Disusun oleh :
Nama : Citra Kuncaraning Probo
NIM : 11/317414/KU/14648
Kelompok : 14
Shift : IV
Tanggal : 24 Mei 2012
Asisten : 1. Agil Dhiemitra Aulia Dewi
2. Maharani Jibbriellia
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Acara
Ikan dan Seafood
B. Hari/ Tanggal
Hari : Kamis
Tanggal : 24 Mei 2012
C. Tujuan
Tujuan dari praktikum Ikan dan Seafood ini, antara lain :
1. Mampu memisahkan bagian yang dapat dimakan
2. Mampu memilih ikan yang bermutu atau tidak
3. Mengenal produk olahan Ikan dari segi nilai gizinya
2
BAB II
METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Timbangan 1 buah
b. Pisau 3 buah
c. Telenan 3 buah
d. Baskom 1 buah
e. Piring 8 buah
f. Tabung reaksi+tutup 3 buah
g. Cawan petri 3 buah
h. Kertas saring 3 buah
i. Pipet tetes 2 buah
j. Garpu 1 buah
k. Mortar 1 buah
l. Sendok 1 buah
2. Bahan
a. Air Secukupnya
b. Ikan nila 1 ekor
c. Ikan patin 1 ekor
d. Ikan lele 1 ekor
e. Ikan kembung 1 ekor
f. Cumi-cumi 1 ekor
g. kepiting 1 ekor
h. udang 2 ekor
i. kerang 3 ekor
j. Pb-asetat secukupnya (9 ml)
k. Reagen eber secukupnya (9 ml)
l. Produk olahan :
1)Bakso ikan 3 buah
2)Ikan asin 1 plastik
3)Ikan pindang 1 ekor
4)Ikan sarden 1 kaleng
B. Cara kerja
1. Pengamatan sifat organoleptik ikan dan seafood
Sampel (Ikan Nila, Ikan patin, Ikan lele, Ikan kembung, Kepiting, Cumi-cumi, kerang, udang)
X
X
Keterangan: Bau=
Ben-tuk
+ (Tidak amis)
sangat kenyal,
Teks-tur tidak kenyal plastis kenyal, licin kenyal,licin keras licin, kenyal kenyal
agak kesat
BAB III
Sudah tidak buram, coklat cekung, tak merah, tidak merah, tidak masih
Mata cekung -
menonjol tenggelam bening bening bening menonjol
putih kulit :
Warna Putih Putih pucat putih coklat
++ (agak amis)
keabu- keunguan, putih merah hati puith keruh
da-ging kemerahan kemerahan kemerahan
abuan daging : putih
+++ (amis) ++++ (sangat amis)
Jenis ikan dan seafood Berat utuh (g) Berat dipisah (g) %BDD
Nila 300 117.5 39.167
Patin 180 82 45.556
Kembung 80 40 50
Kepiting 240 81.7 34.042
Lele 149 77 51.678
Kerang 4 1.1 27.5
Udang 8.5 5.6 65.882
Cumi-cumi 45 27 60
B. Pembahasan
Ikan adalah Seafood adalah
1. Pengamatan Sifat Organoleptik Ikan dan Seafood
Untuk mengetahui sifat organoleptik ikan dan seafood,pengamatan dapat dilakukan
secara fisik dan memerlukan alat bantu antara lain pisau untuk ikan dan seafood tanpa
cangkang serta mortar dan garpu untuk yang bercangkang keras,yaitu kepiting. Pada
pengamatan di atas, menunjukkan sifat organoleptik ikan dan seafood yang dapat digunakan
sebagai parameter kesegaran ikan. Berdasarkan baunya, ikan dan seafood yang memiliki
bau paling amis hingga yang tidak amis antara lain ikan patin,cumi-cumi, ikan lele,ikan
kembung, udang, kepiting, nila. Selain indicator keamisan, ikan nila dan ikan patin ini dinilai
memiliki bau agak busuk.
Dinilai dari teksturnya,yang termasuk ikan segar pada pengamatan ini ialah Ikan lele,
Ikan kembung, Kepiting, Cumi-cumi, kerang, dan udang. Sedangkan, Ikan nila menunjukkan
tanda-tanda kebusukan karena teksturnya yang sudah tidak kenyal. Ikan yang paling busuk
menurut teksturnya, ditunjukkan pada ciri-ciri ikan patin yang plastis.
Pada semua sampel ini menunjukkan hasil yang tidak berbeda pada sisiknya. Jenis
kerang dan kepiting yang tidak memiliki sisik, hasil pengamatan menunjukkan bahwa jenis ini
masih memiliki cangkang yang kuat. Sampel yang lainnya, yang tidak memiliki sisik,
menunjukkan sifat kulit yang halus.
Dinilai dari warna insangnya, ikan kembung dan ikan lele memiliki hasil yang sama,
yakni merah kecoklatan. Sedangkan ikan nila, insangnya berwarna merah hati. Dan warna
yang paling coklat, dimiliki oleh ikan patin.
Warna segar insang yang merah ini dikarenakan adanya mioglobin dan hemoglobin
yang terdapat pada ikan. Pigmen ini peka terhadap panas, sehingga akan berubah sifat
organoleptiknya ketika dipanaskan.(Winarno,2004)
Dinilai dari keadaan mata, ikan patin, nila, lele dan ikan kembung menunjukkan hasil
yang hampir sama. Mata masing-masing ikan ini dalam keadaan yang sudah
cekung/tenggelam/tiddak menonjol serta buram. Sementara cumi-cumi dan kepiting memiliki
warna yang masih merah, namun sudah tidak menonjol. Udang mempunyai hasil yang
berbeda karena matanya dinilai masih menonjol. Ikan dan seafood memiliki warna yang
berbeda-beda bergantung pada jenis dan kesegarannya.
Ikan memiliki ciri-ciri tertentu yang dapat digunakan untuk menentukan
kesegarannya. Menurut Muchtadi M.S.,dkk (2011) dan Buckle, dkk (2010) perbedaan ikan
segar dan busuk dapat dilihat dari ciri-ciri berikut.
Tabel 7. Tabel ciri-ciri kerang, kepiting, dan udang yang segar dan busuk (Muchtadi
M.S.,dkk, 2010)
Ciri yang segar Ciri yang busuk
kulit tertutup rapat dan di dalamnya
Kerang penuh cairan bening. Dagingnya daging merekat atau berlendir
cemerlang, odornya segar
kulit terbuka merenggang. Mudah
bersih, baunya manis; daging mati. Daging mengering, tidak
Kepiting putihmengandunglemak berwarna kuning. terdapat cairan dalam kulit, daging
Harus bebas dari bahan pengawet kimia mungkin berubah warna, agak asam
dan berbau
jika sekelompok udang dijamah dengan
jari, udang yang segar mudah bergeser bau amonia yang kuat. Mutu udang
antarsesamanya. Tidak ada bau mencapai tahap kurang baik akan
Udang
menusuk. Udang belum dimasak timbul warna merah mencolok (tidak
dagingnya padat dan kenyal, berwarna sama dengan jenis udang yang lain)
hijau keabuan, semi transparan
Salah satu penyebab kerusakan ikan adalah tingginya pH akhir daging ikan.
Biasanya pH berkisar antara 6,4-6,6 karena cadangan glikogen dalam daging rendah ikan.
Hal ini diakibatkan adanya pergulatan pada ikan ketika ditangkap. (Buckle,dkk,2010)
Kerusakan ikan dapat dilihat dari faktor kekakuannya yang disebut fase rigor mortis.
Untuk mempertahankan keawetan, dapat dilakukan dengan memperlambat fase ini. Secara
kimiawi, fase rigor mortis ini berakhir ketika ada kerusakan struktur jaringan pada ikan yang
diakibatkan enzim. Enzim proteolitik akan memecah protein,padahal protein ini sebagian
besar menyusun benang-benang daging, dinding sel , dan lain-lain sehingga kekuatannya
menurun. Setelah keadaan ini, akan terjadi pula kerusakan mikrobiologi pada ikan.
Penyerangan bakteri terjadi pada selaput lendir permukaan ikan, indang, dan saluran
pencernaan, menerobos ke dalam daging. Komponen daging akan terurai sehingga akan
menyebabkan perubahan sifat organoleptik dari ikan yang segar. (Muchtadi M.S., dkk, 2011).
Pada proses pengolahan ikan dengan cara dikeringkan, sedikit banyak mengalami
kerusakan karena terkontaminasi mikroba ketika proses pengeringan dan menimbulkan bau
yang khas. Ikatan-ikatan kimia yang terjadi pada proses kontaminasi tersebut menimbulkan
keluhan gastrointenstinal bagi yang tidak biasa mengonsumsinya. (Sediaoetomo,2009)
Untuk mempertahankan daya awet ikan, dapat dilakukan dengan cara pendinginan,
pembekuan, penggaraman, pengeringan, pengalengan, pengasapan, dan fermentasi.
Proses pendinginan ini dapat dibagi menjadi:
a. Pengesan (icing) yang dilakukan dengan cara menyelubungi ikan yang baru
ditangkap dan sudah dicuci dengan es curah dalam wadah yang berisulasi.
b. Pendinginan dalam udara dingin dilakukan dengan menaruh ikan pada
referigerator, lalu meletakkan es batu di atasnya.
c. Pendinginan dengan air, dilakukan untuk menarik panas tubuh ikan tanpa
merusak kondisi fisik
d. Pendinginan supra, dengancara mendinginkan ikan basah dengan suhu pada
deret titik beku ikan (-1,1 - -2,2 derajat Celcius), atau terkadang di bawahnya.
(Muchtadi M.S.,dkk,2010)
Pada proses pembekuan, metode yang dapat dilakukan adalah sharp freezing
(disimpan dalam lilitan pipa evaporator); air-blast freezing (menggunakan blower udara
beku); contact-plate freezing (membekukan di antara rak-rak yang direfrigerasikan);
immersion freezing (membekukan produk dalam larutan garam yang direfrigerasi); cryogenic
freezing (membekukan dengan semprotan bahan kriogen). (Muchtadi M.S.,dkk,2010)
Metode Pengeringan dilakukan dalam suhu ruang dan memerlukan alat pengering.
Tidak hanya pengeringan yang memerlukan alat-alat modern, namun juga metode
pengalengan. Karena pada metode ini, perlu dilakukan proses pen-sterilan dengan
memanaskan ikan yang ada di dalam kaleng pada suhu sangat tinggi. Sedangkan
penggaraman, merupakan teknik kuno yang masih digunakan sampai sekarang, yakni
dengan menghamburkan garam diantara ikan yang telah diambil isi perutnya dan
dibersihkan. Adapun metode yang memerlukan penggabungan dari sekian metode
pengawetan ini, yakni pengasapan. Karena metode Pengasapan memerlukan tahap
pengasinan, pengeringan, pengasapan, dan pemanasan. (Buckle, dkk, 2010)
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Puataka Utama
Ashari, Rozhahan Ibnu,dkk. 2010. YOGHURT ACTIVIA :Mengandung bakteri (Streptococcus
thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus). Surakarta : Universitas Sebelas Maret
Buckle, K.A., dkk. 2010. Ilmu Pangan. Jakarta: UI-press
M.S., Tien R. Muchtadi, Sugiyono & Ayustaningwarno, Fitriyono.2011.Ilmu Pengetahuan
Bahan Pangan.Bandung: CV.Alfabeta.
Sediaoetomo, Achmad Djaeni. 2009. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia
Jilid II. Jakarta: Dian Rakyat
LAMPIRAN
LAMPIRAN
1. Ikan nila =
2. Ikan Patin =
3. Ikan kembung =
4. Kepiting =
5. Ikan lele =
6. Kerang =
7. Udang =
8. Cumi-cumi =
NILAI GIZI PRODUK OLAHAN IKAN DAN SEAFOOD
Tabel nilai gizi ikan kaleng (78 gram) Nilai gizi Pindang Selar
Energi 100 kkal kecil
Energi dari lemak 50 kkal Air 60 g
%AKG Energi 142 kkal
Lemak total 6g 10% Protein 27 g
Lemak jenuh 0g 0% Lemak 3g
Protein 9g 15% KH 0g
Abu 10 g
Karbohidrat 2g 1%
Kalsium 60 mg
total
Fosfor 200 mg
Gula 3g Besi 3 mg
Serat makan 0g 0% Vit A 200 mg
kolestrol 10 g 3% Vit B1 0,07 mg
Natrium 3% Vit C 0 mg
Vit A 6% (sumber: TKPI, 2009)
Vit C 0%
Kalsium 30%
Zat besi 8%
(sumber: label gizi kemasan ikan kaleng)