Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Tinea pedis adalah infeksi dermatofita pada kaki terutama mengenai sela
jari kaki dan telapak kaki.1 Nama lain yaitu foot ringworm atau athlete’s foot.1,3
Istilah athlete’s foot digunakan untuk semua bentuk intertrigo di sela jari kaki
yang selain disebabkan dermatofita dapat pula karena sebab lain yaitu bakteri,
2.1.1 Epidemiologi
paling umum dan insidensinya tidak berhubungan dengan ras dan etnik tertentu.2,5
Prevalensi tinea pedis diperkirakan 10% pada populasi dunia dan lebih sering
modern.2 Prevalensi tinea pedis meningkat dengan bertambahnya umur dan lebih
sering dijumpai pada orang dewasa dan jarang dijumpai pada anak-anak. Pria
lebih sering terinfeksi dari wanita.5 Insidensi lebih tinggi didapatkan pada orang
yang sering menggunakan fasilitas umum seperti kolam renang dan tempat mandi
umum.2,5,20 Pekerjaan tertentu seperti pekerja tambang, tentara dan atlet juga
populasi ini terhadap keringat, trauma, sepatu tertutup dan area bersama.5,21-23
2.1.2 Etiologi
dan kadang-kadang manusia, geofilik merupakan jamur yang hidup di tanah dan
adalah jamur yang hanya patogen pada manusia. Umumnya gejala klinik yang
ditimbulkan golongan zoofilik dan golongan geofilik pada manusia bersifat akut
dan moderat dan lebih mudah sembuh, sedangkan golongan antropofilik bersifat
Organisme penyebab tinea pedis yang utama adalah T.rubrum, T. interdigitale dan
manusia yang terinfeksi atau secara tidak langsung dengan fomite yang
antara anggota keluarga adalah jalan yang paling sering. Penyebaran dapat
horizontal, seperti antara suami istri, atau vertikal antara generasi. Sumber infeksi
lain adalah shower pada studio fitness, ruang ganti pada tempat umum, kesetan
dermatofita pada kaki. Faktor pejamu yang dapat meningkatkan infeksi ini
termasuk kulit yang rusak, maserasi pada kulit dan imunosupresi. 1 Infeksi
dermatofita paling sering karena tidak adanya sebum, yang merupakan sekresi
inhibisi alamiah dimana sebum tidak dijumpai pada regio plantaris karena tidak
2.1.4 Patogenesis
Elemen terkecil dari jamur disebut hifa, berupa benang-benang filamen yang
terdiri dari sel-sel yang mempunyai dinding. Benang-benang hifa bila bercabang
baik seksual maupun aseksual. Spora adalah suatu alat reproduksi yang dibentuk
hifa, besarnya antara 1-3µ, biasanya bentuknya bulat, segi empat, kerucut, atau
lonjong. Spora dalam pertumbuhannya makin lama makin besar dan memanjang
membentuk satu hifa. Terdapat 2 macam spora yaitu spora seksual (gabungan dari
dua hifa) dan spora aseksual (dibentuk oleh hifa tanpa penggabungan).3,28
elemen jamur di kulit. Jamur superfisial harus tahan terhadap efek sinar ultraviolet,
yang dihasilkan keratinosit dan asam lemak yang diproduksi oleh kelenjar
sebaseus yang bersifat fungistatik agar artrokonidia (struktur yang dihasilkan dari
stratum korneum dengan kecepatan yang lebih cepat dibandingkan dengan proses
yaitu proteinase, lipase dan musinolitik yang dapat mencerna keratin, sehingga
tersedia nutrisi untuk jamur. Kerusakan stratum korneum, oklusi, trauma dan
maserasi juga memudahkan penetrasi. Mannan, komponen dari dinding sel jamur
muncul apabila lapisan lebih dalam dari epidermis telah dicapai oleh jamur,
mencakup kompetisi terhadap zat besi oleh transferin yang tidak tersaturasi dan
Derajat reaksi inflamasi pejamu tergantung pada status imun pejamu dan
menginduksi sekresi sitokin dalam jumlah terbatas dari keratinosit secara in vitro
necrosis factor (TNF)-α, interleukin (IL)-1β, IL-8 dan IL-16 sebagai reaksi
kulit tidak pernah steril, terdapat dermatofita dan bakteri. Interaksi antara bakteri
factors.29,30
Setelah jamur masuk ke kulit, hal ini akan merangsang pembentukan sistem
imun dan sel-sel inflamasi dengan sejumlah mekanisme. Ikatan antara komponen
dermatofita dengan sel dendritik ini dapat merangsang respon imun spesifik.
Respon imun ini tergantung pada spesies dermatofita dan imunitas pejamu.
lebih kuat dibandingkan dengan spesies antropofilik. Pada glabrous skin, infeksi
menjadi karier.29,30
Sementara respon imun pejamu tergantung usia, jenis kelamin, status imun
dan faktor genetik. Respon imun seluler dimulai dari sel dendritik epidermal
mengenali antigen jamur kemudian terjadi maturasi sel dendritik dan dihasilkan
IL-12. IL-12 akan menginduksi sel T dan sel natural killer (NK) untuk
proses fagositosis dan oxidative killing oleh sel neutrofil dan makrofag. Respon
imun humoral juga dapat ditemukan pada penderita infeksi dermatofita, namun
respon imun humoral ini tidak memiliki efek protektif. Bagaimana peranan
imunitas humoral pada infeksi dermatofita belum diketahui dengan jelas sampai
infeksi dermatofita.2,29,30
paling sering. Ruamnya berupa eritema, skuama, erosi, maserasi dan fisura
pada daerah interdigitalis dan subdigitalis kaki, khususnya jari 4 dan 5 dan
rasa gatal, terbakar dan bau tidak sedap. Permukaan dorsal kaki pada
terlibat. Interaksi dengan bakteri dapat terjadi pada sela jari kaki dengan
dan tegang, bula dan pustula pada telapak kaki atau permukaan plantar
mid anterior dengan diameter antara 1 - 5 mm. Isi bula biasanya jernih
dan berlokasi pada lengkungan kaki, bagian samping kaki, jari kaki dan
celah subdigitalis. Vesikel baru muncul pada bagian perifer, dengan fisura
sering muncul pada lipatan dan celah subdigitalis. Puncak vesikel terlepas
dengan cepat. Rasa gatal mungkin berat, dengan rasa terbakar dan nyeri
cepat dan terjadi sepanjang musim panas. Selain itu lesi dapat disertai
dengan cepat, ulkus dan erosi dan sering disertai infeksi bakteri sekunder.
berskuama. Infeksi ini mulai pada ruang interdigital ketiga dan keempat
meluas sampai seluruh telapak kaki mengelupas. Tipe tinea pedis ini
malaise.2,3,5
Tinea pedis didiagnosis banding dengan infeksi bakteri pada sela jari kaki
Eritrasma adalah infeksi bakteri superfisial pada kulit yang disebabkan oleh
dengan bercak coklat kemerahan yang berbatas jelas, tetapi tidak teratur, muncul
pada daerah intertriginosa atau adanya fisura dan maserasi putih pada sela jari
kaki, terutama antara jari keempat dan kelima. Pada pemeriksaan dengan lampu
ditegakkan berdasarkan anamnesis dijumpai keluhan gatal atau nyeri dan riwayat
kontak dengan bahan yang dicurigai dan pada pemeriksaan klinis dijumpai
gambaran ruam polimorfik berupa eritema, edema, papul, vesikel, skuama dan
likenifikasi tergantung dari stadium penyakit yang dapat bersifat akut maupun
kronis.32
genus Candida pada daerah intertriginosa. Erupsi pruritik muncul sebagai bercak
eritematosa maserasi dan plak tipis dengan satelit vesikulopustul. Pustul kemudian
Maserasi pada daerah sela jari kaki atau tangan dengan lapisan tanduk yang tebal
dengan larutan KOH (kalium hidroksida) dan kultur yaitu dijumpainya yeast.33
adanya gambaran berupa plak eritematosa yang berbatas tegas dan menebal
2.1.7 Diagnosis
dengan pemeriksaan mikroskopis langsung dengan larutan KOH dan kultur jamur
dari kerokan kulit.2,3 Selain itu dapat dilakukan pemeriksaan histopatologi dan
antara lain:
pertama untuk mengidentifikasi spora dan hifa. Untuk diagnosis mikroskopis yang
akurat, tehnik sampling adalah penting. Lesi pertama dibersihkan dengan kapas
alkohol 70% dengan lembut untuk mengangkat sisa obat atau produk perawatan
kulit. Kerokan kulit dibuat dengan menggunakan skalpel tumpul no.15. Jika
dijumpai lesi multipel maka daerah lesi dipilih untuk sampling yaitu daerah
dengan pinggir aktif dan atap vesikel. Bahan kerokan ini kemudian ditempatkan
pada slide mikroskop dan ditetesi dengan larutan KOH 10-20%. Setelah 15-30
2. Kultur jamur
Jamur tumbuh dengan cepat pada media sederhana berisi glukosa dan sumber
sederhana, dengan gula 4%, pepton 1% dan pH asam (Sabouraud’s dextrose agar
28°C dan kultur harus ditunggu untuk maksimum 3-4 minggu, meskipun secara
jamur yang tumbuh meliputi warna, permukaan koloni dan warna dasar koloni,
pertumbuhan.35
Gambar 2.1 Karakteristik dermatofita pada media kultur. Dikutip dari kepustakaan no.2.
3. Pemeriksaan histopatologi
sign.” Tanda terakhir ditandai dengan hifa antara stratum korneum bagian atas dan
stratum korneum parakeratotik pada lapisan yang lebih bawah. Deteksi elemen
hematoxylin dan eosin, lebih baik dengan periodic acid schiff (PAS) atau
methenamine silver.5
4. Pemeriksaan PCR
PCR adalah suatu teknik sintesis dan amplifikasi DNA secara in vitro.
Beberapa tahun yang lalu metode molekular ini telah dilakukan untuk mendeteksi
dan mengidentifikasi dermatofita secara langsung dari kulit, rambut dan kuku.
kurang spesifik.36
pada infeksi jamur dan didapatkan spesifikasi yang cepat dan langsung.
database untuk dermatofita cukup terbatas dan hanya berisi spesies yang
2.1.9 Penatalaksanaan
berbasis asam undesenoik. Terbinafin oral dosisnya 250 mg setiap hari selama 2
minggu. Itrakonazol diberikan 400 mg setiap hari selama 1 minggu pada orang
dewasa, 200 mg setiap hari selama 2 – 4 minggu, atau 100 mg setiap hari selama
4 minggu dengan efikasi yang sama pada seluruh regimen, sementara itrakonazol
150 mg setiap minggu selama 3-4 minggu juga efektif. Kortikosteroid topikal atau
dan malodor menunjukkan terjadinya koinfeksi bakteri yang paling sering adalah
oleh organisme Gram negatif termasuk Pseudomonas dan Proteus. Pasien yang
diduga koinfeksi dengan Gram negatif harus diobati dengan obat antibakteri
2.2 Onikomikosis
dermatofita, mold nondermatofita atau yeast. Tinea unguium adalah infeksi pada
2.2.1 Epidemiologi
kira-kira 50% dari semua penyebab onikodistrofi dan 30% dari seluruh infeksi
sekitar 28% pasien berumur lebih dari 60 tahun.13 Di Amerika Utara dan Eropa
onikomikosis lebih sering dijumpai pada pria dengan rasio pria dan wanita kira-
kira 1,4, sedangkan di Amerika Selatan dan Asia onikomikosis lebih sering
Adam Malik, dari 33 pasien yang menjadi subjek penelitian dijumpai pasien pria
24 orang (72,7%) dan wanita 9 orang (27,3%), dengan usia rata-rata > 42 tahun
Malik Medan pada tahun 2014, dari 35 orang subjek penelitian dijumpai pasien
pria 10 orang (28,6%) dan wanita 25 orang (71,4%), dengan usia 16-25 tahun dan
2.2.2 Etiologi
onikomikosis kaki., Pada kuku jari tangan, spesies Candida bertanggung jawab
Faktor risiko infeksi kuku antara lain trauma kuku, imunosupresi seperti
keluarga, umur tua, faktor lingkungan seperti memakai sepatu yang sempit dan
Kelainan kuku dapat berawal sebagai tinea pedis atau langsung pada kuku.
Kira-kira 40% dari pasien onikomikosis jari kaki menunjukkan infeksi kulit yang
2.2.4 Patogenesis
Patogenesis infeksi jamur pada kuku sama seperti infeksi pada kulit dimana
bawah. Tempat dan pola invasi akan menyebabkan tipe klinis onikomikosis yang
berbeda. Keterlibatan kuku terjadi dengan penetrasi elemen jamur dan sekresi
untuk jamur.12
terpapar dengan lingkungan yang keras dan mudah mengalami kerusakan dan
invasi oleh berbagai organisme. Anatomi kuku yang unik cenderung membuat
jalan masuk patogen menjadi mudah melalui nail fold proksimal dan distal,
namun demikian kuku secara fisik dilindungi oleh kutikula dan lapisan tanduk
terpisah dari imunitas seluler tubuh, dimana level ekspresi mayor histocompability
complex (MHC) klas 1a antigen sangat rendah, adanya produksi lokal dari agen
aktivitas sel natural killer (NK). Dermatofita adalah organisme keratinofilik kuat
yang mampu melubangi organ karena dengan cepat memakan keratin. Di lain
imunitas alamiah yang kuat dimana terdapat peningkatan ekspresi lokal peptida
normal, tetapi terinduksi karena paparan infeksi atau inflamasi, namun ini
diekspresikan dengan kuat dalam unit kuku. Cathelicidin LL37 yang merupakan
C.albicans.12
Distribusi sel-sel imun ditemukan berbeda pada bagian kuku yang berbeda.
Densitas sel-sel CD4+ tinggi pada nail fold proksimal dan sangat rendah pada
matriks kuku proksimal. Sel T CD8+ jarang dijumpai di dalam dan sekitar nail
fold proksimal, dasar kuku dan matriks kuku proksimal. Densitas sel Langerhans
lebih tinggi dalam epitel nail fold proksimal dan dasar kuku dibandingkan dalam
matriks kuku. Sel-sel Langerhans dan makrofag di dalam matriks kuku secara
Singkatnya, karena imunitas seluler yang efektif tidak ada, kuku rentan
terhadap invasi jamur, jika terpapar dengan berbagai faktor predisposisi. Karena
itu, onikomikosis umumnya adalah infeksi kronis yang tidak berhubungan dengan
sehingga jamur dapat bertahan untuk waktu yang lama. Peran dari mekanisme lain
Setiap kerentanan fisik dari struktur protektif badan kuku menyebabkan invasi
kuku, dimana keratin lebih lunak dan dekat dengan sel- sel hidup di bawahnya.
Permukaan ventral mempunyai topografi yang tidak teratur dengan alur paralel
dan seperti punggung bukit menghasilkan saluran yang sangat baik untuk hifa
berpenetrasi ke lempeng kuku. Selain itu taut interseluler dalam lempeng ventral
lebih fleksibel dari pada tight junction pada lempeng dorsal. Lapisan intermediat
kurang sering terlibat, sementara lempeng kuku bagian dorsal jarang terlibat
kecuali dalam kasus white onychomycosis. Lempeng kuku bagian dorsal adalah
bagian lateral dan bermigrasi secara proksimal. Invasi ini disertai dengan
yang khas adalah “white island” berbatas tegas pada permukaan kuku,
kuku dan hiponikium. Lambat laun kuku menjadi kasar, lunak dan rapuh.3
pada lipat kuku proksimal kemudian menuju distal dan matriks, sehingga
pada akhirnya menginvasi lempeng kuku dari arah bawah. Gambaran klinis
superfisial dan penetrasi yang lebih dalam dari lempeng kuku. Kuku
Lamellar splitting, pitting kasar dan bercak putih susu di dalam lempeng
ketiga presentasi primer tersebut di atas. Seluruh lempeng kuku dan dasar
tanda onikolisis berupa “oil drop” berwarna salmon, yang tidak dijumpai pada
onikomikosis.13
Sekitar 10% penderita liken planus mempunyai kuku yang abnormal yaitu
pada sebagian besar kasus berhubungan dengan tanda klinis seperti penipisan
Trauma berulang pada lempeng kuku dapat juga menyebabkan tampilan kuku
dipotong dan nail bed diperiksa, maka nail bed tersebut akan tampak normal.13
onikomikosis yaitu pigmentasi hijau muda kekuningan pada lempeng kuku, keras
2.2.7 Diagnosis
dan kultur jamur berguna dalam mengkonfirmasi diagnosis.2,12-14 Selain itu dapat
biologi molekuler seperti PCR dan yang lebih baru yaitu pemeriksaan MALDI-
TOF MS.10
fragmen kecil dan dibagi untuk pemeriksaan mikroskopis langsung dan kultur.14
skrining ada atau tidaknya infeksi, tetapi tidak dapat menentukan spesies
sp.35
2. Kultur jamur
terapi topikal atau sistemik. Kegagalan tumbuh ini juga lebih banyak pada
bahan kuku dibanding kulit karena kebanyakan bahan diambil dari distal
kuku dimana kebanyakan jamur sudah tua dan mati. Sehingga dianjurkan
dengan sengkelit yang telah disterilkan di atas api bunsen. Kemudian bahan
kuku ditanam pada dua media, media pertama : mengandung antibiotik dan
antibiotik dan anti jamur. Media diinokulasikan dalam keadaan steril, lalu
diinkubasi pada suhu 24°- 28°C selama 4-6 minggu. Koloni dermatofita
minggu.35
3. Mikroskopis fluoresensi
cahaya ultra violet (UVA 365 nm, filter khusus) dan mikroskop fluoresensi.
4. Histopatologi
ditentukan apakah jamur tersebut invasif pada lempeng kuku atau daerah
dengan baik, kemudian blok paraffin dipotong tipis hingga ketebalan 4-10 μ
a. Pemeriksaan PCR
dalam jumlah jutaan kali hanya dalam beberapa jam. PCR merupakan
dan pada setiap siklus terjadi duplikasi jumlah target DNA double
(PCR-ELISA)
Metode baru ini terdiri atas tehnik amplifikasi dan hibridisasi, yang
stranded DNA template dan elongasi. Kopi dari sekuens DNA yang
c. MALDI- TOF MS
matriks dan dihasilkan ion positif yang ditangkap oleh detektor. Ion
dengan RFLP.10
2.2.9 Penatalaksanaan
keparahan dari keterlibatan kuku, adanya tinea pedis dan juga efikasi dan efek
1. Terapi topikal
Pada pasien dengan keterlibatan kuku distal dan / atau kontra indikasi untuk
mikologis pada 29% – 36% kasus dan kesembuhan klinis pada 7% kasus
2. Terapi sistemik
kesempatan yang lebih besar untuk bersih atau sembuh diinginkan. Seleksi
efek merugikan dan risiko interaksi obat pada pasien tertentu. Terbinafin
dermatofita, mold nondermatofita dan yeast. Dosis yang aman dan efektif
setiap bulan atau dosis kontinyu 200 mg setiap hari, memerlukan waktu 2
bulan atau 2 dosis denyut untuk kuku tangan dan paling sedikit 3 bulan atau
3. Terapi kombinasi
4. Terapi bedah
dengan urea 40% adalah pilihan akhir untuk kasus refrakter digabung
5. Terapi lain
Pasien diterapi 2-3 kali dengan interval minimum 3 minggu antara sesi.
Terapi ini ditoleransi dengan baik dan 7 dari 8 kasus (87,5%) kultur
jamur menjadi negatif setelah prosedur kedua atau ketiga. Laser CO2
yang baik.10
ALA adalah 1-10 mmol/L. Perbaikan terjadi setelah 6-7 sesi pengobatan
samping sistemik dan interaksi obat dan umur tua tidak merupakan
kontra indikasi.10
konkomitan yang paling sering yaitu 33,8% dari seluruh pasien dengan
onikomikosis kuku kaki. Penulis mencatat subtipe interdigital adalah bentuk yang
paling umum dari tinea pedis dan terdapat pada 65,4% pasien.16 Selain itu
penelitian oleh Walling menjumpai dermatofita dari kuku yang tampak normal
Banyak orang yang menderita tinea pedis menganggap infeksi ini sepele dan
Kontrol terhadap tinea pedis diperlukan karena lesi tinea pedis yang tidak
terkontrol adalah penyebab utama tinea unguium yang memerlukan biaya yang
mahal dan waktu lama untuk sembuh, terutama dengan meningkatnya umur.
Meningkatnya jumlah orang tua atau pekerja industri yang memakai sepatu
pedis yang tidak terdeteksi menjadi masalah karena bukan hanya menyumbang
patogen untuk tinea unguium, tetapi juga sebagai sumber infeksi untuk lainnya.4
onikomikosis. Risiko odds ratio onikomikosis pada pasien dengan trauma kuku
telah dilaporkan 5,4 (95% CI 4,0-7,4, p<.ooo1). Selain itu, pada orang dengan
mikologi dan kultur positif untuk infeksi jamur pada kaki, 21,3% mempunyai baik
dengan hasil mikologi positif dari sampel kuku yaitu riwayat tinea pedis pada
tahun sebelumnya, skuama pada satu atau kedua telapak kaki, bercak putih yang
rapuh pada permukaan kuku dan warna lempeng kuku yang abnormal.12 Selain itu,
dengan onikomikosis. Teori di belakang hubungan tinea pedis dan infeksi kuku
kaki adalah infeksi tinea akan bertindak sebagai reservoir organisme jamur yang
Faktor
Faktor Perlekatan jamur predisposisi
predisposisi ke keratinosit onikomikosis :
tinea pedis : umur tua
Pemeriksaan
Laboratorium:
KOH
Kultur jamur
Histopatologi
PCR, MALDI-TOF MS
Pengobatan : Pengobatan :
anti jamur topikal anti jamur topikal, anti jamur sistemik,
anti jamur sistemik terapi bedah (avulsi),terapi laser, PDT