vi
ABSTRACT
vii
RINGKASAN
Tibia dan fibula merupakan tulang yang terletak pada tungkai bawah. Tibia
berperan dalam menopang berat tubuh sedangkan fibula berperan terutama dalam
perlekatan otot-otot disekitarnya. Tibia terletak pada sisi anteromedial dari tungkai
dan merupakan tulang terbesar kedua pada tubuh manusia. Pada bagian proximal,
tulang tibia melebar membentuk dua bulatan yang disebut condylus medialis dan
condylus lateralis yang menggantung corpus di medial, lateral, dan posterior, yang
membentuk permukaan artikular superior yang relatif rata atau plateau tibia.
Fraktur merupakan suatu kondisi dimana terdapat putusnya kontinuitas
tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epiphysis, baik yang bersifat total maupun
parsial yang pada umumnya disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang
berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung,
biasanya disertai cedera di jaringan sekitarnya. Manifestasi klinis fraktur dapat
berupa nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstrimitas, krepitus,
pembengkakan lokal, dan perubahan warna. Penyebab fraktur dikelompokan
menjadi peristiwa patologis dan peristiwa trauma (kekerasan) misalnya saja
kecelakaan lalu lintas.
Kecelakaan dapat diartikan sebagai tiap kejadian yang tidak direncanakan
dan terkontrol yang dapat disebabkan oleh manusia, situasi, faktor lingkungan,
ataupun kombinasi-kombinasi dari hal-hal tersebut yang mengganggu proses kerja
dan dapat menimbulkan cedera, kesakitan, kematian, kerusakaan property ataupun
kejadian yang tidak diinginkan lainnya. Melihat tingginya angka fraktur pada tulang
tibia dan fibula akibat kecelakaan lalu lintas serta sedikitnya penelitian mengenai
fraktur tulang tibia dan fibula akibat kecelakaan lalu lintas, maka penulis terdorong
untuk melakukan kajian ilmiah untuk mengetahui penyebaran, frekuensi, pola
ataupun gambaran dari fraktur cruris akibat kecelakaan lalu lintas menurut data
rekam medis RSUP Sanglah, Bali periode Mei 2015-April 2016.
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif yang melihat
kejadian fraktur cruris akibat kecelakaan lalu lintas berdasarkan data rekam medis
di RSUP Sanglah, Denpasar periode Mei 2015-April 2016. Jenis penelitian ini
termasuk dalam desain penelitian cross-sectional descriptive study. Pada penelitian
ini semua pasien yang mengalami fraktur pada regio cruris akibat kecelakaan lalu
lintas yang terdaftar sebagai penderita fraktur akibat kecelakaan di RSUP Sanglah
Denpasar menjadi populasi target, sedangkan populasi terjangkau pada penelitian
ini adalah semua pasien patah tulang (fraktur) yang mengalami fraktur pada regio
cruris akibat kecelakaan lalu lintas yang terdaftar sebagai penderita fraktur akibat
kecelakaan di RSUP Sanglah. Penderita harus terdaftar dalam rekam medis RSUP
Sanglah pada periode Mei 2015-April 2016. Teknik penentuan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik total sampling. Jadi sampel dari penelitian ini
diambil dari populasi target, yaitu seluruh pasien fraktur pada regio cruris akibat
kecelakaan lalu lintas di RSUP Sanglah Denpasar dan telah memenuhi kriteria
inklusi dan ekslusi. Pasien yang tidak memiliki variabel-variabel yang dicari dalam
rekam medis dieksklusi pada penelitian ini. Variabel yang diteliti pada penelitian
ini adalah profil dari penderita fraktur yang datang dan melakukan rawat inap di
RSUP Sanglah Denpasar berdasarkan umur, jenis kelamin, waktu kejadian
kecelakaan, tipe fraktur, lokasi fraktur, tulang yang terlibat dalam fraktur, dan status
keluar pasien dari RSUP Sanglah Denpasar.
viii
Data dikumpulkan dan diolah dengan menggunakan komputer melalui
program SPSS, data dianalisa secara deskriptif dengan menghitung distribusi
frekuensi tiap variabel penelitan kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk narasi,
tabel, dan diagram bar. Hasil dari penelitian ini adalah profil pasien fraktur cruris
yang mengalami kecelakaan lalu lintas dan dirawat inap di Rumah Sakit Umum
Pusat (RSUP) Sanglah periode Mei 2015–April 2016 sebagian besar berjenis
kelamin laki-laki (68,2%), berada dalam rentang umur 20-29 tahun (28,4%),
kecelakaan terjadi paling sering pada pada bulan Juni (15,9%). Sebagian besar
fraktur merupakan fraktur terbuka (61,4%) dengan lokasi fraktur tersering yakni di
regio cruris bagian kanan (55,7%) dan di bagian tengah dari tulang (35,2%), tulang
tibia dan fibula merupakan tulang terbanyak yang mengalami fraktur (62,5%).
Setelah penelitian ini dipublikasikan diharapkan masyarakat selalu waspada
saat berkendaraan. Masyarakat juga perlu diberikan pemahaman tentang tata cara
berkendara yang benar seperti menggunakan alat pelindung saat berkendara dan
batas kecepatan maksimum yang masih diperbolehkan. Kemudian juga masyarakat
harus diedukasi mengenai bahayanya fraktur cruris akibat kecelakaan lalu lintas
serta hal-hal yang harus dilakukan jika menemukan korban kecelakaan lalu lintas.
Untuk pelayanan kesehatan perlu untuk meningkatkan komunikasi dan edukasi
terhadap masyarakat untuk memberikan informasi terkait bahayanya fraktur cruris
akibat kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi dan menimbulkan komplikasi yang
serius namun sering disepelekan oleh masyarakat. Kemudian juga perlu
dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai fraktur cruris akibat kecelakaan lalu
lintas dengan cakupan penelitian yang lebih luas jumlah sampel dan variabel yang
lebih banyak serta tidak hanya menggunakan data rekam medis. Studi lebih lanjut
mengenai kebiasaan orang berkendara juga perlu dilakukan dan disarankan
menggunakan studi longitudinal kohort untuk mengetahui hubungan sebab akibat
antar variable yang akan diteliti.
ix
SUMMARY
The tibia and fibula are bones that located in the lower limbs. Tibia role in
sustaining the weight of the body while the fibula role especially in the attachment
of the muscles around it. Tibia is located on anteromedial side of the leg and it is
the second largest bone in the human body. In the proximal part, tibia widens to
form two spheres called condylus medial and lateral that hanging condylus corpus
in the medial, lateral, and posterior part. This part forms are relatively flat or called
tibia plateau.
Fracture is a condition where there is a break of continuity of the bone,
cartilage joint, and cartilage epiphysis, either it is total or partial which generally
caused by trauma where there is excessive pressure on the bone, either in the form
of direct trauma and trauma indirectly. Clinical manifestations of fracture can be a
pain, loss of function, deformity, shortening of the extremities, crepitus, local
swelling, and discoloration. The causes is divided into pathological fractures and
traumatic fracture. Traffic accidents is one of traumatic fracture type.
Accidents can be defined as any event that is not planned and controlled to
be caused by humans, environmental factors, or combinations of these things that
disrupt the work process and can cause injury, illness, death, loss of property or
even other unexpected events. Given the high number of fractures of the tibia and
fibula in a traffic accident, and there only few studies on bone fractures of the tibia
and fibula in a traffic accident, the authors are encouraged to conduct a scientific
study to determine the spread, frequency, and pattern of the fracture cruris that
caused by traffic accidents according to medical records in Sanglah General
Hospital, Bali during May 2015 to April 2016.
This study is a descriptive cross-sectional study that was performed by
reviewing the medical records of all patients who were hospitalized at Sanglah
General Hospital for cruris fracture that caused by road traffic accidents during May
2015 to April 2016. This study use retrospective techniques. In this study, all
patients who have fracture in the cruris regio that caused by traffic accidents were
registered in Sanglah General Hospital becoming the target population, while the
accessible population were all patients with fractures in the cruris regio that caused
by traffic accidents and registered as patients in Sanglah General Hospital during
May 2015 to April 2016. The sampling technique in this study is using total
sampling technique. So the sample of this study is all patients who have fracture in
the cruris regio that caused by traffic accidents in Sanglah General Hospital in
Denpasar during May 2015 to April 2016 and the samples must have been meet the
inclusion and exclusion criteria. Patients who do not have the variables that sought
in the medical records were excluded in this study. The variables that examined in
this study are the profile of patients who have fracture in cruris regio and come for
hospitalization in Sanglah General Hospital in Denpasar based on age, gender, time
of the accidents occurrence, type of fracture, location of the fracture, the bone that
involved in the fracture, and the patient’s condition after receiving treatment in
Sanglah General Hospital Denpasar.
Data were collected and processed by SPSS, the data were analyzed
descriptively by calculating the frequency distribution for each variable study and
the result is presented in narrative form, tables, and bar charts. Most cases occurred
among male (68.2%), age range 20-29 years (28,4%) have higher rate of fracture,
x
the time accidents have occurred most frequently in June (15.9%). Most fractures
are open fractures (61.4%) with the most common location of the fracture is in the
right part of the cruris bones (55.7%) and in the middle part of the bones (35.2%),
tibia and fibula are the most bone which have fractured (62,5%).
After this study published, public are expected to always be alert while
driving. Society also needs to be given an understanding of how to drive with
correct procedures such as using protective equipment when driving and the
maximum speed limit that still allowed. Also the public must be educated about the
dangers of cruris fracture that caused by traffic accidents and the things that must
to do if find traffic accident victims. For health services is need to improve the
communication and education of the public to provide information related to the
dangers of cruris fracture that caused by traffic accidents which frequently occur
and cause serious complications. Furthermore, additional studies are needed with
wider study coverage, greater number of samples, more variables and not just using
medical records. Further study of the habits of the drive also needed to be done and
suggested using a longitudinal cohort study to determine the causal relationship
between variables.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM .................................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ..................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI .................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
RINGKASAN ...................................................................................................... viii
SUMMARY .............................................................................................................x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................xv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xvii
xii
2.3.3 Klasifikasi ..................................................................................12
2.3.4 Patofisiologi ...............................................................................14
2.3.5 Manifestasi Klinik ......................................................................15
2.3.6 Diagnosis....................................................................................16
2.3.7 Komplikasi .................................................................................17
2.4 Kecelakaan Lalu Lintas ........................................................................18
2.4.1 Faktor Penyebab Kecelakaan ....................................................19
2.5 Kecelakaan Sebagai Faktor Penting Terjadinya Fraktur ......................21
xiii
5.1.3 Gambaran Populasi Studi Berdasarkan Waktu Kejadian...........32
5.1.4 Gambaran Populasi Studi Berdasarkan Tipe Fraktur.................34
5.1.5 Gambaran Populasi Studi Berdasarkan Lokasi Fraktur .............34
5.2 Pembahasan ..........................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Anatomi Tulang .................................................................................................7
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
5.1 Distribusi Frekuensi Populasi Studi Berdasarkan Kelompok Umur ................31
xvi
DAFTAR SINGKATAN
SINGKATAN
RI : Republik Indonesia
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada era ini semua negara bersaing dalam hal teknologi dan pembangunan.
menular pada saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang penting sedangkan
penyakit tidak menular semakin tinggi angkanya. Hal ini berdampak pada ruang
tidak menular pada tahun 1995 sebesar 41,7% naik pada tahun 2001 menjadi 49,9%
penyakit yang menyerang tulang dan jaringan otot. Saat ini penyakit muskuloskletal
kesehatan di seluruh dunia. Salah satu penyakit muskuloskletal yang sering terdapat
kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epiphysis baik yang bersifat
1
2
total ataupun parsial yang pada umumnya disebabkan oleh trauma dimana terdapat
tekanan yang berlebihan pada tulang, baik itu berupa trauma langsung maupun
(Chairuddin, 2003; Price dan Wilson, 2006). Sebagian besar kasus fraktur
disebabkan oleh kecelakaan dimana hal ini disebabkan akibat seiring bertambahnya
sektor lalu lintas berkembang baik dari segi jumlah pemakai jalan, jumlah pemakai
dan kematian yang cukup tinggi. Lebih dari 3400 orang meninggal di jalan raya di
seluruh dunia setiap hari dan puluhan juta orang terluka atau mengalami disabilitas
setiap tahunnya akibat kecelakaan lalu lintas. Menurut WHO (2015), kecelakaan
dan diprediksi akan menduduki peringkat kelima pada tahun 2030. Sebanyak 90%
menengah dan rendah dimana jumlah alat transportasi yang ada sekitar 54% dari
Provinsi Bali sebagai salah satu tujuan wisata dari seluruh dunia tentunya
tidak luput dari kecelakaan lalu lintas yang dapat menyebabkan fraktur. Menurut
data registrasi Dinkes Provinsi Bali (2011), didapatkan data fraktur sebanyak 3065
kasus (8,9%) dari seluruh penyakit yang dirawat di Rumah Sakit di Bali dimana
kasus terbanyak terdapat di RSUP Sanglah yaitu sebanyak 1322 kasus (43,13%).
3
Dari seluruh kasus fraktur, fraktur anggota gerak merupakan kejadian yang paling
banyak terjadi yaitu sekitar 643 kasus (48,64%). Hal ini diperkuat dengan data
Rekam Medis RSUP Sanglah (2012), didapatkan jumlah pasien fraktur sebanyak
974 kasus dari semua jenis fraktur, dimana kasus fraktur tertinggi yaitu fraktur
anggota gerak sebanyak 448 kasus (45,99%) dari semua kasus fraktur lainnya.
menunjukan lokasi patah tulang terbanyak pada korban meninggal kecelakaan lalu
lintas adalah pada tulang bagian ekstremitas bawah. Dari sekian banyak kasus
fraktur di Indonesia, fraktur pada ekstremitas bawah akibat kecelakaan lalu lintas
memiliki prevalensi yang paling tinggi diantara fraktur lainnya yaitu sekitar 46,2%
Salah satu jenis fraktur yang paling sering terjadi pada ekstremitas bawah
adalah fraktur cruris. Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia
dan fibula yang biasanya terjadi pada bagian proksimal, diafisis, atau persendian
pergelangan kaki. Fraktur pada lokasi ini sangat sering dijumpai pada kecelakaan
lalu lintas. Menurut data Depkes RI (2011), dari 45.987 orang dengan kasus fraktur
ekstremitas bawah akibat kecelakaan, 14.027 orang mengalami fraktur cruris, 3.775
orang mengalami fraktur tibia, 970 orang mengalami fraktur pada tulang-tulang
kecil di kaki dan 336 orang mengalami fraktur fibula. Sebuah penelitian yang
Nepal, dari 1337 sampel didapatkan bahwa tulang tibia dan fibula merupakan
tulang tersering yang mengalami frakur akibat kecelakaan bermotor dengan angka
lalu lintas khususnya tulang pada bagian regio cruris, serta masih sedikitnya
kecelakaan lalu lintas maka penulis terdorong untuk melakukan kajian ilmiah untuk
mengetahui penyebaran, frekuensi, pola ataupun gambaran dari fraktur cruris akibat
kecelakaan lalu lintas menurut data rekam medis RSUP Sanglah, Bali periode Mei
2015-April 2016.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
karakteristik cedera fraktur cruris akibat kecelakaan lalu lintas dan dapat
fraktur.