Disusun Oleh :
Henni Widia Astuti S.Ked
N 111 17 063
Pembimbing :
dr. Diah Mutiarasari MPH
dr. Nur Ainun
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau gejala, tertinggi terdapat di
Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa
Tenggara Timur 3,3 persen.4
Berdasarkan data dinas kesehatan Sulawesi Tengah, total kasus diabetes
mellitus meningkat pada tahun 2015 dibandingkan tahun 2014 yaitu 16.330 kasus
pada tahun 2014 meningkat menjadi 16.456. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya
kasus lama yaitu 9.660 tahun 2014 menjadi 10.851 tahun 2015. Peningkatan kasus
lama diabetes mellitus karena Puskesmas telah melaksanakan tatalaksana diabetes
melitus, sehingga penderita diabetes melittus masih hidup sehat dan produktif.5
Dinas kesehatan Sulawesi Tengah tahun 2015 mencatat beberapa
kabupaten/kota dengan proporsi kasus diabetes melitus yaitu kota Palu (2340 kasus),
kabupaten Banggai (768 kasus), Toli-toli (439 kasus), Poso (351 kasus), Sigi (269
kasus), Touna (243 kasus), Parigi Moutong (237 kasus), Morowali (237 kasus),
Donggala (221 kasus), Morowali Utara (205 kasus), Bangkep (142 kasus), Banggai
Laut (87 kasus), dan Buol (56 kasus).5
Di puskesmas singgani, diabates mellitus termasuk dalam 10 penyakit terbesar.
Dampak yang ditimbulkan oleh diabetes tidak hanya penyakit yang diderita seumur
hidup tetapi juga dapat menyebabkan kematian, memerlukan biaya besar untuk
perawatan kesehatan penderita diabetes, oleh sebab itu sangat dipelukan program
pengendalian untuk pasien diabetes. Dimana kesadaran pasien atau penderita masih
cukup minim untuk berobat ke tempat pelayanan kesehatan.1
DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis tidak
dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Pemeriksaan glukosa darah yang
dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma
vena.Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan
pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer.3
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM. Kecurigaan adanya
DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik, seperti pada keluhan klasik DM:
poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
3
sebabnya. Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, matakabur, dan disfungsi
3
ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.
4
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
1 Hipertensi 4 3 2 9
2 Osteoporosis 4 2 1 7
3 Diabetes melitus 4 3 2 9
Dilihat dari tabel diatas masalah yang menjadi prioritas pada puskesmas
singgani untuk penyakit tidak menular adalah Hipertensi, Diabetes melitus dan
osteoporosis.
5
c. KRITERIA C : Kemudahan dalam Penanggulangan
1 2 3 4 5
e. PENETAPAN NILAI
1. HIPERTENSI
NPD : (A+B) C = (9+9) 2= 18x4 = 72
NPT : (A+B) CxD = (9+9) 3x1 = 18x4 = 72
2. GASTRITIS
NPD : (A+B) C = (8+6) 4 = 14 x2 = 28
NPT : (A+B) CxD = (8+6) 4x1 = 14 x2 =28
3. DIABETES MELITUS
NPD : (A+B) C = (6+9) 3 = 15x3 =48
NPT : (A+B) CxD = (6+9) 3x1 = 15x3 =48
6
f. KESIMPULAN
2.3. Anamnesis
Keluhan utama:
Keram dibagian tangan dan kaki kiri
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke posbindu dengan keluhan keram pada bagian tangan dan
kaki sebelah kiri ini dirasakan sejak 1 minggu belakagan ini. Keluhan ini muncul
tiba-tiba dan menggagu aktivitas keseharian pasien. Pasien juga sering
mengeluhkan mudah haus serta pasien juga mengeluhkan sering kencing pada
malam hari yang dialami sejak tahun 2016. Pasien merupakan buruh cuci dan
7
terkadang mencicipi kue dagangannya dan sebelumnya sering mengkonsumsi
minuman the gelas dan minuman benergi dengan volume sekitar 2 gelas besar
setiap harinya
Riwayat pengobatan:
Pasien sudah menjalani pengobatan diabetes mellitus sejak 2 tahun lalu
dan rutin berobat ke Posbindu Lansia dan Puskesmas Singgani.
8
5. Pasien makan teratur 2-3 kali sehari namun pasien kadang-kadang terbangun
di malam hari untuk makan. Menu makanan pasien dirumah yaitu nasi, sayur,
tahu/tempe, dan terkadang telur atau ikan. Pasien mengaku tidak dapat
mengontrol pola makannya karena selalu adanya keinginan untuk makan
sesuai dengan kemauan pasien.
6. Pasien mengatakan sering berolahraga dipagi hari dan banyak melakukan
aktivtas fisik. Pasien juga mudah merasa stress karena memikirkan tentang
kehidupannya.
2.4. PemeriksaanFisik
Keadaanumum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Frek.Nadi : 80 x/menit
Frek.Napas : 18 x/menit
Suhu : 36.5 °C
Berat badan : 50 kg
Tinggi badan : 155 cm
IMT : 22,2
Status gizi : Gizi baik
2.7. Pengobatan
Medikamentosa :
9
Metformin 500 mg 3 x 1
Nonmedikamentosa :
10
BAB III
PEMBAHASAN
11
pada adanya glukosa bersama bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta
pankreas akan mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa.
Onset DM tipe ini terjadi perlahan-lahan karena itu gejalanya
asimtomatik. Adanya resistensi yang terjadi perlahan-lahan akan
mengakibatkan sensitivitas reseptor akan glukosa berkurang. DM tipe ini
sering terdiagnosis setelah terjadi komplikasi.
c. Diabetes Melitus Tipe Lain DM tipe ini terjadi karena etiologi lain,
misalnya pada defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin,
penyakit eksokrin pankreas, penyakit metabolik endokrin lain, iatrogenik,
infeksi virus, penyakit autoimun dan kelainan genetik lain.
d. Diabetes Melitus Gestasional DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan,
dimana intoleransi glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan,
biasanya pada trimester kedua dan ketiga. DM gestasional berhubungan
dengan meningkatnya komplikasi perinatal. Penderita DM gestasional
memiliki risiko lebih besar untuk menderita DM yang menetap dalam
jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan
Pada kasus ini pasien mengalami Diabetes Mellitus Tipe 2 dan sudah pernah
mendapatkan pengobatan dipuskesmas tiggede. Suatu penyakit dapat terjadi oleh
karena adanya ketidakseimbangan faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat. Paradigma hidup sehat yang diperkenalkan oleh H. L.
Bloom mencakup 4 faktor yaitu faktor genetik (keturunan), perilaku (gaya hidup)
individu atau masyarakat, faktor lingkungan (sosial ekonomi, fisik, politik) dan faktor
pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya).6
Penderita DM mengalami tantangan-tantangan hidup untuk menghadapi
masalah yang terkait dengan sakitnya, karena seseorang yang menderita diabetes
mellitus memerlukan banyak sekali penyesuaian di dalam hidupnya, sehingga
penyakit diabetes mellitu ini tidak hanya berpengaruh secara fisik, namun juga
berpengaruh secara psikologis pada penderita. Kesejahteraan psikologis perlu dimiliki
12
oleh penderita diabetes mellitu tipe II karena dapat mengurangi terjadinya resiko
komplikasi. Sistem pikiran (psikologis) berkaitan dengan keadaan tubuh (sistem
biologis) yang artinya kesehatan dalam tubuh seseorang dipengaruhi oleh pikiran
maupun lingkungan, pikiran yang positif dan lingkungan yang mendukung akan
membuat kesehatan seseorang menjadi lebih baik.6
Genetik/keturunan merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang
dibawa sejak lahir, misalnya golongan penyakit keturunan seperti diabetes mellitus
dan asma bronchiale. Pada pasien juga memiliki keturunan dengan riwayat DM
Para ahli diabetes telah sepakat menentukan persentase kemungkinan
terjadinya diabetes karena keturunan. Jika kedua orang tuanya (bapak dan ibu)
menderita diabetes, maka kemungkinan anaknya menderita penyakit diabetes yaitu
83%. Jika salah satu orang tuanya (bapak atau ibu) adalah penderita diabetes, maka
kemungkinan anaknya menderita penyakit diabetes yaitu 53%. Sedangkan jika kedua
orang tuanya normal/tidak menderita diabetes, maka kemungkinan anaknya
menderita penyakit diabetes yaitu 15%.
Faktor perilaku yang dapat diambil dari kasus ini adalah yakni; Pasien
mempunyai kaebiasaan makan makanan dan minum minuman yang manis sejak dari
kecil seta ketidak patuhan pasien meminum obat DM yang telah diresepkan oleh
dokter sejak pasien didiagnosis dengan penyakit DM.
Hal lainnya yang tak kalah penting ialah faktor lingkungan yang turut andil
dalam keterjangkitan diabetes tersebut. Banyak sekali faktor lingkungan yang
dimaksud mulai dari obesitas atau kegemukan, pola makan yang tidak sehat,
kurangnya berolahraga, banyak mengonsumsi kalori, lemak, dan minim
mengonsumsi makanan berserat seperti buah, sayuran, dan terlalu banyak duduk.
Alur pelayanan Pasien yang datang ke Puskesmas dengan keluhan yang
memiliki gejala DM dilakukan pemeriksaan GDS jika hasilnya didapatkan dengan
diagnosis DM maka langsung diberikan pengobatan sekaligus edukasi tentang pasien
dengan DM oleh dokter dipoli umum puskesmas.
13
Pada pasien ini selain dilakukan diet untuk menghindari makanan yang
manis pasien juga diberikan terapi medikamentosa yaitu, metformin 500 mg. Pasien
disarankan untuk melakukan kontrol ke Puskemas untuk memeriksakan kadar gula
darahnya dan mengonsumsi obatnya secara teratur.
Pelayanan kesehatan untuk penyakit diabetes ditentukan oleh program-
program puskesmas yang berkaitan dan akses yang dilalui dari rumah pasien
kepuskesmas atau sebaliknya. Pelayanan yang dilakukan adalah posbindu. Banyak
penderita diabetes di wilayah kerja puskesmas singgani tidak terdeteksi atau baru
terdeteksi setelah merasa penyakit ini mengganggu kegiatan sehari-hari meraka
dengan hanya datang keposbindu.
Selain posbindu juga dilakukan promosi kesehatan tentang penyakit-
penyakit yang banyak diderita oleh warga setempat. Promosi kesehatan dilakukan
secara individu dan berkelompok kepada pasien yang mengeluh dengan gejala
diabetes mellitus.Kurangnya kesadaran masyarakat tentang diabetes mellitus,
membuat mereka enggan untuk melakukan pemeriksaan di layanan kesehatan yang
memadai.
Pada puskesmas singgani upaya kesehatan masyarakat (UKM) yang
dilakukan untuk pasien yang mengalami DM yaitu Puskesmas Singgani memiliki
Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) Usia lanjut yang dilaksanakan setiap bulan 1 kali
serta pada kegiatan posbindu terdapat kerjasama dengan program PTM yaitu senam
lansia tiap 1 bulan 1 kali yang diharapkan dapat menurunkan resiko kejadian penyakit
degeneratif. Untuk promosi kesehatan yang kami lihat dalam pelaksanaan hanya
berkisar pada promosi kesehatan individu yang dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan posbindu.
14
BAB IV
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. DM merupakan penyakit metabolik yang dapat meningkatkan kadar gula
didalam darah yang memiliki komplikasi jangka panjang yang berbahaya.
2. Terjadinya penyakit dapat disebabkan adanya ketidakseimbangan variabel
yang dikemukakan oleh Bloom yaitu Genetik, Perilaku, Lingkungan, dan
pelayanan kesehatan.
3. Faktor dominan yang teridentifikasi pada pasien dalam kasus ini adalah
faktor perilaku.
5.2. Saran
15
Petugas kesehatan diharapkan dapat mendiagnosis secara dini dan
memberikan pengobatan segera tentang DM
4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)
Petugas kesehatan diharapkan dapat mencegah terjadinya komplikasi yang
buruk seperti kaki diabetic.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
Pada tingkat ini, pasien diberikan konseling tentang pola hidup pasien DM
terutama pola makan.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Erawantini, F., Sustin, F., Retno, AW. Perancangan Aplikasi Penentuan Faktor
Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Secara Dini Berbasis Web. Jurnal Kesehatan.
2017 Januari-April; 5 (1): 32
2. Lathifah, NL. The Relationship Between Duration Disease and Glucose Blood
Related to Subjective Compliance in Diabetes Mellitus. Jurnal Berkala
Epidemiologi. 2017 Mei; 5 (2): 235
3. Eliana, Fatimah. Penatalaksanaan DM sesuaiKonsensus PERKENI 2015. Jakarta:
BagianPenyakitDalam FK YARSI; 2015
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Riset
Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. 2013
5. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Profil Kesehatan Privinsi Sulawesi
Tengah Tahun 2015. Palu: Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah. 2016
6. Departemen kesehatan RI. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Penetapan
Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/ Kota Sehat, Jakarta. 2010
DOKUMENTASI
17
Gambar 1. Tampakan depan rumah
18
Gambar 3. Kamar mandi
19
Gambar 5. Ruang makan
20