MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Psikologi Pendidikan
Makalah ini dibuat pada tanggal 30 November 2014
dan dipresentasikan tanggal 5 November 2014
Di susun oleh :
Deden Rumdani (1136000027 )
Desi Sumanti (1136000031)
Gania Khoerunnisa Kosasih (1136000054)
Irma Maesaroh (1136000065)
Yetti Alfiyani (1136000164)
Kelas D
Fakultas Psikologi
2014 M / 1436 H
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Atkinson, psikologi adalah ilmu yang mempelajari proses mental dan
tingkah laku manusia. Psikologi didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang memahami
perilaku manusia, alasan dan cara melakukan sesuatu, dan memahami cara makhluk berpikir
dan berperasaan (Gleitman, 1986). Sementara pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia ialah pengubahan sikap dan tata laku seseorang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Maka, psikologi pendidikan adalah
subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan seperti
prinsip-prinsip belajar, pengembangan dan pembaruan kurikulum, ujian dan evaluasi bakat
Dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa mengalami suatu hambatan
seperti lupa materi pelajaran, mengalami kejenuhan dalam belajar dan sebagainya. Kesulitan
belajar yang dialami karena hambatan tersebut membuat resah para guru dan orang tua. Guru
senantiasa memberikan metode pembelajaran yang baik agar dapat dipahami namun, masih
saja kurang bisa memahami kesulitan siswa lebih lanjut. Maka, terdapat suatu teori yang
menjelaskan semua itu lebih rinci. Oleh karena itu, makalah ini berjudul “Prestasi, Lupa,
PEMBAHASAN
Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dalam sebuah program. Padanan kata evaluasi adalah assessnment yang
menurut Tardif (1989) berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai
seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Selain kata evaluasi dan
assessnment ada pula kata lain yang searti dan relatif lebih masyhur dalam dunia pendidikan
sedangkan evaluasi yang berarti mengungkapkan dan pengukuran hasil belajar yang pada
dasarnya merupakan proses penyusunan deskripsi siswa, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif.
a) Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu
kurun waktu proses belajar tertentu. Hal ini berarti dengan evaluasi guru dapat mengetahui
kemajuan perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil proses belajar dan mengajar yang
melibatkan dirinya selaku pembimbing dan pembantu kegiatan belajar siswanya itu.
b) Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya.
Dengan demikian, hasil evaluasi itu dapat dijadikan guru sebagai penetap apakah siswa
tersebut termasuk kategori cepat, sedang, atau lambat dalam arti mutu kemampuan
belajarnya.
c) Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar. Hal ini berart
dengan evaluasi, guru akan dapat mengetahui gambaran tingkat usaha siswa. Hasil yang baik
pada umumnya menunjukan tingkat usaha yang efisien, sedangkan hasil yang buruk adalah
(kemampuan kecerdasan yang dimilikinya) untuk keperluan belajar. Jadi, hasil evaluasi itu
e) Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah
digunakan guru dalam proses mengajar-belajar. Dengan demikian, apabila sebuah metode
yang digunakan guru tidak mendorong munculnya prestasi belajar siswa yang memuaskan,
Berdasarkan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Pasal 58 (1) evaluasi hasil belajar peserta
didik dilakukan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik
secara berkesinambungan.
Sementara Fungsi Evaluasi yaitu : fungsi administratif untuk penyusunan daftar nilai dan
pengisisan buku rapor, fungsi promosi untuk menetapkan kenaikan atau kelulusan, fungsi
remedial teaching (pengajaran perbaikan), Sumber data BK untuk memasok data siswa
pengembangan pada masa yang akan datang yang meliputi pengembangan kurikulum,
Kegiatan pretest dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian materi
baru. Tujuannya ialah untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang
akan disajikan. Post test adalah kebalikan dari pretest, yakni kegiatan evaluasi yang dilakukan
guru pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf
b) Evaluasi Prasyarat
Evaluasi jenis ini sangat mirip dengan pretest. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi
pengusaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan.
c) Evaluasi Diagnostik
Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan
d) Evaluasi Formatif
Evaluasi jenis ini kurang lebih sama dengan ulangan yang dilakukan pada setiap akhir
penyajian satuan pelajaran atau modul. Tujuannya ialah untuk memperoleh umpan balik yang
e) Evaluasi Sumatif
Ragam penilaian sumatif kurang lebih sama dengan ulangan umum yang dilakukan
untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan
program pengajaran.
f) UAN/UN
Ujian Akhir Nasional atau Ujian Nasional pada prinsipnya sama dengan evaluasi sumatif
Berikut syarat Alat Evaluasi : langkah pertama yang perlu ditempuh guru dalam menilai
prestasi belajar siswa adalah menyusun alat evaluasi yang sesuai dengan kebutuhan, dalam
arti tidak menyimpang dari indikator dan jenis prestasi yang diharapkan. Prasyarat pokok
penyusunan alat evaluasi yang baik dalam presfektif psikologi belajar meliputi dua macam,
evaluasi dipandang reliabel atau tahan uji, apabila memiliki konsistensi atau keajegan hasil.
Validitas berarti keabsahan atau kebenaran. Sebuah alat evaluasi dipandang valid apabila
a) Bentuk Objektif
Bentuk objektif atau tes objektif, yakni tes yang jawabannya dapat diberi skor nilai
secara lugas (seadanya) menurut pedoman yang ditentukan sebelumnya. Ada 5 macam tes
Soal-soal dalam tes ini berbentuk pernyataan yang pilihan jawabannya hanya dua
macam, yaitu ‘B’ jika benar, dan ‘S’ jika salah. Dalam dunia pendidikan modern, tes
semacam itu sudah lama ditinggalkan karena dua alasan : tes ‘B-S’ tidak menghargai
kreatifitas akal siswa karena mereka hanya didorong untuk memilih salah satu dari dua
alternatif jawaban, tes ‘B-S’ dalam beberapa segi tertentu dianggap sangat rendah tingkat
reliabilitasnya.
Item-item dalam tes pilihan berganda biasanya berupa pertanyaan atau pernyataan yang
dapat dijawab dengan memilih salah satu dari empat atau lima alternatif jawaban yang
mengiringi setiap soal. Pada zaman modern sekarang ini, dunia pendidikan khususnya di
Barat sudah mulai meninggalkan tes pilihan berganda kecuali untuk keperluan-keperluan di
luar pengukuran prestasi belajar. Alasan-alasan ditinggalnya jenis tes ini ialah : kurang
mendorong kreatifitas ranah cipta dan karsa siswa, karena ia hanya merasa disuruh
berspekulasi, yakni menebak dan menyilang secara untung-untungan, sering terdapat dua
jawaban (di antara empat atau lima alternatif) yang identik atau sangat mirip, sehingga
terkesan kurang diskriminatif, sering terdapat satu jawaban yang sangat mencolok
Tes pencocokan disusun dalam dua daftar yang masing-masing memuat kata, istilah, atau
4) Tes Isian
Alat tes isian biasanya berbentuk cerita atau karangan pendek, yang pada bagian-bagian
5) Tes Perlengkapan
Cara menyelesaikan tes melengkapi pada dasarnya sama dengan cara menyelesaikan tes
isian. Perbedaannya terletak pada kalimat-kalimat yang digunakan sebagai instrumen. Dalam
tes melengkapi kalimat-kalimat yang tersusun dalam bentuk karangan atau cerita pendek,
b) Bentuk Subjektif
Alat evaluasi yang berbentuk tes subjektif adalah alat pengukur prestasi belajar yang
jawabannya tidak ternilai dengan skor atau angka pasti, seperti yang digunakan untuk
evaluasi objektif. Hal ini disebabkan banyaknya ragam gaya jawaban yang diberikan oleh
para siswa. Instrumen evaluasi mengambil bentuk essay examination, yakni soal ujian
mengharuskan siswa menjawab setiap pertanyaan dengan cara menguraikan atau dalam
Adapun indikator prestasi belajar menurut Abin Syamsudin Makmur (2000: 26), dengan
mengutip pendapat Benjamin Bloom, indikator prestasi belajar mencakup tiga ranah, yaitu
ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Ranah kognitif seperti pengamatan,
seperti penerimaan, indikatornya adalah menunjukan sikap menerima dan menunjukan sikap
menolak. Ranah psikomotor seperti keterampilan bergerak dan bertindak indikatornya adalah
Setelah mengetahui indikator prestasi belajar di atas, guru perlu pula mengetahui
bagaimana kiat menetapkan batas minimal keberhasilan belajar para siswanya. Keberhasilan
dalam arti luas berarti keberhasilan yang meliputi ranah cipta, rasa, dan karsa siswa.
Keberhasilan tidak hanya terikat oleh kiat penilaian yang bersifat kognitif, tetapi juga
Menetapkan batas minimum keberhasilan belajar siswa selalu berkaitan dengan upaya
pengungkapan hasil belajar. Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan
tersebut ialah : norma skala angka dari 0 sampai 10, dan norma skala angka dari 0 sampai
100.
Evaluasi prestasi terdiri dari evaluasi prestasi kognitif, afektif dan psikomotor.
Evaluasi prestasi kognitif yaitu mengukur keberhasilan siswa yang dari segi dimensi
kognitif (ranah cipta) dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tertulis maupun
tes lisan dan perbuatan. Afektif (ranah rasa) yaitu jenis-jenis prestasi internalisasi dan
karakterisasi yang setidaknya mendapat perhatian khusus. Alasannya, karena kedua jenis
prestasi ranah rasa itulah yang lebih banyak mengendalikan sikap dan perbuatan siswa.
keberhasilan belajar yang berdimensi ranah psikomotor (ranah karsa) adalah observasi.
Observasi, dalam hal ini, dapat diartikan sebagai sejenis tes mengenai peristiwa, tingkah laku,
Lupa adalah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-
apa yang sebelumnya telah dipelajari. Secara sederhana, Gulo (1982) dan Reber (1988)
mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah
dipelajari atau dialami. Dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa hilangnya informasi dan
pengetahuan dari akal. Menurut Wittig (1981) peristiwa lupa yang dialami tak mungkin dapat
diukur secara langsung. Misalnya, jika anda meminta penjelasan kepada seorang siswa, Ali
misalnya mengenai materi pelajaran tertentu kemudian Ali menyebutkan hampir seluruh
bagian pelajaran tersebut. Maka, hal yang tak dapat ia katakan adalah hal yang mungkin
terlupakan olehnya.
Faktor pertama karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang
ada dalam sistem memori siswa. Ganguan konflik terbagi menjadi dua macam, yaitu :
1) Proactive interference
Seorang siswa gangguan proaktif apabila materi pelajaran lama yang sudah tersimpan
peristiwa ini bisa terjadi apabila siswa tersebut mempelajari sebuah materi pelajaran
yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang
waktu yang pendek. Dalam hal ini, materi baru saja dipelajari akan sangat sulit diingat
2) Retroactive interference
Gangguan retroaktif yaitu apabila materi pelajaran baru membawa konflik dan
gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran lama yang telah lebih dahulu
tersimpan dalam subsistem akan permanen siswa tersebut. Dalam hal ini, materi
pelajaran lama akan sulit diingat atau diproduksi kembali. Dengan kata lain, siswa
Faktor kedua, terjadi karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja
a. karena item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan dan sebagainya) yang
b. Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah
c. Karena item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke alam
bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah dipergunakan. Pendapat tersebut
didasarkan pada repression theory yaitu teori represi atau penekanan (Reber, 1998).
Istilah “alam ketidaksadaran dan “alam bawah sadar” merupakan gagasan Sigmund
Ketiga, faktornya adalah perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dan waktu
mengingat kembali (Anderson, 1990). Jika seseorang mengenal atau mempelajari hewan
jerapah dari gambar-gambar yang ada di sekolah misalnya, kemungkinan ia lupa menyebut
nama hewan tadi ketika melihatnya di kebun binatang. Keempat, lupa terjadi karena sikap
dan minta siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu. Meskipun seorang siswa
mengikuti proses mengajar-belajar dengan tekun dan serius, tetapi karena suatu hal sikap dan
minat siswa tersebut menjadi sebaliknya (seperti ketidaksenangan kepada guru)maka materi
pelajaran itu akan mudah terlupakan. Kelima, menurut Law of disuse, lupa terjadi karena
materi pelajaran tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian
ahli, materi yang diperlakukan demikian dengan sendirinya akan masuk ke alam bawah sadar
atau bercampur aduk dengan materi pelajaran baru. Keenam, lupa terjadi karena perubahan
urat syaraf otak. Misalnya, seorang siswa terkena penyakit tertentu seperti keracunan,
kecanduan alkohol dan gegar otak akan kehilangan ingatan atas informasi yang ada dalam
memori permanennya.
Penempuan baru menyimpulkan bahwa lupa dapat dialami seorang siswa apabila item
informasi yang ia serap rusak sebelum masuk ke memori permanennya. Item yang rusak
(delay) tidak hilang dan tetap diproses oleh sistem memori siswa tadi, tetapi terlalu lemah
untuk dipanggil kembali. Kerusakan item informasi tersebut mungkin disebabkan karena
tenggang waktu (delay) antara saat diserapnya item informasi dengan saat proses pengkodean
dan transformasi dalam memori jangka pendek siswa tersebut (Best, 1989 ; Anderson, 1990).
Menurut pandangan psikologi kognitif materi pelajaran yang terlupakan masih ada
dalam subsistem akal permanen siswa namun terlalu lemah untuk dipanggil atau diingat
kembali. Banyak siswa yang mengeluhkan “kehilangan ilmu” tetapi setelah relearning atau
akademik yang lebih memuaskan daripada kinerja sebelumnya. Hal ini bermakna bahwa
informasi yang rusak atau lemah dalam memori para siswa, sehingga berhasil mencapai
Menurut Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson (1990) adalah sebagai berikut :
1. Overlearning
Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan
dasar atas materi pelajaran tertentu. Overlearning terjadi apabila respons atau reaksi
belajar. Misalnya jika penambahan waktu belajar maka siswa belajar dari satu jam
menjadi dua jam, sementara frekuensi aktivitas belajar yaitu siswa belajar dari satu
3. Mnemonic device adalah kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk
berisikan kata-kata yang harus diingat pada anak TK, singkatan berupa huruf awal
misalnya MIMIN (Nabi Musa, Nabi Ibrahim, Nabi Muhammad, Nabi Isa dan Nabi
Nuh), system kata pasak digunakan untuk mengingat kata dan istilah yang memiliki
watak yang sama dan dibentuk berpasangan seperti panas-api, metode Losai yaitu
menggunakan tempat khusus dan terkenal sebagai penempatan kata dan istilah yang
harus diingat. Loci berasal dari kata locus yang artinya tempat. Misalnya : gedung
kelompok kecil yang lebih logis dalam arti memiliki lafal yang sama. Misalnya
dan seterusnya
DPRD.
c. Daftar III terdiri atas singkatan atas nama-nama badan internasional : WHO, ILO
dan sebagainya.
5. Latihan terbagi adalah latihan terkumpul maksudnya siswa membagi latihan dalam
alokasi waktu yang pendek dan dipisah-pisahkan di antara waktu istirahat. Upaya
hukum jost.
6. Pengaruh letak sambung yaitu siswa menyusun daftar kata-kata yang diawali dan
diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat dan ditulis menggunakan huruf dan
warna yang mencolok agar melekat erat dalam subsistem akal permanen siswa.
Terdapat beberapa cara yang bias ditempuh guru agar murid tidak mudah melupakan
materi pelajaran :
tanda khusus yang tertulis pada papan tulis dengan warna yang berbeda.
c. Mengaitkan materi yang sebelumnya, materi yang baru dan materi yang
Secara harfiah arti kejenuhan ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi
memuat apapun. Selain itu, jenuh juga dapat berti jemu atau bosan. Dalam belajar, disamping
siswa sering mengalami kelupaan ia juga terkadang mengalami peristiwa negative lainnya
yang disebut jenuh belajar yang dalam bahasa psikologi lazim disebut learning plateau atau
plateau (baca: Pletou) saja. Peristiwa jenuh ini kalau dialami seorang siswa yang sedang
dalam proses belajar (kejenuhan belajar dapat membuat siswa tersebut merasa telah
memubajirkan usahanya.
Kejenuhan belajar ialah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi
tidak mendatangkan hasil (reber, 1988). Seorang siswa yang mengalami kejenuhan belajar
merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak ada
kemajuan. Tidak adanya kemajuan hasil belajar ini pada umumnya tidak berlangsung
selamanya, tetapi dalam rentang waktu tertentu saja, misalnya seminggu. Namun tidak sedikit
siswa yang mengalami rentang waktu yang membawa kejenuhan itu berkali-kali dalam satu
periode belajar tertentu.
Seorang siswa yang sedang dalam keadaan jenuh sistem akalnya tak dapat bekerja
sebagaimana yang diharapkan dalam memproses item-item informasi atau pengalaman baru,
sehingga kemajuan belajarnya seakan-akan “jalan ditempat”.kemajuan belajar seperti ini bila
digambarkan akan membentuk kurva yang tampak seperti ganris mendatar yang lazim
disebut palteau.
Kejenuhan belajar dapat melanda seorang siswa yang kehilangan motivasi dan
konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum sampai pada tingkat
keterampilan berikutnya.
Kejenuhan belajar dapat melanda siswa apabila siswa telah kehilangan motivasi dan
kehilangan konsolidasi salah satu tingkat ketrampilan tertentu sebelum sisswa tertentu sampai
pada keteampilan berikutnya (caplin, 1972). Selain itu, kejenuhan juga dapat terjadi karena
proses belajar siswa telah sampai pada batas kemampuan jasmanisahnya karena bosan
(boring) dan keletihan (fatigue) namun, penyebab kejenuhan yang paling umum adalah
keletihan yang melanda siswa, karena keletihan dapat menjadi penyebab munculnya perasaan
bosan pada siswa yang bersangkutan.
Menurut cross (1974) dalam bukunya the psychology of learning, keletihan siswa
dapat dikategorikan menjadi tiga macam yakni:
Keletihan fisik dan keletihan indra dalam hal ini mata dan telinga pada umumnya dapat
dikurangi atau dihilangkan lebih mudah setelah siswa beristirahat cukup terutama tidur
nyenyak dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang cukup bergizi. Sebaliknya,
keletihan mental tak dapat diatasi dengan cara yang sesederhana cara mengatasi keletihan-
keletihan lainnya. Itulah sebabnya keletihan mental dipandang sebagai faktor utama
penyebab munculnya kejenuhan belajar.
Ada empat faktor penyebab keletihan mental siswa :
1. Karena kecemasan siswa terhadap dampak negative yang ditimbulkan oleh keletihan
itu sendiri.
2. Karena kecemasan siswa terhadap standar atau patokan keberhasilan bidang-bidang
studi tertentu yang dianggap terlalu tinggi terutama ketika siswa tersebut sedang
merasa bosan mempelajari bidang-bidang studi tadi.
3. Karena siswa berada ditengah-tengah situasi kompetitif yang ketat dan menuntut lebih
banyak kerja intelek yang berat.
4. Karena siswa mempercayai konsep kinerja akademik iang optimum, sedangkan dia
sendiri menilai belajarnya sendiri hanya berdasarkan ketentuan yang ia buat (self-
imposed)
Istilah transfer belajar berasal dari bahasa inggris “transfer of learning” yangberarti :
pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dalam bidang studi yang satu ke
bidang studi yang lain atau ke kehidupan sehari-hari diluar lingkup pendidikan sekolah.
Pemindahan atau pengalihan ini menunjuk pada kenyataan, bahwa hasil belajar yang
diperoleh, digunakan di suatu bidang atau situasi diluar lingkup bidang studi dimana hasil itu
mula-mula diperoleh. Misalnya, hasil belajar bidang studi geografi, digunakan dalam
mempelajari bidang studi ekonomi; hasil belajar dicabang olahraga main bola tangan,
digunakan dalam belajar main basket; hasil belajar dibidang fisika dan kimia, digunakan
dalam mengatur kehidupan sehari-hari. Hasil studi yang dipindahkan atau dialihkan itu dapat
ketrampilan motorik dan sikap. Berkat pemindahan dan pengalihan hasil belajar itu,
Istilah Transfer belajar berarti pemindahan atau pengalihan hasil belajar dari
matapelajaran yang satu ke mata pelajaran yang lain atau dari kehidupan sehari-hari diluar
lingkungan sekolah. Adanya pemindahan atau pengalihan ini menunjukkan bahwa ada hasil
belajar yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam memahami materi
pelajaran yang lain. Hasil belajar yang diperoleh dan dapat dipindahkan tersebut, dapat
dengan pentingnya transfer belajar maka guru dalam proses pembelajaran harus membekali si
sehari-hari.
Transfer dalam belajar ada yang bersifat positif dan ada yang negatif. Transfer belajar
dapat diterapkan untuk mempelajari situasi yang baru, contoh ketampilan mengendarai
sepeda motor, akan mempermudah belajar mengendarai kendaraan bermotor roda empat.
Atau dengan kata lain, respon yang lama dapat memudahkan untuk menerima stimulus yang
baru. Disebut transfer negatif jika pengalaman atau kecakapan yang lama menghambat untuk
transfer positif biasanya terjadi bila ada kesamaan elemen antara materi yang lama dengan
materi yang baru. Contoh: seorang siswa yang telah menguasai matematika akan mudah
mempelajari statistika. Contoh lain yang lebih gambling ialah kepandaian mengendarai
mengemukakan empat macam tansfer belajar yaitu transfer Positif, transfer negatif, transfer
1. Transfer Positif
Yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Misalnya
2. Transfer Negatif
Transfer atau pemindahan berefek buruk yaitu mempersukar dan mempersulit dalam
dalam arus lalu lintas yang bergerak disebelah kiri jalan, yang diperoleh seseorang selama
tinggal di Indonesia, akan menimbulkan kesulitan bagi orang itu bila ia pindah kesalah satu
Negara Eropa Barat, yang arus lalu lintasnya bergerak disebelah kanan jalan.
Yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan/ keterampilan
sederajat.
Penjelasan lebih lanjut mengenai aneka ragam transfer baik dari Thorndike maupun
a. Transfer positif
Transfer yang berefek lebih baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Transfer
positif yakni belajar dalam situasi yang dapat membantu belajar dalam situasi-situasi lain.
“Memperoleh keuntungan’ berarti bahwa pemindahan atau pengalihan hasil belajar itu
berperanan positif, yaitu mempermudah dan menolong dalam menghadapi tugas belajar yang
lain dalam kurikulum di sekolah atau dalam mengatur kehidupan sehari-hari, transfer belajar
Transfer positif dapat terjadi daam diri seorang siswa apabila guru membantu untuk
belajar dalam situasi tertentu yang mempermudah siswa tersebut belajar dalam situasi-situasi
lainnya. Dalam hal ini, transfer positif menurut Barlow (1985) adalah learning in one
situation helpful in other situations, yakni belajar dalam suatu situasi yang dapat membantu
b. Transfer Negatif
Transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Transfer negatif
dapat dialami seorang siswa apabila ia belajar dalam situasi tertentu yang memiliki pengaruh
“Mengalami hambatan” berarti bahwa pemindahan atau pengalihan hasil belajar itu
berperanan negatif, yautu mempersukar dan mempersulit dalam menghadapi tugas belajar
yang lain dalam rangka kurikulum sekolah, atau dalam mengatur kehidupan sehari-hari,
Transfer negatif dapat dialami seorang siswa apabila ia belajar dalam situasi tertentu
situasi-situasi lainnya. Pengertian ini diambil dari Educational Psychology: The Teaching-
Learning Process oleh Daniel Lenox Barlow (1985) yang menyatakan bahwa transfer negatif
itu berarti, learning in one situation has a damaging effect in other situations.
Individu yang sudah terbiasa mengetik dengan menggunakan dua jari, kalau belajar
mengetik dengan sepuluh jari akan lebih banyak mengalami kesukaran daripada orang yang
baru belajar mengetik. Artinya, ketrampilan yang sebelumnya sudah dimiliki menjadi
Menghadapi kemungkinan terjadinya tranfer negatif itu, yang penting bagi guru
adalah menyadari dan sekaligus menghindari para siswanya dari situasi-situasi belajar
tertentu yang diduga keras berpengaruh negatif terhadap kegiatan belajar para siswa tersebut
c. Transfer vertikal
Transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar/pengetahuan yang lebih tinggi.
Transfer vertikal (tegak lurus) dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila pelajaran yang
telah dipelajari dalam situasi tertentu membantu siswa tersebut dalam menguasai
pengurangan pada waktu duduk di kelas II akan mudah mempelajari perkalian pada waktu
d. Transfer lateral
Transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan/ketrampilan
yang sederajat. Tranfer lateral (ke arah samping) dapat terjadi dalam diri seorang siswa
apabila ia mampu menggunakan materi yang telah dipelajarinya untuk mempelajari materi
yang sama kerumitannya dalam situasi-situasi yang lain. Dalam hal ini, perubahan waktu dan
Misalnya, seorang lulusan STM yang telah menguasai tehknologi “X” dari
sekolahnya dapat menjalankan mesin tersebut di tempat kerjanya. Di samping itu juga
mengandung elemen dan kerumitan kurang lebih sama dengan mesin “X” tadi.
Transfer positif, seperti yang telah diutarakan di muka, akan mudah mudah terjadi
pada diri seorang siswa apabila situasi beajarnya dibuat sama atau mirip dengan situasi
sehari-hari yang akan ditempati siswa tersebut kelak dalam mengapilkasikan pengetahuan
dan keterampilan yang telah ia peajari di sekolah. Transfer positif dalam pengertian seperti
inilah sebenarnya yang perlu diperhatikan guru, mengingat tujuan pendidikan secara umum
adalah terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas inilah yang didapat dari
Sementara itu, menurut teori yang dikembangkan Thorndike, transfer positif hanya
akan terjadi apabila dua materi pelajaran memiliki kesamaan unsure. Teori kesamaan unsur
ini telah memberi pengaruh besar terhadap pola pengembangan kurikuum di Amerika Serikat
Transfer positif, akan mudah terjadi pada diri seorang siswa apabila situasi
belajarnya dibuat sama atau mirip dengan situasi sehari-sehari yang akan ditempati siswa
tersebut kelak dalam mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajari di
sekolah. Misalnya, siswa yang telah pandai membaca Al-Qur’an akan secara otomatis mudah
belajar Bahasa Arab, karena ada kesamaan elemen (sama-sama bertulisan arab). Pengetahuan
tentang letak geografis suatu daerah, akan sangat membantu dalam memahami masalah
perekonomian yang dihadapi oleh penghuni daerah itu, ketrampilan mengendarai sepeda
Berdasarkan hasil-hasil riset kognitif antara lain seperti di atas, Anderson (1990)
yakin bahwa transfer positif hanya akan terjadi pada diri seorang siswa apabila dua wilayah
pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari siswa tersebut menggunakan dua fakta dan
pola yang sama, dan membuahkan hasil yang sama pula. Dengan kata ain, dua domain
Kesulitan belajar tidak hanya dirasakan siswa yang berkemampuan rata-rata dan
rendah tetapi juga bagi siswa yang kemampuan tinggi. Hal ini disebabkan banyak faktor yang
menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai harapan. Namun kesulitan belajar
dapat dilihat juga dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti berkelahi,
yang bersifat kognitif seperti intelegensi siswa, bersifat afektif seperti labilnya emosi
dan sikap, bersifat psikomotor seperti terganggunya indera penglihat dan pendengar.
b. Faktor ekstern meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan yang tidak
mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini terbagi ada tiga macam : lingkungan
jenis kesulitan belajar. Diagnosis terdiri dari beberapa langkah atau prosedur seperti prosedur
3. Mewawancarai orang tua atau wali siswa untuk mengetahui yang dapat
dialami
5. Memberikan tes intelegensi (IQ) kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan
belajar. Akan tetapi untuk langkah ini guru bias bekerja sama dengan biro konsultasi
psikologi.
belajar yang dihadapi siswa. Contohnya : Badu mengalami kesulitan menghafal kata
benda dalam bahasa jepang. kata benda terdiri dari benda-benda yang ada pada tempat
yang berbeda-beda seperti sekolah, pasar dan sebagainya yang digunakan sebagai
macam :
b. Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru dengan bantuan
c. Bidang kecakapan bermasalah yang tidak dapat ditangani oleh guru maupun orang
tua. Contohnya bidang kecakapan yang terlalu sulit untuk ditangani yang
itu memerlukan pendidikan khusus dan perawatan khusus agar kecakapan yang
Berikut contoh program pengajaran remedial yang dikaitkan dengan masalah yang
dihadapi :
jepang.
Tujuan remedial : Badu dapat menghafal kata benda yang ada pada tempat yang
berbeda-beda seperti sekolah, pasar dan sebagainya yang digunakan sebagai dasar
Materi remedial : a. Beragam kartu seri yang bergambar dan dibawah gambar
Evaluasi remedial : menggunakan instrument tes isian yang terdiri atas kata-kata
benda baik berupa gambar yang dimunculkan maupun berupa kata benda yang harus
dilaksanakan lebih cepat maka tentu saja lebih baik. Kemudian, dilakukan pada
tempat yang memadai agar siswa bisa memusatkan perhatiannya terhadap proses
1. Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang
adalah assessnment yang menurut Tardif (1989) berarti proses penilaian untuk
menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
2. Terdapat beberapa ragam evaluasi yaitu : pre-test dan post-test, evaluasi prasyarat,
evaluasi diagnostik, evaluasi formatif, evaluasi sumatif, uan/un. Sementara Ragam alat
3. Lupa adalah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-
4. Faktor-faktor penyebab lupa yaitu faktor pertama karena gangguan konflik antara
item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa. Ganguan
konflik terbagi menjadi dua macam, yaitu : proactive interference dan retroative
interference.
5. Menurut Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson (1990) kiat mengurangi lupa
4. Kejenuhan belajar ialah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi
tidak mendatangkan hasil (reber, 1988). Adapun menurut cross (1974) dalam bukunya
the psychology of learning, keletihan siswa dapat dikategorikan menjadi tiga macam
yakni: keletihan indra siwa, keletihan fisik siswa, keletihan mental siwa.
5. Istilah transfer belajar berasal dari bahasa inggris “transfer of learning” yang berarti :
pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dalam bidang studi yang
satu ke bidang studi yang lain atau ke kehidupan sehari-hari diluar lingkup pendidikan
sekolah.
mengemukakan empat macam tansfer belajar yaitu : transfer positif, transfer negatif,
7. Kesulitan belajar tidak hanya dirasakan siswa yang berkemampuan rata-rata dan
rendah tetapi juga bagi siswa yang kemampuan tinggi. Hal ini disebabkan banyak
faktor yang menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai harapan. Faktor
penyebab kesulitan belajar yaitu : faktor intern, dan faktor ekstern. Selain itu, terdapat