Anda di halaman 1dari 10

BAB I

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

A. Pendahuluan
Implementasi otonomisasi daerah menurut suatu kemampuan daerah untuk

menyelesaikan masalah-masalah yang timbul didaerahnya sendiri. Kemampuan

tersebut meliputi kemempuan melakukan identifikasi masalah-masalah kesehatan,

menentukan prioritas masalah dan melakukan upaya penanggulangannya melalui

kegiatan surveilans epidemiologi.

Untuk melakukan surveilans epidemiologi, hal-hal yang perlu diperhatikan

antara lain keadaan sumber daya manusia, tersedia nyasarana, dan dana

operasional serta komitmen dari pimpinan atau unit penyelenggaraan.

Rekomendasi yang dirumuskan oleh tim surveilans epidemiologi setelah

melakukan kajian-kajian merupakan dasar penetapan upaya penanggulangan yang


dilakukan para pengambilan keputusan sehingga sasaran dan tujuan program

kesehatan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Lingkup kegiatan surveilans epidemiologi adalah melakukan kegiatan

rutinya itu pengumpulan, penyajian, analisis data kesakitan dan kematian

penyakit-penyakit yang diamati termasuk dalam keadaan khusus misalnya

terjadinya bencana. Kegiatan lainnya yaitu penanggulangan KLB yang meliputi

kegiatan SDK-KLB dan penyelidikan KLB penyakit-penyakit menular dan

keracunan makanan.

Beberapa penyakit yang pernah terjadi KLB seringkali menjadi prioritas

pengamatan dalam kegiatan surveilans epidemiologi misalnya diare, DBD,

malaria, Hepatitis, Thipoid, campak, tetanus Neonatorium termasuk keracunan

makanan.

Untuk membantu kesamaan pemahaman terhadap konsep, pengertian dan

pelaksanaan kegiatan surveilans epidemiologi perlu disusun petunjuk teknis

pelaksanaan kegiatannya sehingga program-program kesehatan yang dilaksanakan

merupakan kebutuhan dari masyarakat itu sendiri sebagai upaya penanggulan

masalah-masalah kesehatan.

B. Tujuan Surveilans Epidemiologi

1. Tersedianya data-data serta hasil kajian epidemiologi dan penyakit-penyakit

menular yang diamati atau masalah-masalah kesehatan untuk pengambilan

keputusan dalam menetapkan program-program kesehatan sebagai usaha upaya

penanggulangan.
2. Untuk mengetahui perubahan epidemiologi penyakit-penyakit menular yang

diamati.

3. Untuk mengidentifikasi populasi resiko tinggi penyakit-penyakit menular yang

diamati dan keracunan.

4. Untuk memprediksi dan mencegah terjadinya KLB penyakit-penyakit menular

dan keracunan.

C. Sasaran

1. Puskesmas

2. PoskesdesdanPustu

3. Tenaga Kesehatan terkait

4. Masyarakat

D. Dasar-Dasar Hukum

1. Undang-undang Nomor 4tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah

dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.

E. Ruang Lingkup

1. Survailan Epidemiologi Penyakit Menular

Misalnya : Penyakit potensi wabah, Keracunan, Malaria, Antraks, rabies,


Tuberculosis, Hiv/Aids, Kusta, PMS, dll
2. Survailan Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
Misalnya : Hipertensi. Stroke dan PJK, DM, Neoplasma, Penyakit paru,
Gangguan mental, kecelakaan
3. Survailan Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku
Misalnya : Sarana air bersih, Tempat-tempat umum, Pemukiman dan
lingkungan perumahan, Kesehatan dan keselamatan kerja, RS dan sarana
yankes lainnya
4. Survailan Epidemiologi Masalah Kesehatan
Misalnya : Gizi mikro, Gizi lebih, Kesehatan Ibu dan Anak termaksud Kespro,
dll
5. Survailan Epidemiologi Kesehatan Matra

BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. KualifikasiSumberDayaManusia

B. DistribusiKetenagaan

Distribusitenaga di PuskesmasDolong

No. Jenis Tenaga Jumlah

1. EpiidemiologKesehatanAhliPertama 1 (Orang)

C. JadwalKegiatan

Jadwal pelaksanaan kegiatan dilaksanakansetiapbulan.


BAB III

PedomanPelaksanaan Surveilans Epidemiologi

A. Langkah-langkah kegiatan surveilans

Kegiatan surveilans meliputi :

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan awal dari rangkaian kegiatan untuk

memproses data selanjutnya. Data yang dikumpulkan memuat informasi

epidemiologis yang dilaksanakan secara teratur dan terus menerus dan

dikumpulkan tepat waktu. Pengumpulan data dapat bersifat pasif yang

bersumber dari rumah sakit, puskesmas dan lain-lain, maupun aktif yang

diperoleh dari kegiatan survey. Untuk mengumpulkan data diperlukan sistem

pencatatan dan pelaporan yang baik. Secara umum pencatatan di puskesmas

adalah hasil kegiatan kunjungan pasien dan kegiatan luar gedung

Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pencatatan

insidensi terhadap orang-orang yang dianggap penderita campak atau


population at risk melalui kunjungan rumah (active surveillance) atau

pencatatan insidensi berdasarkan laporan sarana pelayanan kesehatan yaitu

dari laporan rutin poli umum setiap hari, laporan bulanan puskesmas desa

dan puskesmas pembantu, laporan petugas surveilans di lapangan, laporan

harian dari laboratorium dan laporan dari masyarakat serta petugas kesehatan

lain (pasive surveillance). Atau dengan kata lain, data dikumpulkan dari unit

kesehatan sendiri dan dari unit kesehatan yang paling rendah, misalnya

laporan dari pustu, posyandu, barkesra, poskesdes. Pengumpulan data dapat

dilakukan dengan teknik wawancara dan atau pemeriksaan.

Sumber data surveilans epidemiologi meliputi : (1).Data kesakitan

yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat. (2).Data

kematian yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan serta laporan

dari kantor pemerintah dan masyarakat. (3).Data demografi yang dapat

diperoleh dari unit statistik kependudukan dan masyarakat. (4).Data geografi

yang dapat diperoleh dari Unit Meteorologi dan Geofisika. (5).Data

laboratorium yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan

masyarakat. (6).Data Kondisi lingkungan. (7).Laporan wabah. (8).Laporan

Penyelidikan wabah/KLB. (9).Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan.

(10).Studi epidemiologi dan hasil penelitian lainnya. (11).Data hewan dan

vektor sumber penularan penyakit yang dapat diperoleh dari unit pelayanan

kesehatan dan masyarakat. (11).Laporan kondisi pangan. (12).Data dan

informasi penting lainnya.


2. Pengolahan dan penyajian data

Data yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan disajikan dalam

bentuk tabel, grafik (histogram, poligon frekuensi), chart (bar chart, peta/map

area). Penggunaan komputer sangat diperlukan untuk mempermudah dalam

pengolahan data diantaranya dengan menggunakan program (software)

seperti epid info, SPSS, lotus, excel dan lain-lain.

3. Analisis data

Analisis merupakan langkah penting dalam surveilans epidemiologi

karena akan dipergunakan untuk perencanaan, monitoring dan evaluasi serta

tindakan pencegahan dan penanggulangan penyakit. Kegiatan ini

menghasilkan ukuran-ukuran epidemiologi seperti rate, proporsi, rasio dan

lain-lain untuk mengetahui situasi, estimasi dan prediksi penyakit.

Data yang sudah diolah selanjutnya dianalisis dengan membandingkan

data bulanan atau tahun-tahun sebelumnya, sehingga diketahui ada

peningkatan atau penurunan dan mencari hubungan penyebab penyakit

campak dengan faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian campak

(Arias, 2010).

4. Penyebarluasan informasi

Penyebarluasan informasi dapat dilakukan ke tingkat atas maupun ke

bawah. Dalam rangka kerja sama lintas sektoral instansi-instansi lain yang

terkait dan masyarakat juga menjadi sasaran kegiatan ini. Untuk diperlukan
informasi yang informatif agar mudah dipahami terutama bagi instansi diluar

bidang kesehatan.

Data, informasi dan rekomendasi sebagai hasil kegiatan surveilans

epidemiologi penyakit campak disampaikan kepada pihak-pihak yang dapat

melakukan tindakan penanggulangan penyakit atau upaya peningkatan

program kesehatan, pusat-pusat penelitian dan pusat-pusat kajian serta

pertukaran data dalam jejaring surveilans epidemiologi agar diketahui

terjadinya peningkatan atau penurunan kasus penyakit.

Penyebarluasan informasi yang baik harus dapat memberikan

informasi yang mudah dimengerti dan dimanfaatkan dalam menentukan arah

kebijakan kegiatan, upaya pengendalian serta evaluasi program yang

dilakukan. Cara penyebarluasan informasi yang dilakukan yaitu membuat

suatu laporan hasil kajian yang disampaikan kepada atasan, membuat

laporan kajian untuk seminar dan pertemuan, membuat suatu tulisan di

majalah rutin, memanfaatkan media internet yang setiap saat dapat di akses

dengan mudah.

5. Umpan balik

Kegiatan umpan balik dilakukan secara rutin biasanya setiap bulan

saat menerima laporan setelah diolah dan dianalisa melakukan umpan balik

kepada unit kesehatan yang melakukan laporan dengan tujuan agar yang

mengirim laporan mengetahui bahwa laporannya telah diterima dan

sekaligus mengoreksi dan memberi petunjuk tentang laporan yang diterima.


Kemudian mengadakan umpan balik laporan berikutnya akan tepat waktu

dan benar pengisiannya. Cara pemberian umpan balik dapat melalui surat

umpan balik, penjelasan pada saat pertemuan serta pada saat melakukan

pembinaan/suvervisi.

6. Investigasi penyakit berpotensi KLB

Setelah pengambilan keputusan perlunya mengambil tindakan maka

terlebih dahulu dilakukan investigasi/penyelidikan epidemiologi penyakit

campak. Dengan investigator membawa ceklis/format pengisian tentang

masalah kesehatan yang terjadi dalam hal ini adalah penyakit dan bahan

untuk pengambilan sampel di laboratorium. Setelah melakukan investigasi

penyelidikan kemudian disimpulkan bahwa benar-benar telah terjadi KLB

yang perlu mengambil tindakan atau sebaliknya.

7. Tindakan penanggulangan

Berdasarkan hasil investigasi/penyelidikan epidemiologi tersebut maka

segera dilakukan tindakan penanggulangan dalam bentuk yaitu: (1)

Pengobatan segera pada penderita yang sakit, (2) Melakukan rujukan

penderita yang tergolong berat, (3) Melakukan penyuluhan mengenai

penyakit kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran agar tidak

tertular penyakit atau menghindari penyakit tersebut, (4) Melakukan gerakan

kebersihan lingkungan untuk memutuskan rantai penularan


8. Evaluasi

Setiap program surveilans sebaiknya dinilai secara periodik untuk

mengevaluasi manfaatnya . sistem dapat berguna apabila secara memuaskan

memenuhi paling tidak salah satu dari pernyataan berikut : apakah kegiatan

surveilans dapat mendeteksi kecenderungan yang mengidentifikasi

perubahan dalam kejadian kasus penyakit, apakah program surveilans dapat

mendeteksi epidemik kejadian penyakit di wilayah tersebut, apakah kegiatan

surveilans dapat memberikan informasi tentang besarnya morbiditas dan

mortalitas yang berhubungan dengan kejadian penyakit di wilayah tersebut,

apakah program surveilans dapat mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang

berhubungan dengan kejadian penyakit dan apakah program surveilans

tersebut dapat menilai efek tindakan pengendalian.

Anda mungkin juga menyukai