Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NIM : 512015005
SALATIGA
2015
I. TUJUAN
1. Untuk mengetahui nanatomi aves, reptilia, amfibia,mamalia dan pisces.
2. Untuk mengetahui sistem reproduksi aves, reptilia, amfibia,mamalia dan pisces.
3. Untukmengetahui sistem pernafasan aves, reptilia, amfibia,mamalia dan pisces
Rahang dan sirip berpasangan berkembang dengan baik pada ikan bertulang
rawan. Subkelas yang paling besar dan paling beraneka ragam terdiri dari hiu dan ikan
pari. Subkelas kedua terdiri atas beberapa lusin spesies ikan tidak umum yang disebut
chimaera atau ratfish. Chondrichthyes memiliki kerangka bertulang rawan dan
kerangka bertulang rawan yang merupakan karakteristik kelas itu berkembang
setelahnya (Campbell, 2004).
Ikan bertulang rawan pada umumnya, tidak ditemukan struktur yang mirip
paru-paru. Sistem ekskresi ikan seperti juga vertebrata lain yang mempunyai banyak
fungsi antara lain untuk regulasi kadar air tubuh, menjaga keseimbangan garam dan
mengeliminasi sisa nitrogen hasil dari metabolism protein. Untuk itu berkembang tiga
tipe ginjal yaitu pronefros, mesonefros dan metanefros. Pada ikan hiu fungsi duktus
gonad dan ginjal telah berkembang dilengkapi dengan duktus urinaria. Ginjal ikan
harus berperan besar untuk menjaga keseimbangan garam tubuh (Rudiyanto, 2011).
Beberapa ikan hiu, spina dorsal berhubungan dengan kelenjar bisa yang sangat
beracun. Sebahagian besar racun itu sendiri adalah toksin berasaskan protein yang
menyebabkan kesakitan pada mamalia dan biasa juga mengubah kadar degupan
jantung dan pernafasan. Ada beberapa ikan hiu yang mempunyai organ luminesen.
Bioluminesen adalah pancaran sinar oleh organisme, sebagai hasil oksidasi dari
berbagai substrat dalam memproduksi enzim. Susunan substratnya disebut lusiferin
dan enzim yang sangat sensitive sebagai katalisator oksidasi disebut lusiferase. Organ
luminesen (organ yang mampu menghasilkan sinar) ditemukan pada beberapa ikan
hiu, ikan pari berlistrik (Benthobatis moresbyi) dan beberapa ikan tulang keras
khususnya yang tinggal di laut dalam
Osteichthyes atau ikan bertulang sejati, terdiri atas kurang lebih 25000 spesies
baik dalam hal jumlah individu maupun dalam jumlah spesies. Tubuh berukuran
antara 1 cm dan lebih dari 6m, ikan bertulang keras sangat melimpah di laut dan
hampir setiap habitat air tawar dan merupakan vertebrata yang paling sukses, dan yang
berkembang menjadi vertebrata darat atau tetrapoda(Kottelat, 1993)
Ciri-ciri Kelas Osteichthyes (Ikan Bertulang Sejati) yaitu kulit ditutupi dengan
sisik dermal yang pipih atau plat tulang, tapi kadang-kadang tidak bersisik. Rahang
merupakan struktur yang kompleks dibangun oleh sejumlah tulang sejati terutama
tulang dermal (unsur tulang rawan yang direduksi). Pada umumnya rangka terdiri atas
tulang sejati, tapi tulang rawan terdapat pada beberapa golongan (Coelacanthiformes
dan Acipenseridae). Ruang insang ditutupi dengan tiga tulang dermal yang besar
disebut operculum. Tiap lengkung insang berfilamen (septum direduksi dan tidak
melebihi panjang filamen). Paru-paru atau gelembung renang berkembang sebagai
penonjolan keluar dari saluran pencernaan makanan (Alamsjah,1974)
Ikan bertulang sejati berbeda dengan ikan bertulang rawan dalam berbagai hal.
Salah satu perbedaannya ialah pada perkembangan paru-paru dan gelembung renang
sebagai suatu divertikulum dari usus bagian depan. Gelembung renang merupakan alat
hidrostatik, sedangkan paru-paru merupakan ciri khas dari tiga subclass ikan bertulang
sejati yaitu Crossoptreygii dan Brachyopterygii. Crossoptreygii di dalamnya termasuk
Rhipidistia yang sekarang telah musnah yang diduga merupakan leluhur dari
tetrapoda, dan ikan paru-paru sekarang. Pada subkelas ketiga yaitu Actinopterygii
divertikulum dari usus depan berkembang menjadi gelembung renang yang
mempunyai fungsi sebagai alat hidrostatik(Kimball, 1983)
AMFIBIA
Kata amphibia berasal dari bahasa yunani “amphi dan bious” yang masing-
masing artinya adalah dua dan hidup. Maksudnya disini adalah kehidupan ganda,
terutama diartikan hidup di darat dan air. Akan tetapi terjadi pengecualian pada
beberapa spesies yang hidup dan menetap di air. Pada umumnya amphibia mempunyai
siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua adalah di darat. Amphibia
memiliki manfaat yang cukup banyak bagi manusia. Meskipun tingkat ancaman pada
amphibia terus meningkat, sampai saat ini belum satupun spesies amphibia Sumatera,
bahkan Indonesia, yang masuk dalam daftar satwa terancam kepunahan dari IUCN.
Hal ini terjadi karena minimnya data yang berkaitan dengan satu populasi dan daerah
sebaran yang terdapat di Indonesia. Faktor ini mengindikasikan bahwa upaya
konservasi amphibia yang mutlak dilakukan adalah usaha perlindungan dan
pengelolaan habitat yang lebih baik dan efesian juga segera mengupayakan
pencegahan spesies amphibia tertentu yang kondisinya rentan dari kepunahan. (
Muetya: 2011)
Kata amphibi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu
“Amphi” (rangkap) dan “bios” (hidup). Atau dapat diartikan sebagai hewan bertulang
belakang (vertebrata) yang hidup didua alam yakni di air dan di daratan. Amphibia
bertelur di air atau menyimpan telurnya ditempat yang lembab dan basah. Ketika
menetas larvanya yang dinamakan berudu hidup di air atau tempat basah tersebut dan
bernafas dengan insang. Setelah beberapa lama, berudu kemudian berubah bentuk
(bermetamorfosa) menjadi hewan dewasa, yang umumnya hidup di daratan atau di
tempat-tempat yang lebih kering dan bernapas dengan paru-paru. (Kimball (1992: 98)
Pada masa berudu amphibi hidup di perairan. Pada fase ini berudu bergerak
dengan ekor. Pada fase dewasa hidup didarat dan bernafas dengan paru-paru dan fase
dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara bernafas yang seiring
dengan peralihan kehidupan dari perairan ke daratan menyebabkan hilangnya insang
dan rangka insang lama kelamaam menghilang, pada anura tidak di temukan leher
sebagai mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam liang dan bergerak dengan cara
melompat. (Harminto (2001: 112)
Amphibi mempunyai kelopak mata dan kelenjar air mata yang berkembang
dengan baik. Pada mata terdapat membran nictitans yang berfungsi untuk melindungi
mata dari debu, kekeringan dan kondisi lain yang menyebabkan kerusakan pada mata.
Sistem syaraf mengalami modifikasi seiring dengan perubahan fase hidup. Otak depan
menjadi lebih besar dan hemisphaerium cerebri terbagi sempurna, pada cerebellum
konvulasi hampir tidak berkembang. Pada fase dewasa mulai terbentuk kelenjar ludah
yang menghasilkan bahan pelembab/ perekat, walaupun demikian, tidak semua
amphibi melalui siklus hidup dari perairan kedaratan, misalnya anggota
plethodontidae, tetap tinggal di perairan dan tidak menjadi dewasa, selama hidup tetap
dalam fase berudubernafas dengan insang dan berkemabang biak secara neotoni. Ada
beberapa jenis amphibi lain yang sebagian hidupnya di daratan, tetapi pada waktu
tertentu kembali keair untuk berkembang biak, tetapi ada juga yang hidup didarat
selama hidupnya pada kelompok ini tidak terdapat setadium larva dalam
air. (Soemarwoto (1981:87)
AVES
Burung merupakan tentrapoda yang cepat dikenal, karena anggota kelas ini
karakter- karakternya paling homogeny dibanding kelas- kelas lain. Tak ada satupun
binatang yang memiliki bulu, selain golongan Aves. Oleh sebab itu, tak dapat di
pungkiri dengan adanya tubuh yang ditutupi oleh bulu dan memiliki kemampuan
terbang, burung bisa menempati berbagai habitat bahkan melakukan migrasi dari satu
tempat ke tempat yang sangat jauh. Keindahan bulu burung, suaranya yang merdu,
perilaku- perilaku menarik lainnya, bahkan dagingnya yang banyak di konsumsi
merupakan alasan lain golongan burung mudah dikenal dalam kehidupan manusia.
(Adeng, 2007).
Burung berkembang biak dengan bertelur. Telur burung mirip telur reptil,
hanya cangkangnya lebih keras karena berkapur. Beberapa jenis burung seperti burung
maleo dan burung gosong, menimbun telurnya di tanah pasir yang bercampur serasah,
tanah pasir pantai yang panas, atau di dekat sumber air panas. Alih-alih mengerami,
burung-burung ini membiarkan panas alami dari daun-daun membusuk, panas
matahari, atau panas bumi menetaskan telur-telur itu; persis seperti yang dilakukan
kebanyakan reptile.
Anak-anak burung yang baru menetas umumnya masih lemah, sehingga harus
dihangatkan dan disuapi makanan oleh induknya. Kecuali pada jenis-jenis burung
gosong, di mana anak-anak burung itu hidup mandiri dalam mencari makanan dan
perlindungan. Anak burung gosong bisa segera berlari beberapa waktu setelah
menetas, bahkan ada pula yang sudah mampu terbang.
Jenis-jenis burung umumnya memiliki ritual berpasangan masing-masing. Ritual ini
adalah proses untuk mencari dan memikat pasangan, biasanya dilakukan oleh burung
jantan. Beberapa jenis tertentu, seperti burung merak dan cenderawasih, jantannya
melakukan semacam tarian untuk memikat si betina. Sementara burung manyar jantan
memikat pasangannya dengan memamerkan sarang setengah jadi yang dibuatnya. Bila
si betina berkenan, sarang itu akan dilanjutkan pembuatannya oleh burung jantan
hingga sempurna; akan tetapi bila betinanya tidak berkenan, sarang itu akan dibuang
atau ditinggalkannya. (Jasin, 1992).
MAMALIA
Adapun ciri-ciri khusus dari kelas mamalia adalah tubuhnya biasanya diliputi
bulu atau rambut yang lepas secara periodik, kulitnya banyak mengandung kelenjar,
yaitu kelenjar sebacius, keringat, bau dan susu. Cranium atau tempurung kepala
memiliki occipitale condyle, tulang lehernya biasanya terdiri atas 7 ruas, ekor biasanya
panjang dan dapat digerak-gerakkan. Memiliki empat anggota atau kaki, kecuali
anjing laut dan singa laut tidak memiliki kaki belakang, masing-masing kaki memiliki
kurang lebih 5 jari yang bermacam-macam yang disesuaikan dengan keperluan
berjalan, lari, memanjat, membuat lubang, berenang atau meloncat, jari-jari berkait
tanduk atau berkuku atau berteracak dengan bantalan-bantalan daging. Jantung
sempurna terbagi atas empat ruangan (dua auricular, dua ventricular), pernapasannya
hanya dengan paru-paru. Laring mempunyai tali suara, memiliki vesica urinaria dan
hasil ekskresi berupa cairan urine (Campbell, 1999).
REPTILES
Reptilia merupakan sekelompok vertebrata yang menyeseuaikan diri ditempat
yang kering di tanah. Penandukan atau cornificatio kulit dan squama atau carpace
untuk menjaga banyak hilangnya cairan dari tubuh pada tempat yang kering atau
panas. Nama kelas ini diambil dari model cara hewan berjalan (Latin : reptum =
melata atau merayap) dan studi tentang reptilian di sebut Herpetology (jelata atau
merayap) dan studi tentang reptilian di sebut Herpetology (Yunani :creptes = reptil).
(Jasin, 2002).
Kelas reptilia dibagi dalam sub klas berdasarkan atas anatomi tengkoraknya.
Berdasarkan ada tidaknya fosa temporalis dan posisinya di kenal 5 tipe tengkorak
yaitu anapsip yaitu tipe tengkorak anapsid (Ordo chelonian), Euripsida tipe tengkorak
euripsid, lhthyopterigea tipe tengkoraknya parapsid (semua punah), acrosaura tipe
tengkorak diapsid (Ordo crocodila), sinapsida tipe tengkorak diapsid, lepidosauria tipe
tengkorak diapsid (Ordo squamata) dan (Rhyncochepalia). (Kimball, 1999).
Tiga ordo reptilia hidup yang terbesar dan paling beraneka ragam adalah
Chelonia (kura-kura), Squama (kadal dan ular), dan Crocodila (buaya dan alligator).
Kura-kura berkembang selama zaman mezoikum dan hanya sedikit berbah sejak saat
itu. Cangkangnya yang umumnya keras suatu adaptasi yang melindungi dirinya dari
predator. Kadal adalah reptilian yang paling banyak jumlahnya dan beraneka ragam
yang hidu saat ini. Sebagian besar di antaranya berukuran relatf kecil. Mungkin
mereka mampu bertahan hidup melewati bencana. Ular sebenarnya adalah keturunan
kadal yang memakai gaya hidup bersarang dalam lubang. Saat ini, sebagian besar
hidup di atas permukaan tanah. Buaya dan alligator merupakan sebagian dari reptilia
hidup yang paling besar. Mereka menghabiskan sebagian hidupnya dalam air, dan
menghirup udara melalui lubang hidungnya yang membuka ke atas (Campbell, 1999).
III. PEMBAHASAN
Anggota kingdom animalia memiliki ciri-ciri yang yang membedakannya dengan kingdom-
kingdom lain, seperti:
Dalam klasifikasi kingdom animalia, paling tidak ada dua ciri yang membedakan struktur
tubuh suatu hewan. Dua ciri tersebut antara lain berdasarkan simetri tubuh dan lapisan tubuh.
1. Simetri tubuh
Berdasarkan simetri tubuhnya, hewan dapat dibedakan menjadi hewan yang memiliki simetri
tubuh bilateral dan hewan yang memiliki simetri tubuh radial.
Simetri Bilateral, adalah hewan yang bagian tubuhnya tersusun bersebelahan dengan
bagian lainnya. Jika diambil garis memotong dari depan ke belakang, maka akan
terlihat bagian tubuh tubuh yang sama antara kiri dan kanan. Hewan yang bersimetri
bilateral selain memiliki sisi puncak (oral) dan sisi dasar (aboral), juga memiliki sisi
atas (dorsal) dan sisi bawah (ventral), sisi kepala (anterior) dan sisi ekor (posterior),
serta sisi samping (lateral).
Simetri Radial, adalah hewan yang memiliki lapisan tubuh melingkar (bulat). Hewan
dengan simetri radial hanya memiliki dua bagian, yaitu bagian puncak (oral) dan
bagian dasar (aboral). Hewan yang bersimetri radial disebut sebagai radiata, hewan
yang termasuk dalam kelompok ini antara lain porifera, cnidaria, dan echinodermata.
2. Lapisan Tubuh
Dalam perkembangannya menjadi individu dewasa, hewan akan membentuk lapisan tubuh.
Berdasarkan jumlah lapisan tubuhnya, hawan dikelompokkan menjadi diploblastik dan
tripoblastik.
Hewan Diploblastik, adalah hewan yang memiliki dua lapis sel tubuh. Lapisan terluar
disebut dengan ektoderma, sedangkan lapisan dalam disebut dengan endoderma.
Contoh dari hewan diploblastik adalah cnidaria.
Hewan Triploblastik, adalah hewan yang memiliki tiga lapis sel tubuh. Lapisan
terluar disebut eksoderma, lapisan tengah disebut mesoderma, dan lapisan dalam
disebut endoderma. Ektoderma akan berkembang menjadi epidermis dan sistem saraf,
mesoderma akan berkembang menjadi kelenjar pencernaan dan usus, sedangkan
endoderma akan berkembang menjadi jaringan otot.
Hewan triploblastik masih dapat diklasifikasikan lagi berdasarkan rongga tubuh (selom) yang
dimilikinya. Rongga tubuh pada hewan sendiri dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu
aselomata, pseudoselomata, dan selomata.
Aselomata, adalah hewan bertubuh padat yang tidak memiliki rongga antara usus
dengan tubuh terluar. Hewan yang termasuk aselomata adalah cacing pipih
(Platyhelmintes).
Selomata, adalah hewan berongga tubuh yang berisi cairan dan mempunyai batas
yang berasal dari jaringan mesoderma. Lapisan dalam dan luar dari jaringan hewan ini
mengelilingi rongga dan menghubungkan dorsal dengan ventral membentuk
mesenteron. Mesenteron berfungsi sebagai penggantung organ dalam. Selomata
sendiri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu protoselomata dan deutroselomata. Contoh
hewan yang termasuk protoselomata antara lain Mollusca, Annelida, dan Arthropoda.
Sedangkan hewan yang termasuk dalam deutroselomata antara lain Echinodermata
dan Chordata.
1. PISCES
Anantomi
Sumber: http://www.sridianti.com/wp-content/uploads/2014/05/anatomi-ikan.jpg
Pisces merupakan Vertebrata akuatik (hidup di air) yang memiliki ciri-ciri umum berikut.
Tubuh terdiri atas kepala, badan, dan ekor. Tubuh ditutupi oleh kulit yang pada
umumnya bersisik dan berlendir (Gambar 8.54). Terdapat empat tipe sisik, yaitu
ganoid, plakoid, stenoid, dan sikloid. Pisces memiliki sirip untuk berenang.
Endoskeleton tersusun atas tulang rawan atau tulang keras.
Pisces bernapas yang disebut labirin, contohnya pada ikan Trichogaster sp.,
Helostoma sp., Anabas sp., dan Osphronemus goramy (gurami). Pisces memiliki
organ tambahan berupa gelembung renang yang berfungsi membantu pernapasan dan
sebagai alat hidrostatis dengan insang. Insang ditutupi oleh operkulum (tutup insang).
Insang ada yang mengalami perluasan.
Struktur dan fungsi saluran pencernaan pada ikan dapat dijelaskan sebagai berikut :
Mulut
Struktur anatomi mulut erat kaitannya dengan cara mendapatkan makanan, ada mulut yang
dapat disembulkan ke depan seperti ikan belanak. Adapula yang tidak dapat disembulkan. Di
sekitar bibir pada beberapa ikan tertentu terdapat sungut yang mencari makanan di dasar
perairan. Sungut ini berperan sebagai alat peraba atau pendeteksi makanan. Posisi mulut juga
berkaitan dengan kebiasaan makan ikan, misalnya ikan mas memiliki mulut yang terletak di
ujung hidung, sedangkan ikan julung-julung terletak di atas hidung (Fujaya, 2004).
Posisi mulut pada ikan sangatlah bervariasi di setiap jenis ikan. Hal ini sangat tergantung dari
kebiasaan memakan ikan, jenis pakan yang dimakan serta ukuran pakan yang sesuai dengan
bukaan mulut ikan. Jadi fungsi dari mulut adalah sebagai alat untuk memasukkan makanan.
Makanan oleh ikan tidak dikunyah atau dicerna seperti vertebrata kecuali beberapa jenis ikan
herbivor. Mulut dan tepi mulut dilengkapi dengan ujung saraf dan gigi yang berbeda-beda
letak, jumlah dan morfologinya. Lapisan rongga mulut terdiri dari sel epitel lendir berlapis
menempel pada membran dasar yang tebal dan dilekatkan pada tulang atau urat daging
dengan dermis yang tebal. Secara histologis, rongga mulut dan faring seperti epitel kulit,
mempunyai sel kejut lebih sedikit dan sel lendir lebih banyak ditemukan di seluruh
permukaan. Lamina propria yang padat dan submukosa dari tenunan ikat alveolar terdapat di
bawah epitel mukosa. Bagian faring posterior dilapisi bentuk lipatan longitudinal yang pipih.
Rongga tutup insang sekitar insang mempunyai epitel tebal dengan beberapa sel lendir dan sel
kejut. Gigi bila ada terdapat pada tulang faring bawah dan atas, sedangkan gigi rahang dan
faring kecil dan jumlahnya banyak.
Rongga mulut dilapisi sel-sel penghasil lendir yang berperan mempermudah jalannya
makanan ke segmen berikutnya, juga terdapat organ pengecap yang berfungsi menyeleksi
makanan. Pada ikan yang memiliki gigi dalam rongga mulut, gigi tersebut berperan dalam
mengambil, mencengkeram, merobek, memotong atau menghancurkan makanan atau
merupakan alat pencernaan makanan secara mekanik.
Pada sebagian ikan ada yang memiliki semacam lidah yaitu suatu penebalan dari bagian
depan tulang archoyden yang kaya akan sel mucus dan organ pengecap. Pada langit-langit
bagian belakang terdapat organ palatin, yang merupakan penebalan dari lapisan mucosa.
Organ ini terdiri atas lapisan otot dan serat kolagen yang berfungsi dalam proses penelanan
makanan dan membantu membuang kelebihan air pada makanan yang dimakan, juga sangat
penting dalam proses pemompaan air dari organ mulut ke bagian rongga insang (Fujaya,
2004).
Faring
Pada ikan filter feeding proses penyaringan makanan terjadi pada segmen ini karena tapis
insang mengarah ke segmen faring. Lapisan permukaan faring hampir sama dengan rongga
mulut, kadangkala masih ditemukan organ pengecap. Jika material yang ditelan bukan
makanan maka akan dibuang melalui insang (Radiopoetro, 1984).
Esophagus
Permulaan dari saluran pencernaan yang berbentuk seperti pipa, mengandung lendir untuk
membantu penelanan makanan. Pada ikan laut esophagus berperan dalam penyerapan garam
melalui difusi pasif menyebabkan konsentrasi garam air laut yang diminum menurun
sehingga memudahkan penyerapan air oleh usus belakang dan rectum (Fujaya, 2004).
Lambung
Lambung berfungsi sebagai penampung makanan. Pada ikan yang tidak berlambung fungsi
penampung makanan digantikan oleh usus depan yang dimodifikasi menjadi kantong yeng
membesar. Pada ikan tak bergigi (biasanya herbivora) terdapat gizzard yang berfungsi untuk
menggerus makanan. Seluruh permukaan lambung ditutupi oleh sel mucus yang mengandung
mukopolisakarida yang agak asam berfungsi sebagai pelindung dinding lambung dri kerja
asam klorida. Di bagian luar sel epitellium terdapat lapisan lendir sebagai hasil sekresi sel
mucus tersebut. Sel-sel penghasil cairan gastric terletak di bagian bawah dari lapisan
epitellium mensekresikan pepsin dan asam klorida. Berbeda dengan mamalia pada ikan
pencernaan secara kimiawi dimulai di bagian lambung, bukan di bagian rongga mulut, karena
ikan tidak memiliki kelenjar air liur (Fujaya, 2004).
Pylorus
Pylorus merupakan segmen yang terletak antara lambung dan usus depan. Segmen ini sangat
mencolok karena ukurannya yang mengecil. Pada beberapa ikan terdapat usus-usus kecil dan
pendek yang disebut pyloric caeca. Saat menyempitnya saluran pencernaan pada segmen ini
berarti bahwa segmen pylorus berfungsi sebagai pengatur pengeluaran makanan (chyme) dari
lambung ke segmen usus (Fujaya, 2004).
Usus
Usus merupakan segmen yang terpanjang dari saluran penceraan. Pada bagian depan usus
terdapat dua saluran yang masuk ke dalam yaitu saluran yang berasal dari kantung empedu
dan yang berasal dari pancreas. Lapisan mukosa usus tersusun oleh selapis sel epitellium
dengan bentuk prismatic. Pada lapisan ini terdapat tonjolan membentuk sarang tawon pada
usus bagian depan dan lebih beraturan pada usus bagian belakang, terutama pada ikan lele.
Bentuk sel yang umum ditemukan pada epithelium usus adalah enterosit dan mukosit.
Enterosit merupakan sel yang paling dominan dan diantara enterosit terdapat mukosit. Jumlah
mukosit semakin meningkat ke arah bagian belakang usus.
Enterosit merupakan sel yang permukaan atasnya mengarah memiliki mikrovili yang berperan
dalam penyerapan makanan. Secara histologis enterosit pada ikan yang telah menyerap zat
makanan akan berwarna keputih-putihan dan berbeda sekali dengan sel yang tidak menyerap
zat makanan. Mukosit merupakan sel penghasil lendir yang berbentuk piala. Bagian bawah
mukosit mengandung mucigen yang akan berubah menjadi lendir jika telah dilepaskan oleh
sel dan bereaksi dengan air (Fujaya, 2004).
Rectum
Rectum merupakan segmen saluran pencernaan terujung. Segmen rectum berfungsi dalam
penyerapan air dan ion. Adanya penyerapan air ini dapat dilihat dari kondisi feces yang
umumnya berbentuk kompak, berbeda dengan keadaannya ketika masih terdapat dalam usus
bagian belakang. Pada larva ikan selain fungsi tersebut rectum juga berfungsi untuk
penyerapan protein (Fujaya, 2004).
Anus
Anus merupakan ujung dari saluran pencernaan. Pada ikan bertulang sejati anus terletak di
sebelah depan saluran genita
Mekanisme pernapasan ikan terjadi dalam 2 fase, yaitu inspirasi dan ekspirasi.
Inspirasi
Tekanan udara rongga mulut lebih kecil dibanding tekanan udara di air – air masuk ke
rongga mulut – rongga mulut tertutup – udara masuk insang melalui difusi –
operkulum terbuka – air mengalir melalui celah insang, menyentuh filamen – O2
diikat kapiler darah – disebarkan ke jaringan-jaringan tubuh.
Ekspirasi
CO2 dibawa dari jaringan tubuh – menuju insang – diekskresikan keluar tubuh.
FYI, insang pada ikan bukan hanya berfungsi sebagai alat pernapasan. Insang
berfungsi pula sebagai alat ekskresi garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion,
dan osmoregulator.
Beberapa jenis ikan (misalnya ikan gabus dan lele) memiliki labirin berupa rongga-
rongga tidak beraturan yang merupakan perluasan ke atas dari insang yang
membentuk lipatan-lipatan. Labirin ini berfungsi untuk menyimpan cadangan O2
sehingga ikan dapat bertahan pada kondisi minim Oksigen. Alat lain yang digunakan
untuk menyimpan cadangan O2 adalah gelembung renang, yang letaknya di dekat
punggung.
2. AMFIBIA
Anatomi
3. AVES
Anatomi Burung
1. Sistem pencernaan
Tractus digestivus terdiri atas paruh, covum oris; yang di dalamnya terdapat lingua kecil
runcing yang dibungkus oleh lapisan zat tanduk. Sebagai lanjutannya adalah pharynx yang
pendek, kemudian œsophagus yang panjang dan beberapa burung terjadi perluasan yang
disebut crop, sebagai tempat penimbunan bahan makanan sementara dan pelunakan. Dari crop
masuk saluran yang sering disebut gizard. Proventriculus menghasilkan cairan lambung
(asam) sedangkan ventriculus berdinding tebal berlapis jaringan epitel yang keras sebelah
dalam yang menghasilkan sekresi.
Di dalam gizard sering terdapat batu kerikil yang berfungsi membantu penggilingan makanan.
Oleh karena itu beberapa jenis burung sengaja menelan batu kerikil, sebagai pengganti tugas
gigi yang tidak dimiliki oleh burung.
Dari lambung akan dilanjutkan oleh intestinum yang terbagi atas bagian halus dan bagian
akhir adalah rectum dan kemudian cloaca dan yang terakhir adalah anus.
Pada intestinum terdapat rumbai-rumbai sebagai cæcum yang merupakan saluran buntu. Di
sebelah dorsal cloaca terdapat suatu bursa fabricii pada hewan yang masih muda. Fungsi yang
sebenarnya belum diketahui, hanya yang jelas penting untuk determinasi.
Hepar sebagai salah satu kelenjar pencernaan relatif besar, bewarna merah coklat dengan
beberapa lobi. Pada beberapa aves memiliki vesica fellea sebagai penampung billus. Pada
burung merpati vesica fellea tidak ada. Glandulæ pancreaticus biasanya memiliki tiga saluran
yang menyalurkan sekresinya ke intestinum. Sehubungan dengan makanan, terjadi adaptasi
paruh.
2. Sistem Pernapasan
burung membutuhkan oksigen dalam jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan yang
dibutuhkan hewan menyusui. Itulah mengapa paru-paru burung diciptakan dengan rancangan
yang jauh berbeda. pada burung, aliran udara cuma satu arah. Udara baru datang pada ujung
yang satu, dan udara yang telah digunakan keluar melalui lubang lainnya. Hal ini memberikan
persediaan oksigen yang terus-menerus bagi burung, yang memenuhi kebutuhannya akan
tingkat energi yang tinggi.
Michael Denton, seorang ahli biokimia Australia serta kritikus Darwinisme yang terkenal
menjelaskan paru-paru unggas sebagai berikut: Dalam hal burung, bronkhus (cabang batang
tenggorokan yang menuju paru-paru) utama terbelah menjadi tabung-tabung yang sangat kecil
yang tersebar pada jaringan paru-paru. Bagian yang disebut parabronkhus ini akhirnya
bergabung kembali, membentuk sebuah sistem peredaran sesungguhnya sehingga udara
mengalir dalam satu arah melalui paru-paru.
Aves bernafas dengan paru-paru yang berhubungan dengan kantong udara (sakus
pneumatikus) yang menyebar sampai ke leher, perut dan sayap.
Paru-paru burung bekerja dengan cara yang sama sekali berbeda dengan hewan menyusui.
Hewan menyusui menghirup dan membuang udara melalui batang tenggorokan yang sama.
Namun pada burung, udara masuk dan keluar melalui ujung yang berlawanan. “Rancangan”
khusus semacam ini diciptakan untuk memberikan volume udara yang diperlukan saat
terbang.
Inspirasi : udara kaya oksigen masuk ke paru-paru. Otot antara tulang rusuk (interkosta)
berkontraksi sehingga tulang rusuk bergerak ke luar dan tulang dada membesar. Akibatnya
teklanan udara dada menjadi kecil sehingga udara luar yang kaya oksigen akan masuk. Udara
yang masuk sebagian kecil menuju ke paru-paru dan sebagian besar menuju ke kantong udara
sebagai cadangan udara.
Ekspirasi : otot interkosta relaksasi sehingga tulang rusuk dan tulang dada ke posisi semula.
Akibatnya rongga dada mengecil dan tekanannya menjadi lebih besar dari pada tekanan udara
luar. Ini menyebabkan udara dari paru-paru yang kaya karbondioksida ke luar. Aliran udara
searah dalam paru-paru burung didukung oleh suatu sistem kantung udara. Kantung-kantung
ini mengumpulkan udara dan memompanya secara teratur ke dalam paru-paru. Dengan cara
ini, selalu ada udara segar dalam paru-paru. Sistem pernafasan yang rumit seperti ini telah
diciptakan untuk memenuhi kebutuhan burung akan jumlah oksigen yang tinggi.
Pernafasan burung saat terbang : Saat terbang pergerakan aktif dari rongga dada tidak
dapat dilakukan karena tulang dada dan tulang rusuk merupakan pangkal perlekatan otot yang
berfungsi untuk terbang. Saat mengepakan sayap (sayap diangkat ke atas), kantong udara di
antara tulang korakoid terjepit sehingga udara kaya oksigen pada bagian itu masuk ke paru-
paru.
4. REPRODUKSI BURUNG
Alat ekskresi berupa ren yang relatif besar, bewarna merah coklat, tertutup oleh peritonium
(retroperitonial). Tiap-tiap ren terbagi atas 4 lobi. Dari dataran ren adalah ventral keluar ureter
yang sempit menuju ke cauda dan berakhir pada cloaca.
Ginjal bertipe metanefros berwarna coklat tua. Saluran ureter bermuara langsung pada kloaka
dan tidak ada kandung kemih. Ekskret semi solid (mengandung urat). Kelenjar adrenal
sepasang, pada pertukaran ventral ginjal. Sekret dari gonad mengatur karakteristik seksual
sekunder (bulu, jengger, dan gembel).
Fertilisasi terjadi di dalam. Ovarium hanya satu yang sebelah kiri. Sebelum telur dikeluarkan
mendapat penutup albumin dan cangkang dalam oviduk, maka inkubasi adalah 16-18 hari
.Pada hewan jantan terdapat sepasang testis yang bulat berwarna putih, melekat di sebelah
anterior dari ren dengan suatu alat penggantung. Testis di sebelah kanan lebih kecil dari pada
yang kiri. Dari masing-masing testis terjulur saluran vasa diferensia sejajar dengan ureter
yang berawal dari ren.
Pada sebagian aves, memiliki vesicula seminalis yang merupakan gelembung kecil bersifat
kelenjar dan bagi tempat menampung sementara sperma sebelum dituangkan melalui pupil
yang terletak pada kloaka. Pada hewan betina terdapat sepasang ovari, hanya yang dekskum
mengalami atrophis (mengecil dan tidak bekerja lagi). Dari ovari menjulur oviduct panjang
berkelok-kelok, berlubang pada bagian cronial dengan bentuk corong. Lubang oviduct disebut
ostium abdomanalis.
Fertilisasi terjadi di dalam tubuh dengan jalan mengadakan kopulasi. Waktu kopulasi, sperma
dan ovum saling menempel, sehingga sperma yang keluar langsung masuk ke dalam
proctodoeum yang betina, untuk kemudian menuju oviduct. Organ reproduksi betina hanya
terdiri dari satu ovarium sebelah kiri. Tuba merupakan oviduct bagian rustral, terdapat
kelenjar .
Sistem Saraf
SARAF AVES
Berikut ini merupakan susunan saraf pada burung adalah: Otak dan sumsum belakang.
Otak dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
Otak besar. Pada otak besar tidak banyak mempunyai neuron dan bentuknya juga tidak
berlipat-lipat.
Otak kecil. Pada otak kecil mempunyai perkembangan yang berguna sebagai pengatur
keseimbangan pada waktu terbang atau melayang-layang.
Otak tengah. Pada otak tengah mempunyai perkembangan yang berguna sebagai fungsi
penglihatan.
Sumsum lanjutan.
Indra perasa terdapat kuncup-kuncup perasa pada lidah dan atap rongga mulut. Indra ini
memungkinkan aves memilih makanannya. Kemampuan memilih makanan ini dibantu oleh
reseptor tekanan pada paruh dan lidah. Organon visus relatid besar dan tajam dalam
kemampuan observasi.
Indra pendengar berupa telinga yang terbagi atas tiga rongga yakni rongga luar, tengah, dan
dalam. Kelenjar endokrin terdiri atas: glandulae pituitaria atau hypophysa sebagai ‘the master
of glands’, terletak pada dasa otak ujung infundibulum: Glandulae thvroidea yang terletak di
bawah vena jugularis dekat asal cabang arteri subclavia dan arteri carotis.
5. Sistem sirkulasi
Alat sirkulasi berupa jantung yang terdiri dari 4 ruangan dengan sekat sempurna, arteri dan
vena. Sistem sirkulasi pada aves sama seperti manusia. Sirkulasi darah pada aves : darah dari
vena kava masuk pada atrium kanan, lalu ke ventrikel kanan. Kemudian darah dipompa ke
paru-paru melalui pulmonalis lalu menuju ke ventrikel kiri, darah dipompa ke seluruh tubuh
melalui aorta
6. Sistem rangka
Struktur rangka
Burung memiliki struktur tulang yang beradaptasi untuk terbang.Adaptasi
tulang burung adalah sebagai berikut :
• Burung memiliki paruh yang lebih ringan dibandingkan rahang dan gigi pada hewan
mamalia.
• Burung memiliki sternum (tulang dada) yang pipih dan luas,berguna sebagai tempat
pelekatan otot terbang yang luas.
• Tulang-tulang burung berongga dan ringan .Tulang-tulang tersebut sangat kuat karena
memiliki struktur bersilang.
• Sayap tersusun dari tulang-tulang yang lebih sedikit dibandingkan tulang-tulang pada tangan
manusia.Hal ini berfungsi untuk mengurangi berat terutama ketika burung terbang.
• Tulang belakang bergabung untuk memberi bentuk rangka yang padat,terutama ketika
mengepakkan sayap pada saat terbang.
Burung juga memiliki tulang-tulang yang khas yang sesuai untuk terbang.Anggota depan
berubah fungsi menjadi sayap.Tulang dan dada membesar dan memipih sebagai tempat
melekatnya otot-otot dan sayap.Hal ini memungkinkan burung untuk terbang.
b) Fungsi Rangka
Berikut fungsi rangka pada burung perkutut :
• Tengkorak : Melindungi otak dan isi kepala
• Tulang leher : Untuk menghubungkan ke tempurung kepala
• Tulang lengan : Untuk menggerakkan sayap
• Tulang hasta : Tulang sayap yang menghubungkan dengan tulang lengan
• Tulang pengumpil : Tulang sayap yang menghubungkan dengan tulang lengan
• Korakoid : Penghubung tulang dada
• Tulang dada : Tempat melekatnya oto untuk terbang
• Tulang rusuk : Tulang yang melindungi isi perut
• Pelvis : Penghubung tulang ekor
• Tulang ekor : Tulang penghubung dengan kloaka
• Tulang kering : Penghubung tulang paha kebetis
• Tulang paha : Untuk persendian.
4. Reptilia
Ciri-ciri reptil:
Anggota tubuh berjari lima
—Bernafas dengan paru-paru
—Berdarah dingin (Poikiloterm)
—Telur Amniotik. Menghasilkan telur sehingga tergolong ovipar dengan telur amniotik bercangkang
—Ruas tulang ekor tidak mengalami penulangan, sehinnga dpt diputuskan (autotomi) & dpt tumbuh
kembali (regenerasi)
—Kulit kering, bersisik dari zat tanduk, tak berlendir & sedikit mengandung keelenjar
—Bernapas dengan paru-paru
—Jantung beruang tiga atau empat, Peredaran darah ganda
—Menggunakan energi lingkungan untuk mengatur suhu tubuhnya sehingga tergolong hewan
eksoterm
—Fertilisasi secara internal
—6.500 spesies
Struktur Reptil
Tubuh terdiri atas kepala, leher, badan dan ekor
Masing-masing kaki memiliki jari dengan cakar
Mulut memanjang, dengan gigi conical (berbentuk kerucut)
Di dekat ujung moncong terdapat 2 nostril (eksternal nares) sbg organ respirasi.
Mata besar terletak dilateral dgn 2 kelopak mata dan membran nictitan
Telinga terbuka di belakang mata
Warna = sel pigmen (chromatophora)
Sekat di antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan belum sempurna. Peredaran darah reptilia
merupakan peredaran darah ganda.
Pada buaya, sekat ventrikel terdapat suatu lobang yang disebut foramen panizzae yang
memungkinkan pemberian O2 ke alat pencernaan dan untuk keseimbangan tekanan dalam
jantung sewaktu penyelam di air.
Pola varanid : Kelompok kadal-kadalan biasanya memiliki tingkat metabolisme yang lebih
tinggi dari reptil lainnya dan memilliki sedikit perbedaan struktur jantung. Pola ini memiliki
karakteristik berjantung tiga ruang tetapi cavum venosumnya lebih kecil dari pada cavum
venosum pada pola Squamata. Selain itu peredaran darahnya ganda.
Pola crocodilian : Jantungnya terdiri dari empat ruangan (dua atria dan dua ventrikel), tetapi
terdapat saluran sempit, yaitu foramen Panizza, yang menghubungkan dua arteri utama (arteri
kanan dan arteri kiri). Dua system arteri ini muncul dari ruang ventrikel yang berbeda (arteri
kiri dari ventrikel kanan, dan arteri kanan dari ventrikel kiri). Ini memberikan kesempatan
bagi paru-paru untuk melakukan anoxia (mengurangi suplai oksigen pada jaringan tubuh)
pada kondisi tertentu, misalnya ketika menyelam dalam air.
Sistem Pencernaan :
—Pada umumnya reptile adalah karnivora (pemakan daging). Saluran pencernaannya terdiri
dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dan kloaka. Dan kelenjar pencernaannya terdiri atas
kelenjar ludah, pancreas dan hati.
Mulut :
Pada rongga mulut terdapat lidah yang melekat pada tulang lidah dengan ujung
bercabang dua.
Reptilia pemakan insekta memiliki lidah yang dapat dijulurkan, sedangkan pada buaya
dan kura-kura lidahnya relative kecil dan tidak dapat dijulurkan.
Lidah ular berbentuk pembuluh yang terbungkus oleh selaput dan terletak di bagian
rahang bawah. Memiliki kelenjar mukoid yang sekretnya berfungsi agar rongga mulut
tetap basah dan dapat dengan mudah menelan mangsanya.
Pada ular Kelenjar labia bermodifikasi menjadi kelenjar poison (bisa/racun) yang
bermuara di kantung yang terletak di daerah gigi taring dan dikeluarkan melalui gigi
tersebut.
Kelenjar Pencernaan :
Kelenjar pencernaan, terdiri atas hati dan pancreas. Empedu yang dihasilkan oleh hati
ditampung di dalam kantong yang disebut vesica fellea. Hati tediri dari dua lobus yaitu
sinister dan dexter yang berwarna coklat kemerahan. Kantong empedu terletak pada tepi
sebelah kanan hati. Pancreas pada reptil terletak diantara lambung dan duodenum. Pancreas
berbentuk pipih dan berwarna kekuning-kuningan
Sistem Ekskresi :
5. Mamalia
Pada umumnya , semua jenis mamalia memiliki rambut yang menutupi tubuhnya.
Jumlah rambut tersebut berbeda-beda antara spesies yang satu dengan yang lain. Ada
spesies yang seluruh tubuhnya ditutupi oleh rambut dan ada pula spesies yang hanya
memiliki rambut di tempat-tempat tertentu pada bagian tubuhnya. Mamalia merupakan
hewan yang bersifat homoioterm atau sering disebut hewan berdarah panas. Hal ini
dikarenakan kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.Sebutan
mamalia sendiri berasal dari keberadaan glandula ( kelenjar ) mamae pada tubuh mereka
yang berfungsi sebagai penyuplai susu. Seperti yang kita ketahui bahwa mamalia betina
menyusui anaknya dengan memanfaatkan keberadaan kelenjar tersebut. Walaupun
mamalia jantan tidak menyusui anaknya, bukan berarti mereka tidak memiliki kelenjar
mamae. Semua mamalia memiliki kelenjar mamae,tetapi pada mamalia jantan kelenjar ini
tidaklah berfungsi sebagaimana pada mamalia betina.
Sistem Sirkulasi
Jantung berbilik empat pada mammalia mempunyai dua atria dan dua ventrikel
yang terpisah secara sempurna. Terdapat sirkulasi ganda (sirkuit sistemik dan pulmoner).
Pengiriman oksigen ke seluruh tubuh akan semakin meningkat karena tidak ada
pencampuran darah yang kaya akan oksigen dengan yang miskin oksigen, jadi lebih
sempurna dari reptile. Sebgai hewan endotermik, mammalia memerlukan lebih banyak
oksigen per gram bobot tubuhnya dibandingkan dengan vertebratalain dengan ukuran
tubuh yang sama.
Sistem Ekskresi
Ginjal berbentuk seperti biji kacang, ruang median ginjal yang disebut pelvis
renalis berhubungan dengan kandung kemih melalui ureter. Dari kandung kemih
mengeluarkan uretra yang akan mngeluarkan urin melalui saluran urin. Mammalia
dominan sudah memiliki saluran yang terpisah, tidak seperti hewan vertebrata lain yang
menggunakan kloaka. Mammalia memiliki saluran pembuangan sisa pencernaan melalui
anus, urin melalui uretra, dan saluran reproduksi melalui vagina dan penis.
Sistem Pernapasan
Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan terdiri dari kelenjar pencernaan dan organ pencernaan. Kelenjar
pencernaannya terdiri dari 4 pasang kelenjar ludah: paratiroid, infaorbital, submaksilari,
dan sublingual. Terdapat kantung empedu dengan saluran empedu dan saluran getah
pancreas yang bermuara dalam duodenum. Sekum (caecum) berdinding tipis, panjangnya
kira-kira 50 cm, mempunyai appendiks vermiformis (umbai cacing) yang bentuknya
seperti jari. Sedangkan organ pencernaannnya terdiri dari mulut, kerongkongan,
ventriculus, duodenum, ileum, rectum, dan anus.
Sistem Reproduksi
Hewan mammalia melakukan fertilisasi internal, perkembangan embrio terjadi di
dalam uterus, dengan lama masa kandungan yang bervariasi tergantung pada jenis
hewannya, seperti pada kelinci masa kehamilannya sekitar 30 hari. Berdasarkan cara
reproduksi dan perkembangan fetusnya, beberapa mammalian memiliki tingkatan-
tingkatan dari yang rendah sampai yang tinggi. Pada mammalian rendah, seperti Ordo
Monotremata (platypus) dan Ordo Marsupialia (opossum dan kangguru), platypus masih
bertelur dan mengerami telurnya. Sedangkan pada kangguru yang telurnya sangat kecil itu
berkembang dalam uterus selama beberapa hari, larva yang kemudian menetas segera
keluar dari uterus dan masuk dalam kantong perut (marsupium) dan menghisap air susu
dari putting-putting induknya. Pada mamalia yang lebih tinggi tingkatannya, zygot yang
berkembang menjadi embrio dan kemudian tumbuh menjadi fetus tinggal dalam uterus
untuk waktu yang lebih lama. Sistem sirkulasi dan nutrisinya dihubungkan melalui
plasenta yang mengangkut nutrisi dari tubuh induknya.
PISCES
Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu
Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater
Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited, Hong Kong.
AVES
Yahya,Harun.2009.http://www.harunyahya.com./indo/buku.
MAMALIA
REPTILIA
Jasin, M. 1992. Zoologi Vertebrata Untuk Perguruan Tinggi. Sinar Jaya. : Surabaya
Kimball, J,W. 1992. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Erlangga : Jakarta.
Manter & Miller. 1959. Introduction to Zoology. Harper and Row Publisher: New
York