Anda di halaman 1dari 12

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebudayaan dan masyarakat merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan,
karena kebudayaan berhubungan dengan budi atau akal. Kebudayaan adalah
keseluruhan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, keilmuan,
sosial, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan lain untuk keperluan masyarakat
(Prasetyo. 2004). Suatu kepercayaan tradisional dari pemikiran ada sisi baik dan
tidaknya (pengaruh kepercayaan tradisional), namun permasalahan yang cukup
besar pengaruhnya pada seorang Ibu pada masa kehamilan adalah masalah gizi.
Kegiatan ibu hamil sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan
terhadap beberapa makanan yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh wanita
hamil. Apabila kurangnya asupan energi dari makanan, tentunya akan berdampak
negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Karena adanya kepercayaan dan
pantangan terhadap beberapa makanan, sehingga anemia dan kurang gizi pada
wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan yang masih minim
pengetahuan mengenai kehamilan, melahirkan dan menyusui. Suku Jawa
termasuk suku terbesar jumlahnya di Indonesia. Kita banyak menemui
perkampungan atau desa yang dihuni oleh mayoritas suku Jawa maka tidak heran
Jawa sangat kental dengan adat istiadat dan pantangannya sampai saat ini.

Masyarakat Jawa sangat kental dengan masalah tradisi dan budaya. Tradisi dan
budaya Jawa hingga akhir-akhir ini masih mendominasi tradisi dan budaya dalam
menjalani kehidupan mereka, faktor kebudayaan juga masih sangat berpengaruh
dalam keyakinan dan praktek praktek keagamaan. Masyarakat Jawa yang
memiliki tradisi dan budaya yang banyak dipengaruhi ajaran dan kepercayaan
Hindhu dan Buddha terus bertahan hingga sekarang, meskipun mereka sudah
memiliki keyakinan atau agama yang berbeda, seperti Islam, Kristen, atau yang
lainnya,orang jawa yang mayoritas beragama islam ternyata dalam praktek
keagamaannya juga juga masih menggunakan unsur unsur kejawen,sehinnga
mereka masih percaya dengan upacara upacara kejawen ,tradisi,dan kebudayaan
jawa.
2

Mempunyai berbagai macam mitos. Salah satu mitos yang ada dan dipercayai
adalah mitos tentang seputar kehamilan. Mitos-mitos seputar kehamilan yang
masih banyak beredar di masyarakat Jawa di antaranya adalah jika ibu hamil
harus membawa benda-benda tajam (gunting, peniti, dsb.) yang diselipkan
dibajunya agar tidak diganggu oleh makhluk halus. Ibu yang sedang hamil tidak
boleh minum es karena bayinya akan besar, dan juga tidak boleh makan-makanan
yang amis-amis, seperti makan udang karena persalinannya akan lama. Ibu hamil
juga tidak boleh makan buah-buahan, seperti nanas, durian, dan mentimun karena
mitos ini sangat dipercaya oleh sebagian masyarakat karena akan menyebabkan
keputihan. Bahkan, ada yang memercayainya bahwa nanas bisa menyebabkan
keguguran.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa pengertian mitos dalam kehamilan?

1.2.2 Bagaimana adat kehamilan di Suku Jawa

1.2.3 Apa saja mitos-mitos ibu hamil di Suku Jawa?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian mitos

1.3.2 Untuk mengetahui adat-adat kehamilan di Suku Jawa

1.3.3 Untuk mengetahui mitos-mitos kehamilan yang ada di Suku Jawa


3

II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mitos

Secara sederhana, definisi mitos adalah suatu informasi yang sebenarnya salah
tetapi dianggap benar karena telah beredar dari generasi ke generasi. Begitu
luasnya suatu mitos beredar di masyarakat sehingga masyarat tidak menyadari
bahwa informasi yang diterimanya itu tidak benar. Karena begitu kuatnya
keyakinan masyarakat terhadap suatu mitos tentang sesuatu hal, sehingga
mempengaruhi perilaku masyarakat.

Mitos atau mite (myth) adalah cerita prosa rakyat yang di tokohi oleh para dewa
atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain (kahyangan) pada masa
lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang punya cerita atau
penganutnya. Mitos juga disebut Mitologi, yang kadang diartikan Mitologi adalah
cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan bertalian dengan terjadinya
tempat, alam semesta, para dewa, adat istiadat, dan konsep dongeng suci. Mitos
juga merujuk kepada satu cerita dalam sebuah kebudayaan yang dianggap
mempunyai kebenaran mengenai suatu peristiwa yang pernah terjadi pada masa
dahulu. Jadi, Mitos adalah cerita tentang asal-usul alam semesta, manusia, atau
bangsa yang diungkapkan dengan cara-cara gaib dan mengandung arti yang
dalam. Mitos juga mengisahkan petualangan para dewa, kisah percintaan mereka,
kisah perang mereka dan sebagainya. Mengapa Mitos di Percaya? Sebab
masyarakat beranggapan mitos sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat,
khususnya masyarakat tradisional yang masih sangat kental budaya
kedaerahannya.

Mereka kebanyakan mengabaikan logika dan lebih mempercayai hal-hal yang


sudah turun temurun dari nenek moyang. Pada dasarnya, mitos orang zaman
dahulu memiliki tujuan yang baik untuk kelangsungan hidup keturunannya Ada
masyarakat yang mempercayai mitos tersebut, ada juga masyarakat yang tidak
mempercayainya. Jika mitos tersebut terbukti kebenarannya, maka masyarakat
yang mempercayainya merasa untung. Tetapi jika mitos tersebut belum terbukti
4

kebenarannya, maka masyarakat bisa dirugikan. Mitos dipercaya sebagai ajaran


nenek moyang tentang apa yang tidak boleh dilakukan agar tidak tertimpa daerah.

Berikut ini beberapa pendapat tentang pemahaman mitos, berikut ini yang
diajukan tentang:
 Menurut William A. Haviland: mitos adalah cerita tentang peristiwa-
peristiwa semihistoris yang menerangkan masalah-masalah akhir
kehidupan manusia.
 Menurut Cremers: mitos adalah cerita suci tentang simbolik yang
mengisahkan cerita klasik dan imajiner yang berasal dari usul dan
perubahan-perubahan alam raya dan dunia, dewa-dewi, kekuatan-kekuatan
atas kodrati manusia, pahlawan, dan masyarakat.
 Menurut Levi-Strauss: mitos adalah suatu warisan bentuk cerita tertentu
dari tradisi lisan yang mengisahkan dewa-dewi, manusia pertama, hewan,
dan segala sesuatu yang berkaitan dengan logika yang terkandung di dalam
mitos itu dan yang membantu kita mengintegrasikan semua masalah yang
perlu diselesaikan dalam suatu konstruksi sistematis.
 Menurut Ahimsa-Putra: mitos adalah cerita yang “aneh” yang sulit
diterima maknanya atau diterima kebenarannya karena kisah di “tidak
masuk akal” atau tidak sesuai dengan apa yang kita temui sehari-hari.
2.2 Adat Kehamilan

1. Upacara tiga (neloni) atau empat (ngupati) bulanan

Adat istiadat suku Jawa saat kehamilan yang pertama yaitu saat usia kehamilan
atau janin menginjak tiga bulan. Maka masyarakat Jawa akan melakukan sebuah
upacara untuk memperingati usia kandungan yang sudah menginjak tiga bulan
(neloni) atau empat bulan (ngupati) tersebut. Namun, hendak disadari bahwa saat
melakukan upacara neloni ataupun ngupati hendaknya dilandasi oleh beberapa
hal, diantaranya sebagai ungkapan rasa syukur seorang hamba kepada Allah
karena telah dipercaya berupa amanah seorang anak. Dalam pelaksanaan upacara
neloni atau ngupati, hendaknya juga diisi dengan bacaan ayat-ayat suci Al-Quran
hal ini dilakukan supaya ibu hamil dapat diberi kesehatan bagi tubuhnya hingga
sampai pada saat melahirkan sang bayi.
5

2. Upacara tingkeban atau mitoni

Mitoni berasal dari kata “pitu” yang berarti tujuh sehingga upacara
mitonidilakukan pada saat usia kehamilan tujuh bulan, dan pada kehamilan
pertama. Dalam pelaksanaan upacara tingkeban atau mitoni, ibu yang sedang
hamil tujuh bulan di mandikan dengan air kembang setaman, disertai dengan doa-
doa khusus. Berikut adalah tata cara melakukan upacara tingkeban:

 Siraman dilakukan oleh sesepuh sebanyak tujuh orang. Bermakna memohon


doa restu supaya suci lahir dan batin. Setelah siraman selesai, air kendi tujuh
mata air dipergunakan untuk mencuci muka, setelah air di dalam kendi habis,
kendi di pecah.
 Memasukkan telur ayam kampung ke dalam kain (sarung) calon ibu oleh
suami melalui perut sampai pecah, hal ini merupakan suatu harapan agar bayi
lahir dengan lancar tanpa suatu halangan.
 Berganti nyamping sebanyak tujuh kali secara bergantian, disertai kain putih.
Kain putih sebagai dasar pakaian yang pertama, yang melambangkan bayi
yang akan dilahirkan adalah suci. Adapun nyamping yang dilakukan secara
urut dan bergantian berjumlah tujuh dan diakhiri dengan motif yang paling
sederhana, urutannya sebagai berikut: sidoluhur, sidomukti, truntum, wahyu
tumurun, udan riris, sido asih, Lasem sebagai kain dan dringin sebagai
kemben.

2.3 Mitos-mitos Kehamilan

Masyarakat jawa akan selalu melakukan banyak pantangan-pantangan dalam


masa kehamilan, walaupun secar rasional dan dikaji dalam faktor kesehatan
seringkali tidak ada kaitanya namun akan tetap dijalankan oleh masyarakat
setempat, karena telah menjadi keyakinan budaya yang harus terus dijalankan
secara turun-temurun dan cenderung harus ditaati walaupun individu yang
menjalankanya mungkin saja tidak memahaminya dan tidak yakin secara rasional
akan alasan-alasan yang diberikan dan hanya perwujudan rasa kepatuhan akan
tradisi setempat dan patuh terhadap orang tua serta dukun. Pantangan kehamilan
sampai sekarang masih tetap dipakai dan dipercaya, ini sudah menjadi tradisi
6

turun temurun dari tetua dan leluhur-leluhur, jadi kita sebagai masyarakat tetap
tidak luntur terhadap kepercayaan tersebut, lagian ini untuk kebaikan, jadi
mengapa tidak

Pada mulanya pandangan hidup orang jawa merupakan kristalisasi dari


sekian adat dan tradisi yang pernah gemilang, jadi pandangan hidup orang jawa
tidak boleh diabaikan ataupun ditinggalkan, seperti yang dikemukakan oleh N,
Kekuatan tradisi tidak dapat dikesampingkan, karena melaksanakan modernisasi
sambil meremehkan tradisi sesungguhnya merupakan anasir sikap
keterbelakangan pula. Dari pendapat tersebut pantangan kehamilan yang
merupakan salah satu dari sekian banyak budaya jawa yang ada sehingga
kebudayaaan tidak terjebak dalam jaring-jaring modernisme.

Pantangan ada dua jenis yaitu pantangan yang berupa makanan yaitu bahan
makanan atau masakan yang tidak boleh dimakan oleh para individu dalam
masyarakat karenan alasan – alasan yan bersifat budaya. Dan pantangn dalam
perbuatan, pantangan yang melarang wanita hamil dan suaminya melakukan hal-
hal tertentu yang secara ghaib dianggap dapat berakibat buruk bagi bayi mereka
yang juga diperoleh dari dasar keyakinan mengenai sifat ghaib dari tindakan
tersebut. Sehingga pantangan yang ada di dalam adat kehamilan merupakan hasil
dari sistem kepercayaan yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat jawa.
Berikut adalah pantangan kehamilan dalam budaya jawa yang sudah menjadi
kepercayaan adalah sebagai berikut :

1. Pantangan memakan pisang kidang

Pisang kidang menjadi salah satu dari makanan yang tidak boleh dimakan oleh
wanita hamil, hal ini dikarenakan terbawa isi, terambil dari pengaruh nama
kidang, maksudnya sudah mengejan kuat, kemudian berani, padahal tersendat-
sendat, dapat menjadikan sebab badan yang memiliki anak tadi menjadi kurang
kuat, maka harus dicegah, sebab orang yang akan melahirkan jabang bayi tadi,
jika sampai badanya kurang kuat, dapat menjadikan dan kematian salah satunya.
7

2. Makan pisang dempet

Mengkonsumsi pisang dempet (pisang siam) dan buah siam lainnya dilarang bagi
ibu hamil dalam adat Jawa karena dipercaya dapat membuat ibu hamil
mengandung anak yang kembar siam. Kepercayaan ini sangat dipercayai oleh
masyarakat suku Jawa.

3. Wanita hamil mbhatin


Menurut masyarakat suku jawa tentang sesuatu hal yang dirasa cukup aneh. Ini
dipercaya akan membuat bayi yang dikandung mengalami hal serupa dengan apa
yang digumamkan ibunya. Jadi pada ibu hamil sangat tidak diperbolehkan untuk
membhatin tentang suatu hal yang berperasaan negatif.
4. Suami wanita yang sedang hamil dilarang berburu hewan
Menurut mitos Jawa, suami yang memancing atau berburu bisa menyebabkan
bayi di dalam kandungan cacat atau sumbing. Karena apa yang dilakukan suami
terhadap sesuatu hal akan berdampak kedepannya bagi calon sang bayi. Peran
suami disini sangat berpengaruh bagi calon bayi yang akan lahir.
5. Pantangan wanita hamil tidak boleh mandi setelah terbenamnya matahari

Pantangan bagi ibu hamil untuk tidak mandi ketika sudah larut malam
dipengaruhi oleh faktor kepercayaan yang ada di dalam masyarakat jawa , bahwa
jika wanita yang mengandung mandi terlalu malam akan menyebabkan pada saat
kelahiran akan mengeluarkan air yang sangat banyak dan bayi akan keluar secara
tersendat-sendat. Hal tersebut merupakan sesuatu yang kurang baik atau dapat
menimbulkan celaka bagi dirinya dan bayi yang hendak dilahirkan seingga harus
dicegah dalam masa kehamilan.

Ibu hamil dalam masyarakat Jawa juga dipantang untuk mandi larut malam.
Mereka umumnya harus sudah mandi sejak sore hari. Meski secara medis tidak
ada hubungannya sama sekali, hal ini dipercaya untuk mencegah janin yang ada
dalam kandungan menyusut dan lahir prematur.

Pantangan ini sangat dipengarui oleh sistem kepercayaan yang mendasarinya yang
diyakini berasal dari leluhur atau nenek moyang. Menurut orang jawa Melakukan
perintah leluhur dan berbakti kepadanya sama dengan memuliakan Tuhan. Oleh
8

karena para leluhur merupakan wakil Tuhan yang paling dekat dengan sumber
kehidupan yang dapat memberikan berkat keselamatan bagi manusia yanga
meyakini. Walaupun demikian sistem kepercayaan dalam pantangan ini selain
sebagai metode budaya dalam menghadapi masa rawan tersebut juga memiliki
makna medik bagi kesehatan manusia.

6. Wanita yang sedang hamil dilarang membakar peralatan bayi


Seperti bungkus sabun, tisu dan sejenisnya. Orang tua zaman dulu mempercayai
bhawa jika membakar benda-benda tersebut dibakar akan bisa membuat kulit
sang bayi ruam bahkan seperti terbakar pada saat kelahirannya. Ini sangat
dipercayai oleh masyarakat suku Jawa pada umumnya.
7. Pantangan mematikan hewan serta mengikat kaki burung

Jika mematikan berbagai serangga ataupun hewan lainya dan mengikat kaki
burung atau sejenisnya, yaitu sering menjadikan cacat jabang bayi, walaupun
demikian juga dapat menabraknya, hanya jika meminta tolong jabang bayinya,
kemudian jawab permintaan tolong seperti itu, jabang bayi aku mau mematikan
serangga atau hewan yang akan dibunuh. Hal ini juga karena dikhawatirkan janin
yang dikandungnya akan mengalami hal seperti hewan yang diperlakukan oleh
ibunya.

8. Tidak boleh keluar di malam hari sebab banyak makhluk halus yang bisa
mengganggu kehamilan

Ibu hamil ilarang berpergian di malam hari, sebaiknya harus ditunda dahulu sebab
hal ini menjadi pantangan bagi ibu ketika hamil. Ibu tidak boleh keluar saat
malam hari, sebab kalau keluar di atas jam 6 sore banyak roh jahat yang suka
mengganggu. Lagi pula cuaca di malam hari lebih dingin jika ibu hamil terlalu
sering keluar malam Ibu hamil bisa kedinginan lalu masuk angin. Tentu kondisi
seperti ini bisa membuat tubuh Mama menjadi kelelahan dan mudah sakit.

9. Pantangan mengejek dan menertawakan orang cacat

Ibu hamil tidak boleh mengejek semua orang cacat, seperti, buta sebelah, patah,
pincang, nyeridan sebagainya, sebab menjadikan pengaruh menular kepada
jabanga bayi yang di kandungan tadi, walaupun lelaki (suami) juga tidak boleh
9

mengejek dan menertawai yang cacat tadi agar tidak terjadi keburukan atau
sesuaatu yang tidak diinginkan.

10. Pantangan duduk terlalu lama ketika hamil

Ketika wanita hamil dilarang terlalu lama duduk, jika teralu lama duduk
akan mengakibatkan rasa skait ketika berdiri. jika duduk harus berkir-kira, jangan
lama-lama; adapun pergerakan jabang bayi itu tidak hanya jika sudah
mengandung sudah tua, walaupun mengandung tiga dan empat bulan, juga sudah
bergerak,tetapi geraknya hanya seperti kabut pada saat seperti gelap gulita, jika
membatu tadi, orang yang mengandung ya lama tidak dapat kemudian berdiri
(susah), sebab agak terasa sakit, maka jika duduk tidak boleh lama-lama.

11. Memaki orang

Masyarakat Jawa yang tengah hamil diharapkan dapat bersikap baik pada
siapapun dimanapun dan kapanpun. Ia dilarang memaki tetangga atau orang
disekitarnya. Hal ini dipantang karena dikhawatirkan orang yang dimaki atau
digunjingkan akan memberikan doa buruk kepada wanita yang tengah hamil
tersebut.

12. Menginjak kotoran hewan

Ibu hamil dalam pantangan adat Jawa dilarang menginjak kotoran hewan-hewan
ternak seperti kotoran sapi, kerbau, kambing, dan ayam. Secara medis pantangan
ini ada benarnya, mengingat kotoran hewan sering kali mengandung bakteri atau
patogen penyakit serius seperti bakteri toksoplasma yang dapat menyebabkan
keguguran.

13. Membawa benda tajam setiap bepergian

Pada ibu hamil harus membawa benda tajam jika keluar rumah agar terhindar dari
marabahaya dan gangguan makhluk halus. Membawa barang-barang seperti
gunting kecil, kaca, peniti kecil, dan lain-lain yag kecil yang berhubungan dengan
besi dan kemudian diberi irisan bawang putih lalu direkatkan pada baju yang
dipakai.

14. Menyumbat lubang atau liang.


10

artinya, seorang wanita hamil tidak boleh mengganggu kehidupan binatang di


dalam tanah dengan cara menyumbat lubang atau liangnya yang merupakan pintu
keluar masuk binatang itu. Bila wanita hamil selalu tidak menyumbat lubang
kehidupan maklhuk lain, maka lubang kehidupannya juga akan terbuka. Dengan
demikian, wanita tersebut kelak bakal mudah melahirkan bayinya.
11

III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebudayaan dan masyarakat merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan,
karena kebudayaan berhubungan dengan budi atau akal. Kebudayaan adalah
keseluruhan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, keilmuan,
sosial, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan lain untuk keperluan masyarakat
(Prasetyo. 2004). Suatu kepercayaan tradisional dari pemikiran ada sisi baik dan
tidaknya (pengaruh kepercayaan tradisional), namun permasalahan yang cukup
besar pengaruhnya pada seorang Ibu pada masa kehamilan adalah masalah gizi.
Masyarakat Jawa sangat kental dengan masalah tradisi dan budaya. Tradisi dan
budaya Jawa hingga akhir-akhir ini masih mendominasi tradisi dan budaya dalam
menjalani kehidupan mereka, faktor kebudayaan juga masih sangat berpengaruh
dalam keyakinan dan praktek praktek keagamaan. Banyak ibu hamil meyakini
kebenaran mitos kehamilan dan melaksanakannya. Akan tetapi, tidak mengetahui
alasan, tujuan, dan hakikat dari suatu mitos. Mereka hanya menjalankan
berpantang, meyakini, dan mepercayai agar tidak kualat. Masyarakat Jawa sangat
mmempercayai dan mempunyai berbagai macam mitos. Salah satu mitos yang ada
dan dipercayai adalah mitos tentang seputar kehamilan pada seorang wanita. Hal
ini ditandai dengan kepercayaan-kepercayaan yang dilakukan oleh masyarakat
suku Jawa tentang terdapat banyaknya larangan-larangan yang harus dilakukan
oleh seorang ibu yang sedang hamil, dan beberapa peraturan yang harus ditaati
pada saat masa kehamilan hingga melahirkan. Misalnya saja pada saat
berlangsungnya kehamilan, banyak sekali larangan-larangan yang diucapkan,
contohnya pada saat hamil dilarang dalam melakukan duduk di depan pintu yang
dimana hal itu dipercayai akan sulit dalam melakukan proses melahirkan, dan juga
terdapat pada saat sesudah melahirkan, contohnya saja pasa saat sesudah
melahirkan sang bayi tidak boleh jauh-jauh dari benda seperti kaca, gunting, dan
lainnya. Hal ini disebabkan oleh keprcayaan pada suku Jawa yang dimana jika
sang bayi jauh-jauh dari benda-benda tersebut maka makhluk halus bisa dengan
mudah mendekati sang bayi.
12

DAFTAR PUSTAKA

Lorenza, Nindiaayu. 2012. Makalah Ilmu Sosial Budaya Pendekatan.


http://nindiaayulorenza.blogspot.com/2012/12/makalah-ilmu-sosial-
budaya-pendekatan.html?m=1. Diakses pada tangga 26 Oktober 2019.

. . . . . . . . 2014. Pengertian mitos.

https://pengertianahli.id/2014/08/pengertian-mitos-apa-itu-mitos.html.
Diakses pada tanggal 26 Oktober 2019.

Ralda Rizmainun. Pantangan Ibu Hamil Menurut Islam dan Menurut Adat Jawa.
ttps://www.ruangmuslimah.co/34769-pantangan-ibu-hamil-menurut-islam-
dan-menurut-adat-jawa-2. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2019.

https://www.kompasiana.com/achmadeswa/5d1bfbaf097f3613855f8ef2/ajaran-
dalam-mitos-kehamilan-wanita-jawa?page=all, diakses pada tanggal 27
Oktober 2019.

Anda mungkin juga menyukai