Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU BAHAN MAKANAN


ACARA VIII
IKAN DAN SEAFOOD

Disusun oleh :
Nama : Citra Kuncaraning Probo
NIM : 11/317414/KU/14648
Kelompok : 14
Shift : IV
Tanggal : 24 Mei 2012
Asisten : 1. Agil Dhiemitra Aulia Dewi
2. Maharani Jibbriellia

PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Acara
Ikan dan Seafood
B. Hari/ Tanggal
Hari : Kamis
Tanggal : 24 Mei 2012
C. Tujuan
Tujuan dari praktikum Ikan dan Seafood ini, antara lain :
1. Mampu memisahkan bagian yang dapat dimakan
2. Mampu memilih ikan yang bermutu atau tidak
3. Mengenal produk olahan Ikan dari segi nilai gizinya

2
BAB II
METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Timbangan 1 buah
b. Pisau 3 buah
c. Telenan 3 buah
d. Baskom 1 buah
e. Piring 8 buah
f. Tabung reaksi+tutup 3 buah
g. Cawan petri 3 buah
h. Kertas saring 3 buah
i. Pipet tetes 2 buah
j. Garpu 1 buah
k. Mortar 1 buah
l. Sendok 1 buah

2. Bahan
a. Air Secukupnya
b. Ikan nila 1 ekor
c. Ikan patin 1 ekor
d. Ikan lele 1 ekor
e. Ikan kembung 1 ekor
f. Cumi-cumi 1 ekor
g. kepiting 1 ekor
h. udang 2 ekor
i. kerang 3 ekor
j. Pb-asetat secukupnya (9 ml)
k. Reagen eber secukupnya (9 ml)
l. Produk olahan :
1)Bakso ikan 3 buah
2)Ikan asin 1 plastik
3)Ikan pindang 1 ekor
4)Ikan sarden 1 kaleng

B. Cara kerja
1. Pengamatan sifat organoleptik ikan dan seafood
Sampel (Ikan Nila, Ikan patin, Ikan lele, Ikan kembung, Kepiting, Cumi-cumi, kerang, udang)

Mengamati bentuk, deskripsi singkat, dan gambar

2. Penentuan BDD IkanMengamati


dan seafood sifat organoleptik
Sampel (Ikan Nila, Ikan patin, Ikan lele, Ikan kembung, Kepiting, Cumi-cumi, kerang, udang)

Menimbang berat utuh

Memisahkan BDD dari duri, sirip, dan kepala

Menimbang masing-masing bahan


3
Menghitung %BDD= BDD X100%
Berat utuh
3. Uji Eber
Sampel (Ikan Nila, Ikan patin,udang)

Mengisi tabung dengan reagen eber 3ml dan langsung menutupnya

Mengiris ikan nila, bawal, udang, sebesar kacang tanah

Memasukkan irisan ikan ke dalam tabung yang berisi reagen eber

Mengamati gas NH3


4. Uji H2S
Sampel (Ikan Nila, Ikan patin,udang)

X
X

Mengiris ikan sebesar kacang tanah

Memasukkan ke dalam cawan petri

Menutup dengan kertas saring

Menetesi dengan Pb Asetat (2 tetes)


Mengamati perubahan warna

5. Uji Kesegaran dalam air


Sampel (Ikan Nila, Ikan patin,udang)

Memasukkan ikan ke dalam air

Mengamati keadaan ikan dalam air

Menyimpulkan segar atau tidak segar


(dengan menyebutkan ciri-cirikan segar)
6. Pengamatan Produk Olahan Ikan dan Seafood
Sampel (Ikan Nila, Ikan patin, Ikan lele, Ikan kembung, Kepiting, Cumi-cumi, kerang, udang)

Mengamati sifat organoleptik

Mengamati nilai gizi


4
5
Ikan dan Seafood
Nila Patin Lele Kembung Kepiting cumi-cumi Kerang Udang
A. Hasil

Keterangan: Bau=
Ben-tuk

Bau + ++++ +++ +++ ++ ++++ ++ ++

+ (Tidak amis)
sangat kenyal,
Teks-tur tidak kenyal plastis kenyal, licin kenyal,licin keras licin, kenyal kenyal
agak kesat
BAB III

cangkang cangkang cangkang


Sisik melekat kuat tidak ada halus halus -
keras, utuh masih utuh masih utuh
1. Pengamatan Sifat Organoleptik Ikan dan Seafood
HASIL DAN PEMBAHASAN

Warna merah merah


merah hati cokelat - - - -
insang kecoklat-an kecoklatan
Tabel 1 . Tabel pengamatan sifat organoleptik ikan dan seafood

Sudah tidak buram, coklat cekung, tak merah, tidak merah, tidak masih
Mata cekung -
menonjol tenggelam bening bening bening menonjol

putih kulit :
Warna Putih Putih pucat putih coklat

++ (agak amis)
keabu- keunguan, putih merah hati puith keruh
da-ging kemerahan kemerahan kemerahan
abuan daging : putih
+++ (amis) ++++ (sangat amis)

2. Penentuan BDD Ikan dan Seafood


Tabel 2 . Tabel Penentuan BDD Ikan dan seafood

Jenis ikan dan seafood Berat utuh (g) Berat dipisah (g) %BDD
Nila 300 117.5 39.167
Patin 180 82 45.556
Kembung 80 40 50
Kepiting 240 81.7 34.042
Lele 149 77 51.678
Kerang 4 1.1 27.5
Udang 8.5 5.6 65.882
Cumi-cumi 45 27 60

3. Uji Eber dan Uji H2S


Tabel 3. Tabel pengamatan Uji Eber dan Uji H2S
Jenis Ikan Hasil uji Eber Hasil uji H2S
Patin ++++ coklat
Nila +++ agak coklat
Udang + putih
Keterangan: uji eber= + (sedikit sekali gas) +++ (agak banyak gas)
++ (sedikit gas) ++++ (banyak gas)

4. Uji Kesegaran dalam air


Tabel 4. Tabel pengamatan Kesegaran dalam air
Jenis Ikan Hasil
Patin Dimasukkan Tenggelam
Nila ke dalam air Tenggelam
Udang Tenggelam

5. Pengamatan Produk Olahan Ikan dan Seafood


Tabel 5. Tabel Pengamatan Produk Olahan Ikan dan Seafood

Jenis Olahan Warna Bau Tekstur


Cairan= oranye, ikan sarden dan cairan = agak kental, ada
Ikan Kaleng
daging=putih keoranyean tomat cacahan daging
Bakso ikan Putih susu asam kenyal
Ikan Pindang kulit= putih,silver,abu2 amis,aroma ikan asin empuk, mudah hancur
Ikan asin putih kekuningan asin, agak amis kasar, kering

B. Pembahasan
Ikan adalah Seafood adalah
1. Pengamatan Sifat Organoleptik Ikan dan Seafood
Untuk mengetahui sifat organoleptik ikan dan seafood,pengamatan dapat dilakukan
secara fisik dan memerlukan alat bantu antara lain pisau untuk ikan dan seafood tanpa
cangkang serta mortar dan garpu untuk yang bercangkang keras,yaitu kepiting. Pada
pengamatan di atas, menunjukkan sifat organoleptik ikan dan seafood yang dapat digunakan
sebagai parameter kesegaran ikan. Berdasarkan baunya, ikan dan seafood yang memiliki
bau paling amis hingga yang tidak amis antara lain ikan patin,cumi-cumi, ikan lele,ikan
kembung, udang, kepiting, nila. Selain indicator keamisan, ikan nila dan ikan patin ini dinilai
memiliki bau agak busuk.
Dinilai dari teksturnya,yang termasuk ikan segar pada pengamatan ini ialah Ikan lele,
Ikan kembung, Kepiting, Cumi-cumi, kerang, dan udang. Sedangkan, Ikan nila menunjukkan
tanda-tanda kebusukan karena teksturnya yang sudah tidak kenyal. Ikan yang paling busuk
menurut teksturnya, ditunjukkan pada ciri-ciri ikan patin yang plastis.
Pada semua sampel ini menunjukkan hasil yang tidak berbeda pada sisiknya. Jenis
kerang dan kepiting yang tidak memiliki sisik, hasil pengamatan menunjukkan bahwa jenis ini
masih memiliki cangkang yang kuat. Sampel yang lainnya, yang tidak memiliki sisik,
menunjukkan sifat kulit yang halus.
Dinilai dari warna insangnya, ikan kembung dan ikan lele memiliki hasil yang sama,
yakni merah kecoklatan. Sedangkan ikan nila, insangnya berwarna merah hati. Dan warna
yang paling coklat, dimiliki oleh ikan patin.
Warna segar insang yang merah ini dikarenakan adanya mioglobin dan hemoglobin
yang terdapat pada ikan. Pigmen ini peka terhadap panas, sehingga akan berubah sifat
organoleptiknya ketika dipanaskan.(Winarno,2004)
Dinilai dari keadaan mata, ikan patin, nila, lele dan ikan kembung menunjukkan hasil
yang hampir sama. Mata masing-masing ikan ini dalam keadaan yang sudah
cekung/tenggelam/tiddak menonjol serta buram. Sementara cumi-cumi dan kepiting memiliki
warna yang masih merah, namun sudah tidak menonjol. Udang mempunyai hasil yang
berbeda karena matanya dinilai masih menonjol. Ikan dan seafood memiliki warna yang
berbeda-beda bergantung pada jenis dan kesegarannya.
Ikan memiliki ciri-ciri tertentu yang dapat digunakan untuk menentukan
kesegarannya. Menurut Muchtadi M.S.,dkk (2011) dan Buckle, dkk (2010) perbedaan ikan
segar dan busuk dapat dilihat dari ciri-ciri berikut.

Tabel 6. Tabel ciri-ciri ikan segar dan ikan busuk

Ikan segar ikan busuk


redup, tenggelam, pupil mata
Mata cemerlang, kornea bening, cembung
kelabu, tertutup lendir
warna merah-merah tua, cemerlang, tidak kotor, warna pucat atau gelap
Insang
berbau, tidak ada off odor keabuan, dan berlendir, bau busuk
banyak yang lepas, tanda dan
melekat kuat,mengkilat dengan tanda /
Sisik warna, khusus ini memudar lalu
warna khusus tertutup lendir jernih
menghilang
segar dan menyenangkan seperti air
mulai dengan bau tidak enak, makin
Bau laut/rumput laut. Tidak ada bau yang
kuat menusuk, lalu timbul bau busuk
pesing (tidak enak)
Daging keras, lentur, elastis kendur, lunak, plastis
Tubuh kaku atau diam lunak dan mudah melengkung
keadaan
tenggelam dalam air terapung jika sudah susuk sekali
dalam air

Tabel 7. Tabel ciri-ciri kerang, kepiting, dan udang yang segar dan busuk (Muchtadi
M.S.,dkk, 2010)
Ciri yang segar Ciri yang busuk
kulit tertutup rapat dan di dalamnya
Kerang penuh cairan bening. Dagingnya daging merekat atau berlendir
cemerlang, odornya segar
kulit terbuka merenggang. Mudah
bersih, baunya manis; daging mati. Daging mengering, tidak
Kepiting putihmengandunglemak berwarna kuning. terdapat cairan dalam kulit, daging
Harus bebas dari bahan pengawet kimia mungkin berubah warna, agak asam
dan berbau
jika sekelompok udang dijamah dengan
jari, udang yang segar mudah bergeser bau amonia yang kuat. Mutu udang
antarsesamanya. Tidak ada bau mencapai tahap kurang baik akan
Udang
menusuk. Udang belum dimasak timbul warna merah mencolok (tidak
dagingnya padat dan kenyal, berwarna sama dengan jenis udang yang lain)
hijau keabuan, semi transparan

Salah satu penyebab kerusakan ikan adalah tingginya pH akhir daging ikan.
Biasanya pH berkisar antara 6,4-6,6 karena cadangan glikogen dalam daging rendah ikan.
Hal ini diakibatkan adanya pergulatan pada ikan ketika ditangkap. (Buckle,dkk,2010)
Kerusakan ikan dapat dilihat dari faktor kekakuannya yang disebut fase rigor mortis.
Untuk mempertahankan keawetan, dapat dilakukan dengan memperlambat fase ini. Secara
kimiawi, fase rigor mortis ini berakhir ketika ada kerusakan struktur jaringan pada ikan yang
diakibatkan enzim. Enzim proteolitik akan memecah protein,padahal protein ini sebagian
besar menyusun benang-benang daging, dinding sel , dan lain-lain sehingga kekuatannya
menurun. Setelah keadaan ini, akan terjadi pula kerusakan mikrobiologi pada ikan.
Penyerangan bakteri terjadi pada selaput lendir permukaan ikan, indang, dan saluran
pencernaan, menerobos ke dalam daging. Komponen daging akan terurai sehingga akan
menyebabkan perubahan sifat organoleptik dari ikan yang segar. (Muchtadi M.S., dkk, 2011).
Pada proses pengolahan ikan dengan cara dikeringkan, sedikit banyak mengalami
kerusakan karena terkontaminasi mikroba ketika proses pengeringan dan menimbulkan bau
yang khas. Ikatan-ikatan kimia yang terjadi pada proses kontaminasi tersebut menimbulkan
keluhan gastrointenstinal bagi yang tidak biasa mengonsumsinya. (Sediaoetomo,2009)
Untuk mempertahankan daya awet ikan, dapat dilakukan dengan cara pendinginan,
pembekuan, penggaraman, pengeringan, pengalengan, pengasapan, dan fermentasi.
Proses pendinginan ini dapat dibagi menjadi:
a. Pengesan (icing) yang dilakukan dengan cara menyelubungi ikan yang baru
ditangkap dan sudah dicuci dengan es curah dalam wadah yang berisulasi.
b. Pendinginan dalam udara dingin dilakukan dengan menaruh ikan pada
referigerator, lalu meletakkan es batu di atasnya.
c. Pendinginan dengan air, dilakukan untuk menarik panas tubuh ikan tanpa
merusak kondisi fisik
d. Pendinginan supra, dengancara mendinginkan ikan basah dengan suhu pada
deret titik beku ikan (-1,1 - -2,2 derajat Celcius), atau terkadang di bawahnya.
(Muchtadi M.S.,dkk,2010)
Pada proses pembekuan, metode yang dapat dilakukan adalah sharp freezing
(disimpan dalam lilitan pipa evaporator); air-blast freezing (menggunakan blower udara
beku); contact-plate freezing (membekukan di antara rak-rak yang direfrigerasikan);
immersion freezing (membekukan produk dalam larutan garam yang direfrigerasi); cryogenic
freezing (membekukan dengan semprotan bahan kriogen). (Muchtadi M.S.,dkk,2010)
Metode Pengeringan dilakukan dalam suhu ruang dan memerlukan alat pengering.
Tidak hanya pengeringan yang memerlukan alat-alat modern, namun juga metode
pengalengan. Karena pada metode ini, perlu dilakukan proses pen-sterilan dengan
memanaskan ikan yang ada di dalam kaleng pada suhu sangat tinggi. Sedangkan
penggaraman, merupakan teknik kuno yang masih digunakan sampai sekarang, yakni
dengan menghamburkan garam diantara ikan yang telah diambil isi perutnya dan
dibersihkan. Adapun metode yang memerlukan penggabungan dari sekian metode
pengawetan ini, yakni pengasapan. Karena metode Pengasapan memerlukan tahap
pengasinan, pengeringan, pengasapan, dan pemanasan. (Buckle, dkk, 2010)

2. Penentuan BDD Ikan dan Seafood


Untuk mengukur BDD Ikan adalah dengan menimbang berat utuhnya, kemudian
daging ikan dipisahkan dengan kepala, cangkang, isi perut, tulang/duri, sirip-nya. Untuk
memisahkan bagian yang tidak dimakan dari kepiting, memerlukan mortar untuk
meremukkan cangkangnya serta garpu untuk mengambil dagingnya. Dagingnya ini
kemudian ditimbang kembali. Pengukuran BDD didapatkan melalui pembagian berat ikan
atau seafood yang dapat dimakan dengan berat utuhnya lalu hasilnya dikali 100%. Menurut
hasil yang diperoleh, ikan yang memiliki BDD paling tinggi sampai dengan yang rendah ialah
sebagai berikut, udang, cumi-cumi, lele, ikan kembung, patin, nila, kepiting, dan kerang.
Setiap ikan dan seafood memiliki cara yang tidak sama untuk menentukan BDD-nya.
Cara yang tepat untuk mengetahui BDD tiap sampel, dapat ditentukan sebagai berikut :
a. Ikan
Ikan sebelumnya dicuci dan ditimbang berat utuhnya. Lalu ikan dipisahkan dari
sisik, ekor, sirip,kepala, insang, isi perut, serta tulangnya. Daging yang
didapatkan, dicuci kembali, dan ditimbang beratnya. Kemudian dihitung
persentase berat daging terhadap berat utuhnya.
b. Kepiting, kerang, udang
Sampel dicuci menggunakan air, lalu ditimbang berat utuhnya. Untuk sampel ini,
bahan yang layak dimakan, dipisahkan dari cangkang, insang, dan kulit kepala
(khusus udang). Lalu ditimbang berat yang dapat dimakan dan dinyatakan
presentase terhadap berat utuhnya.
c. Cumi-cumi
Cumi-cumi melalui cara yang sama dengan sampel di atas, namun bahan yang
dipisahkan hanya berupa isi perutnya. Kemudian dihitung BDD-nya yang juga
disebut edible portion. (Muchtadi M.S.,dkk, 2011)

3. Uji Eber dan Uji H2S


Pengamatan uji eber, dilakukan dengan pertama-tama menyiapkan sampel yakni
ikan nila, pati, dan udang serta menyiapkan reagen eber. Reagen eber dituang sebanyak
masing-masing 3 ml ke dalam 3 tabung berbeda, lalu ditutup agar tidak menguap.
Sementara itu, sampel yang sudah disiapkan, diiris sebesar kuku dan dimasukkan ke dalam
tabung yang berisi ragen eber. Dinilai dari uji eber, hasil pengamatan menunjukkan bahwa
ikan patin menghasilkan gas yang paling banyak, disusul ikan nila, serta udang yang
menghasilkan paling sedikit.
Menurut Muchtadi M.S.,dkk (2011), untuk membentuk reagen eber, memerlukan
campuran HCl pekat, alcohol 90% dan ether. Masing-masingnya dibuat dengan
perbandingan 1:1:1. Terbentuknya gas putih menunjukkan adanya gas NH3 hasil
pembusukan. (Muchtadi M.S.,dkk, 2011)
Selain itu, uji H2S yang dilakukan, diawali dengan menyiapkan ikan nila, patin, dan
udang sebesar kacang tanah/ kuku sama besar. Kemudian sampel ini diletakkan di cawan
petri dan ditutup dengan kertas saring. Dalam kondisi yang seperti ini, Pb-Asetat
ditambahkan sebanyak 2 tetes di atas kertas saring tersebut. Hasil pengamatan ini, ikan
patin yang menunjukkan hasil paling coklat, ikan nila agak coklat, serta udang yang hanya
menghasilkan warna putih.
Uji H2S memerlukan reagen Pb-asetat 10%. Terbentuknya warna coklat ini
dikarenakan adanya gas H2S hasil pembusukan. (Muchtadi M.S.,dkk, 2011)
Reaksi yang terjadi sebagai berikut : Pb(CH3COOH)2 + H2S PbS + 2 CH3COOH

4. Uji Kesegaran dalam air


Menurut hasil uji kesegaran dalam air, ketiga sampel menunjukkan hasil yang sama,yakni
tenggelam. Padahal, menurut uji sebelumnya, kesegaran ikan dan seafood ini dinilai tidak
sama. Hal ini disebabkan air dan wadah yang digunakan dalam uji ini, belum bersifat
standar. Artinya, volume air masih belum tepat, dan wadahnya masih kurang dalam.\

5. Pengamatan Produk Olahan Ikan dan Seafood


a. Ikan kaleng
Berdasarkan hasil pengamatan, Ikan kaleng/ sarden memiliki warna keoranyean
yang dipengaruhi oleh bumbu racikan dalam kaleng. Tekstur cairannya kental
dan ada cacahan dagingnya. Bau yang dapat diamati pada produk ini adalah
bau sarden dan tomat, dikarenakan bumbu yang digunakan, didominasi tomat.
kandungan gizi dominan, yakni protein (9 gram, 15%AKG) dan gizi mikro, yaitu
kalsium (30%AKG)
b. Bakso ikan
Menurut hasil pengamatan, bakso ikan memiliki warna putih susu dengan bau
asam dan tekstur kenyal. Untuk membuat produk ini diperlukan proses
penggilingan, pembuatan adonan, pencetakan, dan perebusan. (Suprapto,2006).
Bakso ikan memiliki kandungan lemak totak 4 gram, protein 11gram dan
karbohidrat 19 gram.
c. Ikan pindang
Menurut hasil pengamatan ikan pindang memiliki warna abu-abu, aroma ikan
asin, dan tekstur yang empuk.
Ikan pindang merupakan ikan yang diolah sebagai hasil pengasapan. Oleh
karena itu, hasil pengolahan ini akan menambah cita rasa khas pada ikan.
Nilai gizi mikro yang dominan yakni vitamin A dan fosfor yang masing-masing
sebanyak 200 mg.
d. Ikan asin
Ikan ini memiliki warna putih kekuningan, rasa asin dan amis, serta tekstur yang
kasar. Ikan ini mengandung natrium dalam jumlah banyak. Tekstur kasar yang
diperoleh, dikarenakan melalui tahap penggaraman dan pengeringan.
BAB IV
KESIMPULAN

1. Untuk menentukan bahan yang dapat dimakan, dapat dilakukan dengan


memisahkan daging dengan kepala, tulang, isi perut cangkang, dan bagian lain
yang tidak dibutuhkan.
2. Ikanyang bermutu baik dan tidak , dapat dilihat berdasarkan sifat organoleptiknya
3. Produk olahan ikan ada berbagai macam dan memiliki kandungan gizi yang
bergantung pada cara pengolahannya.

Yogyakarta, 31 mei 2011


Asisten Praktikan

(Agil Dhiemitra Aulia Dewi) (Maharani Jibbriellia) (Citra Kuncaraning Probo)


DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Puataka Utama
Ashari, Rozhahan Ibnu,dkk. 2010. YOGHURT ACTIVIA :Mengandung bakteri (Streptococcus
thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus). Surakarta : Universitas Sebelas Maret
Buckle, K.A., dkk. 2010. Ilmu Pangan. Jakarta: UI-press
M.S., Tien R. Muchtadi, Sugiyono & Ayustaningwarno, Fitriyono.2011.Ilmu Pengetahuan
Bahan Pangan.Bandung: CV.Alfabeta.
Sediaoetomo, Achmad Djaeni. 2009. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia
Jilid II. Jakarta: Dian Rakyat
LAMPIRAN

LAMPIRAN

Perhitungan % BDD = x 100 %

1. Ikan nila =

2. Ikan Patin =

3. Ikan kembung =

4. Kepiting =

5. Ikan lele =

6. Kerang =

7. Udang =

8. Cumi-cumi =
NILAI GIZI PRODUK OLAHAN IKAN DAN SEAFOOD
Tabel nilai gizi ikan kaleng (78 gram) Nilai gizi Pindang Selar
Energi 100 kkal kecil
Energi dari lemak 50 kkal Air 60 g
%AKG Energi 142 kkal
Lemak total 6g 10% Protein 27 g
Lemak jenuh 0g 0% Lemak 3g
Protein 9g 15% KH 0g
Abu 10 g
Karbohidrat 2g 1%
Kalsium 60 mg
total
Fosfor 200 mg
Gula 3g Besi 3 mg
Serat makan 0g 0% Vit A 200 mg
kolestrol 10 g 3% Vit B1 0,07 mg
Natrium 3% Vit C 0 mg
Vit A 6% (sumber: TKPI, 2009)
Vit C 0%
Kalsium 30%
Zat besi 8%
(sumber: label gizi kemasan ikan kaleng)

Tabel nilai gizi ikan asin


Nilai gizi ikan asin
Air 40 g
Energi 193 kkal
Protein 42 g
Lemak 1,5 g
KH 0g
Abu 16,5 g
Kalsium 200 mg
Fosfor 300 mg
Besi 0,01 mg
(sumber: TKPI, 2009) tabel nilai gizi

Tabel nilai gizi bakso ikan (120 gram)


Energi 160 kkal
Energi dari lemak 40 kkal
%AKG
Lemak total 4 g 8%
Protein 11 g 28%
Karbohidrat total 19 g 6%

Pindang Selar Kecil

Anda mungkin juga menyukai