Bab I - Vii Skipsi
Bab I - Vii Skipsi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
urine dan sampah nitrogen dalam darah. PGK terjadi akibat terminal destruksi
Keadaan ini dapat pula terjadi karena penyakit yang progresif cepat disertai
500 juta orang mengalami PGK. Di Amerika Serikat setiap tahun PGK selalu
mengalami peningkatan 2,1 % dan pada tahun 2014 prevelensi PGK terus
yang diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS) tahun 2013, PGK
dan bersisik (Padila, 2012). Menurut Indonesia Renal Registry (IRR) dalam
itu Pielonefritis kronik, Nefropati Obstruksi dan penyakit lain – lain sebanyak
Nefropati Asam Urat, Ginjal Polikistik dan Nefropati Lupus sebanyak 1%.
laju filtrasi glomerulus (LFG). Pada gagal ginjal stadium 3 ini merupakan
stadium akhir yang menyebabkan uremia, tingkat renal dari PGK yaitu sisa
nefron yang berfungsi < 10% dan LFG < 15 ml/menit yang normalnya > 90
ml/menit. Pada keadaan ini kreatinin serum dankadar BUN atau blood urea
ini pasien diindikasikan untuk melakukan dialisis (Wijaya, A.S & Putri, Y.M.
2013).
Terapi dialisis ini ada dua yaitu dialisis peritoneal dan hemodialisa,
sedangkan terapi lain yaitu melakukan transplantasi ginjal. Terapi yang sering
memerlukan waktu 4 hingga 5 jam per kali terapi, dibandingkan dengan terapi
untuk setiap kali dialisis dan terapi ini juga mengahasilkan pengeluaran cairan
pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka
pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit
terapi jangka panjang atau terapi permanen. Tujuan hemodialisa adalah untuk
menggunakan sistem dialisa eksternal dan internal (Wijaya, A.S & Putri,
Y.M. 2013).
ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup
waktu 4 – 5 jam per kali terapi. Lamanya waktu yang dibutuhkan dan berapa
derajat kerusakan ginjal, diet sehari – hari, penyakit lain yang menyertai dan
meningkat pada tahun 2013 lebih dari 430.000 pasien yang menjalani
4
yang menjalani hemodialisa meningkat dari 15.128 pasien pada tahun 2013
menjadi 17.193 pasien pada tahun 2014. Sedangkan pasien aktif berjumlah
dari 9.396 pasien pada tahun 2013 menjadi 11.689 pasien pada tahun 2014.
132 pasien. Dari data, tercatat bahwa diagnosa penyakit pasien hemodialisa
sebanyak 95 pasien.
bagi pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa seperti membatasi asupan
protein, garam, kalium dan cairan. Menurut Hartono (2006) diet yang
dianjurkan bagi pasien dengan PGK yaitu diet rendah protein (DRP), diet
rendah garam (DRG) dan diet cairan. Terapi diet hanya bersifat membantu
dilakukan berdasarkan berat badan, derajat insufisiensi renal dan tipe dialisis
yang akan dijalani. Pasien dengan dialisa harus menerima protein dengan
adanya efek uremia. Apabila ginjal yang rusak tidak mampu mengekskresikan
produk akhir metabolisme, subtansi yang bersifat asam ini akan menumpuk
dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun atau toksin dalam tubuh
penderita. Semakin banyak toksin yang menumpuk akan lebih berat gejala
kongestif serta edema paru sehingga dapat berujung pada kematian. Sangatlah
penting pasien patuh pada diet yang sudah ditetapkan, agar kebutuhan pasien
Diet yang bersifat membatasi akan merubah gaya hidup dan dirasakan
pasien sebagai gangguan serta diet yang dianjurkan tidak disukai oleh
kebanyakan pasien. Pasien merasa seperti “di hukum” bila bereaksi terhadap
dorongan untuk makan dan minum. Maka dalam hal ini sangat diperlukan
seperti hiperkalemia dan edema paru. Hal ini dapat membuat pasien menjadi
2011).
6
tidak boleh melebihi 5% karena dapat menimbulkan masalah baru bagi pasien
dan gagal jantung (Smelter & Bare, 2009). Kenaikan IDWG dapat dikontrol
pasien terutama kepatuhan dalam pengontrolan diet (Bots, 2006 dalam Alisa,
2014).
83,3 % pasien patuh terhadap dietnya. Hal ini terjadi karena pasien memiliki
kesadaran pentingnya patuh terhadap diet agar tidak berlanjut ke stadium yang
sebagai perilaku positif pasien dalam mencapai tujuan terapi (Kozier, 2011).
7
yang aktif. Pendidikan dapat mengembangkan potensi diri sendiri begitu juga
motivasi serta perhatian agar tetap patuh, kepatuhan dapat dipengaruhi oleh
Perubahan model terapi sesuai yang diingikan dapat meningkat motivasi dan
kepatuhan pasien dalam melakukan pengobatan, jika antara pasien dan tenaga
balik yang baik pula yang dapat menentukan derajat kepatuhan pasien.
kualitas hidup pasien, karena pasien memiliki tekat dan keinginan yang kuat
Dari beberapa faktor – faktor, objek yang diambil oleh peneliti adalah
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
dari pengalaman sendiri atau orang lain. Tanpa pengetahuan seseorang tidak
perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih lama bertahan dari
pengetahuan dan sikap dengan kepatuhan diet pasien gagal ginjal kronis yang
diet. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sumilati, 2015 tentang “hubungan
tingkat pengetahuan dengan kepatuhan diet pada pasien gagal ginjal kronik
menjalani diet atau pengobatan, karena salah satu fungsi keluarga adalah
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta juga dapat menentukan program
“hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien gagal ginjal
keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien gagal ginjal kronis. Sedangkan
10
fasilitas Hemodialisa dengan jumlah mesin 24 Unit. Rata – rata pasien yang
melakukan hemodialisa pada bulan Januari 2017 sampai April 2017 sebanyak
156 pasien. Rata – rata pasien yang sudah menjalani terapi hemodialisa 7 - 10
bulan beberapa pasien ada yang sudah menjalani hemodialisa lebih dari 1
tahun. Berdasarkan survei awal pada tanggal 20 Januari 2017 dengan perawat
diruang hemodialisa RSUP Dr. M Djamil Padang dengan pasien PGK yang
pasien (57,1%) tidak patuh terhadap diet yang dianjurkan, dibuktikan dengan
hasil analisa IDWG pasien lebih dari 5%. Pasien tidak patuh terhadap diet
karena merasa bosan makan dan minumnya harus dibatasi sesuai yang
dianjurkan, mereka juga jarang menjaga asupakan makanan dan cairan setelah
dianjurkan, dibuktikan dengan hasil analisa IDWG pasien kurang dari 5%.
Pasien patuh terhadap diet karena mereka memiliki keinginan untuk sembuh
kebutuhan pasien. 4 dari 7 pasien kurang mengetahui tentang diet yang harus
dijalaninya seperti : makanan apa saja yang harus dihindari dan makanan yang
diet yang di anjurkan seperti : manfaat menjalani diet, dampak apabila tidak
kepatuhan melaksanakan diet pada pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
menjalani Hemodialisa.
2. Manfaat Praktisi
a. Bagi Peneliti
selanjutnya.
dan informasi tentang masalah diet pada pasien PGK yang menjalani
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Defenisi PGK
terjadinya uremia atau adanya retensi urine dan sampah nitrogen dalam
fungsi ginjal yang berangsur – angsur. Keadaan ini dapat pula terjadi
karena penyakit yang progresif cepat disertai awitan mendadak yang dapat
PGK adalah penyakit ginjal yang tidak dapat pulih kembali ditandai
penyakit ginjal tahap akhir dan berujung pada kematian (Padila, 2012).
16
2. Klasifikasi PGK
Menurut (Wijaya, A.S & Putri, Y.M. 2013) PGK dibagi menjadi 3
stadium yaitu :
a. Stadium 1
karena fungsi nefron yang ada masih dapat membawa fungsi – fungsi
normal ginjal.
b. Stadium 2
c. Stadium 3
Merupakan stadium ginjal tahap akhir, sisa nefron yang berfungsi <
10%. Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN meningkat
3. Etiologi PGK
Nefropati Asam Urat, Ginjal Polikistik dan Nefropati Lupus sebanyak 1%.
Penyakit infeksi
Pielonefritis kronik atau nefropati
tubulointerstitial
herediter ginjal
4. Patofisiologi PGK
ginjal kronik, terjadi kehilangan daya cadang ginjal (renal reserve) pada
keadaan mana basal LFG masih normal atau malah meningkat. Kemudian
secara perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi nefron yang
20
Menisfestasi klinis yang dapat muncul pada pasien PGK dapat dilihat
efusi perikardial
menjadi ammonia
selalu digerakan)
sampai amenorea.
trombositopeni.
6. Komplikasi PGK
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien PGK dapat dilihat pada
LFG
Derajat Penjelasan Komplikasi
(ml/menit)
Kerusakan ginjal
1. dengan LFG ≥ 90 - Belum Ada
normal
Kerusakan ginjal
- Tekanan darah mulai
2. dengan penurunan 60 – 89
meningkat
LFG ringan
- Hiperfosfatemia (kadar
fosfat tinggi dalam
darah)
- Hipocalcemia (rendah
kalsium)
Kerusakan ginjal
- Anemia
3. dengan penurunan 30 – 59
- Hipertensi
LFG sedang
- Hiperhomosistinemia
(penyakit yang
meningkatkan risiko
arteri atau penyakit
pembuluh darah)
23
- Malnutrisi
- Asidosis metabolik
Kerusakan ginjal - Cendrung
4. dengan penurunan 15 – 29 hiperkalemia
LFG berat - Dislipidemia
(akibat kelainan
lemak dalam darah)
Kerusakan ginjal
tahap terminal - Gagal jantung
5. < 15
(ESRD: end-stage - Uremia
renal disease)
(Sudoyo, 2010)
aluminium.
24
7. Penatalaksanaan PGK
farmakologi.
LFG
Derajat Rencana tatalaksana
(ml/menit/1,73𝒎𝟐 )
Terapi penyakit dasar, kondisi
Menghambat pemburukan
2. 60 – 89
(progression) fungsi ginjal
(Sudoyo, 2010)
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Urine
1) Volume : biasanya kurang dari 400 ml/ 24 jam atau tidak ada (anuria)
26
mereabsorbsi natrium
kerusakan glomerulus bila sel darah merah dan fregmen juga ada
b. Darah
akhir
6) Kalium : meningkat
7) Magnesium : meningkat
8) Kalsium : menurun
9) Prorein : menurun
ekstravaskuler, massa.
adanya faktor yang reversibel dan menilai apakah proses sudah lanjut.
15) Foto Polos Abdomen : Foto polos abdomen dilakukan untuk menilai
bentuk dan besar ginjal serta apakah ada batu atau obstruksi lain.
fungsi ginjal.
yang terganggu. Bila hal ini sudah diketahui maka diet dapat diatur dan
28
Wilson, 2006).
1) Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB. Jika energi dari makanan yang
2) Protein rendah, yaitu 0,6 – 0,75 g/kg BB. Sebagian harus memiliki
nilai biologik yang tinggi seperti telur, daging, ikan, susu dan
ayam.
dan antibodi.
29
sekitar tubuh seperti tangan, kaki dan muka dan penumpukan cairan
pada rongga perut (asites). Kondisi ini akan membuat tekanan darah
urine 24 jam ditambah 500 - 750 ml. Urine 24 jam ditambah 500 - 750
B. Hemodialisa
1. Defenisi
hidrogen, urea, kreatinin, asam urat dan zat – zat lain melalui membran
semi permiabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal
(Haryono, 2013).
31
dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek
2013).
2. Tujuan
seperti urea, kreatinin dan asam urat, membuang kelebihan air dengan
Indikasi secara umum pada pasien PGK adalah bila laju filtrasi
a. Hiperkalemia
b. Asidosis
d. Kadar ureum / kreatinin tinggi dalam darah (ureum > 200 mg%,
e. Kelebihan Cairan
Kontra indikasi :
d. Demam tinggi
4. Prinsip Hemodialisa
Prinsip hemodialisa ada 3 yaitu (Wijaya, A.S & Putri, Y.M. 2013) :
a. Difusi
b. Osmosi
daerah yang kadar partikel rendah ke daerah yang kadar artikel lebih
c. Ultrafiltrasi
5. Proses Hemodialisa
suatu tabung ginjal buatan (dialiser) yang terdiri dari dua kompartemen
bebas dari pirogen, berisi larutan dengan komposisi elektrolit mirip serum
arah konsentrasi yang rendah sampai konsentrasi zat terlarut sama dikedua
komparetemen (difusi). Pada proses dialisis, air juga dapat berpindah dari
(Sudoyo, 2010).
f. Mual muntah
diet yang bersifat membatasi akan merubah gaya hidup dan banyak yang
makanan yang cukup agar tetap dalam gizi yang baik. Gizi yang kurang
itu makanan tinggi kalium seperti buah – buahan dan umbi – umbian tidak
Asupan cairan dibatasi sesuai dengan jumlah air kencing yang ada
pasien untuk minum. Bila cairan berlebihan maka selama periode di antara
dialisis akan terjadi kenaikan berat badan yang besar (Sudoyo, 2010).
kurang dari 1 tahun dan lebih dari 1 tahun. Semakin lama menjalani
(Kamerrer, 2007).
C. Konsep Kepatuhan
1. Defenisi
yang dianjurkan. Diet pada pasien dengan PGK sangat penting diterapkan
a. Tingkat Pendidikan
b. Pengetahuan
maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang malakukan kontak
c. Dukungan Keluarga
kepatuhan pasien.
3. Pengukuran Kepatuhan
pertambahan berat badan pasien diantara dua waktu dialysis IDWG diukur
54 kg, BB pasien pre HD adalah 58 kg, maka presentase IDWG yaitu (58-
Rumus :
D. Konsep Pengetahuan
1. Defenisi
2012).
mudah mengerti tentang apa yang dianjurkan oleh petugas kesehatan, akan
lama bertahan dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2010).
2. Tingkat Pengetahuan
a. Tahu (know)
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu
b. Memahami (comprehension)
c. Aplikasi (aplication)
d. Analisis (analysis)
e. Sintesis (synthesis)
yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
itu didasarkan pada suatu kriteria yang sudah ditentukn sendiri, atau
3. Pengukuran Pengetahuan
angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari objek
a. Tinggi
b. Rendah
E. Dukungan Keluarga
1. Defenisi
individu – individu yang memiliki hubungan erat satu sama lain, saling
3. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
b. Fungsi sosialisasi
c. Fungsi reproduksi
d. Fungsi ekonomi
tenaga kesehatan.
45
Sering kali keluarga telah mengambil keputusan yang tepat, tetapi jika
pertama.
46
a. Dukungan Instrumental
b. Dukungan Informasi
c. Dukungan Penilaian
d. Dukungan Emosional
Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat
yang sakit.
unfavourable (4,6,8,9)
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Teori
dan sampah nitrogen dalam darah. PGK terjadi akibat terminal destruksi
Keadaan ini dapat pula terjadi karena penyakit yang progresif cepat disertai
Terapi dialisis ini ada dua yaitu dialisis peritoneal dan hemodialisa,
sedangkan terapi lain yaitu melakukan transplantasi ginjal. Terapi yang sering
dilakukan 2 atau 3 kali seminggu dengan lama waktu 4 – 5 jam per kali terapi.
Lamanya waktu yang dibutuhkan dan berapa kali dalam seminggu harus
sehari – hari, penyakit lain yang menyertai dan ukuran tubuh pasien (Price &
Wilson, 2006).
50
satunya adalah diet. Diet pada pasien PGK dengan hemodialisa sangat penting
mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal yang rusak tidak mampu
akan menumpuk dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun atau toksin
dalam tubuh penderita. Semakin banyak toksin yang menumpuk akan lebih
berat gejala yang muncul. Sangatlah penting pasien patuh pada diet yang
dan kepribadian.
51
PGK
Uremia
Kepatuhan
melaksanakan diet
- Tingkat pendidikan
- Pengetahuan
- Dukungan keluarga
- Perubahan model terapi
- Kualitas interaksi professional
kesehatan
- Keyakinan, sikap dan kepribadian
(
52
B. Kerangka Konsep
variabel yang satu dengan yang lain sehingga kerangka konsep akan
2012). Variabel yang diamati terdiri dari variable independen atau variable
bebas dan variable dependen atau variable terikat. Pada penelitian ini yang
PGK yang menjalani hemodialisa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
C. Hipotesa
BAB IV
METODE PENELITIAN
Djamil Padang dari bulan Mei - Juni 2017 dan pengumpulan data
1. Populasi
RSUP DR. M Djamil Padang. Berdasarkan data bulan April 2017 jumlah
2. Sampel
yaitu :
Rumus :
𝑁 . 𝑍 2 1− 𝛼/2 . 𝑃(1−𝑃)
n = (𝑁−1)
. 𝑑2 + 𝑍 2 1−𝛼/2 . 𝑃 (1−𝑃)
Keterangan :
n = Besar sampel
N = Besar Populasi
atau (0,10)
𝑁 . 𝑍 2 1−𝛼/2 . 𝑃(1−𝑃)
n = (𝑁−1)
. 𝑑 2 + 𝑍 2 1−𝛼/2 . 𝑃 (1−𝑃)
69,68
n=
1,03 + 0,67
69,68
n= = 41
1,7
a. Kriteria Inklusi
program medis
b. Kriteria Eksklusi
kepala)
sampel dan ada yang mengalami komplikasi seperti pusing, mual, dan
gatal - gatal, maka peneliti mencari responden lain sesuai kriteria untuk
responden.
yaitu teknik pengambilan kasus atau responden yang kebetulan ada atau
sebanyak 7 – 8 responden, yang terdiri dari 2 shift yaitu shift pagi dan
shift siang. Shift pagi dimulai dari jam 07.30 – 13.00 WIB dan shift siang
siang.
pagi.
pagi.
pagi.
1. Variabel
variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepatuhan diet pada pasien
2. Defenisi Operasional
Defenisi Skala
No Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
4. Dukungan
emosional
(kepeduliaan,
perhatian)
3. Variabel Kepatuhan diet Timbangan Menilai Kepatuhan Ordin
dependen pasien PGK yang berat badan kenaikan BB 1. Patuh, al
: menjalani yang telah pre dan BB jika
Kepatuhan hemodialisa 2x terkalibrasi post Kenaikan
diet pada seminggu secara hemodialisa BB ≤ 5%
pasien berdasarkan internasion 2. Tidak
penyakit program medis al patuh,
ginjal berdasarkan hasil jika
kronik pengukuran berat Kenaikan
(PGK) badan pasien BB > 5%
yang sebelum dan
menjalani sesudah
hemodialis melakukan
a hemodialisa
dengan cara
menghitung berat
badan pasien
setelah (post) HD
pada periode
hemodialisa
pertama
(pengukuran I).
Periode
hemodialisa
kedua, berat
badan pasien
ditimbang lagi
sebelum (pre) HD
(pengukuran II),
selanjutnya
menghitung
selisih antara
pengukuran II
dikurang
pengukuran I
61
dibagi
pengukuran II
dikali 100%
(menggunakan
rumus IDWG)
E. Instrumen Penelitian
berdasarkan dengan teori yang ada. Kuesioner akan dibacakan oleh peneliti
secara terpimpin kepada pasien penyakit ginjal kronik (PGK) yang menjalani
hemodialisa untuk diisi dan dilengkapi. Untuk penilaian kepatuhan diet dalam
penelitian ini peneliti melihat acuan pada catatan perawat atau rekam medik
F. Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Data Primer
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari catatan perawat atau rekam medik pasien.
Peneliti langsung melihat acuan dari catatan perawat untuk berat badan
pasien.
Padang.
Djamil Padang.
disediakan peneliti.
G. Pengolahan Data
60% 2 : rendah < 60%, dukungan keluarga dengan kode 1 : baik, jika skor
sudah terkumpul apakah ada kesalahan atau tidak, sehingga data benar –
benar siang untuk dianalisa. Pada hasil penelitian ini data yang sudah
65
dicek kembali sudah lengkap dan tidak ada terdapat kesalahan dalam data
hasil penelitian.
data ditabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yaitu
melaksanakan diet.
H. Analisa Data
1. Analisa Univariat
pengetahuan pasien (tinggi dan rendah) dan dukungan keluarga (baik dan
kurang baik) serta variabel kepatuhan diet pasien PGK yang menjalani
2. Analisa Bivariat
hemodialisis). Uji statistik yang akan digunakan yaitu uji statistik Chi-
derajat kepercayaan 0,05. Apabila dari uji statistik didapatkan p value < α
dependen.
1. Bila pada tabel 2x2 dijumpai nilai E (harapan) kurang dari 5, maka uji
2. Bila pada tabel 2x2 dan tidak ada nilai E (harapan) kurang dari 5,
3. Bila tabelnya lebih dari 2x2, misalnya 3x2, 3x3 dan lain – lain, maka
BAB V
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan dan
dukungan keluarga dengan kepatuhan melaksanakan diet pada pasien penyakit ginjal
kronik (PGK) yang menjalani hemodialisa di RSUP. DR. M Djamil Padang Tahun
Padang pada tanggal 29 Mei – 3 Juni 2017. Analisis hasil penelitian dilakukan
A. Analisa Univariat
1. Pengetahuan
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahun
DI RSUP. DR. M Djamil Padang
Tahun 2017
Pengetahun f %
Tinggi 19 46.3
Rendah 22 53.7
Total 41 100
pasien memiliki pengetahuan rendah tentang diet pada pasien Penyakit Ginjal
Tahun 2017.
68
2. Dukungan Keluarga
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga
Di RSUP. DR. M. Djamil Padang
Tahun 2017
Dukungan Keluarga f %
Baik 24 58.5
Kurang Baik 17 41.5
Total 41 100
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan
Melaksanakan Diet Di RSUP. DR.M. Djamil
Padang Tahun 2017
Patuh 16 39
Tidak Patuh 25 61
Total 41 100
pasien tidak patuh dalam melaksanakan diet di RSUP. DR. M Djamil Padang
Tahun 2017.
69
B. Analisa Bivariat
Tabel 5.4
Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Melaksanakan Diet
Di RSUP DR. M. Djamil Padang
Tahun 2017
Kepatuhan
Melaksanakan Diet Total P value
Pengetahuan
Patuh Tidak Patuh
f % f % f %
Tinggi 11 57.9 8 42.1 19 100
0.048
Rendah 5 22.7 17 77.3 22 100
Total 16 39 25 61 41 100
diet, sedangkan pengetahuan tinggi hanya sebanyak 42.1% pasien tidak patuh
dalam melaksanakan diet. Hasil uji statistic (chi square) diperoleh nilai p =
0.048 < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat adanya hubungan
Tabel 5.5
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan
Melaksanakan Diet Di RSUP. DR. M. Djamil
Padang Tahun 2017
Kepatuhan Dalam
Dukungan Melaksanakan Diet Total P value
Keluarga Patuh Tidak Patuh
f % F % f %
Baik 13 54.2 11 45.8 24 100 0.042
Kurang Baik 3 17.6 14 82.4 17 100
Total 16 39 25 61 41 100
dukungan keluarga yang kurang baik sebanyak 82.4% pasien tidak patuh
45.8% pasien tidak patuh dalam melaksanakan diet. Hasil uji statistic (chi
square) diperoleh nilai p = 0.042 < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa
melaksanakan diet pada pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang menjalani
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan hasil pembahasan tentang hubungan pengetahuan dan
dukungan keluarga dengan kepatuhan melaksanakan diet pada pasien Penyakit Ginjal
Kronik (PGK) yang menjalani hemodialisa di RSUP. DR. M Djamil Padang Tahun
A. Analisa Univariat
responden tentang diet yang harus mereka patuhi dalam menjalani terapi
faktor salah satunya adalah pendidikan (Wawan & Dewi, 2011). Pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
proses, perbuatan dan cara mendidik (Wawan & Dewi, 2011). Pada hasil
penelitian ini didukung oleh teori Wawan & Dewi (2011), menjelaskan bahwa
karena sebagian besar ditemukan dilapangan yang paling banyak adalah laki-
laki. Pada dasarnya setiap penyakit dapat menyerang manusia baik laki-laki
seseorang mengalami gagal ginjal kronik. hal ini disebabkan karena faktor
pola makan dan pola hidup responden laki-laki yang suka merokok dan
diperoleh dan bisa bersikap positif terhadap kepatuhan dietnya. Hal ini
didukung oleh penelitian Sapri (2008), bahwa semakin lama pasien menjalani
pasien belum sepenuhnya mengetahui bahwa diet yang harus dilakukan oleh
rendah protein, diet rendah garam, diet rendah kalium dan pembatasan asupan
74
dampak tidak patuh terhadap diet dan juga belum mengetahui tentang
melanggar pola diet yang telah disarankan oleh petugas kesehatan, meskipun
petugas kesehatan sudah mengingatkan hal-hal apa saja yang harus dilakukan
hemodialisa.
makanan yang perlu dikontrol oleh penderita penyakit ginjal kronik yang
(68,3%) pasien tidak tahu bahwa nafsu makan menurun, mual dan muntah
adalah tanda dan gejala yang timbul akibat penyakit ginjal kronik, sebanyak
(68,3%) pasien jumlah protein yang dibutuhkan dalam sehari adalah protein
cukup dan sebanyak (53,7%) pasien tidak tahu bahwa dampak jika tidak patuh
terhadap diet sesuai dengan terapi adalah tekanan darah pasien bisa
meningkat.
2. Dukungan Keluarga
(58.5%) pasien memiliki dukungan keluarga yang baik. Hasil penelitian ini
hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumigar (2015), tentang
75
hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien gagal ginjal
hasil sebanyak (84,6%) pasien memiliki dukungan keluarga yang baik. Hal ini
pada pasien PGK yang menjalani hemodialisa dan cara penilaian dukungan
sama.
tujuan.
terdapat dukungan keluarga yang rendah pada pasien dalam menjalankan diet,
mengkonsumsi makanan yang tidak sesuai dengan pola diet, dari segi
ada keluhan pasien masalah biaya dan juga keluarga hanya sesekali
merasakan bahwa keluarga tidak mau mengajak mereka untuk berdiskusi lagi
pasien, hal tersebut juga dibuktikan dari jawaban kueisoner sebanyak (65,9%)
motivasi untuk tetap patuh terhadap diet sesuai terapi, sebanyak (68%) pasien
memberikan pujian terhadap kepatuhan diet sesuai terapi yang dijalani oleh
terlihat dari kenaikan berat badan pasien yang lebih dari 5% . Hasil penelitian
77
(75%) pasien patuh menjalankan diet. Hal ini disebabkan karena responden
lebih banyak memiliki pengetahuan tinggi dan dukungan keluarga yang baik
sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh
dalam melakukan minum obat, memenuhi diet atau perubahan gaya hidup
dalam melakukan diet. Padahal ini sangat penting dilakukan untuk mencegah
program yang disarankan oleh tim kesehatan mengenai diet yang dianjurkan.
Diet pada pasien dengan PGK sangat penting diterapkan karena bertujuan
tidak bisa mengotrol asupan makanan, tidak bisa mengotrol rasa haus
terjadinya komplikasi. Hal ini terlihat dari terjadinya peningkatan berat badan
pasien melebihi 5%. Kondisi ini harus segera diatasi karena akan dapat
menyebabkan hipotensi, kram otot, hipertensi, sesak nafas dan mual serta
muntah. Hal ini disebabkan karena masih banyak faktor lain yang mendukung
untuk tercapainya status kesehatan yang optimal pasien seperti faktor motivasi
yang ada dalam diri pasien untuk tetap patuh dalam melaksanakan diet yang
dianjurkan.
B. Analisa Bivariat
diet, sedangkan pengetahuan tinggi hanya sebanyak 42.1% pasien tidak patuh
dalam melaksanakan diet. Hasil uji statistic (chi square) diperoleh nilai p =
0.048 < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat adanya hubungan
dan cairan terhadap penambahan berat badan pasien gagal ginjal kronik yang
mengatasi masalah yang dihadapi, mempunyai rasa percaya diri yang tinggi,
kejadian serta mudah mengerti tentang apa yang dianjurkan oleh petugas
tindakan seseorang. Salah satu bentuk tindakan dari hasil pengetahuan pasien
gagal ginjal kronik adalah asupan makan. Pengetahuan tentang penyakit yang
dideritanya serta diet yang harus dijalani sangat penting untuk pasien Penyakit
Ginjal Kronik (PGK) agar tidak terjadi malnutrisi. Selain itu juga untuk
(Desitasari, 2014).
80
dan diet bisa saja dipengaruhi oleh seberapa lama penderita menjalani terapi
pasien yang jika tidak mengotrol makanan yang banyak mengandung garam
akan mempengaruhi berat badan, pasien juga tidak tahu bahwa tujuan dari
kepatuhan terhadap diet sesuai terapi adalah agar tidak terjadinya kenaikan
yang dianjurkan.
Melaksanakan Diet
keluarga yang kurang baik sebanyak 82.4% pasien tidak patuh dalam
pasien tidak patuh dalam melaksanakan diet. Hasil uji statistic (chi square)
diperoleh nilai p = 0.042 < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
melaksanakan diet pada pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang menjalani
hemodialisa. Penelitian lain yang dilakukan oleh Rini (2013), dengan judul
dan cairan pada pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa. Hasil
dilakukan oleh Sari (2009), menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang
asupan cairan. Hal ini disebabkan karena masih banyak faktor lain yang
asupan diet.
diet dan pengobatan, karena salah satu fungsi keluarga adalah melakukan
dukungan keluarga. Pasien yang tidak patuh dalam melaksanakan diet, hal ini
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang menjalani hemodialisa di RSUP. DR.
diet pada pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang menjalani hemodialisa di
kurang baik dalam melaksanakan diet pada pasien Penyakit Ginjal Kronik
2017.
3. Lebih dari separoh (61%) responden tidak patuh dalam melaksanakan diet
melaksanakan diet pada pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang menjalani
(P value = 0.048).
84
melaksanakan diet pada pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang menjalani
(P value = 0.042).
B. Saran
Dari hasil penelitian ini disarankan agar pasien dapat menjadikan hasil
tentang diet yang harus dijalani bagi pasien PGK yang menjalani hemodialisa,
minuman agar tidak tejadi kenaikan berat badan yang berlebihan yang dapat
tentang cara menjaga kepatuhan diet pasien PGK yang menjalani hemodialisa
agar tidak terjadinya kenaikan berat badan yang berlebih dan dapat dijadikan
memperkaya keilmuan.