Tugas Bekam 1.n-1
Tugas Bekam 1.n-1
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
BAB 2
PEMBAHASAN
Pembuangan glukosa melalui ginjal selalu disertai dengan pembuangan air, maka
salah satu ciri diabetes mellitus adalah meningkatnya kuantitas dan frekuensi buang air
seni. Kadar glukosa dalam darah tentu jauh lebih tinggi dari kadar glukosa dalam urin
(10 mmol/ liter). Pemtuangan gula lewat ginjal pada setiap orang berbeda (tergantung
pada fungsi ginjal tersebut) sehingga kadar gula dalam air seni tidak bisa otomatis
mengukur kadar gula dalam darah. Jika di dalam air seni tidak terdapat glukosa, bukan
berarti glukosa dalam darah tidak tinggi.
Diabetes mellitus disebabkan oleh gangguan dalam meregulasi kadar glukosa
dalam darah dan gangguan pada proses transportasi glukosa dari darah kedalam sel-sel.
Walaupun kadar glukosa meningkat, proses pembakaran lemak dan protein tetap
meninggi yang pada akhirnya meningkatkan keton dalam darah (aseton) dan sampah
metabolisme sehingga tejadi proses toksifikasi zat asam. Semua ini disebabkan oleh
produksi insulin yang tidak mencukupi kebutuhan tubuh.
Oleh karena itu, diabetes mellitus dapat dikatakan sebagai keadaan di mana kadar gula
darah meninggi akibat kekurangan insulin. Hal ini disebabkan oleh berbagai kondisi
berikut ini:
1. Terlalu banyak mengonsumsi makanan dengan kadar gula tinggi sehingga tidak dapat
disimpan dalam hati dan sel otot (glikogen).
2. Gula dalam darah tidak bisa maksimal masuk dalam sel.
3. Hormon lainnya telah banyak mengubah zat-zat seperti karbohidrat dan protein
menjadi glukosa sehingga kadar gula dalam darah meningkat.
Tanda-tanda pasti dari diabetes mellitus adalah adanya kenaikan kadar gula
darah yang lebih dari normal. Pada individu yang normal kadar gula dalam keadaan
puasa berkisar 60-80 mg/dl dan setelah makan berkisar 120-160 mg/dl.
Glukosa diserap melalui dinding usus dan disalurkan dalam darah. Setelah makan,
kadar glukosa dalam darah akan lebih tinggi, melebihi glukosa yang dibutuhkan
dalam proses pembentukan energi tubuh. Untuk mencegah meningginya glukosa
dengan tiba-tiba, insulin (hormon yang di produksi di pankreas-beta sel) berfungs
menyimpan glukosa (dinamakan glikogen) dalam hati dan sel-sel otot.
Jika kadar gula menurun makasimpanan glikogen akan kembali ke dalam darah.
Proses ini membutuhkan glukagon. Glikogen yang disimpan dalam hati bisa bertahan 8-
10 jam. Apabila tidak digunakan dalam tempo yang ditentukan maka simpanan ini akan
berubah menjadi lemak. Oleh karena itu sewaktu seseorang mengonsumsi makanan
secara berlebihan, terlalu sering ngemil, atau meminum alkohol terlalu banyak maka
kadar gula dalam darah akan terus beranjak naik sehingga glikogen dalam hati tidak
digunakan maksimal. Hal ini akan menimbulkan penumpukan lemak tubuh (obesitas),
penumpukan lemak dalam pembuluh (artheriosclerosis), bahkan penumpukan lemak
dalam hati (fatty liver).
2. Klasifikasi DM
WHO (World Health Association) membagi DM dibagi menjadi dua kelas,
yaitu kelas klinis dan kelas risiko statistik.
a. Kelas klinis
Seseorang termasuk kelas klinis jika hasil pemeriksaan kadar glukosa darah lebih
tinggi dari normal. Kelas klinis dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
1) Diabetes mellitus
Seseorang termasuk kelompok penderita diabetes mellitus jika kadar glukosa darah
dalam keadaan puasa lebih dari 140 mg/dl, atau dua jam sesudah makan (post prandia
kadarnya lebih dari 200 mg/dl. Diabetes mellitus sendiri terbagi lagi menjadi empat,
yakni sebagai berikut.
a. DM tipe 1 (DM tergantung insulin/ DMT) = insulin dependent DM/IDDM
Kelompok ini adalah penderita penyakit DM yang sangat tergantung pada
suntikan insulin. Kebanyakan penderitanya masih muda dan tidak gemuk. Gejala
biasanya timbul pada masa anak-anak dan puncaknya pada usia akil balik, Begitu
penyakitnya terdiagnosis, penderita langsung memerlukan suntikan insulin karena
pankreasnya sangat sedikit atau sama sekali tidak membentuk insulin. Umumnya
penyakit berkembang ke arah ketoasidosis diabetik yang menyebabkan kematian.
Tipe ini disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas sehingga terjadi
kekurangan insulin absolut. IDDM umumnya diderita oleh orang-orang di bawah
umur 30 tahun, dan gejalanya mulai tampak pada usia 10-13 tahun.
Penyebab IDDM belum begitu jelas, tetapi diduga kuat disebabkan oleh
infeksi virus yang menimbulkan auto imun yang berlebihan untuk menumpas
virus. Akibatnya sel-sel pertahanan tubuh tidak hanya membasmi virus, tetapi
juga merusak sel-sel langerhans. Faktor keturunan juga menjadi faktor penyebab.
Jumlah penderita IDDM sekitar 10-20% dari total penderita diabetes.
Penderita IDDM tergantung pada terapi insulin dan tidak dianjurkan
mengonsumsi obat antidiabetik oral. Penderita IDDM tidak dapat disembuhkan
dan tergantung pada injeksi insulin selama hidupnya.
IDDM juga dapat muncul dari diabetes tipe Il (NIDDM) jika obat
antidiabetika oral sudah tidak mampu lagi menurunkan kadar gula darah pasien.
Dalam hal ini penderita harus diinjeksi insulin untuk menurunkan kadar gula
darah dalam tubuhnya.
b. DM tipe ll (DM tidak tergantung insulin/DMTT) non-insufin dependent DM-
NIDDM
Kelompok diabetes mellitus tipe ll tidak tergantung insulin, Kebanyakan
timbul pada penderita berusia di atas 40 tahun. Penderita DM tipe Il inilah yang
terbanyak di Indonesia. Data sementara menyebutkan, hampir 90% penderita
diabetes di Indonesia adalah penderita NIDDM dan umumnya disertai dengan
kegemukan. Pengobatannya diutamakan dengan rencanaan nenu makanan yang
baik dan latihan jasmani secara teratur. Pankreas relatif cukup menghasilkan
insulin, tetapi insulin yang ada bekerja kurang sempurna karena adanya resistensi
insulin akibat kegemukan. Penyakit DM tipe l biasanya dapat terkendali dengan
menurunkan obesitas. Obat semacam oral hipoglikemik dan suntikan insulin
kadang menjadi kebutuhan bagi penderita tipe ini.
Pada pasien NIDDM yang tidak menderita kegemukan, insulin yang
dihasilkan memang kurang mencukupi untuk mempertahankan kadar glukosa
darah dalam batas-batas normal. Untuk itu, selain memerlukan perencanaan
makan dan latihan jasmani secara teratur, mereka juga membutuhkan obat
hipoglikemik. Bagi penderita yang sudah kronis, penurunan kadar gula darah
harus dibantu dengan injeksi insulin.
Secara medis dapat dikatakan diabetes mellitus tipe ini disebabkan oleh
gangguan sekresi insulin yang progresif karena resistensi insulin. NIDDM diduga
disebabkan oleh faktor genetis dan dipicu oleh pola hidup yang tidak sehat, tetapi
munculnya terlambat. Dengan pola hidup modern saat ini, prevalensi NIDDM
semakin meningkat dengan penderita yang berusia di bawah 40 tahun. Proses
penuaan juga menjadi penyebab akibat penyusutan sel-sel beta yang progresif
sehingga sekresi insulin semakin berkurang dan kepekaan reseptornya turut
menurun, Penyebab lain diduga akibat infeksi virus sewaktu muda.
DM tipe ll dibagi lagi menjadi dua:
a) penderita tidak gemuk (non-obese),
b) penderita gemuk (obese).
d. Diabetes mellitus tipe lain yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom
tertentu, misalnya:
a) penyakit pankreas,
b) penyakit hormonal,
c) obat-obatan/bahan kimia lain,
d) kelainan insulin/reseptornya,
e) sindrom genetik tertentu, dan
f) penyebab lain yang belum diketahui.
Diabetes mellitus tipe ini adalah penderita yang mengalami diabetes mellitus
akibat komplikasi penyakit yang dideritanya. Misalya, penderita mengidap
penyakit pankreas sehingga fungsi organ tersebut terganggu dan tidak mampu
menghasilkan hormon insulin akibatny kadar gula darahnya meningkat, efek
samping konsumsi obat-obatan untuk menyembuhkan penyakit lain, dan
sebagainya.
2) Gangguan toleransi gukosa (GTG)
Penderita GTG ditandai dengan terjadinya peningkatan kadar glukosa darah
pada tes toleransi glukosa oral (TTGO) yang nilainya berada di daerah perbatasan,
yaitu di atas normal, tetapi di bawah nilai diagnostik untuk diabetes mellitus.
Penderita GTG sangat berisiko untuk menjadi penderita diabetes mellitus tidak
tergantung insulin dan terserang penyakit kardiovaskuler, seperti penyakit jantung
koroner dan stroke.
3) DM pada kehamilan-gestational
DM Gestational diabetes mellitus merupakan penyakit diabetes mellitus yang
muncul pada saat mengalami kehamilan padahal sebelumnya kadar glukosa darah
selalu normal. Diabetes mellitus pada masa kehamilan dapat menimbulkan dampak
yang buruk untuk janin dalam kandungan jika tidak segera dilakukan pengobatan
dengan benar. Kelainan yang dapat timbul pada bayi, misalnya kelainan bawaan,
gangguan pernapasan, bahkan kematian janin.
Umumnya diabetes tipe ini akan diderita selama masa kehamilan dan kembali
normal setelah melahirkan. Meski begitu, terdapat sejumlah kasus yang tidak
terkendali sehingga diabetes mellitus dapat berkembang lebih lanjut pasca
melahirkan.
Oleh karena bisa berkembang lebih lanjut, diabetes tipe ini harus ditangani
secara ekstra. Caranya dengan berkonsultasi ke dokter ahli secara rutin, diperlukan
suntikan insulin untuk mengontrol kadar glukosa darah yang tinggi, dan didukung
perencanaan makan yang baik. Perencanaan makan harus memperhatikan kebutuhan
kalori per hari, komposisi zat makanan, dan kebutuhan vitamin serta mineral.
Penderita gestational DM sebaiknya melakukan pengukuran HbAlc. Kadar
HbAlc yang meningkat pada 12 minggu pertama kehamilan menandakan adanya
kehamilan dengan diabetes mellitus yang dapat meningkatkan risiko cacat lahir
(kelainan kongenital). Jika pada kehamilan dini kadar HbAlc lebih besar dari 12,
risiko keguguran (abortus) juga semakin meningkat. Keracunan kehamilan
(preeklampsia) yang berat, air ketuban berlebih (hidramnion), hipertensi, janin
tumbuh besar (makrosomia), kematian janin dalam kandungan, dan gawat janin
adalah faktor yang mempersulit persalinan ibu hamil dengan diabetes mellitus. Oleh
karenanya, ibu hamil yang terkena diabetes mellitus harus melahirkan di rumah sakit
untuk mengurangi risiko kematian bayi dan ibu.
3. Gejala klinis
Gejala diabetes mellitus tipe I dan tipe ll tidak banyak berbeda. Hanya
gejalanya lebih ringan dan prosesnya lambat, bahkan kebanyakan orang tidak
merasakan adanya gejala. Akibatnya, penderita baru mengetahui menderita diabetes
mellitus setelah timbul komplikasi, seperti penglihatan menjadi kabur atau bahkan
mendadak buta, timbul penyakit jantung. penyakit ginjal, gangguan kulit dan saraf,
atau bahkan terjadi pembusukan pada kaki (gangren).
Berikut ini adalah gejala yang umumnya dirasakan penderita diabetes mellitus:
a. Sering buang air kecil. Tingginya kadar gula dalam darah yang dikeluarkan
lewat ginjal selalu diiringi oleh air atau cairan tubuh maka buang air kecil
menjadi lebih banyak. Bahkan tidur di malam hari kerap terganggu karena harus
bolak-balik ke kamar kecil.
b. Haus dan banyak minum. Banyaknya urin yang keluar meyebabkan tubuh
berkurang sehingga kebutuhan akan air (minum) meningkat.
c. Fatigue (lelah). Rasa lelah muncul karena energi akibat berkurangnya glukosa
dalam jaringan/sel. Kadar gula dalam darah yang tinggi tidak bisa optimal
masuk dalam sel oleh menurunnya fungsi insulin sehingga orang tersebut
kekurangan energi.
d. Rasa lelah, pusing, keringat dingin, tidak bisa konsentrasi disebabkan oleh
menurunnya kadar gula. Setelah seseorang mengkonsumsi gula reaksi pankreas
meningkat (produksi uinsulin meningkat menimbulkan hipoglikemik (kadar
gula rendah).
e. meningkatnya berat badan. Berbeda dengan diabetes mellitus tipe 1 yang
kebanyakan mengalami penurunan berat badan, penderita tipe 2 seringkali
mengalami peningkatan berat badan. Hal ini disebabkan terganggunya
metabolisme karbohidrat karena hormon lainnya juga terganggu.
f. GatalGatal disebabkan oleh mengeringnya kulit (gangguan pada regulasi cairan
tubuh) yang membuat kulit mudah luka dan gatal. Dalam kedokteran Cina, hal
ini bisa terlihat di lidah, coating dari lidah pasien tersebut sangat tebal, cairan
tubuh kental, dan sirkulasinya terhambat. Akibatnya, energi panas meningkat
(damp-heat) menyebabkan timbulnya iritasi di kulit (gatal).
g. Gangguan immunitas, Meningginya kadar glukosa dalam darah menyebabkan
pasien diabetes sangat sensitif terhadap penyakit infeksi. Hal ini disebabkan
oleh menurunnya fungsi sel-sel darah putih. Infeksi yang sering muncul pada
pasien diabetes mellitus ialah infeksi kandung kemih, infeksi kulit (acne),
infeksi jamur (candidiasis), dan infeksi saluran pernapasan
h. Gangguan mata. Penglihata berkurang disebabkan oleh perubahan cairan dalam
lensa mata. Pandangan akan tampak berbayang disebabkan adanya kelumpuhan
pada otot mata.
i. Polyneuropathy, Gangguan sensorik pada saraf periferal (kesemutan/baal) di
kaki dan tangan.
4. Patofisiologi
Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian ke lambung dan
selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan, makanan yang terdiri atas
karbohidrat dipecah menjadi glukosa, protein dipecah menjadi asam amino dan lemak
menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu diedarkan ke seluruh tubuh untuk
dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar. Supaya
berfungsi sebagai bahan bakar zat makanan itu harus diolah, dimana glukosa dibakar
melalui proses kimia yang menghasilkan energi yang disebut metabolisme.
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu
memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin
adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas, bila insulin
tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa tetap berada di
pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat.
Pada Diabetes Mellitus tipe 1, terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan
predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respons autoimun dipacu
oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu
sendiri. Pada Diabetes Mellitus tipe 2, jumlah insulin normal tetapi jumlah reseptor
insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk
kedalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat.
a). DM Tipe 1 ( DMT 1 = Diabetes Mellitus Tergantung Insulin )
DMT 2 adalah DM tidak tergantung insulin. Pada tipe ini, pada awalnya
kelainan terletak pada jaringan perifer (resistensi insulin) dan kemudian disusul
dengan disfungsi sel beta pankreas (defek sekresi insulin), yaitu sebagai berikut :
(Tjokroprawiro, 2007)
a. Sekresi insulin oleh pankreas mungkin cukup atau kurang, sehingga glukosa
yang sudah diabsorbsi masuk ke dalam darah tetapi jumlah insulin yang efektif
belum memadai.
b. Jumlah reseptor di jaringan perifer kurang (antara 20.000-30.000) pada
obesitas jumlah reseptor bahkan hanya 20.000.
c. Kadang-kadang jumlah reseptor cukup, tetapi kualitas reseptor jelek, sehingga
kerja insulin tidak efektif (insulin binding atau afinitas atau sensitifitas insulin
terganggu).
d. Terdapat kelainan di pasca reseptor sehingga proses glikolisis intraselluler
terganggu.
e. Adanya kelainan campuran diantara nomor 1,2,3 dan 4. DM tipe 2 ini
Biasanya terjadi di usia dewasa. Kebanyakan orang tidak menyadari telah
menderita dibetes tipe 2, walaupun keadaannya sudah menjadi sangat serius.
Diabetes tipe 2 sudah menjadi umum di Indonesia, dan angkanya terus bertambah
akibat gaya hidup yang tidak sehat, kegemukan dan malas berolahraga (Riskesdas,
2007).
Krisnatuti,diah. 2014. diet sehat untuk penderita diabetes mellitus. Jakarta: penebar swadaya