat merasakan khusuk dalam shalat,
selanjutnya juga hal yang tidak mungkin kita dapat merasakan kenikmatan ibadah tanpa
khusuk, karena dalam khusuk itulah kebahagiaan itu akan muncul dengan sendirinya,
sehingga tanpa kita sadari airmata kebahagiaan akan mengalir ke pipi kita tanpa kita sadari,
kelembutan jiwa juga akan kita rasakan. Kesadaran sebagai hamba yang hina
dihadapanNYA akan sangat terasa, sedikit-demi-sedikit manisnya iman juga akan kita
cicipi.

BAGIAN KEEMPAT
Setelah kesadaran utuh kita dapatkan, bahwa kita sedang menghadapNYA, yang
berikutnya kita harus memahami setiap yang kita ucapkan. Tetapkan dalam qolbu kita
bahwa dalam sholat Tatkala kita sedang membaca Al-fatihah terjadi dialog kita sebagai
hamba dengan Allah sebagai RABB kita.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, "Barang siapa membaca surat al-Fatihah,
setiap ayat yg dibaca itu langsung dijawab oleh ALLAH", lalu Rasulullah menyampaikan
ketika seorang hamba membaca, '' AlhamdulilLah hi robbil ‘alamin/Segala puji bagi
ALLAH, TUHAN seru sekalian alam". ALLAH menjawab, "Hamba-KU telah memuji-
KU". Saat Seorang hamba berkata, ''Arrahmannirrohim/Yang Maha Pengasih, lagi Maha
Penyayang". ALLAH menjawab, "Hamba-KU memuji-KU". Saat Seorang hamba berkata,
''Malikiyaumiddin/RAJA di Hari Pengadilan". ALLAH menjawab, "Hamba-KU
mengagungkan-KU. Hamba-KU berserah diri kpd-KU". Seorang hamba berkata, ''Iyya ka
na’budhu wa iyya ka nasta’in/Hanya ENGKAUlah yg kami sembah, dan hanya kpd-MU
kami memohon pertolongan". ALLAH menjawab, "Inilah pertengahan antara AKU &
hamba-KU, dan bagi hamba-KU apa yg dia minta AKU berikan". Seorang hamba berkata,
''Ihdinasyirothol mustaqim/Tunjukilah kami jalan yg lurus, Syirotholladzi na anam
ta’alaihim/jalan yg telah ENGKAU anugerahkan kepada mereka, ghoiril magdu bi
‘alaihim/bukan mereka yang kena murka, wa laddlollin/ dan bukan mereka yang sesat.''
ALLAH menjawab, "Ini milik hamba-KU, & bagi hamba-KU apa yg dia minta AKU
berikan". (Hadist Qudsi, HR Muslim).

Oleh karena itu, maka marilah kita mulai bacaannya pelan-pela dengan kesadaran
dan keyaqinan "THUMA'NINAH", sungguh ALLAH menjawab setiap kata/ayat yg kita
baca...". disitulah kita akan kembali merasakan kenikmatan ibadah yang tidak dapat
digambarkan oleh orang lain. Hanya kitalah yang mampu merasakannya, dan kitapun tidak
akan mampu menceritakan kenikmatan itu kepada orang lain.

BAGIAN KELIMA,
Yang perlu kita lakukan di luar shalat untuk mendukung hadirnya khusu’ dalam
shalat adalah kita mengurangi rasa "hubbub dunya" karena rasa sangat mencintai dunia.
Kadang-kadang timbul dalam diri kita bahwa "the money is the first and the final of life,
no money no happy" sehingga hati pikiran akan selalu dipenuhi oleh segala sesuatu yg
bersifat duniawi, duit, dolar, makan minum, keluarga, target-target bisnis, masalah--
masalah, berkhayal dan sebagainya, dan itulah yang akan teringat-ingat dalam sholat,
sehingga jangan sampai apa yg disebut oleh Rasulullah, "hatta yansa kam rok atan laka"
sampai ia lupa sudah BERAPA RAKAAT IA SUDAH SHOLAT", maka tidak heran saat
sholat yg semestinya hati pikirannya fokus dalam sholat malah ingat dunia.
Marilah kita simaklah Kalam ALLAH surah Al Maa'uun ayat 4 & 5,
"CELAKALAH orang2 yg mengerjakan sholat yg HATI PIKIRANNYA LALAI kepada
ALLAH". Lalai hatinya karena dunia "ball tu'tsiruunal hayaatad dunya" (QS 87:16).
Karena itu marilah kita sadari hidup kita tidak lama di dunia yg fana ini, sholatlah seakan
sholat terakhir hidup, simaklah sabda Rasulullah, "Bila engkau melakukan sholat maka
sholatlah kamu, seperti orang yang akan meninggalkan alam fana" (HR Ibnu Majah &
Imam Ahmad).
BAGIAN KE ENAM,
Berikutnya kita berusaha sekuat tenaga agar kita tidak makan minum yang haram,
baik secara zat "lizaatihi" seperti, anjing, babi, alkohol, narkoba dan sebagainya, atau cara
mencarinya dg cara haram, "linailihi", walaupun halal zatnya seperti makan tempe tahu
halal tetapi karena cara mencarinya dg berdusta, menipu, sumpah palsu, terima sogokan,
korupsi dan sebagainya, maka tetap haram, seakan ia makan Tempe tahu tetapi sebenarnya
ia makan anjing dan babi, itulah yg disebut "rijsun min amalisy syaithon". Najis karena
amalnya, atau "roddudzdzakaat" karena menolak zakat, maka hartanya bercampur dg hak
faqir miskin, kotorlah hartanya. Semuanya menjadi hijab hati dan hijab hubungan kepada
ALLAH, walhasil sholatnyapun tidak diterima, ALLAH "SUBBUUHUN" MAHA SUCI
hanya menerima yg suci. Ingat komentar Rasul pd orang yg menangis tatkala berdoa,
"hampir saja aku mengira doanya diijabah ALLAH, namun Jibril memberitahuku bahwa
orang itu suka menipu, lantas bagaimana ALLAH menjawab si penipu, pakaian &
makanannya dari hasil menzholimi orang lain?" SADARILAH saat sholat kita
BERHADAPAN ZAT YANG MAHA SUCI!

BAGIAN KETUJUH,
Berikutnya kita Mengapa sulit khusyu' dlm sholat? Krn sholatnya masih disertai
"Al fahsyau" berbuat ma' siyat seperti berdusta, mabuk, buka aurat, berjudi, berzina, dari
zina mata melihat yg porno, tangan meraba, pikiran berkhayal sampai zina kemaluan,
"adzdzunuubu kaafilatul quluubi" dosa dosa ma'siyat itu menjadi "cover" penutup hati,
Alwaqi, guru imam Syafii' berkata, "nurullahi la yuhda lil a'shi", sungguh cahaya NUR
HIDAYAH ALLAH tdk akan masuk pada hati yg tertutup gelap krn ma'siyat. Inilah
kebanyakan yg terjadi pada "tukang sholat" bukan "Penegak Sholat", STMJ sholat rajin
ma'siyat tekun, ritual rutinitas tanpa disertai amal yg berkwalitas, hasilnya lagi lagi kosong,
tdk ada "atsar" pengaruh, ini sekaligus menjadi jawaban mengapa ada orang sholat tetapi
sulit khusyu'...ya bagaimana khusyu' ma'siyat terus sich!. Imam Ghazali berkata,
"Sungguh, sekali dusta sudah cukup membuat sholatnya terhijab kpd RABBnya".

BAGIAN KE DELAPAN,
Mengapa sulit khusyu' dlm sholat? Krn sholatnya disertai "al mungkar", berbuat zholim,
menganiaya, menipu, menggunjing, memfitnah, merendahkan orang lain, menghina,
memukul apalagi sampai membunuh orang lain. Ini pun menjadi HIJAB BESAR, krn
ALLAH hanya menerima ibadah yg membuat hamba itu MENGHINAKAN DIRI
dihadapanNYA & yg MEMBUAT dirinya BERAHKLAK MULIA kpd MAHLUKNYA.
Cukup sholat itu akan dianggap dusta kalau tidak memperhatikan yatim piatu & faqir
miskin (QS 107:1-3). "Cuek, masa bodoh, pelit, emangnya gue pikiran"dsb sudah cukup
dianggap pendusta sholat, pendusta agama apalagi sampai berbuat aniaya, & ini semua
bukan akhlak hamba ALLAH yg sholat, orang sholat itu belas kasih, santun, pemaaf,
murah senyum, dermawan & rendah hati. Ku tulis hikmah ini dlm perjalanan dakwahku ke
Nganjuk, doakan ALLAH selamatkan perjalanan ini, krn besok selesai kuliah subuh di
mesjid langsung menuju Mamuju Sulawesi Barat, sahabatku.

BAGIAN KESEMBILAN,
Mengapa sulit khusyu' dlm sholat? Krn "Ath thobiah assayyiah" masih punya sifat tabiat
buruk seperti sombong, diam diam merendahkan orang lain, dengki, dendam, pemarah,
buruk sangka, riya, sum'ah, ujub bangga diri dsb. Sehingga sholatnya tdk membawa
pengaruh apa apa bahkan bisa jadi sholatnya menjadi fitnah krn ia melakukan bukan krn
ALLAH, tetapi "Yurounnaas" riya, krn ingin pujian & perhatian manusia (QS 107:6) atau
diam diam saat sholat krn diangkat sbg imam atau pandai ilmu atau bacaannya sgt bagus
atau krn rajinnya sholat ia bangga diri, dlm hatinya, "tdk ada org lebih pantas menjadi
imam selain aku", "tdk ada orang sealim aku di musholla ini", "tdk ada suara sebagus
bacaanku" dst. Inilah yg disebut ujub, "innama yataqobbALLAH minal mutawadhiin"
ALLAH hanya menerima hamba yg benar2 lurus niatnya disertai penuh kerendahan diri
dihadapanNYA, SUBHANALLAH.
Ya…. Hampir semua manusia mau dan dengan senang hati melakukan sesuatu
apabila dia dapat merasakan 3 (tiga), antara lain
1). Jika mampu merasakan nikmat pekerjaan tersebut.
2). Jika mampu menghayati pekerjaaan tersebut (manfaat jangka panjang)
3). Jika mampu melihat manfaat kegiatan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai