Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


ROE merupakan bagian dari rasio profitabilitas. ROE dinyatakan dalam
persentase. ROE juga dapat dijadikan sebagai indikator untuk menilai efektifitas
manajemen dalam menggunakan pembiayaan ekuitas untuk mendanai operasi dan
menumbuhkan perusahaannya. Dalam mengevaluasi kinerja keuangan dapat
menggunakan berbagai peralatan analisis untuk menganalisis berbagai laporan
keuangan yang disajikan dimana hasilnya dapat dijadikan tolok ukur dalam
menilai perusahaan. Hasil analisis dapat menunjukkan kondisi keuangan
perusahaan misalnya kemampuan membayar hutang, kemampuan membayar
bunga pinjaman, kemampuan menjamin hutang, kemampuan untuk memperoleh
keuntungan dan lain-lain.
Salah satu Rasio keuangan yang dapat mengukur kinerja keuangan dari suatu
perusahaan termasuk perusahaan real estate dan property adalah Return On
Equity (ROE). Populernya ROE dijadikan indikator utama rasio profitabilitas
karena apabila ROE baik maka rasio profitabilitas yang lain juga akan baik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Return On Equity (ROE)?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi ROE?
3. Bagaimana cara menghitung ROE?
4. Apa saja manfaat dan tujuan dari ROE?
1.3 Tujuan
1. Agar dapat mengetahui pengertian dari Return On Equity (ROE)
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ROE
3. Memahami cara menghitung ROEDapat mengetahui manfaat serta tujuan dari
ROE
4. Mengetahui manfaat dan tujuan ROE

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Return On Equity (ROE)

Pengertian Return On Equity (ROE) menurut Sartono (2012:124) ROE yaitu:

“Mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang


saham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan,
apabila proporsi utang besar maka rasio ini akan besar”.

Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2012:84) ROE adalah sebagai berikut:

“Rasio ini mengukur kemampuan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu.
Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.”

Sedangkan menurut Lukman Syamsudin (2004:64) mendefinisikan Return on Equity


atau Tingkat Pengembalian Ekuitas Pemilik sebagai berikut :

“Tingkat pengembalian ekuitas pemilik (ROE) merupakan suatu alat ukur dari
penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham
biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam
perusahaan.”

ROE ( Return On Equity ) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan


dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal sendiri dan menghasilkan
laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau investor. ROE sangat bergantung pada besar
kecilnya perusahaan, misalnya untuk perusahaan kecil tentu memiliki modal yang
relative kecil, sehingga ROE yang dihasilkanpun kecil , begitu pula sebaliknya untuk
perusahaan besar.

Analisis rasio juga menghubungkan unsur-unsur rencana dan perhitungan laba rugi
sehingga dapat menilai efektivitas dan efisiensi perusahaan. Laba perusahaan iu sendiri
dapat diukur melalui ROE (Return On Equity) perusahaan. Karena ROE mempunyai
hubungan positif dengan perubahan laba. ROE digunakan untuk mengukur efektivitas

2
perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang
dimilikinya.

Hubungan ROE dan ROA

Secara kasat mata memang return on equity memperlihatkan efesiensi perusahaan dalam
menggunakan modalnya namun ROE tidak memasukkan hutang terhadap perhitungan
efisiensi tersebut sehingga perusahaan yang memiliki hutang besar akan luput dari
indikator ini. Oleh karena itu banyak investor pula yang tidak menggunakan ROE dan
menggunakan Return On Asset (ROA) sebagai indikator karena ROA memperlihatkan
efisiensi perusahaan dalam menggunakan seluruh asetnya dan termasuk hutang-
hutangnya.

2.2 Faktor yang mempengaruhi ROE

a. Margin Laba Bersih

Besarnya keuntungan yang dinyatakan dalam persentase dan jumlah penjualan bersih.
Profit margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dicapai oleh Perusahaan
dihubungkan dengan penjualan. Rumus :

Marjin Laba Bersih = Laba Bersih setelah Pajak / Pendapatan Penjualan bersih

Tujuan perhitungan Marjin Laba Bersih adalah untuk mengukur keberhasilan


keseluruhan bisnis suatu perusahaan. Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin) yang
tinggi menunjukan perusahaan menetapkan harga produknya dengan benar dan
berhasil mengendalikan biaya dengan baik. Rasio Net Profit Margin ini akan sangat
berguna apabila membandingkan profitabilitas pesaing di industri yang sama karena
memiliki lingkungan bisnis dan basis pelanggan yang sama serta memiliki struktur
biaya yang hampir sama.

b. Perputaran Total Aktiva


Jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan terhadap jumlah penjualan
yang

3
diperoleh selama periode. Rumus :

Rasio Perputaran Total Aset = Penjualan / Rata-rata Total Aset

Rata-rata Total Aset biasanya dihitung dengan menambahkan saldo aset awal dan
akhir kemudian dibagi menjadi dua sehingga Rumus Rasio Perputaran Total Aset
juga dapat ditulis seperti dibawah ini :

Rasio Perputaran Total Aset = Penjualan / ((total Aset awal tahun + total Aset
akhir tahun) / 2)

rasio perputaran aset ini digunakan untuk seberapa efisiennya sebuah perusahaan
menggunakan asetnya untuk menghasilkan penjualan. Ini artinya, semakin tinggi
rasionya semakin efisien perusahaan tersebut menggunakan asetnya untuk
menghasilkan penjualan. Sebaliknya Rasio Perputaran Aset yang rendah menandakan
kurang efisiennya manajemen dalam menggunakan asetnya dan kemungkinan besar
adanya masalah manajemen ataupun produksinya.

c. Rasio Hutang
Rasio yang memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan total
kekayaan
yang dimiliki. Rumus :

Rasio Hutang = Total Hutang / Total Aset

Hutang atau Kewajiban adalah kewajiban yang harus dibayarkan secara tunai ke
pihak lain dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan jangka waktu pelunasannya,
Kewajiban atau hutang ini biasanya diklasifikasikan menjadi Kewajiban lancar,
kewajiban jangka panjang dan kewajiban lain-lain. Aset atau aktiva adalah semua hak

4
yang dapat digunakan untuk operasional perusahaan. Rasio Hutang yang optimal
adalah rasio yang proporsi hutang (kewajiban) dan Ekuitas-nya sama seperti pada
Debt to Equity Ratio (rasio hutang terhadap total Ekuitas). Jika rasio hutang kurang
dari 0,5 kali, berarti sebagian besar aset perusahaan dibiayai melalui ekuitas. Jika
rasionya lebih besar dari 0,5 kali, sebagian besar aset perusahan dibiayai melalui
hutang. Nilai normal Rasio Hutang biasanya adalah 0,6 hingga 0,7 kali. Tetapi setiap
industri memiliki penilaian yang spesifik dan berbeda antara satu jenis industri
dengan industri yang lainnya.

2.3 Menghitung ROE


Rumus ROE ( Return On Equity ) adalah sebagai berikut :

Return On Equity = laba bersih : ekuitas

Hasil perhitungan ROE mendekati 1 menunjukkan semakin efektif dan efisien penggunaan
ekuitas perusahaan untuk menghasilkan pendapatan, demikian sebaliknya jika ROE
mendekati 0 berarti perusahaan tidak mampu mengelolah modal yang tersedia secara efisisen
untuk menghasilkan pendapatan. Seperti rasio keuangan tradisional pada umumnya, ROE
tidak mempertimbangkan unsur resiko dan jumlah modal yang diinvestasikan karena ROE
hanya melihat sisi laba dan jumlah saham yang beredar.

2.4 Komponen-Komponen ROE


 ROE bisa dipecah-pecah lagi ke dalam beberapa komponen yaitu: ROA dan
leverage yang disesuaikan
 Leverage yang disesuaikan kemudian dipecah-pecah lagi ke dalam Common
Earning Leverage (Earning Leverage untuk saham biasa) dan Leverage
struktur modal (Capital Structure Leverage).

5
ROA mencerminkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan aset yang
dimiliki. Leverage yang disesuaikan mencerminkan efek penggandaan penggunaan hutang
dan saham preferen untuk menaikkan return ke pemegang saham. Leverage yang disesuaikan
merupakan hasil perkalian antara Common Earning Leverage dengan Leverage struktur
modal. Common Earning Leverage mencerminkan proporsi laba bersih yang menjadi hak
pemegang saham biasa dari jumlah total laba bersih operasional. Sedangkan Leverage
struktur modal mencerminkan sejauh mana aset perusahaan dibiayai oleh saham sendiri. ROE
akan semakin besar apabila ROA tinggi atau leverage yang disesuaikan tinggi.

Situasi ROE = ROA x leverage yang CEL LSM disesuaikan :

1. 15,0% = 10% x 1,50 0,60 2,5

2. 18,0% = 10% x 1,80 0,54 3,3

3. 15,0% = 10% x 1,50 0,30 5,0

4. 25,0% = 14% x 1,79 0,71 2,5

5. (2,5%) = 3% x (0,83) (0,33) 2,5

A. Laba Per Lembar Saham

Disamping ROE, rasio keuangan lain yang sering digunakan oleh investor saham (atau calon
investor saham) untuk menganalisis kemampuan perusahaan mencetak laba berdasarkan
saham yang dipunyai adalah Earning per share (EPS) atau laba perlembar saham.

EPS bisa dihitung sebagai berikut:

(Laba bersih - dividen saham - dividen saham preferen) / Rata‑rata tertimbang jumlah
saham biasa yang beredar)

Contoh

PT. AABB mempunyai saham yang beredar sebanyak 1.500.000 lembar dengan perincian
sebagai berikut :

6
01 Januari 2016, Saham yang beredar sebanyak 1.000.000 lembar

01 Juli 2016, penambahan saham baru sebanyak 500.000 lembar

Laba bersih setelah Pajak PT. AABB adalah sebesar Rp. 1 miliar. Dividen saham yang akan
diberikan kepada pemegang sahamnya adalah sebesar 10% atau Rp. 100 juta dari laba bersih
setelah pajak. Berapakah Earning per Share atau Laba per lembar Sahamnya ?

Diketahui :

Laba bersih setelah Pajak = Rp. 1.000.000.000,-

Dividen yang dibagikan = Rp. 100.000.000,-

Jumlah Saham yang beredar = 1.250.000 lembar, dihitung dengan cara rata-rata tertimbang
seperti dibawah ini :

(bulan) Bobot (Weight) Jumlah Saham Rata-rata


Lama Tertimbang
peredaran
1.000.000 6 6/12 = 0,5 500.000
1.500.000 6 6/12 = 0,5 750.000
Jumlah Rata-rata Tertimbang 1.250.000

Jawaban :

Laba per Saham (EPS) = (Laba Bersih setelah Pajak – Dividen) / Jumlah Saham yang
Beredar

Laba per Saham (EPS) = (Rp. 1.000.000.000 – Rp. 100.000.000) / 1.250.000

Laba per Saham (EPS) = Rp. 900.000.000 / 1.250.000

Laba per Saham (EPS) = Rp. 720,-

Jadi Laba per lembar Saham atau Earning per Share (EPS) PT. XXZZ adalah sebesar Rp
720,-

7
1. Ekuivalen Saham Biasa

Adalah surat berharga yang karena perjanjian-perjanjian yang dibuat pada saat surat berharga
itu dikeluarkan, bersifat ekuivalen terhadap saham biasa. Stock options dan warrants,
termasuk stock appreciation rights dan lain-lain program hadiah yang variabel
diklasifikasikan sebagai saham biasa ekuivalen. Surat-surat berharga yang dapat ditukarkan
yang memberikan hasil kurang dari dua per tiga hasil rata-rata obligasi yang dikelompokkan
Aa pada saat pengeluarannya juga diklasifikasikan sebagai saham biasa ekuivalen.

1. Surat berharga lain yang mempunyai potensi untuk ditukar menjadi saham

EPS primer (untuk struktur modal yang kompleks) dihitung sebagai berikut

EPS Primer = Laba Bersih dividen saham prefen + penyesuaian untuk ekuivalen saham biasa

Rata-Rata Tertimbang + Rata-Rata Tertimbang jumlah ekuivalen saham

jumlah saham biasa biasa yang bisa diterbitkan

yang beredar

2.5 Manfaat dan Tujuan ROE

1. Mengetahui seberapa efisien sebuah perusahaan dalam menggunakan


uang yang didapat dari hasil investasi sang investor. Hal ini penting
karena, salah satu pokok penting dari hasil akhir ROE adalah untuk
mengetahui hasil laba bersih.
2. ROE dapat dijadikan sebagai indikator dalam menilai efektifitas sebuah
manajemen yang diterapkan untuk melakukan pembiayaan ekuitas atau
menumbuhkan kemajuan perusahaannya.

8
3. ROE juga bisa digunakan untuk membandingkan perubahan pada
pengembalian ekuitas antara periode satu dengan periode lainnya. Hasil
ROE ini bisa dijadikan acuan untuk tahap atau langkah yang harus
dilakukan seorang investor dalam hubungan kerja sama menginvestasikan
barang berharga mereka pada suatu perusahaan.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Salah satu Rasio keuangan yang dapat mengukur kinerja keuangan dari suatu
perusahaan termasuk perusahaan real estate dan property adalah Return On Equity
(ROE). Populernya ROE dijadikan indikator utama rasio profitabilitas karena apabila
ROE baik maka rasio profitabilitas yang lain juga akan baik. ROE berpengaruh
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. ROE berpengaruh terhadap kinerja
keuangan baik yang diukur dengan rasio efisiensi maupun rasio efektivitas. Hal ini
karena nilai surplus dari pemerintah daerah yang dijadikan sampel masuk kategori
rendah. Sehinga akan berpengeruh positif terhadap efektivitas dan efisiensi kinerja
pemerintah daerah di tahun berikutnya. ROE juga bisa digunakan untuk
membandingkan perubahan pada pengembalian ekuitas antara periode satu dengan
periode lainnya. Hasil ROE ini bisa dijadikan acuan untuk tahap atau langkah yang
harus dilakukan seorang investor dalam hubungan kerja sama menginvestasikan
barang berharga mereka pada suatu perusahaan.

10

Anda mungkin juga menyukai