Anda di halaman 1dari 18

HUKUM PERDATA

Penyusun :
Kelompok 3
Enrico Ramadhani (1111190130)
Ade Rizky Kurniawan (1111190140)
Indah Fajarwati (1111190150)
Muhammad Yusuf (1111190160)
Ilham Jamil (1111190170)
Siti Nuralimah (1111190180)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami tim penyusun panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena
dengan rahmat,karunia, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat di
selesaikan. Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
untuk menyelesaikan makalah ini terutama orang tua, guru, serta teman-teman semuanya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Hukum Perdata Indonesia. Diluar itu,kami menyadari bahwa
kami sebagai manusia biasa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah,baik dari
segi tata bahasa,susunan kalimat maupun isi.Oleh sebab itu,kami selaku penyusun menerima
segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.Sekiranya


makalah dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Serang,10 oktober 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 LATAR BELAKANG .......................................................................... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH ...................................................................... 2

1.3 TUJUAN …………………………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 3

2.1 ISTILAH DAN PENGERTIAN .......................................................... 3

2.2 PENGERTIAN HUKUM PERDATA MATERIAL FORMAL........... 5

2.3 SEJARAH HUKUM PERDATA ......................................................... 6

2.4 SUMBER-SUMBER HUKUM PERDATA ......................................... 7

2.5 ASAS HUKUM PERDATA ................................................................. 8

2.6 RUANG LINGKUP HUKUM PERDATA .......................................... 10

2.7 SISTEMATIKA HUKUM PERDATA ................................................ 11

2.8 HUKUM PERDATA MATERIIL DI INDONESIA ............................ 13

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 14

3.1 SIMPULAN .......................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya kehidupan antara seseorang itu didasarkan pada adanya suatu
“hubungan”, baik hubungan atas suatu kebendaan atau hubungan yang lain. Adakalanya
hubungan antara seseorang atau badan hukum itu tidak berjalan mulus seperti yang
diharapkan, sehingga seringkali menimbulkan permasalahan hukum. Sebagai contoh sebagai
akibat terjadinya hubungan pinjam meminjam saja seringkali menimbulkan permasalahan
hukum. Atau contoh lain dalam hal terjadinya putusnya perkawinan seringkali menimbulkan
permasalahan hukum. Hal tersebut termasuk dalam masalah hukum perdata.Hukum perdata
di Indonesia adalah sekumpulan peraturan yang berisi perintah dan larangan yang dibuat oleh
pihak yang berwenang sehingga dapat dipaksakan pemberlakuaanya berfungsi untuk
mengatur masyarakat demi terciptanya ketertiban disertai dengan sanksi bagi pelanggarnya.
Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subyek
hukum dan hubungan antara obyek hukum. Hukum perdata disebut pula hukum privat atau
hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan negara serta kepentingan umum (misalnya politik dan pemilu (hukum tata
negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha negara),
kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk atau
warga negara sehari- hari.
Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada hukum perdata di Belanda, khususnya
hukum perdata Belanda pada masa penjajahan. Bahkan Kitab Undang-undang Hukum
Perdata (dikenal KUHPerdata.) yang berlaku di Indonesia tidak lain adalah terjemahan yang
kurang tepat dari Burgerlijk Wetboek (atau dikenal dengan BW) yang berlaku di kerajaan
Belanda dan diberlakukan di Indonesia (dan wilayah jajahan Belanda) berdasarkan azas
konkordansi. Untuk Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda, BW
diberlakukan mulai 1859. Hukum perdata Belanda sendiri disadur dari hukum perdata yang
berlaku di Perancis dengan beberapa penyesuaian.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana istilah dan pengertian hukum perdata?
2. Apa pengertian hukum perdata material dan formal ?
3. Bagaimana sejarah hukum perdata?
4. Apa saja sumber-sumber hukum perdata?
5. Apa saja asas-asas hukum perdata?
6. Apa saja ruang lingkup hukum perdata?
7. Bagaimana sistematika hukum perdata?
8. Bagaimana hukum perdata materiil di Indonesia?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui berbagai macam tentang hukum perdata

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 . Istilah dan pengertian
Hukum bisa diartikan seperangkat kaidah dan perdata diartikan yang mengatur hak,

harta benda dan hubungan antar orang atas dasar logika atau kebendaan.Hukum perdata

disebut juga hukum private karena mengatur kepentingan seseorang.Hukum perdata

mengatur kepentingan yang bersifat keperdataan, istilah hukum perdata pertama kali

diperkenalkan oleh Prof. Djojodigueno sebagai terjemahan dari burgerlijkrecht pada

masa kependudukan jepang. Disamping istilah itu, sinonim hukum perdata adalah

civielrecht dan privatrecht.

2.1.1. Pengertian hukum menurut para ahli

 Menurut Vollmar

Hukum perdata adalah aturan-aturan atau norma-norma yang memberikan

pembatasan dan oleh karenanya memberikan perlindungan pada kepentingan-

kepentingan perseorangan dalam perbandingan yang tepat antara kepentingan

yang satu dengan kepentingan yang lain dari orang-orang dalam suatu masyarakat

tertentu terutama yang mengenai hubungan keluarga dan hubungan lalu lintas.

 Menurut Sudikno Mertokusumo

Hukum perdata adalah hubungan antar perorangan yang mengatur hak dan

kewajiban orang perseorangan yang satu terhadap yang lain di dalam hubungan

kekeluargaan dan di dalam pergaulan masyarakat. Pelaksanaannya diserahkan

masing-masing pihak.

 Menurut Prof.R.Subekti

Hukum perdata dalam arti yang luas meliputi semua hukum privat materiil

yaitu segala hukum pokok yang mengatur mengenai kepentingan-kepentingan

perseorangan.

3
 Menurut Prof.H.R.Sardjono

Hukum Perdata ialah norma atau kaidah-kaidah yang menguasai manusia

dalam masyarakat dalam hubungannya terhadap orang lain, dan Hukum perdata

pada dasarnya menguasai kepentingan perseorangan. Hukum perdata mengatur

hubungan antara orang dengan orang atau badan hukum dalam pergaulan

kemasyarakatan mereka.

2.1.2. Pengertian hukum perdata dan hubungannya

Hukum perdata adalah segala aturan hukum yang mengatur hubungan hukum

antara orang yang satu dengan orang yang lain dalam hidup bermasyarakat.

Hubungan hukum perdata tersebut dapat terjadi karena:

a. Perjanjian antara pihak yang satu dan pihak yang lain,misalnya, jual beli,sewa

menyewa, hutang pihutang,tukar menukar,dan pemberian kekuasaan .

b. Ketentuan undang-undang, yang bermanfaat atau saling menguntungkan bagi

pihak-pihak, misalnya, perwakilan sukarela (zaakwaarneming), pembayaran tanpa

utang (onverschuldidge betaling), perbuatan menurut hukum (rechtmatige daad),

dan pewarisan.

c. Ketentuan undang-undang, yang merugikan orang lain, misalnya, perbuatan

melawan hukum (onrechtmatige daad).

Hukum perdata merupakan salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan
kewajiban yang dimiliki subjek hukum. Subjek hukum adalah pelaku. Subjek hukum ada dua,
yaitu manusia dan badan hukum (PT, firma, yayasan dan sebagainya). Hukum perdata ada
karena kehidupan seseorang didasarkan pada adanya suatu “hubungan”, bagi hubungan
berdasarkan kebendaan atau hubungan yang lain. Hukum perdata bertujuan untuk mengatur
hubungan diantara penduduk atau warga Negara sehari-hari, seperti kedewasaan seseorang,
perkawinan, perceraian, kematian, waris, harta benda, kegiatan usaha dan tindakan bersifat
perdata lainnya. karena hukum perdata “rangkaian peraturan-peraturan ukum yang
mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dan orang lain dengan menitikbertkan
pada kepentingan perseorangan”. Hukum perdata merupakan ketentuan yang mengatur dan
membatasi tingkah laku manusia dalam memenuhi kepentingannya serta membatasi
kehidupan

4
manusia atau seseorang dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan atau kepentingannya.

Hukum perdata juga disebut hukum privat atau hukum sipil (civil law). Hukum privat adala

hukum yang baik materi maupun prosesnya didasarkan kepada kepentingan pribadi-pribadi.

Misalnya ketika terjadi transaksi jual beli rumah, kedua belah pihak berhak untuk

menentukan metode pembayaran , apakah kontak atau kredit. Jual beli ini merupakan urusan

pribadi sehingga institusi publik seperti polisi atau jaksa tidak berhak untuk ikut campur

dalam prosesnya. Jadi, ketika ditemukan masalah perdata dan polisi atau jaksa turut campur

dalam kasus tersebut (dengan membawa baju institusinya), maka tindakan aparat tersebut

patut dicurigai. Namun ketika terjadi penipuan, misalnya rumah dijual bukan hak milik si

penjual, maka kasus ini bisa dilaporkan ke polisi. Hukum perdata menentukan, bahwa

didalam perhubungan antar mereka, orang harus menundukkan diri kepada apa saja dan

norma-norma apa saja yang harus mereka indahkan. Dalam hal ini hukum perdata

memberikan wewenang-wewenang di satu pihak dan di lain pihak ia membebankan

kewajiban-kewajiban, yang pemenuhannya dan justru ini adalah inti aturan hukum, jika perlu

dapat dipaksakan dengan bantuan penguasa.

2.2. Pengertian hukum perdata material dan formal


- Hukum perdata material

Hukum perdata material adalah menerangkan perbuatan-perbuatan apa yang

dapat dihukum serta hukuman-hukuman apa saja yang dapat dijatuhkan. Hukum

material menentukan isi sesuatu perjanjian, sesuatu perhubungan atau sesuatu

perbuatan. Dalam pengertian hukum material, perhatiannya ditujukan kepada isi

peraturan.

5
- Hukum perdata formal

Hukum perdata formal adalah menunjukkan cara mempertahankan atau

menjalankan peraturan-peraturan itu dan dalam perselisihan maka hukum formil

itu menunjukkan cara menyelesaikan di muka hakim. Hukum formil disebut

juga ukum acara. Dalam pengertian hukum formil, focus peratiannya ditujukan

kepada cara mempertahankan atau melaksanakan isi peraturan.

2.3. Sejarah hukum perdata


Hukum perdata tertulis yang berlaku di Indonesia saat ini merupakan

ketentuan produk pemerintah Hindia Belanda yang diberlakukan berdasarkan asas

konkordansi. Artinya bahwa hukum yang berlaku di negeri jajahan (Hindia Belanda) sama

dengan ketentuan hukum yang berlaku di Negeri Belanda. Pada mulanya hukum perdata

Belanda dirancang oleh suatu panitia yang dibentuk pada tahun 1814 yang diketuai oleh

Mr.J.M.Kemper (1776-1824). Pada tahun 1816, J.M.Kemper menyampaikan rencana kode

hukum tersebut kepada pemerintah belanda. Rencana kode hukum belanda didasarkan pada

hukum belanda kuno. Kode hukum ini diberi nama Ontwerp Kemper. Namun Ontwerp

Kemper ini mendapat tantangan yang keras dari P.Th.Nicolai. Nicolai merupakan anggota

parlemen yang berkebangsaan belgia dan juga menjadi presiden pengadilan belgia. Pada

tahun 1824 J.M.Kemper meninggal dunia. Selanjutnya penyusunan kodifikasi kode hukum

perdata diserahkan pada Nicolai. Akibat perubahan tersebut, hukum yang sebelumnya

didasarkan kepada hukum kebiasaan atau hukum kuno tetapi dalam perkembangannya

sebagian besar kode hukum belanda didasarkan pada kode civil prancis. Kode civil ini juga

meresepsi hukum romawi, corpus civilis dari Justiniaus. Jadi hukum perdata belanda

merupakan gabungan dari hukum kebiasaan atau hukum kuno belanda dan kode civil prancis.

Berdasarkan atas gabungan berbagai ketentuan tersebut maka pada tahun 1838 hukum

perdata ditetapkan dengan Stb.1838. Sepuluh tahun kemudian, tepatnya pada 1 mei 1848

kodifikasi hukum perdata belanda diberlakukan di Indonesia, itu merupakan hasil panitia

kodifikasi yang diketuai oleh Mr. C.J. Scholten van Oud-Haarlem. Maksud dari kodifikasi
pada waktu itu untuk mengadakan persesuaian antara hukum dan keadaan di Indonesia

6
dengan hukum dan keadaan negeri Belanda. Jadi pada saat itulah hukum perdata belanda

mulai berlaku di Indonesia, KUHPer Indonesia dapat dikatakan suatu copy KUHPer Belanda

yang hanya diberlakukan bagi orang-orang Eropa dan dipersamakan dengan mereka.

2.4. Sumber-sumber hukum perdata


Menurut vollmar, ada 2 sumber hukum perdata yaitu sumber hukum perdata tertulis

dan hukum sumber perdata yang tidak tertulis yaitu kebiasaan. Berikut ini beberapa sumber

hukum sumber hukum perdata tertulis diantaranya yaitu:

a. Algemene bepalingen van wetgeving(AB) yaitu ketentuan umum pemerintah hindia

belanda yang diberlakukan di indonesia

b. Burgelijk wetboek (BW) atau KUH Perdata yaitu ketentuan hukum produk hindia

belanda yang diberlakukan di indonesia berdasarkan asas koncordantie

c. KUH Dagang atau wetboek van Koopandhel (WvK) yaitu KUH Dagang yang terdiri

dari 754 pasal meliputi buku I (Mengenai dagang secara umum) dan buku II

(Mengenai hak dan kewajiban yang muncul dalam pelayaran.

d. Undang-undang No.5 tahun tahun 1960 tentang pokok Agraria, UU ini mencabut

pemberlakukan Buku II KUHP yang berkaitan dengan hak atas tanah, kecuali hipotek.

Secara umum, UU ini mengatur tentang hukum pertanahan yang berlandaskan pada

hukum adat.

e. Undang-undang No.4 Tahun 1996 tentang ketentuan pokok perkawinan.

f. Undang-ungang No.4 Tahun 1996 tentang hak tanggungan atas tanah beserta yang

berkaitan dengan tanah.

g. Undang-undang No.42 Tahun 1996 tentang jaminan fisudia.

h. Undang-undang No.24 tahun 2004 tentang lembaga jaminan simpanan.

i. Instruksi Presiden No.1 Tahun 1991 tentang komplikasi hukum islam.

7
2.5. Asas Hukum Perdata
1. Asas Kebebasan Berkontrak

Asas ini mengandung makna bahwa setiap orang bisa mengadakan perjanjian

baik yang telah diatur dalam Undang-Undang maupun yang belum diatur dalam

Undang-Undang. Asas ini terdapat dalam 1338 ayat 1 KUHP yang menyatakan

bahwa “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang

bagi yang membuatnya”.

2. Asas Konsesualisme

Asas ini dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat 1 KUH Perdata. Pada pasal

tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah adanya kata

kesepakatan antara kedua belah pihak. Asas ini merupakan asas yang menyatakan

bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal, melainkan cukup

dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan adalah persesuaian

antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak.

3. Asas Kepercayaan

Asas ini mengandung pengertian bahwa setiap orang yang akan mengadakan

perjanjian akan memenuhi setiap prestasi yang diadakan diantara mereka

dibelakang hari.

4. Asas Kekuatan Mengikat

Asas ini menyatakan bahwa perjanjian hanya mengikat bagi para pihak yang

mengikatkan diri pada perjanjian tersebut dan sifatnya hanya mengikat.

5. Asas Persamaan Hukum

Asas ini mengandung makna bahwa subjek hukum membuat yang membuat

perjanjian memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam hukum.

Mereka tidak boleh dibeda-bedakan antara satu sama lainnya, walaupun subjek

hukum itu berbeda warna kulit, agama, dan ras.

8
6. Asas Keseimbangan

Asas ini adala asas yang menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan

melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut prestasi

dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi melalui kekayaan debitur,

namun debitur memikul pula kewajiban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan

itikad baik.

7. Asas kepastian hukum (asas pacta sunt servanda)

Asas kepastian hukum merupakan asas yang berbungan dengan adanya akibat

dari suatu perjanjian. Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau

pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak,

sebagaimana layaknya sebuah Undang-Undang. Mereka tidak boleh melakukan

intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak.

8. Asas Moral

Asas moral adalah asas yang terikat dalam perikatan wajar, ini berarti

perbuatan seseorang yang sukarela tidak bisa menuntut hak baginya untuk

menggugat prestasi dari pihak debitur. Hal ini terlihat dalam zaakwarneming,

yaitu seseorang melakukan perbuuatan dengan sukarela (moral). Yang

bersangkutan mempunyai kewajiban hukum untuk meneruskan dan

menyelesaikan perbuatannya. Salah sat faktor yang memeberikan motivasi pada

yang bersangkutan melakukan perbuatan hukum itu adala didasarkan pada

kesusilaan (moral) sebagai panggilan hati nuraninya.

9. Asas Perlindungan

Asas perlindungan mengandung pengertian bahwa antara debitur dan kreditur

arus dilindungi oleh hukum. Namun, yang perlu mendapat perlindungan itu adalah

pihak debitur, karena pihak ini berada pada posisi yang lemah. Asas-asas inilah

yang menjadi dasar pijakan dari para pihak dalam menentukan dan membuat suatu

kontrak/perjanjian dalam kegiatan hukum sehari-hari.

9
10. Asas Kepatutan

Asas kepatutan tertuang dalam Pasal 1339 KUH Perdata. Asas ini berkaitan

dengan ketentuan mengenai isi perjanjian yang diharuskan oleh kepatutan

berdasarkan sifat perjanjiannya.

11. Asas Kepribadian (Personality)

Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang

akan melakukan dan/atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan

perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan 1340 KUH Perdata.

12. Asas Itikad Baik (Good Faith)

Sesuai dengan pasal 1338 ayat 3 KUHP yang berbunyi “Perjanjian harus

dilakukan dengan itikad baik”. Asas ini merupakan asas bahwa para pihak, yaitu

pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan

kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari para pihak.

2.6. Ruang lingkup dalam Hukum Perdata


1. Hukum Perdata Dalam Arti Luas

Hukum perdata dalam arti luas pada hakekatnya meliputi semua hukum privat

materill, yaitu segala hukum pokok (hukum materill) yang mengatur kepentingan-

kepentingan perseorangan, termasuk hukum yang tertera dalam KUH Perdata (BW),

KUHD, serta yang diatur dalam sejumlah peraturan (undang-undang) lainnya, seperti

mengenai koperasi, perniagaan, kepailitan, dan lain-lain.

2. Hukum Perdata Dalam Arti Sempit

Hukum perdata dalam arti sempit diartikan sebagai kebalikan dari hukum dagang.

Hukum perdata dalam arti sempit adalah hukum perdata sebagaimana terdapat didalam

KUH Perdata.Jadi hukum perdata dalam arti sempit merupakan KUH Perdata itu

sendiri. Sedangkan hukum perdata dalam arti luas didalamnya terdapat KUH Perdata

dan hukum dagang yang terdapat dalam KUHD.

10
Hukum perdata juga meliputi hukum acara perdata, yaitu ketentuan-ketentuan mengatur

tentang cara seseorang mendapatkan keadilan di muka hakim berdasarkan hukum

perdata, mengatur mengenai bagaimana aturan menjalankan gugatan terhadap

seseorang, kekuasaan pengadilan mana yang berwenang untuk menjalankan gugatan

dan lain sebagainya. Hukum perdata juga terdapat di dalam Undang-undang Hak Cipta,

UU Tentang Merk dan Paten, keseluruhannya termasuk dalam Hukum Perdata dalam

arti luas.

2.7. Sistematika Hukum Perdata


1. Menurut Undang-Undang sebagaimana termuat dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata terdiri atas 4 buku, yaitu:

- Buku I, yang berjudul Perihal Orang (Van Personen), yang memuat Hukum

Perorangan dan Hukum Kekeluargaan.

- Biku II, yang berjudul Perihal Benda (Van Zaken), yang memuat Hukum Benda

dan Hukum Waris.

- Buku III, yang berjudul perihal perikatan (Van Verbintennissen), yang memuat

Hukum Harta Kekayaan yang berkenan dengan hak-hak dan kewajiban yang

berlaku bagi-orang-orang atau pihak tertentu.

- Buku IV, yang berjudul perihal pembuktian dan kadaluwarsa (Van Bewijs en

Berjaring), yang memuat perihal alat-alat pembuktian dan akibat-akibat lewat

waktu terhadap hubungan-hubungan hukum.

Sistematika tersebut tidak statis karena dalam perkembangannya,sistematika

mengalami perubahan. Hal ini tampak dalam sistem hukum belanda yang

diundangkan pada tanggal 3 Desember 1987 Stb.590 dan mulai berlaku 1 april 1988.

Hukum perdata terbagi menjadi lima buku :

Buku I : tentang Hukum orang dan keluarga (personen-en-famili-erecht).

Buku II : tentang Badan Hukum (Rechtspersoon).

Buku III: tentang Hak Kebendaan (Van Zaken).


Buku IV: tentang Perikatan (Van Verbintenissen).

11
Buku V : tentang Daluwarsa (Van Verjaring).

Dalam KUHP Perdata lama, tidak diatur tentang badan hukum secara khusus. Hal ini

disebabkan orang mempelajari atau membicarakan masalah badan hukum dengan

sebenar-benarnya,sesudah kodifikasi selesai dibuat.

2. Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum, Hukum Perdata (yang termuat dalam KUHPer)

terdapat 4 bagian, yaitu:

- Hukum Perorangan (Personenrecht) yang memuat antara lain:

a. Peraturan-peraturan tentang manusia sebagai subyek hukum,

b. Peraturan-peraturan tentang kecakapan untuk memiliki hak-hak dan bertindak

sendiri melaksanakan hak-haknya itu.

- Hukum Keluarga (Familierecht) yang memuat antara lain:

a. Perkawinan beserta hubungan dalam hukum harta kekayaan antara suami/istri.

b. Hubungan antara orangtua dan anak-anaknya (kekuasaan orangtua-ouderlijke

macht)

c. Perwalian (voogdij)

d. Pengampunan (curalele).

- Hukum Harta Kekayaan (Vermogensrecht), yang mengatur tentang hubungan-

hubungan hukum yang dapat dinilaikan dengan uang. Hukum Harta Kekayaan

meliputi;

a. Hak mutlak, yaitu hak-hak yang berlaku terhadap tiap orang;

b. Hal perorangan, yaitu hak-hak yang hanya berlak terhadap seorang atau suatu

pihak tertentu saja.

- Hukum Waris (Erfrecht), yang mengatur tentang benda atau harta kekayaan seseorang

jika meninggal dunia (mengatur akibat-akibat dari hubungan keluarga terhadap harta

peninggalan seseorang).

12
2.8. Hukum Perdata Materiil di Indonesia
Hukum perdata yang berlaku di Indonesia beraneka ragam (pluralistis) artinya

hukum perdata yang berlaku itu terdiri dari berbagai macam ketentuan hukum, ada

penduduk yang tunduk pada hukum adat,hukum islam,dan hukum perdata Barat.

Pluralism hukum ini sudah ada sejak zaman kolonial belanda sampai saat ini. Ada dua

penyebab munculnya pluralisme dalam hukum perdata, yaitu karena adanya:

1. Politik pemerintah hindia belanda.

2. Belum adanya ketentuan hukum perdata yang berlaku secara nasional.

Pemerintah Hindia Belanda membagi penduduk di daerah jajahannya atas tiga

golongan yang dikemukakan berikut ini:

1. Golongan Eropa dan dipersamakan dengan itu.

2. Golongan Timur Asing. Timur Asing dibagi menjadi Timur Asing Tionghoa

dan bukan Tionghoa. Termasuk bukan Tionghoa seperti, orang

arab,Pakistan,india,dan lain-lain.

3. Bumi Putra, yaitu orang asli Indonesia

Politik pemerintah Hindia Belanda itu diatur dan dituangkan dalam

pasal 131 I.S. Konsekuensi logis dari pembagian golongan di atas ialah

timbulnya perbedaan sistem hukum yang diberlakukan kepada mereka. Bagi

golongan Eropa dan dipersamakan dengan itu, serta golongan Timur Asing

Tionghoa berlaku keseluruhan hukum perdata Eropa sebagaimana yang

tertuang di dalam Stb. 1848 dan Stb. 1919. Sedangkan bagi Timur Asing

bukan Tionghoa berlaku hukum adatnya masing-masing. Begitu

juga,golongan Bumi Putra berlaku hukum adat yang telah direseptio dari

hukum islam.

13
BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan

Hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan antar individu dalam

pergaulan masyarakat. Jadi, hukum perdata adalah hukum pokok yang mengatur

kepentingan-kepentingan perorangan. Dan bersifat privat, dalam peradilan hukum

perdata diutamakan perdamaian karena hukum perdata itu tidak hanya difungsikan

untuk menghukum seseorang, tetapi juga sebagai alat untuk mendapatkan keadilan dan

perdamaian.

14
DAFTAR PUSTAKA

Kansil, C.S.T.1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta:Balai

Pustaka.

Kansil, C.S.T.1993. Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2. Jakarta: Balai Pustaka.

Muhammad, Abdulkadir.2014.Hukum Perdata Indonesia. Badung: PT Citra Aditya

Bakti.
Merkokusumo, Sudikno R.M.2001. Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW). Jakarta:
Departemen Pendidikan Indonesia.

http://adikanina1987.wordpress.com/2013/02/28/ruang-lingkup-hukum-perdata.html.
(9 oktober 2019)

http://www.seputarpengetahuan.co.id/2018/03/pengertian-hukum-perdata-sejarah-
asas-sumber-hukum-jenis-jenis.html. (10 oktober 2019)

15

Anda mungkin juga menyukai