BAB 1
PENDAHULUAN
Cedera kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara
langsung atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat kepada gangguan
suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital ataupun degeneratif, tetapi
disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau
mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah tersebut, 10% meninggal sebelum tiba di
rumah sakit, 80% dikelompokkan sebagai cedera kepala ringan (CKR), 10%
termasuk cedera kepala sedang (CKS), dan 10% sisanya adalah cedera kepala
berat (CKB). Insiden cedera kepala terutama terjadi pada kelompok usia produktif
antara 15-44 tahun. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab 48%-53% dari
insiden cedera kepala, 20%-28% lainnya karena jatuh dan 3%-9% lainnya
Indonesia belum ada, tetapi data dari salah satu rumah sakit di Jakarta, RS Cipto
15%-20% CKS, dan sekitar 10% dengan CKB. Angka kematian tertinggi sekitar
35%-50% akibat CKB, 5%-10% CKS, sedangkan untuk CKR tidak ada yang
Pada cedera kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua tahap yaitu
cedera primer dan cedera sekunder. Cedera primer merupakan cedera pada kepala
sebagai akibat langsung dari suatu ruda paksa, dapat disebabkan benturan
langsung kepala dengan suatu benda keras maupun oleh proses akselarasi-
deselarasi gerakan kepala. Cedera sekunder merupakan cedera yang terjadi akibat
berbagai proses patologis yang timbul sebagai tahap lanjutan dari kerusakan otak
BAB 2
LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. H
Usia : 40 tahun
Suku : Aceh
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Menikah
No. MR : 06.24.75
B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama :
Penurunan kesadaraan post KLL motor vs motor
2. Keluhan tambahan :
Hematoma dan luka robek pada alis kanan, luka robek dibawah mata
KLL pada pukul 23.00 WIB. Os tidak memakai helm saat mengendarai
motor dan mengaku tertabrak oleh motor lain dari arah belakang. Os
tidak bisa menjelaskan bagaimana posisi jatuh dan tertabrak pada saat
menit dari saat kejadian sampai dengan dibawa ke puskesmas dan selma
4
kembali sadar.
mata kanan bengkak sehingga sulit dibuka, rasa pedih di seluruh badan,
telinga kiri serta nyeri pada gigi. Keluarga os mengatakan saat kejadian
D. STATUS GENERAL
1. KEPALA
a. Bentuk dan posisi : Normochepali
b. Wajah : Hematoma alis dextra, vulnus laseratum alis dextra, vulnus
ikterik (x/-)
d. Hidung : bentuk normal, simetris, sekret (-/-) darah (-/-)
5
3. ABDOMEN
a. Inspeksi : bentuk simetris.
b. Palpasi : soepel (+), tidak teraba pembesaran hepar dan lien.
c. Perkusi : timpani
d. Auskultasi : bising usus (+) normal.
4. EKSTREMITAS
Superior : akral hangat (+/+), sianosis (-/-), edema (-/-), deformitas (-/-).
Inferior : akral hangat (+/+), sianosis (-/-), edema (-/-), deformitas (-/-).
E. STATUS NEUROLOGIS
PERANGSANGAN MENINGEAL
Muntah : (-)
Kejang : (-)
NERVUS KRANIALIS
NERVUS I
NERVUS II
NERVUS V
NERVUS VII
NERVUS VIII
N. Vestibularis : dalam batas normal, nistagmus (-/-), vertigo (-/-), tinitus (-/+)
NERVUS IX, X
NERVUS XI
NERVUS XII
SISTEM MOTORIK
Rigiditas : (-/-)
Rigiditas : (-/-)
REFLEKS
SENSIBILITAS
FUNGSI VEGETATIF
GEJALA SEREBELAR
FUNGSI LUHUR
F. RENCANA PEMERIKSAAN
a. Urin dan darah rutin
b. CT Scan dan RO Scheddle
G. DIAGNOSIS
ekskoriatum
9
2. Epidural Hematoma
H. TERAPI
I. PROGNOSIS
Hemoglobin : 9,0 g%
Hematokrit : 30,2 %
K. FOLLOW UP
Tanggal S O A P
10
menggigit dan
mengunyah
(+).
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
Cedera kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara
langsung atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat kepada gangguan
suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital ataupun degeneratif, tetapi
disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau
mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah tersebut, 10% meninggal sebelum tiba di
rumah sakit, 80% dikelompokkan sebagai cedera kepala ringan (CKR), 10%
termasuk cedera kepala sedang (CKS), dan 10% sisanya adalah cedera kepala
berat (CKB). Insiden cedera kepala terutama terjadi pada kelompok usia produktif
antara 15-44 tahun. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab 48%-53% dari
insiden cedera kepala, 20%-28% lainnya karena jatuh dan 3%-9% lainnya
Data epidemiologi di Indonesia belum ada, tetapi data dari salah satu
terdapat 60%-70% dengan CKR, 15%-20% CKS, dan sekitar 10% dengan CKB.
14
A. Kulit Kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu; skin atau kulit,
pericranium.
B. Tulang Tengkorak
Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii. Tulang tengkorak
terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parietal, temporal dan oksipital. Kalvaria
khususnya di regio temporal adalah tipis, namun di sini dilapisi oleh otot
temporalis. Basis kranii berbentuk tidak rata sehingga dapat melukai bagian dasar
otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan deselerasi. Rongga tengkorak dasar
dibagi atas 3 fosa yaitu : fosa anterior tempat lobus frontalis, fosa media tempat
temporalis dan fosa posterior ruang bagi bagian bawah batang otak dan
serebelum.
C. Meningen
Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak, terdiri dari 3 lapisan yaitu :
1. Duramater
Duramater secara konvensional terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan endosteal
dan lapisan meningeal. Duramater merupakan selaput yang keras, terdiri atas
jaringan ikat fibrisa yang melekat erat pada permukaan dalam dari kranium.
18
Karena tidak melekat pada selaput arachnoid di bawahnya, maka terdapat suatu
ruang potensial (ruang subdura) yang terletak antara duramater dan arachnoid,
otak menuju sinus sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging Veins,
hebat. Arteri meningea terletak antara duramater dan permukaan dalam dari
epidural. Yang paling sering mengalami cedera adalah arteri meningea media
2. Arakhnoid
Selaput arakhnoid terletak antara pia mater sebelah dalam dan dura mater
sebelah luar yang meliputi otak. Selaput ini dipisahkan dari dura mater oleh
ruang potensial, disebut spatium subdural dan dari pia mater oleh spatium
3. Piamater
Pia mater melekat erat pada permukaan korteks serebri. Pia mater adalah
membrana vaskular yang dengan erat membungkus otak, meliputi gyri dan
masuk kedalam sulci yang paling dalam. Membrana ini membungkus saraf otak
D. Otak
Otak terdiri dari beberapa bagian yaitu; proensefalon (otak depan) terdiri dari
belakang) terdiri dari pons, medula oblongata dan serebellum. Fisura membagi
otak menjadi beberapa lobus. Lobus frontal berkaitan dengan fungsi emosi, fungsi
motorik dan pusat ekspresi bicara. Lobus parietal berhubungan dengan fungsi
sensorik dan orientasi ruang. Lobus temporal mengatur fungsi memori tertentu.
pons bagian atas berisi sistem aktivasi retikular yang berfungsi dalam kesadaran
Pada cedera kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua tahap yaitu
cedera primer dan cedera sekunder. Cedera primer merupakan cedera pada kepala
sebagai akibat langsung dari suatu ruda paksa, dapat disebabkan benturan
langsung kepala dengan suatu benda keras maupun oleh proses akselarasi
deselarasi gerakan kepala. Cedera sekunder merupakan cedera yang terjadi akibat
berbagai proses patologis yang timbul sebagai tahap lanjutan dari kerusakan otak
Finlaw, 2007).
contrecoup. Cedera primer yang diakibatkan oleh adanya benturan pada tulang
tengkorak dan daerah sekitarnya disebut lesi coup. Pada daerah yang berlawanan
dengan tempat benturan akan terjadi lesi yang disebut contrecoup. Akselarasi-
deselarasi terjadi karena kepala bergerak dan berhenti secara mendadak dan kasar
saat terjadi trauma. Perbedaan densitas antara tulang tengkorak (substansi solid)
22
dan otak (substansi semisolid) menyebabkan tengkorak bergerak lebih cepat dari
menjadi 2 tipe, yaitu cedera kepala tumpul, yang dapat disebabkan oleh
kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh, atau pukulan benda tumpul dan cedera
23
kepala tembus (penetrasi), disebabkan luka tembak atau pukulan benda tajam
(PERDOSSI, 2007).
1. Nilai GCS sama atau kurang dari 8 didefenisikan sebagai cedera kepala berat.
1. Fraktura Kranial
Fraktur Kalvaria
Fraktur lenier dapat terjadi jika gaya langsung yang bekerja pada tulang
kepala cukup besar tetapi tidak menyebabkan tulang kepala bending dan
2. Fraktur diastasis adalah jenis fraktur yang terjadi pada sutura tulamg
fraktur ini sering terjadi pada bayi dan balita karena sutura-sutura belum
menyatu dengan erat. Fraktur diastasis pada usia dewasa sering terjadi pada
3. Fraktur kominutif adalah jenis fraktur tulang kepala yang meiliki lebih
4. Fraktur impresi terjadi akibat benturan dengan tenaga besar yang langsung
mengenai tulang kepala dan pada area yang kecal. Fraktur impresi pada
dan jaringan otak, fraktur impresi dianggap bermakna jika tabula eksterna
segmen impresi masuk dibawah tabula interna segmen tulang yang sehat.
25
Wedro, 2011 )
anterior oleh permukaan dalam os frontale, batas superior adalah ala minor
ossis spenoidalis. Dasar fossa dibentuk oleh pars orbitalis ossis frontale di
salah satu tanda klinis dari fraktur basis cranii fossa anterior.
dasar fossa dan dilalui oleh medulla oblongata dengan meningens yang
Membrane mukosa atap nasofaring dapat robek, dan darah mengalir keluar.
Pada fraktur yang mengenai foramen jugularis n.IX, X dan XI dapat cedera.
3. Fossa cranii media terdiri dari bagian medial yang dibentuk oleh corpus os
sphenoidalis dan bagian lateral yang luas membentuk cekungan kanan dan
kiri yang menampung lobus temporalis cerebri. Fraktur pada basis cranii
27
fossa media sering terjadi, karena daerah ini merupakan tempat yang paling
lemah dari basis cranii. Secara anatomi kelemahan ini disebabkan oleh
banyak nya foramen dan canalis di daerah ini. Cavum timpani dan sinus
CSF dan keluarnya darah dari canalis acusticus externus sering terjadi
(otorrhea). N. craniais VII dan VIII dapat cedera pada saat terjadi cedera
pada pars perrosus os temporal. N. cranialis III, IV dan VI dapat cedera bila
Gambar 2.14. Manifestasi Klinis Fraktur Basis Kranii Posterior dan Medial
2. Lesi Intrakranial
Hematoma Epidural
Hematoma epidural terletak diantara dura dan calvaria. Umumnya terjadi pada
regon temporal atau temporopariental. Perdarahan ini terjadi karena terjadi
akibat robeknya salah satu cabang arteria meningeamedia, robeknya sinus
28
venosus durameter atau robeknya arteria diploica. Robekan ini sering terjadi
akibat adanya fraktur tulang tengkorak. Manifestasi klinik berupa gangguan
kesadaran sebentar dan dengan bekas gejala (interval lucid) beberapa jam.
Keadaan ini disusul oleh gangguan kesadaran progresif disertai kelainan
neurologist unilateral. Kemudian gejala neurology timbul secara progresif
berupa pupil anisokor, hemiparese, papil edema dan gejala herniasi
transcentorial (McDonald, 2006).
hematoma epidural relatif tidak terlalu sering (0.5% dari keseluruhan atau 9%
dari pasien koma cedera kepala), harus selalu diingat saat menegakkan
diagnosis dan ditindak segera. Bila ditindak segera, prognosis biasanya baik
Hematoma Subdural
permukaan otak dan sinus venosus di dalam durameter atau karena robeknya
arakhnoid Namun ia juga dapat berkaitan dengan laserasi permukaan atau
substansi otak (Wagner, 2005).
Gejala timbul lebih dari 10 hari hingga beberapa bulan setelah trauma.
Pembuluh darah ini dapat pecah dan membentuk perdarahan baru yang
terurai membentuk cairan kental yang dapat mengisap cairan dari ruangan
tumor serebri
Kontusio
jaringan otak tanpa adanya robekan jaringan yang kasat mata, meskipun
yang jelas kecuali kesadaran yang menurun. Pada kontusio serebri yang
luasnya daerah lesi. Keadaan klinis yang berat terjadi pada perdarahan besar
subarakhnoidal atau kontusio pada batang otak. Edema otak yang menyertainya
Hematoma Intraserebral
jaringan otak yang menyebabkan pecahnya pula pembuluh darah yang ada di
dalam jaringan otak tersebut. Lokasi yang paling sering adalah lobus frontalis
dan temporalis.
Lesi perdarahan dapat terjadi pada sisi benturan (coup) atau pada sisi lainnya
tujuan untuk memantau sedini mungkin dan mencegah cedera kepala sekunder
pada tingkat keparahannya, berupa cedera kepala ringan, sedang, atau berat.
Prinsip penanganan awal meliputi survei primer dan survei sekunder. Dalam
resusitasi. Pada penderita cedera kepala khususnya dengan cedera kepala berat
survei primer sangatlah penting untuk mencegah cedera otak sekunder dan
Tidak semua pasien cedera kepala perlu di rawat inap di rumah sakit.
6. Fraktura tengkorak
33
1. Cairan Hiperosmoler.
Umumnya digunakan cairan Manitol 10 - 15% per infus untuk "menarik" air dari
2. Kortikosteroid.
3. Barbiturat
kebutuhan yang rendah, otak relatif lebih terlindung dari kemungkinan kerusakan
4. Neuroprotectan
5. Hemostatik
Tidak digunakan secara rutin; pasien trauma kepala umumnya sehat dengan fungsi
pembekuan normal.
6. Antikonvulsan
Diberikan bila pasien mengalami kejang, atau pada trauma tembus kepala dan
fraktur impresi
operatif. Indikasi untuk tindakan operatif ditentukan oleh kondisi klinis pasien,
2. Kondisi pasien yang semula sadar semakin memburuk secara klinis, serta ejala
3. Terjadi gejala sakit kepala, mual, dan muntah yang semakin hebat
penyembuhan total. Jenis dan beratnya kelainan tergantung kepada lokasi dan
beratnya kerusakan otak yang terjadi. Skor GCS waktu masuk rumah sakit
memiliki nilai prognostik yang besar: skor pasien 3-4 memiliki kemungkinan
meninggal 85% atau tetap dalam kondisi vegetatif, sedangkan pada pasien dengan
(Mansjoer, 2000).
Berbagai fungsi otak dapat dijalankan oleh beberapa area, sehinnga area
yang tidak mengalami kerusakan bisa menggantikan fungsi dari area lainnya yang
mengalami kerusakan. Tetapi semakin tua umur penderita, maka kemampuan otak
cedera kepala berat kadang mengalami amnesia dan tidak dapat mengingat
kesadaran telah kembali pada minggu pertama, maka biasanya ingatan penderita
terus menerus dirasakan dan terjadi gangguan ingatan. Status vegetatif kronis
36
merupakan keadaan tak sadarkan diri dalam waktu yang lama, yang disertai
Keadaan ini merupakan akibat yang paling serius dari cedera kepala yang non-
fatal. Penyebabnya adalah kerusakan pada bagian atas dari otak (yang
mengatur siklus tidur, suhu tubuh, pernafasan dan denyut jantung) tetap utuh. Jika
status vegetatif terus berlangsung selama lebih dari beberapa bulan, maka
BAB 4
KESIMPULAN
Cedera kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara
langsung atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat kepada gangguan
suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital ataupun degeneratif, tetapi
disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau
tujuan untuk memantau sedini mungkin dan mencegah cedera kepala sekunder
pada tingkat keparahannya, berupa cedera kepala ringan, sedang, atau berat.
Prinsip penanganan awal meliputi survei primer dan survei sekunder. Dalam
resusitasi.
38
DAFTAR PUSTAKA
Snell, RS, 2006. Clinical Anatomy for Medical Student. 6th ed. Jakarta:
EGC.