Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan fisiologis didefinisikan sebagai persalinan yang

memaksimalkan kekuatan dan fisiologis pada diri ibu serta menghindari

intervensi luar kecuali jika keselamatan keduanya terancam (Buckley et al.,

2018). Selama proses persalinan terjadi penurunan kepala kedalam rongga

panggul yang mencetuskan sensasi nyeri yang dirasakan oleh ibu bersalin.

Selain itu, nyeri persalinan merupakan nyeri nosiseptif viseral yang

disebabkan oleh kontraksi dan dilatasi serviks. Kondisi ini mempengaruhi

fisik dan psikologis ibu (Drake, Vogl, & Michtel, 2005).

Sebuah penelitian terhadap ibu bersalin di Inggris menunjukkan bahwa

93,5% dari perempuan mendeskripsikan sakit parah atau tak tertahankan.

80% ibu bersalin di Finlandia menggambarkannya sebagai nyeri yang

sangat parah atau tak tertahankan. Sebuah studi Australia melaporkan

tingkatan nyeri yang berbeda berdasarkan dilatasi serviks dan menemukan

bahwa dilatasi serviks 0-3cm itu menyedihkan, 4-7 cm adalah mengerikan

sedangkan >8cm yang menyiksa (Baker, Ferguson, Roach, & Dawson,

2001).

Rasa sakit yang tidak dapat ditangani sendiri akan mengakibatkan

kecemasan dan stress. Kecemasan dapat menyebabkan persalinan berjalan

lambat. Kecemasan dan ketakutan dapat mengakibatkan rasa nyeri yang

hebat dan juga dapat mengakibatkan terganggunya mekanisme hormonal.

1
2

Stress meningkatkan catecholamine dan mengganggu pelepasan oksitosin

mengakibatkan menurunnya aliran darah ke uterus sehingga terjadi asidosis

dan hipoksia pada fetus. Bagi ibu bersalin dapat menurunkan kontraksi

uterus, sehingga persalinan akan bertambah lama (Buckley et al., 2018).

Persalinan lama dapat mengakibatkan komplikasi pada ibu dan bayi seperti

atonia uteri, perdarahan post partum, trauma perineum, meningkatnya

infeksi, hipoksia, asfiksia, dan cedera pada janin sehingga meningkatkan

AKI dan AKB. Dengan demikian secara tidak langsung nyeri persalinan

yang tidak dilakukan manajemen dengan baik dapat meningkatkan AKI dan

AKB. Oleh karena itu penting dilakukan manajemen nyeri selama

persalinan (Akbarzadeh, Nematollahi, Farahmand, & Amooee, 2018;

Altman et al., 2015; Sandström et al., 2017).

Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk menurunkan

AKI dan AKB dan mengoptimalkan pencegahan komplikasi melalui

Permenkes. Menurut Permenkes No. 97 Tahun 2014 Pasal 14 ayat (1) yang

berbunyi persalinan harus dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan

(Fasyankes). Hal ini merupakan kebijakan pemerintah dalam menjaga

kesehatan ibu dan mengurangi kematian ibu. Menurut PMK No. 97 Tahun

2014 Pasal 47 ayat (2) program perencanaan persalinan dan pencegahan

komplikasi dilaksanakan melalui upaya peningkatan peran aktif suami,

keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman.

Suami atau keluarga sebagai pendamping persalinan berfungsi untuk

mengurangi kecemasan dan stress selama persalinan (Kemenkes RI, 2014).

Pemerintah Indonesia mengkampanyekan program “suami siaga” pada


3

tahun 1999-2000 dalam rangka meningkatkan peran suami dalam program

Making Pregnancy Safe. Pendampingan suami selama proses persalinan

normal adalah suatu bentuk pemberian dukungan selama proses persalinan

untuk mengurangi perasaan negatif yang timbul pada istri, memperkuat fisik

istri dan memperlancar proses persalinan. Tindakan suami sebagai

pendamping selama proses persalinan yaitu memberi motivasi dan

mengatasi masalah fisik istri. Perasaan positif muncul dalam diri suami

selama mendampingi istri bersalin (Ali, 2010).

Bidan perlu memahami bahwa fokus utama asuhan persalinan normal

adalah mencegah terjadinya komplikasi, salah satunya adalah persalinan

lama. Oleh karena itu penting bagi bidan memahami neurofisiologi-

endokrin dan menerapkan manajemen nyeri persalinan. Hal itu penting

dilakukan untuk memberi ibu rasa nyaman ketika akan melakukan

persalinan, karena merupakan asuhan sayang ibu dan merupakan peran dan

fungsi bidan (Buckley et al., 2018) .

Berbagai teknik telah digunakan sebagai pengurang nyeri selama

persalinan, dimana mengurangi stress emosional, menambah ketenangan,

dan kontak fisik disamping mengurangi nyeri. Kompres hangat adalah

metode nonfarmakologi yang dapat mengurangi nyeri persalinan. Selain itu,

kompres hangat juga merupakan metode yang murah, sederhana, aman, dan

efektif, tanpa efek samping yang merugikan, serta sesuai dengan

kompetensi bidan. Oleh karena itu, diharapkan metode ini dapat membuat

ibu lebih cenderung untuk memilih persalinan pervaginam (Akbarzadeh et

al., 2018).
4

Kompres hangat menstimulasi reseptor suhu di kulit dan menekan nyeri

melewati gate control theory (Simkin & Bolding, 2004). Selain itu, teknik

kompres hangat selama proses persalinan dapat mempertahankan

komponen sistem vaskuler dalam keadaan vasodilatasi sehingga sirkulasi

darah ke otot panggul menjadi homeostatis. Kompres hangat dapat

mengurangi kecemasan dan ketakutan serta beradapatasi dengan nyeri

selama proses persalinan (Putri Ika Damayanti dkk, 2014). Efektifitas

kompres hangat terbukti melalui penelitian yang dilakukan oleh Shirvani &

Ganji (2014), kompres hangat memperlihatkan hasil bahwa rasa nyeri pada

kelompok intervensi secara signifikan lebih rendah dibanding dengan

kelompok kontrol dengan p value= 0,002.

Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017, jumlah ibu bersalin

untuk wilayah Jawa Timur sebanyak 568.469 orang atau 94,08% , di

Surabaya 43.896 atau 97,6% (Kemenkes RI, 2017). Hasil studi pendahuluan

pada bulan April 2019 di PMB Bd. Hj Farida Hajri diperoleh data ibu

bersalin selama bulan Januari sampai dengan Desember 2018 sebanyak 480

orang, jadi rata-rata persalinan adalah 40 orang setiap bulan. PMB Bd. Hj

Farida Hajri belum diterapkan pemberian terapi non-farmakologis seperti

kompres hangat saat persalinan sehingga ibu terus merasakan nyeri saat

persalinan. Di Indonesia kompres hangat pada punggung untuk mengurangi

nyeri persalinan tidak banyak dilakukan. Belum banyak penelitian tentang

kompres hangat pada kala I fase aktif untuk membuktikan bahwa kompres

hangat dapat menurunkan nyeri saat persalinan kala 1 fase aktif.


5

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh kompres hangat pada kala I fase aktif terhadap

penurunan nyeri persalinan di PMB Bd. Hj Farida Hajri?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh kompres hangat pada kala I fase aktif

terhadap penurunan nyeri persalinan di PMB Bd. Hj Farida Hajri.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi intensitas nyeri persalinan sebelum dan sesudah

dilakukan kompres hangat di PMB Bd. Hj Farida Hajri.

2) Menganalisis pengaruh kompres hangat pada kala I fase aktif

terhadap penurunan nyeri persalinan di PMB Bd. Hj Farida Hajri.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1) Bagi PMB

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi

mengenai salah satu metode manajemen nyeri persalinan.

2) Bagi Institusi

Dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya dan

bahan pertimbangan untuk penelitian sejenis.

3) Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menjadi tambahan wawasan dibidang

penelitian serta mengetahui pengaruh kompres hangat pada kala

I fase aktif terhadap penurunan nyeri persalinan.


6

1.4.2 Manfaat Praktis

1) Bagi PMB

Hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan sebagai

salah satu metode manajemen nyeri persalinan.

2) Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan

dan pemahaman bahwa nyeri persalinan adalah hal yang

fisiologis. Masyarakat tidak perlu takut dengan persalinan

normal karena bidan dapat menerapkan manajemen nyeri

nonfarmakologi.

1.5 Resiko Penelitian

Penelitian ini tidak membahayakan karena tidak ada risiko fisik maupun

psikis terhadap responden, namun peneliti telah mempertimbangkan

beberapa risiko lain yang mungkin dapat terjadi. Maka dari itu, peneliti

memberikan penjelasan dan meminta persetujuan kepada calon responden

sebelum dilakukan penelitian. Risiko yang dapat terjadi antara lain :

1) Responden dianjurkan dalam posisi yang memudahkan responden

dilakukan kompres hangat yaitu miring kiri.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persalinan Normal

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi

belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa komplikasi

baik bagi ibu maupun janin (sarwono, 2002).

Definisi persalinan normal meliputi detail kriteria inklusi dan eksklusi,

dan rekomendasi tindakan untuk mendukung persalinan normal. Pelayanan

yang tepat dan support mayoritas ibu bersalin dapat melakukan persalinan

yang minimum prosedur medis dan lebih banyak wanita yang lebih memilih

menghindari intervensi, asalkan bayi mereka aman dan mereka merasa

mereka dapat mengatasinya. Berdasarkan pusat informasi di UK definisi

persalinan normal adalah sebuah pengukuran proses persalinan bukan dari

outcomes/hasil persalinan. Kelompok yang masuk (inklusi) dalam

persalinan normal adalah :

1) Wanita yang bersalin secara spontan dari mulai persalinan sampai khir

persalinan tanpa menggunakan obat.

2) Wanita yang mengalami hal-hal berikut asalkan mereka tidak

memenuhi kriteria eksklusi seperti augmentasi persalinan, amniotomi

jika bukan bagian dari induksi persalinan, entonox, opioids, electronic

7
8

fetal monitoring, MAK III, komplikasi pada masa antenatal, persalinan,

dan postnatal.

Kelompok eksklusi persalinan normal antara lain adalah, induksi

persalinan (dengan prostaglandin, oksitosin, atau ARM), epidural atau

spinal, general anestesi, Forceps atau ventouse, SC, dan episiotomy (Party,

2007).

Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I serviks membuka dari 0

sampai 10 cm. Kala I dinamakan juga kala pembukaan. Kala II disebut juga

dengan kala pengeluaran, oleh karena kekuatan his dan kekuatan mengedan,

janin di dorong keluar sampai lahir. Dalam kala III atau disebut juga kala

uri, plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari

lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian. Dalam kala tersebut diobservasi

apakah terjadi perdarahan post partum (Rohani; dkk, 2011).

2.2 Nyeri Persalinan

Ibu bersalin mengalami nyeri pesalinan pada tahap pertama persalinan

berkaitan dengan pelebaran serviks dan penurunan janin ke dalam pelvis.

Nyeri pada tahap pertama terutama visceral, akibat pelebaran mekanis

serviks dan kontraksi rahim. Informasi nosiseptif dibawa kembali pada serat

simpatis ke ganglia akar saraf posterior di T10 hingga L1, pada serat

parasimpatis dari saraf splanchnic pelvis (S2 hingga S4) (Drake et al.,

2005). Level segmental T10-L1 juga menerima informasi nosiseptif dari

kulit ke saraf tulang belakang (Drake et al., 2005). Mekanisme terakhir ini

dapat menjelaskan mengapa banyak wanita merasakan nyeri kontraksi di


9

punggung mereka. Selain itu pada punggung bawah adalah area tempat

kepala janin menekan tulang belakang sehingga terjadi anoksia jaringan

disekitar area yang tertekan tersebut dan menimbulkan nyeri. Tekanan pada

saraf panggul dapat menjelaskan mengapa nyeri persalinan dapat menjalar

ke paha atau bokong juga. Sedangkan selama tahap kedua persalinan, nyeri

terutama berasal dari peregangan mekanis dan distensi otot perineum dan

dasar panggul. Ini adalah nyeri somatik, dibawa ke sistem saraf pusat pada

serabut saraf pudendal (S2 hingga S4) . Sering digambarkan sebagai rasa

tajam. Banyak wanita melaporkan sensasi tekanan dubur selama penurunan

janin. Ketika bagian presentasi mulai meregangkan perineum (Mertz &

Earl, 2018) .

Nyeri persalinan pada kala 1 fase aktif dapat dikurangi melalui

mekanisme neurofisilogi dan mekanisme hormon yang berkaitan.

Mekanisme yang memodulasi dimensi nyeri sensorik-diskriminatif (fisik)

dapat mengurangi nyeri persalinan dengan cara mengurangi rangsangan

nosiseptif melalui Gate Control Theory. Hal ini dapat dilakukan dengan

memberikan sensasi kenikmatan pada daerah yang berdampak, seperti

kompres hangat, pemijatan lembut dll. Selain itu, selama persalinan

beberapa hormon dilepaskan untuk ibu dan janin berguna sebagai analgesik

endogen yang mengurangi nyeri dan stress serta memberikan rasa nyaman.

2.2.1 Dimensi Nyeri

Nyeri, terutama saat melahirkan, adalah fenomena yang

kompleks. Menurut Marchand et al. (2015), rasa sakit memiliki

setidaknya empat dimensi: nosiseptif (rangsangan berbahaya),


10

sensorisdiskriminatif (intensitas), motivasi-afektif (yang tidak

menyenangkan, aspek emosional), dan kognitif-perilaku (perilaku).

1) Dimensi Nosisepsi

Dimensi ini meliputi cedera nyata atau potensial. Pada fase

pertama persalinan, nosisepsi dihasilkan dari peregangan

serviks, ligamen, otot, struktur, dan jaringan yang berdekatan.

Biasanya disebut nyeri yang memproyeksikan sensasi ke perut

bagian bawah dan punggung. Selama fase kedua persalinan,

nosisepsi dapat terjadi akibat traksi pada panggul yang

disebabkan oleh peregangan otot lantai panggul, perineum, otot

perineum, dan rongga panggul dan tekanan kuat pada akar saraf

sakral. Nosisepsi ditransmisikan oleh saraf pudendus dan terasa

lebih tajam di daerah perineum dan anus, bagian bawah sakrum,

paha, dan bagian bawah kaki(Buckley et al., 2018).

2) Dimensi sensoris-diskriminatif (fisik)

Dimensi ini memungkinkan untuk mengidentifikasi

intensitas dan ambang rasa sakit. Antara lain, rasa sakit dapat

dimodulasi oleh sensasi kenikmatan di daerah yang terkena

dampak (Teori Kontrol Gerbang), dengan memberikan stimulus

lainnya (DNIC), dan melalui pendekatan farmakologis

(narkotika dan epidural) (Marchand S, 2015).

3) Dimensi afektif-motivasi (psikologis dan emosional)

Dimensi ini digunakan untuk menghindari kesakitan. Itu


11

dipengaruhi oleh emosi, nilai, dan pengalaman. Ini adalah

elemen yang mengekspresikan "penderitaan." Intervensi untuk

memodulasi dan menyatukan pendekatan yang mencakup

pusat-pusat otak yang lebih tinggi seperti dukungan (merasa

aman dan terlindungi), penyusunan kembali kognitif, perawatan

emosional, suasana lingkungan, dan hubungan dengan staf

layanan kesehatan (Buckley et al., 2018; Marchand S, 2015).

4) Dimensi kognitif-perilaku

Dimensi ini mengartikan pada cara seseorang

mengungkapkan pengalamannya tentang rasa sakit. Dimensi ini

sangat dipengaruhi oleh faktor budaya, emosi, motivasi, sosial,

dan kognitif. Setiap orang mengeluapkan rasa sakit secara

berbeda. Orang lain tidak dapat membuat asumsi tentang rasa

sakit: rasa sakit adalah persepsi dan mungkin tidak ada korelasi

antara apa yang dialami wanita itu dan apa yang dirasakan orang

lain ( E. K. Sheiner, Sheiner, Shoham-Vardi, Mazor, & Katz,

1999; E. Sheiner et al., 2000).

2.2.2 Neurofisiologi yang Mempengaruhi Nyeri Selama Persalinan

Mekanisme yang memodulasi dimensi nyeri yang dibahas di atas

dapat digunakan untuk mengubah persepsi nyeri dengan mengurangi

rangsangan nosiseptif. Mekanisme-mekanisme ini mempengaruhi

dimensi sensori-diskriminatif dan motivasi-afektif (dimensi 2 dan

3), memungkinkan perempuan untuk lebih baik mengatasi sensasi


12

mereka selama persalinan.

1) Teori Kontrol Gerbang

The Gate Control Theory, atau kontrol penghambatan

spesifik melalui mekanisme rangsangan non-nosiseptif, bekerja

selama pemijatan lembut dan tidak menyakitkan pada daerah

yang sakit. Ini mengaktifkan serat aferen besar yang

menghalangi serat-serat kecil yang mentransmisikan pesan rasa

sakit. Melalui tindakan ini, intensitas nyeri yang dirasakan

(dimensi2) dimodulasi. Mekanisme ini mencakup teknik-teknik

seperti TENS tidak menyakitkan konvensional, gentle massage,

getaran, pemandian, warm towels, dan posisi tubuh dengan

gerakan.

Mekanisme The Gate Control Theory, yang terdiri dari

menciptakan rangsangan yang menyenangkan di area yang

menyakitkan antara atau selama kontraksi paling baik dicapai

melalui ambulasi, pijatan lembut, belaian, air atau getaran.

2) DNIC

Diffuse Noxious Inhibitory Control (yang terdiri dari

menerapkan stimulasi menyakitkan di setiap lokasi selama

setiap kontraksi yang menyakitkan) paling baik dicapai melalui

akupresur, injeksi air steril, atau pijatan dalam.


13

3) CNSC

Mekanisme Central Nervous System Control, yang terdiri

dari penyimpangan untuk memusatkan perhatian wanita ini,

diaktifkan melalui dukungan untuk latihan yoga, relaksasi,

visualisasi, pernapasan, hipnosis otomatis, dan restrukturisasi

kognitif.

2.2.3 Mekanisme Endokrin yang Mempengaruhi Nyeri Selama Persalinan

Selama persalinan beberapa hormon dilepaskan untuk ibu dan

janin, menurunkan nyeri, dan menyiapkan ibu menyambut bayinya,

serta efek lainnya. Di antaranya adalah:

1) Oksitosin

Oksitosin lebih sering dikenal dengan hormon yang

menimbulkan kontraksi uterus selama persalinan. Oksitosin juga

menciptakan rasa cinta dan kasih sayang/connection saat

persalinan. Oksitosin diproduksi di lymbic system dan dilepaskan

oleh otak ke peredaran darah. Oksitosin mempunyai efek baik

psikologi maupun fisik. Pada suatu kondisi dimana terciptanya

cinta, kasih sayang, dan kenyamanan dapat meringankan rasa

sakit (Tom & Assinder, 2010; Uvnas-Moberg, 2015).

Oksitosin juga bertanggung jawab terhadap lahirnya bayi,

lahirnya plasenta dan keluarnya ASI (Uvnas-Moberg, 2015).

Oksitosin meningkat kadarnya pada persalinan dan memuncak

pada saat kala 2 lahirnya bayi. Bahkan kadar oksitosin lebih tinggi
14

saat postpartum karena stimulasi dari kontak ibu dan bayi, hal ini

untuk merangsang agar uterus tetap berkontraksi saat postpartum

sehingga mencegah perdarahan postpartum (Einion, 2017;

Matthiesen, Ransjo-Arvidson, & Nissen, 2001).

Stress dan kecemasan dapat mengganggu dapat mengganggu

proses persalinan melalui beberapa mekanisme hormonal yang

memungkinkan. Ketika ibu bersalin merasakan lingkungan

stressfull. Sehingga kadar supra-physiological catecholamines

(adrenalin dan noradrenalin) dan atau endorfin juga menigkat

sebagai respon stress yang berlebihan, dan mungkin menghambat

persalinan melalui mekanisme langsung dan tidak langsung

(Einion, 2017).

Oksitosin alami tidak hanya penting untuk kontraksi uterus

tapi juga meningkatkan rasa ketenangan dan menurunkan nyeri.

Bidan seharusnya dapat mendukung persalinan normal dengan

cara “working with pain” dan menyemangatinya untuk percaya

pada kemampuan dirinya dalam persalinan. Bidan / tenaga

kesehatan seharusnya mampu mendukung produksi hormon

endogen melalui promosi dan dukungan untuk persalinan normal,

mengurangi level stress dengan cara menyemangatinya, dan

mempunyai sikap yang positif sehingga menciptakaan

lingkungan yang tenang, dan bebas daari stress (Buckley et al.,

2018).
15

2) Adrenalin dan noradrenalin

Adrenalin (epinephrine) dan noradrenalin (norepinephrine)

termasuk dalam grup catecholamine yaitu hormon stress yang

normalnya mencapai maksimum saat akhir persalinan, dan

berkurang secara cepat setelah persalinan (Alehagen, Wijma, &

Lundberg, 2005; Neumark, Hammerle, & Biegelmayer, 1985).

Pada akhir persalinan jumlahnya meningkat berfungsi untuk

mempersiapkan kebutuhan energi untuk melahirkan bayinya.

Bagi bayi hormon ini berfungsi untuk menjaganya jika

kekurangan oksigen dan mengoptimalkan fungsi pernafasan

untuk hidup di luar rahim. Setelah persalinan jumlahnya menurun

secara signifikan. Kadar supra-physiological selama persalinan

kala 1 dapat menghambat kontraksi secara langsung maupun

mengurangi pelepasan oksitosin. Selain itu meningkatnya secara

berlebihan menghambat kontraksi serta meningkatkan resiko

perdarahan postpartum (Einion, 2017).

Stress, ketakutan, kecemasan, kelaparan, kehausan, atau

perasaan negatif lainnya dapat memperlambat proses persalinan

melalui peningkatan catecholamine dan hormon stress lainnya.

Tenaga kesehatan/ bidan dan lingkungan sekitar ibu

mempengaruhi proses persalinan secara signifikan. Bidan

seharusnya bisa melakukan manajemen nyeri atau menurunkan

level stress ibu bersalin. Hal ini dapat menurunkan penggunaan

analgesik pada ibu bersalin (Einion, 2017).


16

3) Endorfin

Endorfin adalah subtansi analgesik yang diproduksi di otak

selama aktivitas seksual, kehamilan, persalinan, dan menyusui

(Einion, 2017). Kadar endorfin di darah akan tinggi selama

kehamilan, meningkat selama persalinan, dan menurun pada 20

menit setelah persalinan(Hoffman, Abboud, & Haase, 1984).

Melalui pelepasan endorfin dapat meringankan rasa sakit. Setelah

persalinan endorfin dapat memicu perasaan kebahagiaan dan

euforia, dan berperan penting dalam rasa kasih sayang antara ibu

dan bayi (Nelson & Panksepp, 1998).

Peningkatan kadar endorfin saat persalinan membantu

mengurangi stress, dan nyeri yang dialami ibu (Buckley et al.,

2018).
17

2.2.4 Paradigma Working With Pain

Working with pain merupakan pendekatan dukungan dan

perhatian kepada ibu selama persalinan. Berdasarkan perbincangan

multidisiplin dan wawancara kepada bidan ditemukan bahwa sikap

terhadap nyeri persalinan terbagi menjadi dua paradigma yaitu

paradigma “working with pain” dan “pain relief” (Leap, Dodwell, &

Newburn, 2010).

Paradigma working with pain meyakini bahwa paradigma ini

pada jangka panjang dapat bermanfaat untuk mempromosikan

persalinan normal. Dalam hal ini nyeri memainkan peran yang

sangat penting dalam proses persalinan fisiologis. Pada awal

persalinan, nyeri memungkinkan wanita untuk menyadari bahwa ia

akan melahirkan, menemukan tempat yang aman, dan bersama

orang-orang yang memberi dukungan kepadanya. Selanjutnya nyeri

memicu neurohormones yang mengontrol proses persalinan.

Perubahan nyeri menunjukkan kemajuan persalinan. Nyeri

persalinan menandakan perubahan besar yang terjadi pada hidup

wanita yaitu transisi menjadi seorang ibu. Perubahan hormon dan

perubahan kimia membantu seorang ibu meyambut bayinya.

Kebahagiaan menjadi seorang ibu menjadi meningkat sebaliknya

dengan nyeri persalinan, bersamaan dengan rasa kepuasan terhadap

pencapaiannya menghadapi tantangan selama persalinan (Leap et

al., 2010).
18

Ketika persalinan mengalami kemajuan secara normal yaitu

ketika kontraksinya normal dan janin dalam posisi yang benar serta

mendapatkan support dan dorongan semangat (Dick, 1954; England

& Horowitz, 2007; Gaskin, 1977; Leap N, Dodwell M, 2010). Maka

wanita mampu mengatasi nyeri persalinan yang mereka alami. Hal

ini disebabkan oleh tubuh memproduksi edorfin yang

menghilangkan rasa sakit secara alami (Brinsmead, Smith, & Singh,

1985; McLean, Thompson, & Zhang, 1994; R Jouppila et al., 1983).

Bidan dan pendamping persalinan menggunakan pendekatan

working with pain. Mereka mencoba menciptakan lingkungan yang

mendukung untuk produksi endorfin dan menghindari keadaan yang

menghambat produksi endorfin. Sebaliknya, jika seorang wanita

mengalami persalinan normal dengan diberikan obat/farmakologi

pereda nyeri, maka ia akan merasa tidak bisa menahan karena

melibatkan rasa sakit dan ketidakpastian. Hal ini dapat

meningkatkan keletihan dan emosi. Farmakologi pain relief

mempengaruhi persepsi wanita tentang persalinan, meningkatkan

pengunaan intervensi medis lainnya, dan mengurangi kesempatan

untuk melakukan persalinan normal (Party, 2007).

Pada beberapa keadaan rasa sakit dapat dideskripsikan sebagai

“abnormal pain” menurut pendekatan bekerjasama dengan nyeri

seperti contohnya dimana posisi janin abnormal, atau persalinan

yang dipercepat dengan obat. Seorang wanita mengalami rasa sakit


19

yang tidak normal berarti membutuhkan obat pereda nyeri (Leap et

al., 2010).

Sebaliknya paradigma pain relief ditandai dengan keyakinan

bahwa wanita tidak perlu menderita akibat nyeri persalinan dan

langkah terbaik adalah meredakannya dengan menggunakan variasi

metode farmakologi. Wanita yang ditawarkan metode farmakologi

pain relief dan penjelasan setiap metode harus diberikan informed

choice. Beberapa wanita menerima metode ini karena merasa tidak

dapat melakukan persalinan tanpa menghilangkan rasa nyeri.

Banyak tenaga kesehatan juga mempromosikan penggunaan pereda

nyeri karena mereka merasa terganggu dengan kebisingan dan

kebiasaan wanita yang melakukan persalinan normal (Leap et al.,

2010).

Berdasarkan penelitian bahwa wanita menginginkan persalinan

dengan minimum obat atau bebas dari obat, dan merasa bahwa

mereka dapat mengatasi rasa nyeri tersebut. Empat dari lima wanita

menginginkan persalinan bebas obat atau minimum obat. Satu dari

lima wanita memprioritaskan bebas dari nyeri persalinan sebisa

mungkin (Green, Baston, & Easton, 2003).

Beberapa metode yang termasuk dalam pendekatan working with

pain yaitu dukungan tenaga kesehatan dan pendamping atau

keluarga selama persalinan, menciptakan lingkungan fisik yang

mendukung kenyamanan selama persalinan dan mengoptimalkan

proses persalinan fisiologi. Selain itu beberapa low-technology


20

comfort aids merupakan pendekatan working with pain. Low-

technology comfort aids contohnya adalah berendam di air hangat

selama kala 1 persalinan, kompres hangat, aromatherapy dapat

menurunkan penggunaan metode pain relief seperti analgesia

epidural (CA, Collins, Cyna, & Crowther, 2006).

Temuan klinis ini dan pemahaman yang lebih baik tentang

mekanisme neurofisiologis dan endokrin yang terlibat dalam

persalinan dan menunjukkan perlunya untuk mengganti paradigma

"pain relief" dengan "working with pain” (Buckley et al., 2018).

Faktanya, paradigma meredakan nyeri didasarkan pada asumsi

bahwa nyeri persalinan “tidak normal” dan tidak perlu, bahwa

manfaat analgesia akan selalu lebih berisiko, dan bahwa penghilang

nyeri yang efisien secara sistematis berkorelasi dengan kepuasan

wanita dengan pengalaman persalinan (Leap N, Dodwell M, 2010).

Dalam hal kepuasan, penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor

termasuk jumlah dukungan dari pemberi perawatan dan peningkatan

pengambilan keputusan lebih penting dibandingkan dengan bantuan

mengilangkan rasa sakit dengan analgesia (Hodnett, 2002).

Paradigma "working with pain" didasarkan pada anggapan bahwa

nyeri memiliki peran fisiologis dalam persalinan. Ketika wanita

benar-benar dipersiapkan dan didukung, mereka menghasilkan zat

analgesik endogen yang mendukung mereka untuk bekerja dengan

rasa sakit saat melahirkan. Melalui bekerja dengan rasa sakit dalam

persalinan, wanita dapat mengalami rasa kepuasan yang mendalam


21

yang meningkatkan perasaan kompetensi dan rasa percaya diri

mereka terhadap tantangan sebagai orang tua (Lowe, 2002;

Mohammad, Beigi, Broumandfar, & Bahadoran, 2018). Dengan

dukungan yang tepat, dan melalui fisiologi hormon yang kompleks

dan mengatur mekanisme neurofisiologis, sebagian besar wanita

memiliki kemampuan yang mereka butuhkan untuk persalinan

(Einion, 2017; Leap N, Dodwell M, 2010).

Persalinan fisiologis didefinisikan sebagai pendekatan untuk

persalinan dan persalinan yang memaksimalkan kekuatan yang

melekat dan fisiologi normal wanita dan janin serta menghindari dari

intervensi luar kecuali jika keselamatan atau keselamatan keduanya

terancam. Pendekatan nonfarmakologis juga dapat menguntungkan

wanita dan bayi dengan mengurangi paparan terhadap risiko

potensial dan efek samping dari manajemen nyeri farmakologis.

Semakin banyak literatur ilmiah yang mendukung penggunaan

pendekatan nonfarmakologis untuk manajemen nyeri selama

persalinan karena banyak manfaatnya bagi ibu dan anak, termasuk

pengurangan kebutuhan intervensi intervensi obstetrik, induksi

persalinan, atau operasi caesar (Buckley et al., 2018).

Asosiasi Internasional untuk Mempelajari Rasa Sakit menyatakan

rasa sakit sebagai "pengalaman indrawi dan emosional yang tidak

menyenangkan yang terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau

potensial." Dalam keadaan normal, rasa sakit memainkan peran

penting dalam melindungi kita dari bahaya. Namun, tidak seperti


22

jenis rasa sakit lainnya, sensasi kuat yang dialami wanita di

persalinan biasanya bukan merupakan tanda bahaya, patologi, atau

distosia. Selama persalinan, rasa sakit melakukan fungsi penting

dalam proses fisiologis menghasilkan hormon seperti hormon

endorfin dan oksitosin yang memberikan kenyamanan (Einion,

2017; Leap et al., 2010). Hormon tersebut menandakan dimulainya

persalinan dan menandakan bahwa ibu membutuhkan tempat yang

aman untuk melahirkan dan orang-orang yang dapat memberikan

dukungan. Ketika seorang wanita dapat membuat suara dan bergerak

dengan bebas, sensasi-sensasi ini memberinya informasi tentang

kemajuan persalinan (Buckley et al., 2018).

2.3 Kompres Hangat

Kompres hangat selama proses persalinan dapat mempertahankan

komponen sistem vaskuler dalam keadaan vasodilatasi sehingga sirkulasi

darah ke otot panggul menjadi homeostatis serta dapat mengurangi

kecemasan dan ketakutan serta beradaptasi dengan nyeri selama proses

persalinan (Putri Ika Damayanti dkk, 2014).

Kompres hangat yang diberikan pada punggung bawah wanita di area

tempat kepala janin menekan tulang belakang akan mengurangi nyeri. Panas

akan meningkatkan sirkulasi ke area tersebut sehingga meemperbaiki

anoksia jaringan yang disebabkan oleh tekanan kepala janin (Varney,

Kriebs, & Gregor, 2008).

Manajemen nyeri dengan kompres hangat mempengaruhi

neurofisiologi dan hormonal selama persalinan. Nyeri nosiseptif adalah


23

nyeri menandakan ada cedera/inflamasi. Namun dalam persalinan nyeri

nosiseptif berasal dari nyeri viseral (berada di sekitar pelvik, punggung dan

abdomen) akibat mekanisme pelebaran servik, ligamen, otot, struktur dan

jaringan yang berdekatan. Gate Control Theory menyatakan bahwa sinyal

yang dihasilkan dalam aferen primer dari stimulasi kulit ditransmisikan ke

3 daerah dalam sumsum tulang belakang : 1.) Subtansia gelatinosa, 2.)

Kolom dorsal/punggung, 3.)Sekelompok sel disebut sel transmisi. Gerbang

sumsum tulang belakang adalah subtansia gelatinosa di tanduk dorsal yang

memodulasikan transmisi informasi dari neuron aferen primer ke sel-sel

transmisi di sumsum tulang belakang. Mekanisme gerbang ini dikendalikan

oleh aktivitas diserat besar dan kecil. Aktivitas serat kecil

memfasilitsi/membuka gerbang. Sedangkan aktivitas serat besar

menghambat/menutup gerbang. Ketika informasi nosiseptif mencapai

ambang batas yang melebihi hambatan yang ditimbulkan informasi itu

“membuka gerbang” dan mengaktifkan rasa sakit dan perilaku/ action yang

terkait. Begitu pula yang terjadi saat persalinan, informasi nosiseptif viseral

membuka gerbang dan informasi tersebut melewati otak maka akan

merasakan rasa sakit. Semakin banyak gerbang yng terbuka semakin tinggi

level nyerinya. Sebaliknya apabila gerbang tersebut ditutup, maka lebih

sedikit informasi nyeri yang melewati dan pengalaman nyeri semakin

berkurang. Ada beberapa cara untuk menutup gerbang tersebut salah

satunya adalah kompres hangat. Kompres hangat dapat mengaktifkan serat-

serat besar dan menghalangi kerja serat-serat kecil dengan demikian

gerbang akan menutup sehingga menghalangi transmisi informasi nyeri


24

tidak tersampaikan. Gerbang yang menutup dapat mengurangi level nyeri

persalinan (Buckley et al., 2018; Massieh & Karen, 2013).

Selain itu rasa nyaman dari kompres hangat berpengaruh pada sistem

endokrin seperti hormon oksitosin, adrenalin dan noradrenalin. Hormon

oksitosin akan dilepaskan dengan baik saat saat ibu merasa nyaman dan

tenang. Sebaliknya stress, ketakutan, kecemasan, merasa terganggu, dapat

mengganggu proses persalinan melalui beberapa mekanisme hormonal.

Sehingga yang dilepaskan bukan oksitosin tetapi catecholamin (adrenalin

dan noradrenalin) dimana kadarnya meningkat dapat mengganggu kontraksi

uterus. Kompres hangat dapat mengurangi rasa nyeri sehingga ibu merasa

nyaman dengan proses persalinannya. Rasa nyaman merangsang pelepasan

oksitosin dengan baik dan menekan pelepasan catecholamin (Buckley et al.,

2018).

2.3.1 Media yang Digunakan

Media yang dapat digunakan untuk kompres hangat yaitu handuk

panas, silika gel yang telah dipanaskan, botol yang telah diisi air

panas dan bantalan pemanas. Selain itu bisa menggunakan shower

air panas pada bahu, perut atau punggungnya jika ibu merasa

nyaman (Walsh, 2008).

Kompres panas pada punggung bawah mengurangi nyeri karena

panas meningkatkan sirkulasi darah sehingga menurunkan anoksia

jaringan yang disebabkan kontraksi dan ketegangan. Namun, untuk

memperoleh efektifitas yang baik maka perlu diperhatikan suhu air,

dan handuk tidak terlalu basah demi kenyamanan ibu. Kompres


25

panas merupakan tindakan yang tepat untuk meredakan nyeri pada

beberapa wanita (Varney et al., 2008).

Dalam penelitian lain, media yang digunakan untuk melakukan

terapi kompres hangat adalah botol berisi air hangat (volume 1 liter)

yang dimasukkan dalam kantong kain. Diperoleh hasil, sebagian

besar ibu inpartu yang diberi kompres air hangat mengalami rasa

nyaman dalam proses persalinan kala I fase aktif. Menurut hasil

perhitungan korelasi statistik Mann-Whitney U-Test yang dilakukan

pada penelitian ini dengan tingkat kepercayaan α=0,05, di dapat

harga Z-2,049 < Z tabel dengan Asymp sig : 0,04 < 0,05, maka

terdapat pengaruh antara pemberian kompres air hangat terhadap

rasa nyaman yang dialami ibu inpartu (Yani & Khasanah, 2012).

Penggunaan shower air hangat juga efektif untuk mengurangi

nyeri persalinan. Sebuah penelitian yang dilakukan dengan menilai

tingkat nyeri menggunakan skala Visual Analogue Scale for Pain

(VASP) diperoleh hasil nilai VASP kelompok eksperimen lebih

rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dengan hasil

penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan nyeri yang

siginifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang

diberikan shower air hangat dengan p=0,005. Hal ini berarti bahwa

terdapat pengaruh shower air hangat terhadap penurunan nyeri

persalinan(Lee, Liu, Lu, & Gau, 2013).

Kompres hangat yang dilakukan dengan menggunakan handuk

memperlihatkan hasil bahwa rasa nyeri pada kelompok intervensi


26

secara signifikan lebih rendah dibanding dengan kelompok kontrol

dengan p= 0,002 (Shirvani & Ganji, 2014). Sama halnya dengan

penelitian lain yang menggunakan media handuk diperoleh hasil

terdapat penurunan intensitas nyeri dengan rata-rata nyeri adalah

5,78 dan SD 0,53 dengan p= 0,04 (Mahmoud & Ghani, 2014).

Berbeda dengan penelitian diatas, penelitian dengan

menggunakan buli-buli dalam memberikan terapi kompres hangat

diperoleh rata-rata nyeri setelah diberikan kompres hangat adalah

7,73 dengan SD 1,1. Dengan hasil rata-rata nyeri sebelum kompres

hangat adalah 8,33 dengan Standar Deviasi (SD) 0,9. Hasil uji

Wilcoxon Signed Rank Test diperoleh p= 0,003 (Khusniyah & Rizqi,

2012).

Sama halnya dengan penelitian lain yang menggunakan media

buli-buli panas memperlihatkan adanya penurunan nyeri persalinan

pada kala 1 fase aktif. Rata-rata skala nyeri sebelum dilakukan

kompres hangat sebesar 3,22 dengan standar deviasi 0,7 dan setelah

dilakukan kompres hangat sebesar 2,61 dengan standar deviasi 0,6

dengan p value 0,002 (Manurung et al., 2013).

Berdasarkan hasil kajian terhadap jurnal di atas, diperoleh sebuah

simpulan bahwa media kompres hangat yang paling efektif, dan

mudah untuk mengurangi nyeri persalinan adalah menggunakan

buli-buli panas yang dikompreskan ke punggung bawah. Hal ini

berlandaskan pada nilai p value terkecil yaitu 0,003. Sehingga dapat

dikatakan bahwa buli-buli hangat adalah media yang paling efektif


27

untuk kompres hangat dalam mengurangi nyeri persalinan. Hal ini

dilihat dari segi efektivitas dan efisiensi, yaitu buli-buli dinilai lebih

praktis dan ekonomis untuk disediakan di fasilitas kesehatan, dan

suhu air akan terkontrol dengan baik dibanding handuk hangat yang

mudah dingin sehingga suhu tidak terkontrol, serta buli-buli hangat

tidak membasahi punggung ibu sehingga menimbulkan rasa tidak

nyaman. Sedangkan jika menggunakan shower air panas tentunya

fasilitas kesehatan harus memiliki fasilitas ini dan dalam

penerapannya mengharuskan ibu untuk tetap berada di kamar mandi

atau di tempat khusus (Andreinie, 2016)

2.3.2 Suhu Air

Kompres panas/dingin yang diberikan pada punggung bawah

wanita di area tempat kepala janin menekan tulang belakang akan

mengurangi nyeri. Panas akan meningkatkan sirkulasi ke area

tersebut sehingga memperbaiki anoksia jaringan yang disebabkan

oleh tekanan. Melakukan kompres panas harus dengan hati-hati

karena kompres panas mudah membuat wanita terbakar, bukan

hanya akibat suhu kompresan, tetapi juga karena panas yang

diberikan pada area yang telah dioles krim atau salep sebelumnya

(Varney et al., 2008).

Dalam penelitian dengan media shower air hangat, suhu air yang

digunakan adalah 37 ℃. Setelah dilakukan shower air hangat,

kelompok eksperimen menunjukan nyeri yang lebih rendah

dibandingkan dengan kelompok kontrol (Lee et al., 2013). Suhu air


28

yang digunakan sebaiknya tidak lebih dari 99℉ (37,2℃) saat

melakukan water immersion untuk menghindari peningkatan suhu

maternal selama persalinan (Mertz & Earl, 2018).

Sedangkan suhu air untuk kompres hangat yang digunakan adalah

37-40℃ diperoleh nilai korelasi Mann Whitney-U test, Z 2,049 < Z

tabel dengan Asymp sig : 0,04 < 0,05, maka terdapat pengaruh antara

pemberian kompres air hangat terhadap rasa nyaman yang dialami

ibu inpartu (Yani & Khasanah, 2012).

Penelitian lain menyebutkan bahwa suhu air yang efektif untuk

kompres hangat menggunakan media handuk adalah 38-40℃. Pada

kelompok eksperimen menunjukan nilai nyeri yang lebih rendah

dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan p=0,002 dan p=0,04

(Mahmoud & Ghani, 2014; Shirvani & Ganji, 2014). Hal tersebut

menunjukan bahwa terdapat pengaruh kompres hangat terhadap

penurunan nyeri persalinan.

Dalam teorinya kompres hangat dapat diberikan menggunakan

botol yang diisi dengan air/ buli-buli hangat dengan suhu 46-51,5℃/

air hangat dan dibungkus dengan kain, atau menggunakan kain/

handuk yang dimasukkan pada air hangat kemudian diperas dan

ditempelkan pada daerah yang akan dikompres selama 20

menit(Uliyah & Hidayah, 2006).

Setelah mengkaji hasil penelitian dan teori diatas, suhu air yang

dapat digunakan untuk kompres hangat sekitar 37-51,5℃. Tetapi

suhu air yang paling efektif adalah 38-40℃ jika menggunakan


29

media handuk yang dibuktikan dengan nilai p value 0,002. Selain itu

suhu air yang terlalu panas juga tidak baik untuk kulit ibu dan dapat

menyebabkan iritasi serta luka bakar pada kulit, dan apabila suhu air

tidak terlalu hangat hal tersebut tidak akan berpengaruh untuk

menurunkan rasa nyeri persalinan (Andreinie, 2016).

2.3.3 Lama Pengompresan

Beberapa penelitian menyatakan bahwa lama pengompresan

yang paling efektif adalah selama 20 menit. Pada penelitian lain,

yang menggunakan 100 sampel, melakukan terapi kompres hangat

selama 15 menit. Setelah dilakukan kompres hangat pada kelompok

intervensi terdapat penurunan intensitas nyeri dengan rata-rata nyeri

adalah 5,78 dan SD 0,53 dengan p= 0,04. Hal tersebut menunjukan

bahwa terdapat pengaruh kompres hangat terhadap penurunan nyeri

persalinan (Mahmoud & Ghani, 2014).

Sedangkan dalam penelitian yang menggunakan shower air

hangat dilakukan selama 30 menit dan terdapat perbedaan nyeri yang

siginifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang

diberikan shower air hangat dengan p=0,005 (El-Adham & Abo-

Romia, 2014).

Dari beberapa penelitian yang telah dikemukakan diperoleh

kesimpulan bahwa lama pengompresan yang efektif untuk

mengurangi nyeri persalinan adalah selama 30 menit.


30

2.4 Visual Analog Scale

Visual analog scale (VAS) adalah cara yang paling banyak digunakan

untuk menilai nyeri. Skala linier ini menggambarkan secara visual gradasi

tingkat nyeri yang mungkin dialami seorang pasien. Rentang nyeri diwakili

sebagai garis sepanjang 10 cm, dengan atau tanpa tanda pada tiap

sentimeter. Tanda pada kedua ujung garis ini dapat berupa angka atau

pernyataan deskriptif. Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri, sedangkan

ujung yang lain mewakili rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi. Skala

dapat dibuat vertikal atau horizontal. VAS juga dapat diadaptasi menjadi

skala hilangnya/reda rasa nyeri. Digunakan pada pasien anak >8 tahun dan

dewasa. Manfaat utama VAS adalah penggunaannya sangat mudah dan

sederhana. Namun, untuk periode pasca bedah, VAS tidak banyak

bermanfaat karena VAS memerlukan koordinasi visual dan motorik serta

kemampuan konsentrasi (Riyandi & Mardana, 2017).

Pengukuran yang akurat dan penatalaksanaan nyeri yang tepat

merupakan masalah yang signifikan bagi personel medis dan perawat yang

hadir. Baik pengalaman dan persepsi nyeri dianggap subyektif dan

karenanya sulit diukur secara obyektif. Memang, banyak literatur

melaporkan bahwa rasa sakit sering di bawah perkiraan oleh staf perawat

yang akibatnya secara konsisten gagal memberikan analgesia yang

memadai. Beberapa penelitian telah secara khusus memeriksa kemampuan

bidan untuk menilai rasa sakit ibu yang melahirkan. VAS merupakan alat

ukur yang memiliki korelasi yang signifikan (r =0,76, p< 0,05) untuk
31

menguji persepsi rasa sakit dengan melahirkan wanita, dari awal persalinan

hingga melahirkan. Berdasarkan penelitian rata-rata nilai VAS pada awal

persalinan yaitu 5, sedangkan akhir persalinan yaitu 7,6. Duabelas dari 13

ibu bersalin pada masa akhir persalinan tidak dapat lagi melaporkan rasa

sakit karena sudah terlalu sakit (Baker et al., 2001).

Gambar 2.1 Visual Analog Scale


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Kompres Hangat

Nyeri Rangsang
Nosiseptif Aferen Subtansia Gate Control
Viseral Primer Gelatinosa Theory

Aktivasi Serat
Besar

Menutup/menghambat
rangsang nyeri

Penurunan Nyeri
Persalinan

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Pengaruh Kompres Hangat pada Kala 1 Fase
Aktif terhadap Penurunan Nyeri Persalinan di PMB Bd. Farida Hajri

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak diteliti

32
33

Nyeri persalinan akibat nyeri nosiseptif berasal dari nyeri viseral

(berada di sekitar pelvik dan abdomen) akibat mekanisme pelebaran servik,

ligamen, otot, struktur dan jaringan yang berdekatan. Informasi nosiseptif

dibawa kembali pada serat simpatis ke ganglia akar saraf posterior di T10

hingga L1, pada serat parasimpatis dari saraf splanchnic pelvis (S2 hingga

S4) (Drake et al., 2005). Level segmental T10-L1 juga menerima informasi

nosiseptif dari kulit ke saraf tulang belakang (Drake et al., 2005).

Mekanisme terakhir ini dapat menjelaskan mengapa banyak wanita

merasakan nyeri kontraksi di punggung mereka (Mertz & Earl, 2018).

Gate Control Theory menyatakan bahwa sinyal yang dihasilkan dalam

aferen primer ditransmisi ke gerbang sumsum tulang belakang. Gerbang

sumsum tulang belakang adalah subtansia gelatinosa di tanduk dorsal yang

memodulasikan transmisi informasi dari neuron aferen primer ke sel-sel

transmisi di sumsum tulang belakang. Mekanisme gerbang ini dikendalikn

oleh aktivitas diserat besar dan kecil. Aktivitas serat kecil

memfasilitsi/membuka gerbang. Sedangkan aktivitas serat besar

menghambat/menutup gerbang. Ketika informasi nosiseptif mencapai

ambang batas yang melebihi hambatan yang ditimbulkan informasi itu

“membuka gerbang” dan mengaktifkan rasa sakit dan perilaku/ action yang

terkait. Begitu pula yang terjadi saat persalinan, informasi nosiseptif viseral

membuka gerbang dan informasi tersebut melewati otak maka akan

merasakan rasa sakit. Semakin banyak gerbang yng terbuka semakin tinggi

level nyerinya. Sebaliknya apabila gerbang tersebut ditutup, maka lebih


34

sedikit informasi nyeri yang melewati dan pengalaman nyeri semakin

berkurang (Buckley et al., 2018; Massieh & Karen, 2013).

Ada beberapa cara untuk menutup gerbang tersebut salah satunya

adalah kompres hangat. Kompres hangat dapat mengaktifkan serat-serat

besar dan menghalangi kerja serat-serat kecil dengan demikian gerbang

akan menutup sehingga menghalangi transmisi informasi nyeri tidak

tersampaikan. Gerbang yang menutup dapat mengurangi level nyeri

persalinan (Buckley et al., 2018; Massieh & Karen, 2013).

3.2 Hipotesis Penelitian

Ada penurunan intensitas nyeri pada ibu bersalin sesudah dilakukan

kompres hangat.
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah experimental dengan rancangan pre

expereimental/The Pretest – Post test Design dimana sampel yang

telah diambil dijadikan kelompok perlakuan.

4.2 Rancangan Bangun Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompres

hangat pada kala I fase aktif terhadap penurunan nyeri persalinan .

Berikut desain penelitian pre expereimental/The Pretest - Posttest

Design.

Ibu Nyeri
Bersalin persalinan G1 O1 Tx O3

Gambar 4.1 Rancangan penelitian pengaruh kompres hangat pada


kala I fase aktif terhadap penurunan nyeri persalinan.

Keterangan:

G1: Kelompok perlakuan

O1: Observasi skala nyeri kelompok perlakuan sebelum dilakukan

kompres hangat (pre test)

O3: Observasi skala nyeri kelompok perlakuan setelah dilakukan

kompres hangat (post test)

Tx: Penerapan kompres hangat pada kala 1 fase aktif kepada

kelompok perlakuan.

35
36

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah semua ibu yang

bersalin di PMB Bd. Hj Farida Hajri dengan rata-rata

persalinan setiap bulannya adalah 40 ibu bersalin atau

480/tahun.

4.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin

kala I fase aktif di PMB Bd. Hj Farida Hajri yang bersedia

dan memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi pada

penelitian ini adalah :

1) Semua ibu yang bersalin secara normal fisiologis

2) Nyeri persalinan dengan skala minimal 5 sebelum

dilakukan intervensi

3) Ibu bersedia menjadi responden.

Kriteria ekslusi pada peneliti ini adalah :

1) Ibu yang tidak mau menjadi responden.

4.3.3 Besar Sampel

Rumus (Colton T, 1987):

𝜎 2 (𝑍1−𝛼 + 𝑍1−𝛽 )2
𝑛=
𝑑2

0,72 (1,96 + 0,84)2


𝑛=
0,612
37

0,49( 7,84 )
𝑛= =9
0,4

Keterangan:

n : besar sampel

𝑥1 − 𝑥2 : d = selisih minimal rerata yang dianggap bermakna

𝜎 : standar deviasi

𝑍𝛼 : derivat baku alfa

𝑍𝛽 : derivat baku beta

𝑍1−∝ + 𝑍1−𝛽 diperoleh dari tabel distribusi normal standar

Untuk taraf kepercayaan 95% nilai 𝑍1−∝ =1,96

Untuk power test 80% nilai 𝑍1−𝛽 = 0,84

Penghitungan besar sampel menggunakan sample size

calculator dengan rumus di atas sebagai berikut:

Hypothesis tests for a population mean (one-sided test)

Level of significance (%) :5

Power of the test (%) :80

Population standard deviation :0,7 (Manurung et al., 2013)

Population variance :0,49 (Manurung et al., 2013)

Test value of

the population mean :3,22 (Manurung et al., 2013)

Anticipated population mean :2,61 (Manurung et al., 2013)

Sample size :9

Berdasarkan hasil tersebut maka jumlah sampel minimal

yang dibutuhkan untuk mewakili jumlah populasi adalah 9 ibu


38

bersalin. Untuk mengantisipasi adanya drop out maka jumlah

sampel yang akan digunakan ditambah 10% dari jumlah

sampel minimal sehingga jumlah sampel yang dibutukan

adalah 10 ibu bersalin dilakukan perlakuan kompres hangat.

4.3.4 Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah

purposive sampling.

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PMB Bd. Hj Farida Hajri yang akan

dimulai pada bulan Agustus sampai September 2019.

4.5 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Cara Pengukuran


Variabel
Tabel 4.1 Definisi Operasional Penelitian Pengaruh Kompres
Hangat pada Kala 1 Fase Aktif Terhadap Penurunan Nyeri
Persalinan di BPM Bd. Hj Farida Hajri
Tahun 2019
No Variabel Definisi Alat Ukur Kategori Skala
Penelitian Operasio- Ukur
nal
1. Kompres Kompres Lembar Kelompok Nominal
Hangat hangat observasi perlakuan :
sebagai pelaksana- 1. Pretest/
metode an sebelum
mengurani kompres dilakukan
nyeri hangat. kompres
nonfarmak hangat.
ologi 2. Post test/
dengan sesudah
mengguna dilakukan
kan buli- kompres
buli hangat hangat
dengan
suhu 44℃-
51℃
2. Nyeri Nyeri Pengukur- 0. Skor 0 Rasio
Persalinan fisiologis an skala 1. Skor 1
akibat nyeri 2. Skor 2
pelebaran dengan 3. Skor 3
39

mekanis Visual 4. Skor 4


serviks Analogue 5. Skor 5
dan Scale 6. Skor 6
kontraksi (VAS) 7. Skor 7
rahim. 8. Skor 8
9. Skor 9
10. Skor 10

4.6 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data


Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah memberikan

informed consent sebelumnya kepada responden penelitian yang

memenuhi kriteria inklusi dan bersedia menjadi responden.

Kelompok perlakuan akan diberikan terapi kompres hangat selama

kala 1 fase aktif persalinan. Responden yang memenuhi kriteria

diberikan perlakuan kompres hangat pada punggung pada kala 1 fase

aktif dengan cara : a) Mempersiapkan alat – alat. b) Menjelaskan

kepada ibu perasat dan tujuan yang akan dilakukan. c) Memberikan

informed consent dan responden mengisi surat persetujuan. d)

Meyakinkan adanya kala 1 fase aktif pembukaan range 4-10 cm. e)

Bidan jaga meletakkan buli-buli hangat dengan dilapisi kain pada

punggung bawah pada saat dan diantara his selama 30 menit, f)

Memantau kehangatan buli-buli pada suhu antara 44ᵒ s.d 51ᵒ Ce. g)

Mencatat kapan kompres dimulai dan berakhir. e) Mengukur tingkat

rasa nyeri sebelum dan sesudah dilakukan kompres hangat. Pada

penelitian ini menggunakan Visual Analog Scale untuk menyukur

intensitas nyeri saat persalinan.


40

4.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

4.7.1 Teknik pengolahan data

Langkah – langkah dalam pengolahan data meliputi :

1. Editing, pada penelitian ini dilakukan editing untuk

pengecekan kebenaran data (identitas, jawaban, dll.)

2. Cleaning, tahapan ini dilakukan saat pengumpulan data dari

responden yang akan menjadi sampel penelitian adalah

responden yang memiliki kriteria inklusi dan bersedia

mengisi formulir informed consent.

3. Coding, pada penelitian ini dilakukan tahap coding :

a. Skala Nyeri Visual Analoque Scale:

0. Skor 0

1. Skor 1 6. Skor 6

2. Skor 2 7. Skor 7

3. Skor 3 8. Skor 8

4. Skor 4 9. Skor 9

5. Skor 5 10. Skor 10

4. Data Entri, pada penelitian ini dilakukan tahap data entri

untuk memasukkan hasil angket melalui paket program

Statistical Package for Social Science (SPSS) 16 for

Windows.

5. Tabulating, data yang sudah dimasukkan dalam program

SPSS disajikan dalam bentuk tabel.


41

4.7.2 Analisis data

Analisis digunakan untuk menguji hipotesis dengan

membandingkan hasil kelompok perlakuan sebelum dan

sesudah dilakukan kompres hangat untuk mengetahui

pengaruh kompres hangat terhadap penurunan nyeri

persalinan melalui uji statistik. Analisis data yang dilakukan

adalah bivariat dengan uji T-test dependent apabila data

berdistribusi normal, atau menggunakan Wilcoxon Signed

Ranks Test apabila data berdistribusi tidak normal.


42

4.8 Kerangka Operasional

Populasi Ibu Bersalin di PMB Bd. Hj Farida


Hajri pada bulan Agustus

Sampel : 10 Ibu bersalin yang memenuhi


kriteria inklusi

Pretest pada kelompok perlakuan dengan


menggunakan VAS

Dilakukan kompres hangat pada kala 1 fase


aktif pada kelompok perlakuan

Post test pada kelompok perlakuan dengan


menggunakan VAS

Analisis Data

Hasil dan penyajian data

Tabel 4.2 Kerangka Operasional Penelitian Pengaruh Kompres


Hangat pada Kala 1 Fase Aktif Terhadap Penurunan Nyeri
Persalinan di BPM Bd. Hj Farida Hajri Tahun 2019

4.9 Ethichal Clearance

4.9.1 Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara

peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan

lembar pesetujuan. Informed consent tersebut diberikan

sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar


43

persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed

consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia,

maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. jika

responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati

hak pasien. Dalam hal ini, informed consent diisi oleh

responden yang bersangkutan.

4.9.2 Anonimity

Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang

memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian

dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama

responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode

pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan.

4.9.3 Confidentiality

Masalah ini merupakan masalah etika dengan

memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik

informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua

informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan

pada hasil riset.


BAB 5

HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

Penelitian tentang pengaruh kompres hangat pada kala 1 fase

aktif di PMB Bd. Farida Hajri pada bulan September-Oktober 2019.

Penelitian ini mengambil 1 kelompok penelitian yang berjumlah 10 ibu

besalin dengan mengamati perbedaan rata-rata skala nyeri sebelum dan

sesudah diberi perlakuan.

5.1 Hasil Penelitan

5.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Lokasi PMB Bd. Farida Hajri berada di Jl.

Nyamplungan X No.43, Ampel, Kec. Semampir, Kota SBY,

Jawa Timur 60173.

PMB Farida Hadjri ini memiliki fasilitas 24 Jam,

dengan model 2 shift waktu-kerja untuk pegawainya. Juga

terdapat fasilitas kamar inap untuk pasien yang

membutuhkan pelayanan khusus. Jumlah rata-rata pasien

yang datang ke PMB ini dalam satu bulan sekitar 40 orang,

Fasilitas ruangan yang terseda yaitu ruang ANC, INC,

BKIA, VK, Ruang Nifas, Ruang Nifas VVIP, mushola,

ruang USG, ruang tunggu, toilet, dan mushola.

44
45

5.1.2 Karakteristik Responden di PMB Bd. Farida Hajri

Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 10 ibu

bersalin secara fisiologis di PMB Bd. Hj. Farida Hajri pada

bulan September-Oktober 2019. Berikut adalah karakteristik

subjek penelitan:

Tabel 5.1 Karakteristik Responden di PMB Bd. Farida Hajri


Variabel Kelompok = Total
10
N %
Usia
19 tahun 0 0
20-35 tahun 9 90
>35 tahun 1 10 10
Pendidikan
SD 3 30
SMP 2 20
SMA 3 30
PT 2 20 10
Pendamping
persalinan
Didampingi 10 100
Tidak 0 0 10
didampingi
Pekerjaan
Bekerja 2 20
Tidak bekerja 8 80 10
Graviditas
Primigravida 5 50
Multigravida 5 50 10

Dari segi usia, mayoritas ibu bersalin yang menjadi subjek

penelitian berusia 20-30 tahun yaitu 9 subjek atau 90% hanya 1

subjek atau 10% yang berusia 30-35 tahun.

Dari segi pendidikan jumlah ibu bersalin yang berpendidikan SD

dan SMA sama yaitu masing-masing 3 orang atau 30%. 4 ibu


46

bersalin lainnya memiliki pendidikan terakhir SMP dan Perguran

Tinggi masing-masing berjumlah 2 orang.

Dari segi ada tidaknya pendamping persalinan dari 10 ibu

bersalin didapatkan hasil semuanya didampingi oleh pendamping

persalinan (100%).

Dari segi pekerjaan, mayoritas ibu bersalin yang menjadi subjek

penelitian ayoritas tidak bekerja yaitu sebanyak 8 ibu bersalin atau

80%, dan yang bekerja sebanyak 2 ibu bersalin atau 20%.

Dari segi graviditas, primigravida sebanyak 5 ibu bersalin atau

50% dan multigravida sebanyak 5 ibu bersalin atau 50%.


47

Tabel 5.2 Rata-Rata Nilai Variabel Confounding dengan Perubahan Skala Nyeri
Sebelum dan Sesudah Intervensi di PMB Bd. Farida Hajri
Variabel N Skala Nyeri Sebelum Skala Nyeri Sesudah
Intervensi Intervensi
Mean SD P Mean SD P
value value
Usia
<19 tahun 0 ,927 ,441
20-35 tahun 9 8,111 ,8894 6,778 ,9628
>35 tahun 1 8,200 0 7,600 0
Pendidikan
SD 3
SMP 2
SMA 3
PT 2
Pendamping
persalinan
Didampingi 10
Tidak 0
didampingi
Pekerjaan
Bekerja 2 8,150 1,3435 ,959 6,450 ,2121 ,525
Tidak bekerja 8 8,113 ,8043 6,963 1,0932
Graviditas
Primigravida 5 7,460 ,7021 ,034 7,660 ,3362 ,001
Multigravida 5 6,260 ,7829 6,060 ,5413
48

5.1.3 Pengaruh Kompres Hangat terhadap Penurunan Nyeri

Kala 1 Fase Aktif

Tabel 5.3 Rata-Rata Skala Nyeri Ibu Pada Persalinan Kala 1


Fase Aktif Sebelum dan Setelah Kompres Hangat di PMB
Bd. Farida Hajri Tahun 2019
Variabel Mean SD Min-Max P value
Skala Nyeri 8,12 ,8390 6,7-9,1 0,005
Sebelum
Intervensi
Skala Nyeri 6,86 ,9442 5,2-8,2
Sesudah
Intervensi

Dari tabel 5.3 menunjukkan rata-rata intensitas nyeri ibu inpartu

kala 1 fase aktif sebelum kompres hangat yaitu sebesar 8,12

sedangkan setelah pemberian kompres hangat rata-rata intensitasnya

sebesar 6,86. Hal ini dapat disimpulakan bahwa terdapat penuruan

intensitas nyeri setelah pemberian kompres hangat.

Hasil analisis data didapatkan nilai p value / Sig. (2-tailed)

sebesar 0,005 < 0,05 maka sebagaimana dasar pengambilan

keputusan dalam uji independent sample t test dapat disimpulkan

bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan (nyata) antara

rata-rata nyeri persalinan sebelum dan sesudah dilakukan kompres

hangat.
49

BAB 6

PEMBAHASAN
50
DAFTAR PUSTAKA

Akbarzadeh, M., Nematollahi, A., Farahmand, M., & Amooee, S. (2018). The
Effect of Two-Staged Warm Compress on the Pain Duration of First and
Second Labor Stages and Apgar Score in Prim Gravida Women: a
Randomized Clinical Trial. Journal of Caring Sciences, 7(1), 21–26.
https://doi.org/10.15171/jcs.2018.004
Alehagen, Wijma, & Lundberg. (2005). Fear, pain and stress hormones during
childbirth. J Psychom Obstet Gynecol, 26, 153–165.
Ali. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.
Altman, M., Sandström, A., Petersson, G., Frisell, T., Cnattingius, S., &
Stephansson, O. (2015). Prolonged second stage of labor is associated with
low Apgar score. European Journal of Epidemiology, 30(11), 1209–1215.
https://doi.org/10.1007/s10654-015-0043-4
Andreinie, R. (2016). Analisis Efektivitas Kompres Hangat terhadap Penurunan
Nyeri Persalinan. Temu Ilmiah Hasil Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat,
2(1), 311–317. Retrieved from
https://media.neliti.com/media/publications/176114-ID-analisis-efektivitas-
kompres-hangat-terh.pdf
Baker, A., Ferguson, S. A., Roach, G. D., & Dawson, D. (2001). Perceptions of
labour pain by mothers and their attending midwives. Journal of Advanced
Nursing, 35(2), 171–179. https://doi.org/10.1046/j.1365-2648.2001.01834.x
Brinsmead, M., Smith, R., & Singh, B. (1985). Peripartum concentrations of beta
endorphin and cortisol and maternal mood states. Aust N.Z.J Obstet Gynaecol,
25(3), 194.
Buckley, S., Chaillet, N., Gagné, G.-P., Gagnon, R., Bonapace, J., & Hébert, E.
(2018). No. 355-Physiologic Basis of Pain in Labour and Delivery: An
Evidence-Based Approach to its Management. Journal of Obstetrics and
Gynaecology Canada, 40(2), 227–245.
https://doi.org/10.1016/j.jogc.2017.08.003
CA, S., Collins, C., Cyna, A. M., & Crowther, C. A. (2006). Complementary and
alternative therapies for pain management in labour, (4).
https://doi.org/10.1002/14651858.CD003521.pub2
Dick, R. (1954). Childbirth Without Fear: the Principles and Practice of Natural
Childbirth (3rd editio). London: William Heinerman.
Drake, R., Vogl, W., & Michtel, A. (2005). Pelvis and Perineum Regional Anatomy
in Women. In Gray’s Anatomy for Students. Philadelphia: Churchill
Livingstone.
Einion, A. (2017). Hormonal physiology of childbearing: Evidence and

51
52

implications for women, babies and maternity care. Practising Midwife, 20(4),
31–34.
El-Adham, & Abo-Romia. (2014). Effect of Warm Showering on Labor Pain
During The First Stage of Labor, 438.
England, P., & Horowitz, R. (2007). Birthing from within: an extraordinary guide
to childbirth preparation. London: Souvenir Press.
Gaskin, I. (1977). Spiritual Midwifery. Summetown: TN: The Book Publishing
Company.
Green, J., Baston, H., & Easton, S. (2003). Greater expectations ? Inter -
relationship between women’s expectations and experiences of decision
making, continuity, choice and control in labour, and psychological outcomes:
summary report .Leeds. Mother InfantResearch Unit.
Hodnett, E. D. (2002). Pain and women’s satisfaction with the experience of
childbirth: A systematic review. American Journal of Obstetrics and
Gynecology, 186(5 SUPPL.), 160–174.
https://doi.org/10.1067/mob.2002.121141
Hoffman, Abboud, & Haase. (1984). Plasma beta-endorphin concentration prior to
nd during pregnancy, in labor, and after delivery. Am J Obstet Gynecol, 150,
492–2.
Kemenkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97
Tahun 2014.
Kemenkes RI. (2017).
Http://Www.Depkes.Go.Id/Resources/Download/Pusdatin/Lain-
Lain//Datadaninformasikesehatanindonesia2016-Smallersize-Web.Pdf. Profil
Kesehatan Indonesia, 100.
Khusniyah, Z., & Rizqi, H. (2012). Efektivitas Stimulasi Kulit dengan Teknik
Kompres Hangat dan Dingin terhadap Nyeri Kala 1 Fase Aktif Persalinan, 2,
2. Retrieved from http://www.journal.unipdu.ac.id
Leap, N., Dodwell, N. C. T., & Newburn, M. (2010). Working with pain in labour.
Res. Dig.: Natl. Childbirth Trust, 49(12), 22–26.
Leap N, Dodwell M, N. M. (2010). Working with pain in labour: an overview of
evidence, 49, 22–26.
Lee, S. L., Liu, C. Y., Lu, Y. Y., & Gau, M. L. (2013). Efficacy of Warm Showers
on Labor Pain and Birth Experiences During the First Labor Stage. JOGNN -
Journal of Obstetric, Gynecologic, and Neonatal Nursing, 42(1), 19–28.
https://doi.org/10.1111/j.1552-6909.2012.01424.x
Lowe, N. K. (2002). The nature of labor pain. American Journal of Obstetrics and
Gynecology, 186(5 SUPPL.), 16–24.
https://doi.org/10.1067/mob.2002.121427
Mahmoud, R., & Ghani, A. (2014). Effect of Heat and Cold Therapy during the
53

First Stage of Labor on Women Perception of Birth Experience : A


Randomized Controlled Trial. Journal of Biology, Agriculture and
Healthcare, 4(26), 66–73.
Manurung, S., Nuraeni, A., Riana Lestari, T., Soleha, I., Nurhaeni, H., Paulina, K.,
& Rahmawaty Dosen Poltekkes JakartaI Jurusan Keperawatan, E. (2013).
Pengaruh Tehnik Pemberian Kompres Hangat Terhadap Perubahan Skala
Nyeri Persalinan Pada Klien Primigravida. Health Quality, 4(1), 1–76.
Retrieved from
https://www.poltekkesjakarta1.ac.id/file/dokumen/7PENGARUH TEKNIK
PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP PERUBAHAN SKALA
NYERI PERSALINAN PADA KLIEN PRIMIGRAVIDA 2013.pdf
Marchand S. (2015). The Phenomenon of Pain. IASP.
Massieh, M., & Karen, D. D. (2013). Theories of pain: from specificity to gate
control. Journal of Neurophysiology, 109(1), 5–12.
https://doi.org/10.1152/jn.00457.2012
Matthiesen, Ransjo-Arvidson, & Nissen. (2001). Postpartum maternal oxytocin
release by newborn : effects of infant hand massage and sucking. Birth, 28,
13–19.
McLean, M., Thompson, D., & Zhang, H. (1994). Corticotrophin releasing
hormone and beta-endorphin in labour. Eur.J Endocrinol ., 131(2), 167–172.
Mertz, M. J., & Earl, C. J. (2018). Chapter 52 – Labor Pain Management.
Integrative Medicine (Fourth Edi). Elsevier Inc. https://doi.org/10.1016/B978-
1-4377-1793-8.00104-7
Mohammad, N., Beigi, A., Broumandfar, K., & Bahadoran, P. (2018). Women ’ s
experience of pain during childbirth, 15(2), 77–82.
Nelson, & Panksepp. (1998). Brain subtrates of infant-mother attachment:
contributions of opioids, oxyocin, and norepinephrine. Neurosci Biobehav, 22,
437–452.
Neumark, Hammerle, & Biegelmayer. (1985). Effect of epidural analgesia on
plasma catecholamines and cortisol in parturiton. Acta Anaesthesiol Scand, 29,
555–559.
Party, M. C. W. (2007). Making normal birth a reality: Consensus statement from
The Maternity Care Working Party, 6.
Putri Ika Damayanti dkk. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komprehensif pada
Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Deepublish.
R Jouppila, Jouppila, P., Karlqvist, K., Kaukoranta, P., Leppäluoto, J., &
Vuolteenaho, O. (1983). Maternal and umbilical venous plasma
immunoreactive beta-endorphin levels during labor with and without epidural
analgesia. Am J Obstet Gynecol, 147(7), 799–803.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/0002-9378(83)90042-X
Riyandi, I. K., & Mardana, P. (2017). Penilaian nyeri.
54

Sandström, A., Altman, M., Cnattingius, S., Johansson, S., Ahlberg, M., &
Stephansson, O. (2017). Durations of second stage of labor and pushing, and
adverse neonatal outcomes: A population-based cohort study. Journal of
Perinatology, 37(3), 236–242. https://doi.org/10.1038/jp.2016.214
Sheiner, E. K., Sheiner, E., Shoham-Vardi, I., Mazor, M., & Katz, M. (1999). Ethnic
differences influence care giver’s estimates of pain during labour. Pain, 81(3),
299–305. https://doi.org/10.1016/S0304-3959(99)00019-6
Sheiner, E., Sheiner, E. K., Hershkovitz, R., Mazor, M., Katz, M., & Shoham-Vardi,
I. (2000). Overestimation and underestimation of labor pain. European
Journal of Obstetrics Gynecology and Reproductive Biology, 91(1), 37–40.
https://doi.org/10.1016/S0301-2115(99)00247-X
Shirvani, M. A., & Ganji, Z. (2014). The influence of cold pack on labour pain relief
and birth outcomes: A randomised controlled trial. Journal of Clinical
Nursing, 23(17–18), 2473–2480. https://doi.org/10.1111/jocn.12413
Simkin, P., & Bolding, A. (2004). Update on nonpharmacologic approaches to
relieve labor pain and prevent suffering. Journal of Midwifery and Women’s
Health, 49(6), 489–504. https://doi.org/10.1016/j.jmwh.2004.07.007
Tom, & Assinder. (2010). Oxytocin in Health and Disease. Int J Biochem Cell Biol,
42, 202.
Uliyah, M., & Hidayah, A. (2006). Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika.
Uvnas-Moberg. (2015). Oxytocin: the biological guide to motherhood. Amarillo,
TX: Hale Publishing.
Varney, H., Kriebs, M., & Gregor, C. (2008). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. EGC
(4th ed.). Jakarta.
Walsh, L. (2008). Buku Ajar Kebidanan Komunitas (4th ed.). Jakarta: EGC.
Yani, D. P., & Khasanah, U. (2012). Pengaruh Pemberian Kompres Air Hangat
terhadap Rasa Nyaman dalam Proses Persalinan Kala I Fase Aktif. Jurnal
Keperawatan, 1–5.

Anda mungkin juga menyukai