Pengaruh Kecerdasan Moral Religiusitas
Pengaruh Kecerdasan Moral Religiusitas
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Magister Sains (M.Si)
Bidang Psikologi Pendidikan
Oleh:
Bambang Subahri
NIM: 2113070000006
MAGISTER PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
LEMBAR PERNYATAAN
NIM : 2113070000001
Moral, Religiusitas dan Gaya Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa pada
Mata Pelajaran Aqidah Akhlak” adalah benar merupakan karya sendiri dan
kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan tesis ini telah dicantumkan sumber
Bambang Subahri
NIM: 2113070000006
ABSTRAK
A. Magister Psikologi
B. Februari 2016
C. Bambang Subahri
D. Pengaruh Kecerdasan Moral, Religiusitas dan Gaya Belajar terhadap
Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
E. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Kecerdasan Moral,
Religiusitas dan Gaya Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran Aqidah Akhlak. Hipotesis dalam penelitian ini adalah apakah
terdapat pengaruh yang signifikan dari kecerdasan moral yaitu dimensi:
acting consistently with principles, telling the truth, standing up for what is
right, keeping promises, taking responsibility for personal choices, admitting
mistakes and failures, embracing responsibility for serving others, actively
caring about others, ability to let go of one’s own mistakes, ability to let go of
others’ mistakes. Religiusitas yaitu dimensi: daily spiritual experience,
religion-meaning, private religious practice, religious/spiritual coping,
religious support. Gaya belajar dengan dimensi: visual, auditori, kinestetik
terhadap prestasi belajar siswa mata pelajaran aqidah akhlak.
Populasi pada penelitian ini adalah siswa dengan klasifikasi usia 13-19 tahun
dan sampelnya berjumlah 200 siswa yang diambil dengan menggunakan
teknik non-probability sampling. Untuk mengukur kecerdasan moral peneliti
menggunakan skala yang dikembangkan dari Lennick and Kiel (2011). Dan
pada religiusitas, peneliti memodifikasi 11 dimesi religiusitas Fetzer (1999)
menjadi 5 dimensi dan untuk mengukur gaya belajar peneliti menggunakan
skala berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh DePorter dan
Hernacki (1992). CFA (Confirmatory Factor Analysis) digunakan untuk
menguji validitas alat ukur dan analisis deskriptif dilakukan dengan
menggunakan Software SPSS 17.0 dan LISREL 8.70.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan IV
keseluruhan terhadap prestasi belajar sebagai DV. Hasil uji hipotesis minor
menunjukkan bahwa telling the truth, keeping promises dan taking
responsibility for personal choices memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap prestasi belajar siswa mata pelajaran aqidah akhlak. Sementara itu,
acting consistently with principles, standing up for what is right, admitting
mistakes and failures, embracing responsibility for serving others, actively
caring about others, ability to let go of one’s own mistakes, ability to let go of
others’ mistakes, daily spiritual experience, religion-meaning, private
religious practice, religious/spiritual coping, religious support, visual,
auditori dan kinestetik tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap prestasi
belajar siswa mata pelajaran aqidah akhlak. Hasil penelitian juga
menunjukkan proporsi varians dari prestasi belajar Aqidah Akhlak yang
dijelaskan oleh seluruh variabel independen adalah 20.5%, sedangkan 79.5%
sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.
A. Master of Psychology
B. February 2016
C. Bambang Subahri
D. The effect of Moral Intelligence, Religiosity and Learning Styles on
Student Achievement in Subjects Aqidah Akhlak
E. This study was conducted to determine the effect of Moral Intelligence,
Religiosity and Learning Styles on Student Achievement in Subjects Aqidah
Akhlak. The hypothesis of this study is whether there is a significant
influence of the moral intelligence of the dimensions: acting consistently with
principles, telling the truth, standing up for what is right, keeping promises,
taking responsibility for personal choices, admitting mistakes and failures,
embracing responsibility for serving others, actively caring about others,
ability to let go of one’s own mistakes, ability to let go of others’ mistakes.
Religiosity is the dimension: daily spiritual experience, religion-meaning,
private religious practice, religious/spiritual coping, religious support.
Learning style dimensions: visual, auditory, kinesthetic on student
achievement subjects aqidah akhlak.
The population in this study were students with 13-19 years of age
classification and the sample of 200 students were taken using a non-
probability sampling techniques. To measure the moral intelligence
researchers used a scale developed from Lennick and Kiel (2011). And on
religiosity, researchers modified the 11 dimensions of religiosity Fetzer
(1999) to 5 dimensions and to measure learning styles researcher using a
scale based on the aspects raised by DePorter and Hernacki (1992). CFA
(Confirmatory Factor Analysis) was used to test the validity of measuring and
descriptive analysis performed using SPSS 17.0 software and LISREL 8.70.
The results showed that there was significant effect on learning achievement
fourth overall as DV. The test results showed that the minor hypothesis telling
the truth, keeping promises and taking responsibility for personal choices
have a significant effect on student achievement subjects aqidah akhlak.
Meanwhile, acting consistently with principles, standing up for what is right,
admitting mistakes and failures, embracing responsibility for serving others,
actively caring about others, ability to let go of one’s own mistakes, ability to
let go of others’ mistakes, daily spiritual experience, religion-meaning,
private religious practice, religious/spiritual coping, religious support, visual,
auditory and kinesthetic did not have a significant effect on student
achievement subjects aqidah akhlak. Results also showed the proportion of
the variance of learning achievement Aqidah Akhlak described by all
independent variables is 20.5%, while 79.5% is influenced by other variables
outside of this study.
Bismillahirrahmanirrahiim
Penulis menyadari bahwa terwujudnya tesis ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak baik dalam bentuk sumbangan pikiran, tenaga, waktu dan do’a
yang tidak terukur dalam menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Abdul
Mujib, M.Ag., M.Si selaku dekan merangkap pembimbing yang tidak bosan-
bosannya meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya dengan penuh kesabaran
dalam memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, dan saran kepada penulis
dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.
2. Ketua Jurusan Magister Sains Psikologi Dr. Yunita Faela Nisa, M.Si., Psi
beserta jajarannya. Terima kasih atas segala pengertian dan dukungan yang
diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
3. Seluruh dosen Magister Sanis Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan berbagai ilmu dan pengetahuan. Semoga ilmu yang
telah bapak/Ibu berikan terus menjadi lading pahala yang tidak berujung.
4. Kedua orang tua, keluarga besar di Ranubedali dan Ranuyoso yang telah
memberikan do’a, motivasi, kasih sayang dan pengertiannya yang tulus agar
penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
5. Rekan-rekan yang yang telah membantu dalam pnyelesaian tesis mulai dari
pnyebaran angket hingga analisis data, karena bantuan rekan-rekanlah penliti
dapat menyelesaikan laporan penelitian ini sesuai dengan target yang
ditentukan.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan sangat berguna agar
pada penulisan selanjutnya dapat menghasilkan karya yang lebih baik, semoga
tesis ini dapat bermanfaat bagi siapun yang membacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, pembatasan dan
Prestasi belajar dalam mata pelajaran aqidah akhlak makin menurun, terlihat dari
maupun telivisi, mulai dari tawuran antar pelajar hingga pelecehan seksual
(Damarwati, 2014). Bahkan hingga kini banyak guru mengeluhkan betapa sulitnya
bertingkah laku sopan sebagai output pendidikan yang menjunjung tinggi nilai
sebaya, sehingga yang dominan mempengaruhi pola fikir remaja ialah teman
(Boeree, 2009).
oleh lesbian, gay, bisexual, dan transgender (LGBT) yang menurut sebagian
orang dianggap hal biasa dan bukan abnormalitas. Sehingga kaum gay dan lesbian
mendapatkan ruang pada apa yang mereka alami. Hal ini juga dipicu dari
dan biseksual tidak termasuk dalam kategori penyimpangan (Mujib, 2016). Disisi
lain lesbian, gay, bisexual, dan transgender (LGBT) adalah hal yang rentan
1
2
merusak tatanan sosial khususnya moral remaja (Mignon & Michael, 2012;
Katherine, Lucas, & Keith, 2013). Dengan demikian, peran aqidah akhlak makin
menentukan terhadap kualitas moral bangsa yang berasaskan agama dan etika
ketimuran.
Dari uraian di atas dapat dijelaskan, bahwa salah satu ciri kompetensi yang
menjadi tujuan pendidikan adalah ketangguhan dalam iman dan takwa serta
memiliki akhlak mulia. Begitu pula seperti tujuan yang tercantum dalam badan
dan dapat mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan proses pembelajaran
(Mahfudzin, 2013).
kejadian) dan neural impulse (respon) yang dapat menghasilkan perilaku, dan
hasil dari perilaku inilah yang mencerminkan berhasil atau tidaknya pembelajaran
dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia
mencakup etika, budi pekerti atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan”
(Mulyasa, 2007).
Mata pelajaran aqidah akhlak tentunya dapat menjadi wadah dan acuan
untuk dapat mengaplikasikan nilai moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari.
memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat serta berkehidupan yang senantiasa
dihiasi dengan akhlak mulia di manapun mereka berada, dan dalam posisi apapun.
Untuk mencapai hasil yang maksimal dari mata pelajaran aqidah akhlak ini,
perlu adanya prioritas atau dukungan bagi peserta pendidik. Lingkungan dan
dorongan terhadap siswa untuk meraih kualitas prestasi akademik yang baik.
4
Pendampingan sosial ini memiliki peran yang crucial untuk sebuah pencapaian
prestasi siswa di sekolah (Goddard, 2003 dalam Farooq, Chaudhry, Shafiq, &
Berhanu, 2011).
prestasi belajar dibedakan menjadi dua yaitu: pertama, faktor internal atau faktor-
faktor yang ada dalam diri siswa seperti inteligensi, kecerdasan, minat, sikap,
emosi, motivasi, gaya belajar dan kondisi fisik dari peserta didik itu sendiri.
Kedua, faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu seperti
prestasi belajar yang dicapai siswa merupakan hasil interaksi dari dalam diri
siswa kedalam tiga kelompok berdasarkan aspek afektif, kognitif, dan behavioral
Instruction (amount dan kualitas); environment (rumah, kelas, teman dan televisi)
Berbeda pula dengan pendapat Myron dan Nelson (2010) yang menyatakan
bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ialah akreditasi sekolah. Lebih
acceleration, student factors, family factors, school dan peer factors merupakan
(Hultt, Hultt, Monetti, & Hummel, 2009; Edgecombe, 2011; Crosnoe, Johnson &
5
Elder, 2004 dalam Farooq, Chaudhry, Shafiq, & Berhanu, 2011). Selain itu,
menurut Ames, 1992; Dweck & Leggett, 1988; Nicholls, 1984 (dalam Huang,
task mastery.
memiliki nilai tinggi dan sumber penghasilan manusia yang berharga dimana
dan rencana mereka, baik secara individu atau kelompok (Dai, 2008). Dari
berbagai kecerdasan yang telah banyak dilakukan penelitian oleh para ahli,
dengan akhlak dan nilai etika dalam masyarakat (Lennick & Kiel, 2011).
kapasitas mental untuk menentukan cara atau prinsip manusia yang seharusnya
diterapkan pada nilai-nilai tujuan dan perilaku individu. Kecerdasan moral dibagi
menjadi sepuluh dimensi moral yaitu: bertindak konsisten sesuai prinsip (acting
consistently with principles), berkata jujur (telling the truth), memihak yang benar
dalam membantu orang lain (embracing responsibility for serving others), peduli
6
terhadap orang lain (actively caring about others), mampu mengakui kesalahan
orang lain (ability to let go of others’ mistakes). Dari dimensi-dimensi ini individu
manusia yang seharusnya diterapkan pada nilai dan tujuan serta perilaku individu
mempengaruhi prestasi belajar siswa (Schieman, 2011; Sutantoputri & Watt, 2012
dengan kesehatan mental, sehingga jiwa yang sehat dimaknai terletak pada sikap
penyerahan diri seseorang terhadap suatu kekuasaan Yang Maha Tinggi (Sutrisno,
UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
Hingga saat ini religiusitas memiliki peran yang sangat signifikan pada
(religious preference).
siswa. Walau bagaimanapun proses kognisi siswa tidak dapat dipisahkan dari hasil
menentukan prestasi belajar (Baker, et.al, 1987). Hasil lain menunjukkan bahwa
siswa dengan gaya belajar yang mirip guru pengampu mata pelajaran tertentu,
cenderung memiliki kemampuan yang lebih baik atau lebih tinggi tingkat
belajar siswa. Dalam belajar, individu menggunakan berbagai macam cara belajar,
ada yang belajar dengan cara mendengarkan, ada yang belajar dengan membaca,
serta belajar dengan cara menemukan. Cara belajar peserta didik yang beraneka
ragam disebut sebagai gaya belajar (learning style) yang dipengaruhi oleh
pengalaman, jenis kelamin, etnis (Philibin, et.al., 1995) dan secara khusus melekat
pada setiap individu. Untuk mengidentifikasi kecenderungan gaya belajar ini telah
8
Inventory atau Kolb’s LSI (1981 dalam Adel et.al., 2001), Canfield’LSI (1983),
dan model Myers Briggs Type Indicators atau MBTI. Berdasarkan pengujian
sebaliknya diajukan oleh Barbara (2001) terhadap model Canfield’s LSI yang
Berbagai cara dan ragam gaya belajar, DePorter dan Hernacki (1992)
menyatakan bahwa gaya belajar adalah suatu kombinasi dari bagaimana seseorang
demikian, gaya belajar dibagi dalam 3 dimensi. Pertama: visual adalah gaya
menyerap informasi melalui telinga). Dan yang ketiga: kinestetik adalah adalah
khususnya mata pelajaran aqidah akhlak, mulai dari kecerdasan moral, religiusitas
dan gaya belajar yang merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar dan sebagai bahan dasar dipertimbangkan untuk tercapainya suatu
tujuan pendidikan. Maka dari itu, perlu dilakukan sebuah penelitian secara khusus
9
Prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan faktor
eksternal. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi faktor yang akan diteliti pada
1. Kecerdasan Moral
kecerdasan sesuai dengan teori Lennick’s & Kiel (2011). Kecerdasan moral
(acting consistently with principles, berkata jujur (telling the truth), memihak
yang benar (standing up for what is right), menepati janji (keeping promises),
serving others), peduli terhadap orang lain (actively caring about others),
2. Religiusitas
Religiusitas dalam penelitian ini adalah sesuai dengan teori Jhon E. Fetzer
3. Gaya Belajar
Gaya belajar dalam penelitian ini ialah suatu kombinasi dari proses bagaimana
belajar seseorang dapat dibedakan menjadi tiga dimensi yaitu: visual, auditori
4. Prestasi Belajar
pembelajaran (Trow, 1956; Good, 1959; Mehta K.K, 1969; Usman, 2000;
Chame, 2004). Prestasi belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nilai/skor yang didapat siswa dari hasil ujian akhir semester (UAS) pada mata
2. Variabel apa saja yang besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa pada
1. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan moral prestasi belajar siswa pada mata
3. Untuk mengetahui pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa pada
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun
1. Manfaat Teoritis
teori psikologi khususnya yang berhubungan dengan prestasi belajar siswa dan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dan pertimbangan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian tentang subjek penelitian, variabel dan definisi
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
13
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini dibahas semua teori yang dapat menjelaskan masing-masing
variabel penelitian. Terlebih dahulu teori yang dibahas adalah mengenai teori-
teori yang berkaitan dengan prestasi belajar aqidah akhlak selanjutnya diuraikan
tentang kecerdasan moral, religiusitas dan gaya belajar serta diakhiri dengan
Prestasi dan belajar merupakan dua istilah yang berbeda namun memiliki
hubungan satu sama lain. Menurut KBBI, prestasi adalah penguasaan pengetahuan
dilanjutkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh pendidik. Sedangkan
biasanya diukur dengan tes yang terstandar dan diungkapkan dalam bentuk nilai
(angka) berdasarkan performa siswa. (Trow, 1956 dalam Ganal & Mir, 2013)
Good (1959) dalam Ganal dan Mir (2013) mendefinisikan prestasi belajar
pelajaran sekolah yang biasa diketahui berdasarkan skor suatu tes atau nilai yang
Pendapat lain yang dikemukakan oleh Mehta K.K (1969) dalam Ganal dan
Mir (2013) memandang prestasi belajar sebagai prestasi akademik yang meliputi
13
14
prestasi culicular dan co-culicular siswa. Prestasi belajar menunjukan hasil yang
interaksi dari setiap kegiatan pembelajaran antara guru dan siswa (dalam Igbo &
Ihejiene, 2014).
kemampuan dasar dan isi dari suatu pengetahuan. Sejarah prestasi merupakan
suatu isu yang menjadi perhatian para pendidik dan juga pemerintah dalam rangka
kriteria utama untuk menilai potensi dan kemampuan seseorang. Oleh karena itu,
siswa lebih ditekankan untuk mendapatkan prestasi belajar yang tinggi sebagai
semua definisi mengacu pada pengertian serupa yang menyatakan bahwa prestasi
Prestasi belajar siswa tersebut dapat dilihat dari nilai hasil tes atau nilai raport
Prestasi belajar merupakan satu variabel yang sudah banyak diteliti oleh peneliti
mengetahui sejauh mana prestasi yang dapat diraih oleh siswa setelah proses
1. Behavioral theory
2010).
16
dari suatu stimulus atau kejadian) dan neural impulse (respon) yang dapat
Sentral dari teori Thorndike adalah law of effect yang lebih menekankan
belajar dengan baik. Hal tersebut menjadi tolak ukur dalam belajar karena
timbal balik diantara setiap individu, perilaku, dan lingkungan serta adanya
perbedaan antara belajar dan prestasi dan peran regulasi diri (self-regulation)
orang lain serta bagaimana mereka mulai memegang kendali atas perilaku
asumsi dasar dalam bidang pendidikan, diantaranya; (1) orang dapat belajar
dengan mengamati orang lain, (2) belajar merupakan suatu proses internal yang
tujuan-tujuan tertentu, dan (5) perilaku menjadi semakin bisa diatur sendiri
(Ormrod, 2008).
manusia melalui sebuah kerangka berpikir yang dikenal dengan istilah triadic
reciprocally, atau interaksi timbal balik antara perilaku, lingkungan dan faktor
individu seperti halnya kognisi (gambar 2.1). Interaksi yang terjadi pada
atau beliefs yang berkaitan dengan satu kemampuan untuk mengatur dan
Person Behavior
Environmennt
Berkenaan dengan adanya interaksi antara self- efficacy dan perilaku, suatu
Dalam hal ini, seorang guru memiliki peranan penting dalam proses
rendah bagi mereka maka perlakukan guru tersebut akan berdampak terhadap
dapat mempengaruhi satu sama lain. Istruksi yang diberikan oleh guru dalam
penuh tehadap guru (environment behavior). Akan tetapi, saat guru bertanya
dan siswa belum bisa menjawab pertanyaan yang diajukan dengan benar, maka
samping faktor internal seperti kognisi dan personal, faktor eksternal seperti
instruksi dan kondisi fisik juga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap
3. Constructivist Perspective
belajar tersebut (Krause et all, 2010). Hal ini dikarenakan constructivism fokus
constructivism fokus terhadap perhatian peran faktor sosial dan budaya dalam
John Atkinson (1957; Atkinson & Birch, 1978; Atkinson & Feather, 1996;
Atkinson & Raynor, 1974, 1978 dalam schunk, 2012) mengembangkan sebuah
Ide utama dari expectancy-value theory ini adalah perilaku yang bergantung
reinforce) sebagai hasil prestasi yang menunjukan perilaku dan seberapa baik
mendalam dengan siswa yang memiliki keinginan untuk meraih prestasi yang
tinggi dan mereka memiliki motivasi untuk terlibat dalam berbagai kegiatan
belajar siswa dapat dipengaruhi oleh individu itu sendiri, perilaku, dan
lingkungan sekitar.
Prestasi belajar siswa merupakan outcome pendidikan yang sangat penting, karena
diperoleh oleh siswa setelah proses pembelajaran. Bloom (1956) dan rekannya
mengemukakan bahwa hasil belajar dapat dilihat dari tiga ranah, yaitu; ranah
synthesis, dan evaluation (Krause et al, 2010). Akan tetapi, Anderson dan
21
terhadap terminologi dan struktur yang sudah ada pada taksonomi Bloom
Ranah kedua adalah ranah afeksi yang merupakan arah emosi siswa
terhadap pengalaman belajar berupa sikap, perhatian, kesadaran dan nilai. Ranah
afeksi terdiri dari lima kategori dimana seseorang harus melewati satu kategori
sebelum masuk pada kategori selanjutnya. Adapun tahapan dari kategori tersebut
motorik dasar, koordinasi dan gerakan fisik. Tujuan pendidikan dalam ranah
seseorang. Menurut Stone ada lima langkah mempelajari keahlian motorik baru,
(konsentrasi), practice (latihan), dan reflex (daya tanggap) (Krause et al, 2010).
Dalam penelitian ini, dimensi yang akan diteliti adalah ranah kognisi yang
terhadap skor/nilai Ujian Akhir Semester (UAS) yang diperoleh oleh siswa
Gage dan Berliner (1998) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar dibedakan menjadi dua yaitu: pertama, faktor internal atau faktor-faktor
yang ada dalam diri siswa seperti kecerdasan, religiusitas, motivasi, minat, bakat,
perhatian, dan gaya belajar. Kedua, faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari
luar diri individu seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
pencapain prestasi belajar mereka (Gage & Berliner, 1998). Hal ini dikarenakan
internal seseorang yang berbeda satu sama lain. Adapun faktor-faktor internal
1. Kecerdasan
suatu konsep yang memiliki nilai tinggi, sebuah sumber penghasilan manusia
untuk mempercepat maksud dan rencana mereka, baik secara individu atau
bahwa:
seberapa tinggi IQ yang dimiliki oleh orang tersebut. Hal ini sudah umum
2. Kecerdasan Moral
prestasi belajar anak, seorang anak yang memiliki kecerdasan moral yang
tinggi jauh lebih merasa bertanggung jawab atas perilaku belajarnya, sehingga
bahwa perkembangan moral anak tidak cukup hanya diukur dengan melihat
apa yang anak pikirkan namun juga apa yang anak lakukan beserta prestasi
belajarnya (Lennick & Fred Kiel, 2011). Berdasarkan konsep tersebut, Coles
pemahaman yang jelas tentang sejauh mana kapasitas anak berpikir, merasakan
3. Religiusitas
Ada beberapa istilah untuk menyebutkan agama, antara lain religi, religion
religion (Inggris) dan religie (Belanda) adalah berasal dari bahasa induk dari
kedua bahasa tersebut, yaitu Bahasa Latin “religio” dari akar kata “relegare”
Marcus A. Henning et. al, 2013). Lebih lanjut, Daradjat (dalam Jalaluddin,
antara agama sebagai keyakinan dan kesehatan jiwa terletak pada sikap
penyerahan diri seseorang terhadap suatu kekuasaan Yang Maha Tinggi. Sikap
pasrah yang serupa itu diduga akan memberi sikap optimis pada diri seseorang
sehingga muncul perasaan positif seperti rasa bahagia, rasa senang, puas,
sukses, merasa dicintai atau rasa aman (Jalaluddin, 2002; & Syahridlo, 2004).
4. Motivasi
sangat penting bagi ranah psikologi pendidikan karena dapat menjelaskan dan
Pada umumnya, konsep motivasi ditinjau dan diikuti oleh pandangan motivasi
25
dalam ranah psikologi pendidikan dan bagian terakhir pada model integratif
Motivasi merupakan suatu konstrak yang abstrak yang tidak dapat dilihat
oleh mata. Namun, dampak dari motivasi dapat terlihat pada perilaku
5. Minat
tiga aspek penting yang harus diperhatikan. Pertama, minat cenderung cukup
stabil dari waktu ke waktu (e.g., Low, Yoon, Robert, & Rounds, 2005 dalam
seseorang; Lent, Brown, & Hackett, 1994 dalam Iddekinge, Putka & Campbell,
2010).
Kedua, minat berasal dari konteks kegiatan dan fokus pada jenis kegiatan
dan keadaan lingkungan sekitar yang mereka pilih sesuai dengan keinginan
6. Bakat
tersebut dapat diketahui seberapa baik prestasi seseorang dalam bidang yang
Hal ini menunjukan bahwa bakat seseorang merupakan potensi yang dibawa
dari sejak lahir dan dikembangkan pada kesempatan yang ada dalam proses
pandangan lain mengungkapkan bahwa bakat seseorang tidak akan muncul jika
7. Perhatian
terhadap apa yang dipelajar akan membantu siswa dalam memahami pelajaran
dengan baik. Sternberg (2012) bahwa ada empat fungsi utama pada perhatian:
8. Gaya Belajar
prestasi belajar siswa. Individu dalam belajar memiliki berbagai macam cara,
ada yang belajar dengan cara mendengarkan, ada yang belajar dengan
membaca, serta belajar dengan cara menemukan. Cara belajar peserta didik
yang berananeka ragam tersebut disebut sebagai gaya belajar (learning style)
yang dipengaruhi oleh pengalaman, jenis kelamin, etnis (Philibin, et.al., 1995)
kecerdasan, religiusitas dan gaya belajar sebagai salah satu variabel bebas
cocok untuk mencari pengaruh khususnya pada prestasi siswa dalam mata
besar dalam pendidikan aqidah akhlak atau suatu yang mendasari nilai dan
28
gaya belajar sebagai variabel bebas terakhir karean gaya belajar memiliki andil
yang besar untuk penguasaan materi yang berakibat pada tinggi rendahnya
1) Bahasa
Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dengan orang yang ada disekitar
kita. Bahasa juga memungkinkan individu untuk berpikir tentang sesuatu dan
memproses hal yang tidak bisa individu lihat, dengar, rasakan, dan sentuh.
Banyak proses yang terlibat saat individu mulai mencoba untuk memahami apa
Adapun hal yang paling utama adalah menerima dan mengenali kata-kata
kemudian, individu harus bisa mencoba menerka kalimat apa yang individu
2) Orang Tua
mendapatkan prestasi belajar yang baik. Orang tua yang berpendidikan tinggi
3) Teman Sebaya
dan tumbuh dari waktu ke waktu. Istilah peer influences atau pengaruh teman
interaksi dengan orang lain yang memiliki status dan umur yang sama. Teman
sebaya ikut serta mempengaruhi perilaku seseorang dalam berbagai hal seperti
4) Guru
Setiap guru memiliki cara yang berbeda dalam mengajarkan siswa, oleh karena
itu metode pengajaran guru dan status guru sebagai fasilitator ikut berpengaruh
Tabel 2. 1
Ringkasan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Nama peneliti dan tahun penelitian Faktor-Faktor yang
mempengaruhi Prestasi Belajar
Pada tabel 2.1. terlihat adanya persamaan dan perbedaan dari masing-
masing faktor yang diuraikan oleh para penelitinya. Persamaan dari faktor-
menengah atas atau aliyah. Selain itu, literatur-literatur prestasi belajar siswa
pada tabel 2.1. mengindikasikan bahwa ada peneliti yang meneliti faktor yang
dengan baik atau tidak terhadap prestasi belajar siswa, tetapi ada juga peneliti
yang meneliti faktor berbeda untuk menemukan faktor-faktor lain yang juga
diantaranya;
dibuat untuk siswa pada jenjeng tertentu. Survey batteries merupakan tes baku
yang mengacu pada norma nasional yang digunakan secara luas (Mc Milan,
2. Test for specific subject, merupakan pengukuran prestasi baku yang mengukur
keahlian pada bidang tertentu seperti membaca atau matematika. Tes ini
biasanya mengukur keahlian secara lebih rinci dengan cara yang lebih luas
Selain itu, terdapat dua bentuk penilaian belajar yang dapat digunakan
untuk mengetahui apa yang dipahami dan dapat dilakukan siswa sebelum atau
32
pengajaran dalam rangka membuat keputusan akhir tentang apa yang telah dicapai
(Ormrod, 2008).
menggunakan summative assessment yang mengacu pada data nilai Ujian Akhir
Semester (UAS) siswa kelas X dan XI pada mata pelajaran aqidah akhlak yang
Doug Lennick dan Fred Kiel (2011) menjelaskan kecerdasan moral sebagai
kapasitas mental untuk menentukan cara atau prinsip manusia yang seharusnya
yang benar dan mana yang salah dengan menggunakan sumber emosional maupun
benar atau salah, memiliki pendirian yang kuat untuk berpikir dan berperilaku
sesuai dengan nilai moral (Borba, 2001). Meningkatnya kapasitas moral individu
mencapai moralitas yang lebih tinggi. Ketika seseorang berhasil menguasai satu
untuk membedakan benar dan salah, membuat pilihan yang tepat, dan berperilaku
etis. Sejalan dengan hal ini, Lickona (2013) mendefinisikan kecerdasan moral
tanggung jawab, dan keadilan yang merupakan tuntutan dalam kehidupan. Seluruh
pihak memiliki peran masing-masing dan memiliki tanggung jawab untuk bekerja
moral dapat membuat interaksi antara lingkungan dan individu dapat fungsional
untuk memahami benar dan salah dalam membangun nilai-nilai moral seperti:
kehidupan.
usia 4-7 tahun, disebut sebagai heteronomous morality, tahapan kedua pada usia
7-10 tahun, disebut tahap transisi, tahapan ketiga pada usia 10 tahun dan
34
selanjutnya disebut autonomous morality (Gibbs, Power, Walker, & Pitts dalam
Santrock, 1999).
Anak memahami isu moral melalui proses yang bertahap sesuai dengan fenomena
sosial dan relasi anak dengan lingkungannya. Pendapat Piaget didukung oleh
norma sosial. Konsep kunci perkembangan moral menurut teori Kohlberg (dalam
moral anak, anak bukan hanya berpikir secara moral namun berperilaku secara
moral (Coles, dalam Borba, 2001). Hal tersebut berdasarkan konsep bahwa
perkembangan moral anak tidak cukup hanya diukur dengan melihat apa yang
anak pikirkan namun juga apa yang anak lakukan. Berdasarkan konsep tersebut,
Coles berpendapat bahwa konsep kecerdasan moral lebih tepat untuk memberikan
pemahaman yang jelas tentang sejauh mana kapasitas anak berpikir, merasakan
menjadi tiga yaitu: (1) moral feeling (rasa bersalah, malu, dan empati) yang
aturan, membedakan benar dan salah, dan mampu menerima sudut pandang orang
lain serta pada pengambilan keputusan), yang dikembangkan oleh Piaget dan
Kohlberg dan (3) moral action (respon atas godaan yang datang untuk tetap
berpegang teguh pada aturan, perilaku prososial, kontrol diri atas dorongan yang
untuk memahami benar dan salah dan pendirian yang kuat untuk berpikir dan
berperilaku sesuai dengan nilai moral. Lebih lanjut, Borba (2001) merumuskan
kecerdasan moral dalam tujuh kebajikan moral yaitu: empati (emphaty), nurani
(conscience), (self control) kontrol diri, respek (respect), baik budi (kindness),
dimensi moral yaitu: bertindak konsisten sesuai prinsip (acting consistently with
principles, berkata jujur (telling the truth), memihak yang benar (standing up for
orang lain (embracing responsibility for serving others), peduli terhadap orang
lain (actively caring about others), mampu mengakui kesalahan pribadi (ability to
36
let go of one’s own mistakes), mampu memaafkan kesalahan orang lain (ability to
Acting consistently with principles dalah segala sesuatu yang berupa perilaku
konsisten.
(self-awareness).
yang berprinsip dan bersifat menantang. Individu yang memihak pada yang
personal choices)
yang lakukannya.
pada hal yang sifatnya pelanggaran dalam artian siap menerima segala
konsekuensinya.
others)
jawab individu pada sesamanya. Dan sikap responsif dalam membantu orang
lain dapat membangun rasa persaudaraan yang lebih erat secara moral dan
berbeda.
perasaan orang lain, membaca isyarat nonverbal orang lain dengan tepatdan
10. Mampu memaafkan kesalahan orang lain (ability to let go of others’ mistakes)
Adalah kemapuan dalam menerima pertanggung jawaban dari orang lain yang
tidak berjalan sesuai apa yang diinginkan dikarenakan suatu kesalahan yang
inventory (MCI). Skala kecerdasan moral ini dikembangkan oleh Lennick’s and
Kiel (2011) dengan sepuluh dimensi yaitu: 1) acting consistently with principles,
values and, beliefs; 2) telling the truth; 3) standing up for what is right; 4)
caring about others; 9) ability to let go of one’s own mistakes; dan 10) ability to
2.3. Religiusitas
memiliki ciri-ciri dari dua belas dimensi religiusitas tersebut. Jadi, dapat dikatakan
bahwa religiusitas seseorang dapat dilihat dari seberapa kuat penghayatan dan
disebutkan.
lingkungan yang lebih luas dari pada lingkungan dunia fisik yang terikat ruang
dan optimal. Untuk mengukur religiusitas tersebut, dikenal tiga dimensi dalam
Islam yaitu aspek aqidah (keyakinan), syari’ah (praktik agama, ritual formal) dan
Dalam penelitian yang dilakukan oleh E. Fetzer Institute (1999) yang berjudul
agama dan spritual dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini daily spiritual
yang biasa disebut dengan istilah kebermaknaan hidup. Adapun meaning yang
Yaitu dengan cara berdoa dan meyakini bahwa Tuhan akan menolong
menjalankan coping.
8. Konsep religous support menurut Krause adalah aspek hubungan sosial antara
individu dengan pemeluk agama sesamanya. Dalam Islam hal semacam ini
mengukur seberapa jauh individu ikut serta dalam lembaga keagamaan yang
12. Konsep religious preference menurut Ellison yaitu memandang sejauh mana
kesamaan makna dengan dimesi dari varibel kecerdasan moral, dengan maksud
untuk menghindari makna yang tumpang tindih dari dimensi kedua independent
variable, maka dimensi yang memiliki makna yang sama tidak diikutsertakan
dalam penelitian. Dan yang terakhir dimensi pilihan agama (religious preference)
juga tidak dicantumkan dalam instrumen penelitian ini, dengan alasan responden
penelitian merupakan siswa yang menganut paham agama semenjak lahir dan
mengikuti agama yang dianut orang tuanya, dengan demikian, dimensi pilihan
Fetzer (1999) dengan menggunakan dua belas aspek yaitu: 1). daily spiritual
experience; 2). religion-meaning; 3). value 4). Belief; 5). Forgiveness; 6). private
religious practice; 7). religious/ spiritual coping; 8). religious/ spiritual history;
9). commitment; 10). organizational religious; 11). religious preference; dan 12).
religious preference.
Secara bahasa, gaya dalam bahasa inggris disebut style, yang berarti corak mode
atau gaya. Menurut Brown (2000), style is a term that refers to consistent and
that pertain to you as an individual, and that differentiate you from someone else.
Gaya adalah sebuah istilah yang mengacu pada kecenderungan yang kuat
karakteristik umum dari fungsi intelektual dan tipe kepribadian, juga yang
berkaitan dengan anda sebagai seorang individu, dan yang membedakan anda dari
orang lain.
dominant or typical ways children use their cognitive abilities across awide range
responses” Gaya belajar berhubungan dengan tipe, jenis-jenis atau cara anak-anak
mengunakan kemampuan kognitif mereka dalam situasi yang luas, ketika situasi
konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau
ditarik kesimpulan bahwa gaya belajar adalah suatu kombinasi dari cara individu
informasi, maka gaya belajar individu dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu:
gaya belajar visual, auditori dan kinestetik yang ditandai dengan ciri-ciri perilaku
tertentu.
Gaya belajar visual adalah gaya belajar seseorang dengan cara melihat sesuatu
Gaya belajar auditori adalah gaya belajar dengan cara mendengar sesuatu
diskusi, debat dan instruksi (perintah) verbal. Dalam gaya belajar ini seseorang
dibiarkan membaca dengan suara yang keras. Orang-orang auditori lebih suka
Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar dengan cara bergerak, bekerja dan
yang berbeda telah membantu para siswa, dengan demikian akan memberi
persepsi yang positif bagi siswa tentang cara guru mengajar, agar aktivitas belajar
dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan, maka gaya belajar siswa
menyerap pelajaran. Dengan kata lain jika seseorang menemukan metode belajar
yang sesuai dengan karakteristik gaya belajar dirinya maka akan cepat seseorang
menjadi lebih pintar. Namun tidak berarti bahwa individu hanya yang memiliki
salah satu karakteristik gaya belajar tertentu sehingga tidak memiliki karakteristik
Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan peneliti menggunakan skala likert
DePorter dan Hernacki (1992) yang terdiri dari dimensi visual, auditori dan
kinestetik.
kompetensi pada tugas sekolah yang biasanya diukur dengan tes yang terstandar
dan diungkapkan dalam bentuk nilai (angka) berdasarkan performa siswa. (Trow,
47
1956 dalam Ganal & Mir, 2013). Prestasi belajar merupakan outcome yang
didapat siswa setelah proses pembelajaran (Trow, 1956; Good, 1959; Mehta K.K,
1969; Usman, 2000; & Chame, 2004). Prestasi belajar yang digunakan dalam
penelitian ini adalah nilai/skor yang didapat dari hasil ujian akhir semester (UAS)
kecerdasan adalah salah satu faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar
siswa (Sternberg, 2012). Dari berbagai macam kecerdasan yang telah dilakukan
penelitian oleh para ahli, kecerdasan moral adalah salah satu kecerdsan yang
paling cocok untuk mengetahui faktor penyebab prestasi belajar dibidang akhlak.
prinsip manusia yang seharusnya diterapkan pada nilai-nilai tujuan dan perilaku
individu. Kecerdasan moral dalam hal ini menggunakan teori Lennick’s dan Kiel
principles, berkata jujur (telling the truth), memihak yang benar (standing up for
orang lain (embracing responsibility for serving others), peduli terhadap orang
lain (actively caring about others), mampu mengakui kesalahan pribadi (ability to
let go of one’s own mistakes), mampu memaafkan kesalahan orang lain (ability to
kesehatan mental dan agama. Hubungan antara kejiwaan dan agama dalam
kaitannya dengan hubungan antara agama sebagai keyakinan dan kesehatan jiwa
terletak pada sikap penyerahan diri seseorang terhadap suatu kekuasaan yang
maha tinggi. Sikap pasrah yang serupa itu diduga akan memberi sikap optimis
pada diri seseorang sehingga muncul perasaan positif seperti rasa bahagia, rasa
senang, puas, sukses, merasa dicintai atau rasa aman (Jalaluddin, 2002). Dari sini
belajar.
(1999) yang terdiri dari 12 dimensi yaitu: individu penganut agama merasakan
diikut sertakan sebagai dimensi dalam penelitian ini hanya 5 dimensi, diantaranya:
diikutsertakan dalam variabel religiusitas dalam penelitian ini ialah: value, belief,
tumpang tindih dari dimensi kedua independent variable, maka dimensi yang
memiliki makna yang sama tidak diikutsertakan dalam penelitian. Dan yang
siswa yang menganut paham agama semenjak lahir dan mengikuti agama yang
Faktor berikutnya adalah gaya belajar yang juga merupakan faktor internal
yang dapat mempengaruhi proses belajar termasuk salah satu dari sifat
karakteristik individu dalam belajar. Menurut DePorter dan Hernacki (1992) gaya
informasi, maka gaya belajar individu dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu:
gaya belajar visual, auditori dan kinestetik yang ditandai dengan ciri-ciri perilaku
tertentu. Adapun sketsa kerangka berfikir dalam penelitian ini ialah sebagaimana
Kecerdasan Moral
Acting consistently with principles
Keeping promises
Religiusitas
religion-meaning
Prestasi Belajar
private religious practice
religious/spiritual coping
religious support
Gaya Belajar
Visual
Auditori
Kinestetik
51
Ha2: Ada pengaruh telling the truth dalam kecerdasan moral terhadap prestasi
Ha3: Ada pengaruh standing up for what is right, dalam kecerdasan moral
akhlak.
Ha6: Ada pengaruh admitting mistakes and failures, dalam kecerdasan moral
akhlak.
Ha8: Ada pengaruh actively caring about others, dalam kecerdasan moral
Ha9: Ada pengaruh ability to let go of one’s own mistakes, dalam kecerdasan
Ha16: Ada pengaruh visual dalam gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa
Ha17: Ada pengaruh auditori dalam gaya belajar terhadap prestasi belajar
Ha18: Ada pengaruh kinestetik dalam gaya belajar terhadap prestasi belajar
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini dipaparkan tentang populasi, sampel, teknik sampling, variabel
3.1.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Madrasah Aliyah (MA) di pondok
pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo dan siswa Madrasah Aliyah (MA) di
kriteria siswa telah mendapat mata pelajaran aqidah akhlak yang dinyatakan
3.1.2. Sampel
53
54
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Prestasi Belajar
2. Kecerdasan moral
personal choices)
serving others)
mistakes)
mistakes)
55
3. Religiusitas
4. Gaya Belajar
X16= Visual
X17= Auditori
X18= Kinestetik
1. Prestasi belajar mata pelajaran aqidah akhlak adalah suatu pencapaian yang
pembelajaran 2015-2016, yang diukur dengan nilai raport atau nilai ujian
yang diukur dengan skala kecerdasan moral yang diadaptasi dari skala Doug
dalah semua perilaku siswa baik perkataan atau setiap sesuatu yang
c. Memihak yang benar (standing up for what is right) adalah keadaan siswa
yang memihak pada yang benar dan beresiko pada pengambilan suatu
d. Menepati janji (keeping promises) adalah suatu tanda integritas siswa yang
dikatakannya.
yang lakukannya.
pada hal yang sifatnya pelanggaran dalam artian siap menerima segala
konsekuensinya.
serving others) ialah wujud siap siaga dalam tanggung jawab siswa pada
h. Peduli terhadap orang lain (actively caring about others) ialah sikap peduli
lain.
orang lain yang tidak berjalan sesuai apa yang diinginkan dikarenakan
religiusitas dalam penelitian ini diadaptasi dari skala Fetzer (1999) dengan 5
maupun di sekolah.
siswa.
e. Konsep religous support adalah aspek hubungan sosial siswa dengan guru
agama atau seorang yang memiliki pemahaman agama yang lebih tinggi.
4. Gaya belajar adalah suatu kombinasi dari cara individu dalam mengunakan
gaya belajar dalam penelitian ini diadaptasi dari skala DePorter & Hernacki
a. Gaya belajar visual adalah gaya belajar siswa dengan cara melihat
b. Gaya belajar auditori adalah gaya belajar dengan cara mendengar sesuatu
belajar auditori lebih dapat menguasai materi dengan suara baik berupa:
kaset audio, ceramah kuliah, diskusi, debat dan instruksi (perintah) verbal.
Dalam gaya belajar ini siswa dibiarkan membaca dengan suara yang keras.
belajar berlangsung.
c. Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar dengan cara bergerak, bekerja
kelompok.
60
Penelitian ini menggunakan instrumen berupa skala dan kuesioner yang terdiri
dari:
biodata responden, seperti inisial, jenis kelamin, usia, dan pendidikan terakhir.
akhlak akan menggunakan data dari nilai raport ujian akhir semester (UAS)
3. Kecerdasan moral didapatkan dari alat ukur yang disusun oleh peneliti dengan
mengadaptasi skala kecerdasan moral Doug Lennick and Fred Kiel (2011).
61
Merasa memiliki 26
tanggung jawab besar
ketika berjanji
5 Taking Bertanggung jawab 5,18 3
responsibility for terhadap pilihan pribadi
personal choices Siap menerima 27
punishment atas apa
yang diperbuat
6 Admitting mistakes Mengakui kesalahan 12, 19 3
and failures dan kekurangan
Menerima kirik dan 28
saran dari orang lain
7 Embracing Responsif dalam 13, 20 3
responsibility for membantu orang lain
serving others Tidak banyak 29
perhitungan
8 Actively caring Peduli terhadap orang 6,14 3
about others lain
Merasa terpanggil 21
melihat orang lain yang
membutuhkan
pertolongan
62
4. Skala religiusitas dalam penelitian yang akan digunakan adalah skala yang
5. Skala gaya belajar yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah skala yang
Ketiga skala ini menggunakan skala model likert yang terdiri dari empat
terhadap validitas konstruk ketiga alat ukur yang digunakan, yaitu: 1) Moral
belajar DePorter dan Hernacki (1992) dan prestasi belajar menggunakan nilai
raport hasil ujian akhir sekolah (UAS) pada mata pelajaran aqidah akhlak. Untuk
(Joreskog dan Sorbom, 1994). Adapun logika dari CFA adalah sebagai berikut:
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga setiap
subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subtes
bersifat unidimensional.
Matriks korelasi ini disebut sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan matriks
dari data empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi-
square. Jika hasil chi-square tidak signifikan (p≥0,05), maka hipotesis nihil
diterima bahwa item maupun sub tes instrumen hanya mengukur satu faktor
saja. Sedangkan, jika nilai chi square signifikan (p≤0,005), artinya bahwa item
66
tersebut mengukur lebih dari satu faktor atau bersifat multidimensional. Maka
ketika suatu item mengukur selain faktor yang hendak diukur. Setelah beberapa
diperoleh model yang fit, maka model terakhir inilah yang akan digunakan
6. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau
tidak mengukur apa yang hendak di ukur, dengan menggunakan t-test. Jika
hasil t-test tidak signifikan (t≤1,96) maka item tersebut tidak signifikan dalam
mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian di-drop dan
sebaliknya.
7. Selain itu, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan
faktornya negatif, maka item tersebut juga harus di-drop. Sebab hal ini tidak
berkorelasi dengan kesalahan pengukuran item lainnya, maka item tersebut aka
di-drop. Sebab, item yang demikian selain mengukur apa yang hendak diukur,
tidaknya item adalah jika terdapat lebih dari tiga korelasi partial atau kesalahan
atas. Serta mendapatkan item dengan muatan faktor signifikan (t≥1,96) dan
Peneliti menguji apakah 3 item yang ada bersifat unidimensional artinya item-item
perhitungan data CFA diperoleh skor awal perhitungan Chi-Square = 0.00, df =0,
P-value =1.00000, RMSEA = 0.00. Perolehan P-value = 1.00000 (P > 0,05 tidak
signifikan) maka artinya, model ini sudah fit. Hal ini menunjukan bahwa model
dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima satu faktor saja, yaitu acting
kesalahan pengukuran antar item dalam hasil pengukuran variabel ini. Adapun
hasil path pengujian CFA dimensi acting consistently with principles dapat dilihat
Gambar 3.1 Path diagram Confirmatory Factor Analysis (CFA) dimensi acting
consistently with principles tanpa item drop modifikasi
principles dengan melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam
menentukan nilai koefisien muatan item ini dilakukan dengan melihat T-value dan
muatan positif atau negatif dari data tabel muatan faktor di bawah ini:
Tabel 3.5
Muatan faktor item dimensi acting consistently with principles
Item Koefisien Standar Error Nilai T-value Signifikan
1 0.45 0.74 9,80 V
9 0.66 0.58 7,92 V
16 0.34 0.81 10,64 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
Berdasarkan table 3.5 diketahui bahwa tidak terdapat item yang tidak
signifikan (t<1.96), dan keseluruhan item tidak ada yang memiliki muatan negatif
sehingga tidak perlu ada item yang di drop. Serta membuktikan bahwa
3.5.2 Uji Validitas Konstruk berdasarkan dimensi Telling the Truth dari
Dalam perhitungan data CFA model satu faktor dari dimensi telling the truth
RMSEA = 0.00. Perolehan P-value = 1.00000 (P > 0,05 tidak signifikan) maka
artinya, model ini sudah fit. Hal ini menunjukan bahwa model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima satu faktor saja, yaitu telling the truth. Seperti
yang ditunjukan tidak adanya korelasi kesalahan pengukuran antar item dalam
hasil pengukuran variabel ini. Adapun hasil path pengujian CFA dimensi telling
Selanjutnya, dilihat muatan faktor dari dimensi telling the truth dengan
melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam menentukan nilai koefisien
muatan item ini dilakukan dengan melihat T-value dan muatan positif atau negatif
Tabel 3.6
Muatan faktor item dimensi Telling the Truth
Item Koefisien Standar Error Nilai T-value Signifikan
2 0.72 0.53 2,87 V
10 0.97 0.18 1,97 V
24 0.23 0.88 3,01 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
Berdasarkan table 3.6 diketahui bahwa tidak terdapat item yang tidak
signifikan (t<1.96), dan keseluruhan item tidak ada yang memiliki muatan negatif
sehingga tidak perlu ada item yang di drop. Serta membuktikan bahwa
Peneliti menguji apakah 3 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-
item tersebut benar-benar hanya mengukur standing up for what is right. Dalam
perhitungan data CFA model satu faktor diperoleh skor awal perhitungan Chi-
1.00000 (P > 0,05 tidak signifikan) maka artinya, model ini sudah fit. Hal ini
satu faktor saja, yaitu standing up for what is right. Seperti yang ditunjukan tidak
adanya korelasi kesalahan pengukuran antar item dalam hasil pengukuran variabel
ini. Adapun hasil path pengujian CFA dimensi standing up for what is right dapat
Selanjutnya, dilihat muatan faktor dari dimensi standing up for what is right
dengan melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam menentukan nilai
koefisien muatan item ini dilakukan dengan melihat T-value dan muatan positif
Tabel 3.7
Muatan faktor item dimensi standing up for what is right
Item Koefisien Standar Error Nilai T-value Signifikan
3 0.86 0.38 4, 34 V
17 0.07 0.97 6, 51 V
25 0.73 0.52 5, 22 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
Berdasarkan table 3.7 diketahui bahwa tidak terdapat item yang tidak
signifikan (t<1.96), dan keseluruhan item tidak ada yang memiliki muatan negatif
sehingga tidak perlu ada item yang di drop. Serta membuktikan bahwa
Dalam perhitungan data CFA model satu faktor dimensi keeping promises
RMESA = 0.000. Perolehan P-value = 1.00000 (P > 0,05 tidak signifikan) maka
artinya, model ini sudah fit. Hal ini menunjukan bahwa model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima satu faktor saja, yaitu keeping promises. Seperti
yang ditunjukan tidak adanya korelasi kesalahan pengukuran antar item dalam
hasil pengukuran variabel ini. Adapun hasil path pengujian CFA dimensi keeping
melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam menentukan nilai koefisien
muatan item ini dilakukan dengan melihat T-value dan muatan positif atau negatif
Tabel 3.8
Muatan faktor item dimensi Keeping Promises
Item Koefisien Standar Error Nilai T-value Signifikan
4 0.73 0.51 2, 34 V
11 0.85 0.39 2, 25 V
26 0.93 0.26 2, 04 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
Berdasarkan table 3.8 diketahui bahwa tidak terdapat item yang tidak
signifikan (t<1.96), dan keseluruhan item tidak ada yang memiliki muatan negatif
sehingga tidak perlu ada item yang di drop. Serta membuktikan bahwa
Dalam perhitungan data CFA model satu faktor dimensi taking responsibility for
value = 1. 00000, RMESA = 0.000. Perolehan P-value = 1.00000 (P > 0,05 tidak
signifikan) maka artinya, model ini sudah fit. Hal ini menunjukan bahwa model
dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima satu faktor saja, yaitu taking
responsibility for personal choices. Seperti yang ditunjukan tidak adanya korelasi
kesalahan pengukuran antar item dalam hasil pengukuran variabel ini. Adapun
hasil path pengujian CFA dimensi taking responsibility for personal choices dapat
personal choices dengan melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam
menentukan nilai koefisien muatan item ini dilakukan dengan melihat T-value dan
muatan positif atau negatif dari data tabel muatan faktor di bawah ini:
Tabel 3.9
Muatan faktor item dimensi taking responsibility for personal choices
Item Koefisien Standar Error Nilai T-value Signifikan
5 0.87 0.36 2, 80 V
18 0.64 0.60 3, 13 V
27 0.87 0.35 5, 79 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
Berdasarkan table 3.9 diketahui bahwa tidak terdapat item yang tidak
signifikan (t<1.96), dan keseluruhan item tidak ada yang memiliki muatan negatif
sehingga tidak perlu ada item yang di drop. Serta membuktikan bahwa
Dalam perhitungan data CFA model satu faktor dimensi admitting mistakes and
00000, RMESA = 0.000. Perolehan P-value = 1.00000 (P > 0,05 tidak signifikan)
maka artinya, model ini sudah fit. Hal ini menunjukan bahwa model dengan satu
faktor (unidimensional) dapat diterima satu faktor saja, yaitu admitting mistakes
and failures. Seperti yang ditunjukan tidak adanya korelasi kesalahan pengukuran
antar item dalam hasil pengukuran variabel ini. Adapun hasil path pengujian CFA
dimensi admitting mistakes and failures dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
failures dengan melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam menentukan
nilai koefisien muatan item ini dilakukan dengan melihat T-value dan muatan
positif atau negatif dari data tabel muatan faktor di bawah ini:
76
Tabel 3.10
Muatan faktor item dimensi admitting mistakes and failures
Item Koefisien Standar Error Nilai T-value Signifikan
12 0.71 0.53 5, 43 V
19 0.12 0.94 6, 74 V
28 0.85 0.39 4, 51 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
Berdasarkan table 3.10 diketahui bahwa tidak terdapat item yang tidak
signifikan (t<1.96), dan keseluruhan item tidak ada yang memiliki muatan negatif
sehingga tidak perlu ada item yang di drop. Serta membuktikan bahwa
Dalam perhitungan data CFA model satu faktor dimensi embracing responsibility
value = 1. 00000, RMESA = 0.000. Perolehan P-value = 1.00000 (P > 0,05 tidak
signifikan) maka artinya, model ini sudah fit. Hal ini menunjukan bahwa model
dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima satu faktor saja, yaitu
embracing responsibility for serving others. Seperti yang ditunjukan tidak adanya
korelasi kesalahan pengukuran antar item dalam hasil pengukuran variabel ini.
Adapun hasil path pengujian CFA dimensi embracing responsibility for serving
serving others dengan melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam
menentukan nilai koefisien muatan item ini dilakukan dengan melihat T-value dan
muatan positif atau negatif dari data tabel muatan faktor di bawah ini:
Tabel 3.11
Muatan faktor item dimensi embracing responsibility for serving others
Item Koefisien Standar Error Nilai T-value Signifikan
13 0.97 0.19 2, 07 V
20 0.16 0.92 3, 25 V
29 0.71 0.54 3, 07 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
Berdasarkan table 3.11 diketahui bahwa tidak terdapat item yang tidak
signifikan (t<1.96), dan keseluruhan item tidak ada yang memiliki muatan negatif
sehingga tidak perlu ada item yang di drop. Serta membuktikan bahwa
Dalam perhitungan data CFA model satu faktor dimensi actively caring about
00000, RMESA = 0.000. Perolehan P-value = 1.00000 (P > 0,05 tidak signifikan)
maka artinya, model ini sudah fit. Hal ini menunjukan bahwa model dengan satu
faktor (unidimensional) dapat diterima satu faktor saja, yaitu actively caring about
others. Seperti yang ditunjukan tidak adanya korelasi kesalahan pengukuran antar
item dalam hasil pengukuran variabel ini. Adapun hasil path pengujian CFA
dimensi actively caring about others dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Selanjutnya, dilihat muatan faktor dari dimensi actively caring about others
dengan melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam menentukan nilai
koefisien muatan item ini dilakukan dengan melihat T-value dan muatan positif
Tabel 3.12
Muatan faktor item dimensi actively caring about others
Item Koefisien Standar Error Nilai T-value Signifikan
6 0.86 0.37 4, 07 V
14 0.02 0.99 5, 86 V
21 0.77 0.48 4, 67 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
Berdasarkan table 3.12 diketahui bahwa tidak terdapat item yang tidak
signifikan (t<1.96), dan keseluruhan item tidak ada yang memiliki muatan negatif
sehingga tidak perlu ada item yang di drop. Serta membuktikan bahwa
Dalam perhitungan data CFA model satu faktor dimensi ability to let go of one’s
signifikan) maka artinya, model ini sudah fit. Hal ini menunjukan bahwa model
dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima satu faktor saja, yaitu ability to
let go of one’s own mistakes. Seperti yang ditunjukan tidak adanya korelasi
kesalahan pengukuran antar item dalam hasil pengukuran variabel ini. Adapun
hasil path pengujian CFA dimensi ability to let go of one’s own mistakes dapat
Selanjutnya, dilihat muatan faktor dari dimensi ability to let go of one’s own
mistakes dengan melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam
menentukan nilai koefisien muatan item ini dilakukan dengan melihat T-value dan
muatan positif atau negatif dari data tabel muatan faktor di bawah ini:
Tabel 3.13
Muatan faktor item dimensi ability to let go of one’s own mistakes
Item Koefisien Standar Error Nilai T-value Signifikan
7 0.76 0.49 2, 01 V
22 0.98 0.12 1, 34 X
30 0.62 1.27 2, 08 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
Berdasarkan table 3.13 diketahui bahwa seluruh item visual yang telah diuji
validitasnya nilai t-value yang signifikan, akan tetapi ada satu item dengan
nomor 22 yang tidak signifikan karena memiliki nilai T-value <1,96 sehingga
Dalam perhitungan data CFA model satu faktor dimensi Ability to let go of
value = 1. 00000, RMESA = 0.000. Perolehan P-value = 1.00000 (P > 0,05 tidak
signifikan) maka artinya, model ini sudah fit. Hal ini menunjukan bahwa model
dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima satu faktor saja, yaitu Ability
kesalahan pengukuran antar item dalam hasil pengukuran variabel ini. Adapun
hasil path pengujian CFA dimensi Ability to let go of Others’ Mistakes dapat
Mistakes dengan melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam
menentukan nilai koefisien muatan item ini dilakukan dengan melihat T-value dan
muatan positif atau negatif dari data tabel muatan faktor di bawah ini:
82
Tabel 3.14
Muatan faktor item dimensi Ability to let go of others’ Mistakes
Item Koefisien Standar Error Nilai T-value Signifikan
8 0.83 0.41 2, 80 V
15 0.95 0.22 2, 23 V
23 0.21 1.49 3, 15 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
Berdasarkan table 3.14 diketahui bahwa tidak terdapat item yang tidak
signifikan (t<1.96), dan keseluruhan item tidak ada yang memiliki muatan negatif
sehingga tidak perlu ada item yang di drop. Serta membuktikan bahwa
Peneliti menguji apakah 6 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-
perhitungan data CFA model satu faktor diperoleh skor awal perhitungan Chi-
nilai P-value = 0.00000 < 0.05 sehingga dikatakan model ini belum fit, oleh
karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model ini, yaitu dengan
0.028 yang artinya model ini sudah fit. Dengan demikian item-item yang ada pada
dimensi daily spiritual experience ini hanya mengukur satu faktor saja, yaitu daily
spiritual experience. Seperti yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
83
Gambar 3.9 Path diagram Confirmatory Factor Analysis (CFA) dimensi daily
spiritual experience modifikasi
dengan melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam menentukan nilai
koefisien muatan item ini dilakukan dengan melihat T-value dan muatan positif
Tabel 3.15
Muatan faktor item dimensi daily spiritual experience
Item Koefisien Standar Error Nilai T-value Signifikan
1 0.81 0.44 6, 28 V
8 0.30 0.84 9, 75 V
15 0.62 0.62 8, 60 V
18 0.88 0.34 4, 43 V
21 0.04 1.02 12, 43 V
22 0.86 0.37 5, 36 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
experience yang telah diuji validitasnya kembali memiliki nilai t-value yang
signifikan sehingga tidak ada item yang perlu di drop. Selain itu diketahui bahwa
84
dari 6 item yang diujikan, hanya terdapat 4 item yaitu item nomor 8, 18, 21 dan 22
mengukur salah satu aspek daily spiritual experience saja tetapi dapat mengukur
variabel Religiusitas
Dalam perhitungan data CFA model satu faktor dari dimensi religion-meaning
RMSEA = 0.145. Dari hasil tersebut nilai P-value = 0.00000 < 0.05 sehingga
dikatakan model ini belum fit, oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi
terhadap model ini, yaitu dengan membebaskan setiap item untuk berkorelasi.
value = 0.11636, RMSEA = 0.057 yang artinya model ini sudah fit. Dengan
demikian item-item yang ada pada dimensi religion-meaning ini hanya mengukur
satu faktor saja, yaitu religion-meaning. Seperti yang dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:
85
melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam menentukan nilai koefisien
muatan item ini dilakukan dengan melihat T-value dan muatan positif atau negatif
Tabel 3.16
Muatan faktor item dimensi religion-meaning
Item Koefisien Standar Error Nilai T-value Signifikan
2 0.86 0.37 5, 51 V
3 0.86 0.39 5, 45 V
7 0.15 1.07 11, 96 V
9 0.73 0.52 7, 07 V
10 0.59 1.64 6, 36 V
16 0.82 0.43 6, 11 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
telah diuji validitasnya kembali memiliki nilai t-value yang signifikan sehingga
86
tidak ada item yang perlu di drop. Selain itu diketahui bahwa dari 6 item yang
diujikan, hanya terdapat 4 item yaitu item nomor 2, 7, 10 dan 16 yang bersifat
satu aspek religion-meaning saja tetapi dapat mengukur aspek lain pada religion-
meaning.
Dalam perhitungan data CFA model satu faktor dari dimensi private religious
0.00000, RMSEA = 0.167. Dari hasil tersebut nilai P-value = 0.00000 < 0.05
sehingga dikatakan model ini belum fit, oleh karena itu, peneliti melakukan
modifikasi terhadap model ini, yaitu dengan membebaskan setiap item untuk
12.14, df = 7, P-value = 0.09618, RMSEA = 0.061 yang artinya model ini sudah
fit. Dengan demikian item-item yang ada pada dimensi private religious practice
ini hanya mengukur satu faktor saja, yaitu private religious practice. Seperti yang
melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam menentukan nilai koefisien
muatan item ini dilakukan dengan melihat T-value dan muatan positif atau negatif
Tabel 3.17
Muatan faktor item dimensi private religious practice
Item Koefisien Standar Error Nilai T-value Signifikan
4 0.86 0.37 4, 55 V
11 0.97 0.19 3, 07 V
14 0.85 0.39 4, 65 V
17 0.53 1.24 7, 05 V
19 0.94 0.25 3, 65 V
20 0.07 1.03 6, 33 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
88
telah diuji validitasnya kembali memiliki nilai t-value yang signifikan sehingga
tidak ada item yang perlu di drop. Selain itu diketahui bahwa dari 6 item yang
diujikan, hanya terdapat 4 item yaitu item nomor 11, 17, 19 dan 20 yang bersifat
satu aspek religion-meaning saja tetapi dapat mengukur aspek lain pada religion-
meaning.
Dalam perhitungan data CFA model satu faktor dari dimensi religious/spiritual
0.00000, RMSEA = 0.167. Dari hasil tersebut nilai P-value = 0.00000 < 0.05
sehingga dikatakan model ini belum fit, oleh karena itu, peneliti melakukan
modifikasi terhadap model ini, yaitu dengan membebaskan setiap item untuk
df = 5, P-value = 0.09855, RMSEA = 0.066 yang artinya model ini sudah fit.
Dengan demikian item-item yang ada pada dimensi religious/spiritual coping ini
hanya mengukur satu faktor saja, yaitu religious/spiritual coping. Seperti yang
dengan melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam menentukan nilai
koefisien muatan item ini dilakukan dengan melihat T-value dan muatan positif
Tabel 3.18
Muatan faktor item dimensi religious/spiritual coping
Item Koefisien Standar Error Nilai T-value Signifikan
5 0.48 0.72 8, 28 V
12 0.48 0.72 8, 28 V
23 0.84 0.33 4, 04 V
24 0.02 0.02 0, 19 X
25 0.00 0.02 0, 22 X
26 0.01 0.43 5, 37 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
90
memiliki nilai t-value yang signifikan, akan tetapi ada dua item dengan nomor 24
dan 25 yang tidak signifikan karena memiliki nilai T-value <1,96 sehingga item
variabel religiusitas
Dalam perhitungan data CFA model satu faktor dari dimensi religious support
RMSEA = 0.206. Dari hasil tersebut nilai P-value = 0.00000 < 0.05 sehingga
dikatakan model ini belum fit, oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi
terhadap model ini, yaitu dengan membebaskan setiap item untuk berkorelasi.
value = 0.33074, RMSEA = 0.028 yang artinya model ini sudah fit. Dengan
demikian item-item yang ada pada dimensi religious support ini hanya mengukur
satu faktor saja, yaitu religious support. Seperti yang dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:
91
melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam menentukan nilai koefisien
muatan item ini dilakukan dengan melihat T-value dan muatan positif atau negatif
Tabel 3.19
Muatan faktor item dimensi religious support
Item Koefisien Standar Error Nilai T-value Signifikan
6 0.39 0.78 11, 56 V
13 0.49 0.71 10, 17 V
27 0.66 0.58 8, 17 V
28 0.00 0.01 0, 17 X
29 0.61 0.62 8, 62 V
30 0.77 0.48 6, 29 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
92
Berdasarkan table 3.19 diketahui bahwa seluruh item religious support yang
value yang signifikan, akan tetapi ada satu item dengan nomor 28 yang tidak
signifikan karena memiliki nilai T-value <1,96 sehingga item tersebut perlu di
drop.
Gaya Belajar
Peneliti menguji apakah 9 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-
item tersebut benar-benar hanya mengukur visual. Dalam perhitungan data CFA
model satu faktor diperoleh skor awal perhitungan Chi-Square = 129.07, df = 27,
P-value = 0.00000, RMSEA = 0.138. Dari hasil tersebut nilai P-value = 0.00000
< 0.05 sehingga dikatakan model ini belum fit, oleh karena itu, peneliti melakukan
modifikasi terhadap model ini, yaitu dengan membebaskan setiap item untuk
df = 23, P-value = 0.14112, RMSEA = 0.040 yang artinya model ini sudah fit.
Dengan demikian item-item yang ada pada dimensi visual ini hanya mengukur
satu faktor saja, yaitu visual. Seperti yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
93
Selanjutnya, dilihat muatan faktor dari dimensi visual dengan melakukan uji
hipotesis nihil dari setiap item. Dalam menentukan nilai koefisien muatan item ini
dilakukan dengan melihat T-value dan muatan positif atau negatif dari data table
Tabel 3.20
Muatan faktor item dimensi Visual
Item Koefisien Standar Error Nilai T-value Signifikan
1 0.76 0.49 7, 02 V
4 0.00 0.05 0, 68 X
7 0.77 0.48 6, 79 V
10 0.29 0.84 12, 14 V
13 0.72 0.53 7, 63 V
16 0.58 0.66 9, 58 V
19 0.98 0.16 2, 15 V
22 0.61 0.62 7, 93 V
15 0.93 0.16 2, 29 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
94
Berdasarkan table 3.20 diketahui bahwa seluruh item visual yang telah diuji
signifikan, akan tetapi ada satu item dengan nomor 4 yang tidak signifikan karena
Gaya Belajar
Dalam perhitungan data CFA model satu faktor dari dimensi auditori diperoleh
= 0.162. Dari hasil tersebut nilai P-value = 0.00000 < 0.05 sehingga dikatakan
model ini belum fit, oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap
model ini, yaitu dengan membebaskan setiap item untuk berkorelasi. Setelah
0.14141, RMSEA = 0.042 yang artinya model ini sudah fit. Dengan demikian
item-item yang ada pada dimensi visual ini hanya mengukur satu faktor saja, yaitu
Selanjutnya, dilihat muatan faktor dari dimensi visual dengan melakukan uji
hipotesis nihil dari setiap item. Dalam menentukan nilai koefisien muatan item ini
dilakukan dengan melihat T-value dan muatan positif atau negatif dari data table
Tabel 3.21
Muatan faktor item dimensi Auditori
Item Koefisien Standar Error Nilai T-value Signifikan
2 0.94 0.25 3, 37 V
5 0.57 0.65 9, 64 V
8 0.27 0.85 14, 38 V
11 1.00 0.01 0, 16 X
14 0.53 0.68 10, 52 V
17 0.33 0.82 13, 34 V
20 0.99 0.08 0, 99 X
23 0.85 0.39 5, 43 V
26 0.47 0.73 11, 46 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
Berdasarkan table 3.21 diketahui bahwa seluruh item visual yang telah diuji
signifikan, akan tetapi ada dua item dengan nomor 11 dan 20 yang tidak
signifikan karena memiliki nilai T-value <1,96 sehingga item tersebut perlu di
drop.
Gaya Belajar
Dalam perhitungan data CFA model satu faktor dari dimensi kinestetik diperoleh
= 0.211. Dari hasil tersebut nilai P-value = 0.00000 < 0.05 sehingga dikatakan
model ini belum fit, oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap
model ini, yaitu dengan membebaskan setiap item untuk berkorelasi. Setelah
0.14141, RMSEA = 0.042 yang artinya model ini sudah fit. Dengan demikian
item-item yang ada pada dimensi visual ini hanya mengukur satu faktor saja, yaitu
Selanjutnya, dilihat muatan faktor dari dimensi visual dengan melakukan uji
hipotesis nihil dari setiap item. Dalam menentukan nilai koefisien muatan item ini
dilakukan dengan melihat T-value dan muatan positif atau negatif dari data table
Tabel 3.22
Muatan faktor item dimensi Kinestetik
Item Koefisien Standar Error Nilai T-value Signifikan
3 0.66 0.25 9, 97 V
6 0.75 0.75 11, 85 V
9 0.58 0.65 9, 09 V
12 0.34 0.81 12, 22 V
15 0.52 0.69 10, 33 V
18 0.46 0.74 10, 85 V
21 0.82 0.38 5, 03 V
24 0.94 0.18 2, 49 V
27 0.94 0.25 3, 49 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
Berdasarkan table 3.22 diketahui bahwa seluruh item visual yang telah diuji
pengaruh dari predictor variable yang digunakan dalam penelitian ini terhadap
adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 + b10X10
Y = Prestasi Belajar
a = konstan intersepsi
b = koefisien regresi
disebabkan oleh faktor-faktor yang telah disebutkan tadi yang ditunjukkan oleh
koefisien determinasi berganda atau R2. Fungsi R2 ini digunakan untuk melihat
proporsi varians dari prestasi belajar yang dipengaruhi predictor variable yang
R2 = SSreg
SSy
Uji R2 diuji untuk membuktikan apakah penambahan varians dari
maka dapat diuji dengan menggunakan uji F. Untuk membuktikan hal tersebut
F = R2 / k
(1 - R2 ) / (N – k – 1)
jumlah sampel. Dari hasil uji F yang dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah
variable-nya.
T = b
sb
Dimana b adalah koefisien regresi dan sb adalah standar deviasi sampling
dari koefisien b. Hasil uji t ini akan diperoleh dari hasil regresi yang akan
religiusitas dan gaya belajar yang diadaptasi dari pengukuran yang sudah ada,
serta dianalisis dengan skala likert yang dibuat oleh peneliti berdasarkan teori
yang didapat.
2. Meminta expert judgement yaitu dosen pembimbing, yang dianggap ahli untuk
menilai apakah pengklasifikasian item yang dilakukan sudah benar dan tepat
dibuat, sehingga didapat pengklasifikasian item yang tepat dan sesuai dengan
responden.
terhadap hasil skala yang telah diisi oleh responden, menghitung dan mencatat
melakukan analisis data. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada Bab ini peneliti membahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan
meliputi empat bagian yaitu deskripsi subjek penelitian, deskripsi data penelitian,
Total responden pada penelitian ini sebanyak 200 orang siswa MA Nurul Jadid
Probolinggo Jawa Timur dan MA Syarifuddin Lumajang Jawa Timur dengan latar
X-XI masa pembelajaran 2015-2016. Dari data tersebut diperoleh deskripsi umum
Tabel 4.1
Deskripsi Umum Subjek berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1 Laki-laki 154 77%
2 Perempuan 46 23%
Jumlah 200 100%
Dari table 4.1 di atas, subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin didominasi
oleh laki-laki sebanyak 154 orang atau 77% sedangkan perempuan sebanyak 46
Adapun responden yang menjadi sempel dalam penelitian ini adalah siswa
kelas X-XI di MA Nurul Jadid dan MA Syarifuddin dengan rentang usia 13-19
tahun. Deskripsi subjek penelitian berdasarkan usia dapat dilihat pada table di
bawah ini:
103
104
Tabel 4.2
Deskripsi Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
No Usia Frekuensi Persentase
1 13 Tahun 1 0,5%
2 14 Tahun 6 3%
3 15 Tahun 53 26,5%
4 16 Tahun 70 35%
5 17 Tahun 46 23%
6 18 Tahun 21 10,5%
7 19 Tahun 3 1,5%
Jumlah 200 100%
Dari tabel 4.2 di atas, subjek penelitian berdasarkan usia dapat diketahui
sebanyak 1 orang atau 0,5%, 14 tahun sebanyak 6 orang atau 3%, 15 tahun
sebanyak 53 orang atau 26,5%, 16 tahun sebanyak 70 orang atau 35%, 17 tahun
sebanyak 46 orang atau 23%, 18 tahun sebanyak 21 orang atau 10,5% dan 19
Tabel 4.3
Deskripsi Umum Subyek Penelitian Berdasarkan Asal Sekolah
No Nama Sekolah Frekuensi Persentase
1 MA Nurul Jadid Probolinggo 106 53%
2 MA Syarifuddin Lumajang 94 47%
Jumlah 200 100%
Data kecerdasan moral, religiusitas dan gaya belajar diperoleh melalui angket
yang disebarkan secara langsung kepada 200 siswa SMA kelas X dan XI Tahun
deskriptif statistik dari variabel dalam penelitian ini yang berisi nilai mean,
105
standar deviasi (SD), nilai maksimum dan minimum dari masing-masing variabel.
Tabel 4.4
Deskripsi Statistik Variabel Penelitian
Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Prestasi_belajar 200 41.00 95.00 79.4850 6.48227
Acting 200 24.25 66.47 50.0000 8.33540
Telling 200 27.22 63.93 50.0000 8.10153
Standing 200 26.51 66.59 50.0000 8.73699
Keeping 200 36.99 61.24 50.0000 5.92001
Taking 200 29.13 64.47 50.0000 6.13421
Admitting 200 19.74 64.29 50.0000 8.34477
Embracing 200 21.27 64.02 50.0000 8.57620
Actively 200 17.02 65.09 50.0000 8.57771
Abilityone 200 14.52 66.71 50.0000 9.99500
Abilityother 200 14.35 66.91 50.0000 9.99500
Daily 200 25.31 63.61 50.0000 8.53321
Meaning 200 29.48 67.79 50.0000 8.52454
Practice 200 26.70 65.40 50.0000 8.47076
Coping 200 19.21 63.36 50.0000 7.86485
Support 200 28.52 68.98 50.0000 8.67038
Visual 200 20.86 73.74 50.0000 8.54172
Auditori 200 28.25 75.45 50.0000 9.18610
Kinestetik 200 24.82 72.11 50.0000 9.07940
Valid N 200
(listwise)
Berdasarkan tabel 4.4 di atas diketahui bahwa nilai minimum dari variabel
Prestasi Belajar adalah 41.00 dengan nilai maksimum= 95.00, mean=79.4850, dan
sd= 6.48227. Kemudian skor terendah dari Acting adalah 24.25 dengan nilai
maksimum= 66.47, mean= 50.0000, dan sd= 8.33540. Nilai minimum Telling
adalah 27.22 dengan nilai maksimum= 63.93, mean= 50.0000, dan sd= 8.10153.
Nilai minimum Standing adalah 26.51 dengan nilai maksimum= 66.59, mean=
50.0000, dan sd= 8.73699. Kemudian skor terendah dari Keeping adalah
36.99dengan nilai maksimum= 61.24, mean= 50.0000, dan sd= 5.92001. Nilai
106
minimum Taking adalah 29.13 dengan nilai maksimum= 64.47, mean= 50.0000,
dan sd= 6.13421. Nilai minimum Admitting adalah 19.74 dengan nilai
maksimum= 64.29, mean= 50.0000, dan sd= 8.34477. Kemudian skor terendah
dari Embracing adalah 21.27 dengan nilai maksimum= 64.02, mean= 50.0000,
dan sd= 8.57620. Nilai minimum Actively adalah 17.02 dengan nilai maksimum=
65.09, mean= 50.0000, dan sd= 8.57771. Kemudian skor terendah dari Abilityone
adalah 14.52 dengan nilai maksimum= 66.71, mean= 50.0000, dan sd= 9.99500.
Kemudian skor terendah dari Abilityother adalah 14.35 dengan nilai maksimum=
66.91, mean= 50.0000, dan sd= 9.99500. Nilai minimum Daily adalah
Kemudian skor terendah dari Meaning adalah 29.48 dengan nilai maksimum=
67.79, mean= 50.0000, dan sd= 8.52454. Nilai minimum Practice adalah 26.70
dengan nilai maksimum= 65.40, mean= 50.0000, dan sd= 8.47076. Kemudian
skor terendah dari Coping adalah 19.21 dengan nilai maksimum= 63.36, mean=
50.0000, dan sd= 8.47076. Nilai minimum Support adalah 28.52 dengan nilai
maksimum= 68.98, mean= 50.0000, dan sd= 8.67038. Kemudian skor terendah
dari Visual adalah 20.86 dengan nilai maksimum= 73.74, mean= 50.0000, dan sd=
8.54172. Nilai minimum Auditori adalah 28.25 dengan nilai maksimum= 75.45,
mean= 50.0000, dan sd= 9.18610. Kemudian skor terendah dari Kinestetik adalah
24.82 dengan nilai maksimum= 72.11, mean= 50.0000, dan sd= 9.07940.
107
yang diukur. Dalam penelitian ini, kategorisasi dibagi kedalam dua interpretasi
yaitu tinggi dan rendah, tanpa menggunakan kategori sedang. Hal ini dilakukan
untuk menghindari kelompok subyek yang berada dalam kategori sedang menjadi
bias, antara rentang tinggi dan rendah, sehingga mayoritas subyek penelitian
Tabel 4.5
Pedoman Interpretasi Skor
Kategori Rumus
Tinggi X>M+1SD
Rendah X<M-1SD
untuk pretasi belajar Aqidah Akhlak, Kecerdasan Moral, Religiusitas dan Gaya
Tabel 4.6
Kategorisasi Skor Variabel
Frekuensi %
Variabel Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Prestasi_Belajar 68 132 34,0% 66.0%
Acting 138 62 69.0% 31.0%
Telling 133 67 66.5% 33.5%
Standing 92 108 46.0% 54.0%
Keeping 128 72 64.0% 36,0%
Taking 98 102 49.0% 51.0%
Admiting 127 73 63.5% 36.5%
Embarcing 137 63 68.5% 31.5%
Actively 148 52 74.0% 26.0%
Abilityone 166 34 83.0% 17.0%
Abilityother 167 33 83.5% 16.5%
Daily 98 102 49.0% 51.0%
Meaning 106 94 53.0% 47.0%
Practic 98 102 49.0% 51.0%
Coping 104 96 52.0% 48.0%
Support 78 122 39.0% 61.0%
Visual 83 117 41.5% 58.5%
Auditori 109 91 54.5% 45.5%
Kinestetik 97 103 48.5% 51.5%
Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa 34,0% atau sebanyak 68 siswa
memiliki prestasi belajar aqidah akhlak yang rendah sedangkan 66.0% atau 132
siswa lainnya memiliki prestasi belajar aqidah akhlak yang tinggi. Sebanyak
69.0% atau 138 siswa memiliki acting yang rendah dan 31.0% atau 62 siswa
memiliki acting yang tinggi. Sebanyak 66.5% atau 133 siswa memiliki telling
yang rendah dan 33.5% atau 67 siswa memiliki telling yang tinggi. Sebanyak
46.0% atau 92 siswa memiliki standing yang rendah dan 54.0% atau 108 siswa
memiliki standing yang tinggi. Sebanyak 64.0% atau 128 siswa memiliki keeping
yang rendah dan 36,0% atau 72 siswa memiliki keeping yang tinggi. Sebanyak
49.0% atau 98 siswa memiliki taking yang rendah dan 51.0% atau 102 siswa
memiliki taking yang tinggi. Sebanyak 63.5% atau 127 siswa memiliki admiting
yang rendah dan 36.5% atau 73 siswa memiliki admiting yang tinggi. Sebanyak
109
68.5% atau 137 siswa memiliki embarcing yang rendah dan 31.5% atau 63 siswa
memiliki embarcing yang tinggi. Sebanyak 74.0% atau 148 siswa memiliki
actively yang rendah dan 26.0% atau 52 siswa memiliki actively yang tinggi.
Sebanyak 74.0% atau 148 siswa memiliki abilityone yang rendah dan 17.0% atau
34 siswa memiliki abilityone yang tinggi. Sebanyak 74.0% atau 167 siswa
memiliki abilityother yang rendah dan 16.5% atau 33 siswa memiliki abilityothe
yang tinggi. Sebanyak 49.0% atau 98 siswa memiliki daily yang rendah dan
51.0% atau 102 siswa memiliki daily yang tinggi. Sebanyak 53.0% atau 106 siswa
memiliki meaning yang rendah dan 47.0% atau 94 siswa memiliki meaning yang
tinggi. Sebanyak 49.0% atau 98 siswa memiliki practic yang rendah dan 51.0%
atau 102 siswa memiliki practic yang tinggi. Sebanyak 52.0% atau 104 siswa
memiliki coping yang rendah dan 52.0% atau 96 siswa memiliki coping yang
tinggi. Sebanyak 39.0% atau 78 siswa memiliki support yang rendah dan 61.0%
atau 122 siswa memiliki support yang tinggi. Sebanyak 41.5% atau 83 siswa
memiliki Visual yang rendah dan 58.5% atau 117 siswa memiliki Visual yang
tinggi. Sebanyak 54.5% atau 109 siswa memiliki auditori yang rendah dan 45.5%
atau 91 siswa memiliki auditori yang tinggi. Sebanyak 48.5% atau 97siswa
memiliki kinestetik yang rendah dan 51.5% atau 103 siswa memiliki kinestetik
yang tinggi.
110
regression. Data yang dianalisis ialah faktor skor atau true skor yang diperoleh
dari hasil analisis faktor. Hal ini dilakukan untuk menghindari dampak negatif
dari kesalahan pengukuran. Pada tahapan ini peneliti peneliti menguji hipotesisi
Dalam regresi ada tiga hal yang dibuat, yaitu melihat besaran R square untuk
mengetahui berapa persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV. Kedua,
kemudian, yang terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari
IV.
Tabel 4.10
Model Summary Analisis Regresi
Model R R Adjusted R Std. Error of the Estimate
Square Square
a
1 .452 .205 .126 6.06177
A. Predictors: (constant), Kinestetik, Auditori, Telling, Actively, Practice, Taking,
Abilityone, Standing, Embracing, Visual, Admitting, Meaning, Coping, Support,
Daily, Keeping, Acting, Abilityother
Berdasarkan data pada tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa perolehan R
square sebesar 0,205 atau 20.5% . Artinya proporsi varians dari Prestasi Aqidah
variabel terhadap prestasi belajar Aqidah Akhlak. Adapun hasil Uji F dapat dilihat
Tabel 4.11
Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV
Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.
1 Regression 1711.096 18 95.061 2.587 .001a
Residual 6650.859 181 36.745
Total 8361.955 199
A. Predictors: (Constant), Kinestetik, Auditori, Telling, Actively, Practice,
Taking, Abilityone, Standing, Embracing, Visual, Admitting, Meaning, Coping,
Support, Daily, Keeping, Acting, Abilityother
maka hipotesis nihil mayor yang dinyatakan tidak ditolak ada pengaruh yang
acting, abilityother terhadap prestasi belajar Aqidah Akhlak ditolak. Artinya, ada
support, daily, keeping, acting, dan abilityother terhadap prestasi belajar aqidah
akhlak.
variable. Jika nilai t>1.96 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti
Tabel 4.12
Koefisien Regresi
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Beta
Error
1 (Constant) 64.449 6.102 10.561 .000
Acting -.125 .220 -.161 -.571 .569
Telling -.371 .176 -.463 -2.110 .036
Standing -.026 .068 -.035 -.376 .708
Keeping .487 .227 .444 2.143 .033
Taking .327 .084 .309 3.900 .000
Admitting .020 .078 .026 .259 .796
Embracing .014 .068 .018 .205 .838
Actively .076 .065 .101 1.174 .242
Abilityone .265 .363 .408 .729 .467
Abilityother -.146 .384 -.225 -.381 .704
Daily .122 .082 .161 1.496 .137
Meaning -.003 .079 -.004 -.040 .968
Practice -.043 .073 -.057 -.593 .554
Coping -.005 .090 -.007 -.060 .952
Support -.132 .081 -.176 -1.626 .106
Visual -.094 .073 -.124 -1.298 .196
Auditori -.070 .054 -.099 -1.287 .200
Kinestetik .005 .074 .008 .074 .941
a. Dependent Variable: Prestasi_Belajar
PB=64.449 -125 acting -371 telling -026 standing +487 keeping +327 taking +020
admitting +014 embracing +076 actively +265 abilityone -146 abilityother +122
daily -003 meaning -043 practice -005 coping -132 support -094 visual -070
auditori +005 kinestetik
Adapun untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang
dihasilkan, cukup melihat nilai signifikan, jika p<0.05, maka koefisien regresi
dan sebaliknya. Dari hasil di atas koefisien regresi dikatakan bahwa terdapat 3
Hal ini berarti bahwa dari lima belas independent variabel terdapat beberapa
variabel yang signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh
sebesar -125 dengan nilai p-value sebesar 0.569 (p>0.05) yang berarti bahwa
sebesar -371 dengan nilai p-value sebesar 0.036 (p<0.05) yang berarti bahwa
prestasi belajar Aqidah Akhlak dengan arah negatif, maka semakin tinggi
akhlaknya.
sebesar -026 dengan nilai p-value sebesar 0.708 (p>0.05) yang berarti bahwa
sebesar +487 dengan nilai p-value sebesar 0.033 (p<0.05) yang berarti bahwa
prestasi belajar Aqidah Akhlak dengan arah positif maka semakin tinggi
keeping pada kecerdasan moral semakin tinggi pula prestasi belajar aqidah
akhlaknya.
114
sebesar +327 dengan nilai p-value sebesar 0.000 (p<0.05) yang berarti bahwa
prestasi belajar Aqidah Akhlak dengan arah positif maka semakin tinggi
taking pada kecerdasan moral semakin tinggi pula prestasi belajar aqidah
akhlaknya.
sebesar +020 dengan nilai p-value sebesar 0.796 (p>0.05) yang berarti bahwa
sebesar +014 dengan nilai p-value sebesar 0.838 (p>0.05) yang berarti bahwa
sebesar +076 dengan nilai p-value sebesar 0.242 (p>0.05) yang berarti bahwa
sebesar +265 dengan nilai p-value sebesar 0.242 (p>0.05) yang berarti bahwa
10. Variabel abilityother pada kecerdasan moral: diperoleh nilai koefisien regresi
sebesar -146 dengan nilai p-value sebesar 0.704 (p>0.05) yang berarti bahwa
115
11. Variabel daily pada religiusitas: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar +122
dengan nilai p-value sebesar 0.137 (p>0.05) yang berarti bahwa daily pada
Aqidah Akhlak.
12. Variabel meaning pada religiusitas: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -
003 dengan nilai p-value sebesar 0.968 (p>0.05) yang berarti bahwa meaning
13. Variabel practice pada religiusitas: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -
043 dengan nilai p-value sebesar 0.554 (p>0.05) yang berarti bahwa practice
14. Variabel coping pada religiusitas: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -
005 dengan nilai p-value sebesar 0.952 (p>0.05) yang berarti bahwa coping
15. Variabel support pada religiusitas: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -
132 dengan nilai p-value sebesar 0.106 (p>0.05) yang berarti bahwa support
16. Variabel visual pada gaya belajar: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -
094 dengan nilai p-value sebesar 0.196 (p>0.05) yang berarti bahwa visual
116
pada gaya belajar tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi
17. Variabel auditori pada gaya belajar: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -
070 dengan nilai p-value sebesar 0.200 (p>0.05) yang berarti bahwa auditori
pada gaya belajar tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi
18. Variabel kinestetik pada gaya belajar: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar
+005 dengan nilai p-value sebesar 0.941 (p>0.05) yang berarti bahwa
varian dari: acting consistently with principles, telling the truth, standing up for
actively caring about others, ability to let go of one’s own mistakes, ability to let
support dalam religiusitas serta visual, auditori, kinestetik dalam gaya belajar
terhadap prestasi belajar Aqidah Akhlak. Besarnya proporsi varian pada prestasi
Tabel 4.13
Proporsi Varians untuk Masing-Masing Independent Variable
Model Summary
Mod R R Adjusted R Std. Error of the Change Statistics
el Square Square Estimate R Square F Change df df2 Sig. F
Change 1 Change
1 .002a .000 -.005 6.49861 .000 .001 1 198 .974
2 .087b .008 -.002 6.49032 .008 1.506 1 197 .221
3 .123c .015 .000 6.48235 .007 1.485 1 196 .224
4 .197d .039 .019 6.42070 .024 4.782 1 195 .030
5 .360e .130 .107 6.12484 .091 20.294 1 194 .000
6 .362f .131 .104 6.13487 .002 .366 1 193 .546
7 .363g .132 .100 6.14846 .001 .147 1 192 .701
8 .376h .141 .105 6.13113 .009 2.087 1 191 .150
9 .396i .156 .117 6.09295 .015 3.401 1 190 .067
10 .397j .158 .113 6.10525 .001 .235 1 189 .628
11 .404k .163 .114 6.10128 .006 1.246 1 188 .266
12 .409l .168 .114 6.10131 .004 .998 1 187 .319
13 .410m .168 .110 6.11423 .001 .210 1 186 .647
14 .411n .169 .106 6.12791 .001 .171 1 185 .680
15 .429o .184 .117 6.08987 .015 3.318 1 184 .070
16 .444p .197 .127 6.05609 .013 3.058 1 183 .082
17 .452q .205 .130 6.04519 .007 1.661 1 182 .199
18 .452r .205 .126 6.06177 .000 .005 1 181 .941
a. Predictors: (Constant), Acting
b. Predictors: (Constant), Acting, Telling
c. Predictors: (Constant), Acting, Telling, Standing
d. Predictors: (Constant), Acting, Telling, Standing, Keeping
e. Predictors: (Constant), Acting, Telling, Standing, Keeping, Taking
f. Predictors: (Constant), Acting, Telling, Standing, Keeping, Taking, Admitting
g. Predictors: (Constant), Acting, Telling, Standing, Keeping, Taking, Admitting, Embracing
h. Predictors: (Constant), Acting, Telling, Standing, Keeping, Taking, Admitting, Embracing,
Actively
i. Predictors: (Constant), Actively, Telling, Taking, Standing, Embracing, Admitting, Acting,
Keeping, Abilityone
j. Predictors: (Constant), Actively, Telling, Taking, Standing, Embracing, Admitting, Acting,
Keeping, Abilityone, Abilityother
k. Predictors: (Constant), Actively, Telling, Taking, Standing, Embracing, Admitting, Acting,
Keeping, Abilityone, Abilityother, Daily
l. Predictors: (Constant), Actively, Telling, Taking, Standing, Embracing, Admitting, Acting,
Keeping, Abilityone, Abilityother, Daily, Meaning
m. Predictors: (Constant), Actively, Telling, Taking, Standing, Embracing, Admitting, Acting,
Keeping, Abilityone, Abilityother, Daily, Meaning, Practice
n. Predictors: (Constant), Actively, Telling, Taking, Standing, Embracing, Admitting, Acting,
Keeping, Abilityone, Abilityother, Daily, Meaning, Practice, Coping
o. Predictors: (Constant), Actively, Telling, Taking, Standing, Embracing, Admitting, Acting,
Keeping, Abilityone, Abilityother, Daily, Meaning, Practice, Coping, Support
p. Predictors: (Constant), Support, Abilityone, Actively, Practice, Taking, Telling, Embracing,
Meaning, Standing, Admitting, Daily, Coping, Keeping, Acting, Abilityother, Visual
q. Predictors: (Constant), Support, Abilityone, Actively, Practice, Taking, Telling, Embracing,
Meaning, Standing, Admitting, Daily, Coping, Keeping, Acting, Abilityother, Visual,
Auditori
r. Predictors: (Constant), Support, Abilityone, Actively, Practice, Taking, Telling, Embracing,
Meaning, Standing, Admitting, Daily, Coping, Keeping, Acting, Abilityother, Visual,
Auditori, Kinestetik
118
Keterangan:
1. X1= acting consistently with principles
2. X2= telling the truth
3. X3= standing up for what is right
4. X4= keeping promises
5. X5= taking responsibility for personal choices
6. X6= admitting mistakes and failures
7. X7= embracing responsibility for serving others
8. X8= actively caring about others
9. X9= ability to let go of one’s own mistakes
10. X10= ability to let go of others’ mistakes
11. X11= daily spiritual experience
12. X12= religion-meaning
13. X13= private religious practice
14. X14= religious/spiritual coping
15. X15= religious support
16. X16= Visual
17. X17= Auditori
18. X18= Kinestetik
secara satu per satu, kolom ketujuh adalah nilai F hitung bagi IV yang
yang terdiri dari numerator dan denumerator, kolom F tabel adalah kolom
nilai kolom inilah yang akan dibandingkan dengan nilai kolom F hitung. Apabila
nilai F hitung lebih besar dari pada F tabel, maka kolom selanjutnya, yaitu kolom
10. Variabel Abilityother memberikan sumbangan sebesar 0,001 atau 0,1% dalam
11. Variabel Daily memberikan sumbangan sebesar 0,006 atau 0,6% dalam
12. Variabel Meaning memberikan sumbangan sebesar 0,004 atau 0,4% dalam
13. Variabel Practice memberikan sumbangan sebesar 0,001 atau 0,1% dalam
14. Variabel Coping memberikan sumbangan sebesar 0,001 atau 0,1% dalam
15. Variabel Support memberikan sumbangan sebesar 0,015 atau 1,5% dalam
16. Variabel Visual memberikan sumbangan sebesar 0,013 atau 1,3% dalam
17. Variabel Auditori memberikan sumbangan sebesar 0,007 atau 0,7% dalam
keeping sebesar 0,024 atau 2,4% dan taking sebesar 0,091 atau 9,1% yang
mempengaruhi prestasi belajar Aqidah Akhlak secara signifikan jika dilihat dari
BAB V
Pada bab ini peneliti memaparkan hasil penelitian mengenai pengaruh kecerdasan
moral, religiusitas dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa pada mata
5.1 Kesimpulan
bahwa bahwa kecerdasan moral, religiusitas dan gaya belajar terhadap prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MA Nurul Jadid dan MA
model summary analisis regresi sebesar 0,205 atau 20.5% terhadap prestasi
belajar, sedangkan 79.5% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian
ini.
variabel yang terdapat pada variabel kecerdasan moral diantaranya: telling the
truth dengan arah negatif yang artinya semakin tinggi telling pada kecerdasan
moral semakin rendah prestasi belajar aqidah akhlaknya dan keeping promises
arah positif yang artinya semakin tinggi keeping dan taking maka semakin tinggi
121
122
yang signifikan: keeping sebanyak 2,4% dan variabel taking sebanyak 9,1% yang
mempengaruhi prestasi belajar aqidah akhlak jika dilihat dari besarnya R² yang
5.2 Diskusi
antara kecerdasan moral, religiusitas dan gaya belajar terhadap prestasi belajar
pada mata pelajaran aqidah akhlak di MA Nurul Jadid dan MA Syarifuddin. Dapat
dilihat bahwa perolehan R square dalam model summary analisis regresi sebesar
0,205 atau 20.5% sedangkan 79.5% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar
diperoleh dari hasil penelitian ini membuktikan kebenaran dari social cognitive
(1) orang dapat belajar dengan mengamati orang lain, (2) belajar merupakan suatu
proses internal yang mungkin atau mungkin juga tidak menghasilkan perubahan
perilaku, (3) manusia dan lingkungan sangat mempengaruhi, (4) perilaku terarah
pada tujuan-tujuan tertentu, dan (5) perilaku menjadi semakin bisa diatur sendiri
(Ormrod, 2008).
merupakan suatu proses internal yang mungkin atau mungkin juga tidak
akhlak siswa.
123
yang memiliki nilai tinggi, sebuah sumber penghasilan manusia yang berharga
maksud dan rencana mereka. Begitu pula dalam prestasi belajar, seorang yang
memiliki kecerdasan yang tinggi maka cenderung memiliki prestasi yang tinggi
IQ test untuk mengetahui seberapa tinggi IQ yang dimiliki oleh orang tersebut
(Dai, 2008).
hasil koefisien regresi yang menunjukkan ada tiga variabel yang memiliki
Telling pada kecerdasan moral: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -371
dengan nilai p-value sebesar 0.036 (p<0.05) yang berarti bahwa telling pada
aqidah akhlak dengan arah negatif, maka semakin tinggi telling pada kecerdasan
kecerdasan moral: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar +487 dengan nilai p-
value sebesar 0.033 (p<0.05) yang berarti bahwa keeping pada kecerdasan moral
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar aqidah akhlak dengan
arah positif maka semakin tinggi keeping pada kecerdasan moral semakin tinggi
diperoleh nilai koefisien regresi sebesar +327 dengan nilai p-value sebesar 0.000
(p<0.05) yang berarti bahwa taking pada kecerdasan moral memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap prestasi belajar aqidah akhlak dengan arah positif maka
124
semakin tinggi taking pada kecerdasan moral semakin tinggi pula prestasi belajar
aqidah akhlaknya.
Pada variabel kecerdasan moral dalam penelitian ini yang didasarkan pada
keeping sebanyak 2,4% atau F Change= 0.030 (p<0.05) dan variabel taking
sebanyak 9,1% atau F Change= 0.000 (p<0.05) dari variabel mayor kecerdasan
Hasil ini mendukung asumsi Lennick and Fred Kiel, (2011) bahwa telling the
truth, keeping promises dan taking responsibility for personal choices mempunyai
Lennick and Fred Kiel, (2011) tidak dapat membuktikan hasil yang signifikan
pada dimensi: acting consistently with principles, standing up for what is right,
actively caring about others, ability to let go of one’s own mistakes dan ability to
prestasi belajar dalam pandangan Nobahar (2013) bahwa seorang anak yang
memiliki kecerdasan moral yang tinggi jauh lebih merasa bertanggung jawab atas
prestasi belajar (Marcus A. Henning et. al, 2013). Namun dalam penelitian ini,
Change= 0.680 (p>0.05), support, F Change= 0.070 (p>0.05). Hal ini artinya
tidak satupun dimesi dalam religiusitas yang berpengaruh signifikan pada prestasi
Hasil variabel religiusitas dalam penelitian ini juga tidak senada dengan
Henning et. al, 2013). Lebih lanjut, Daradjat (dalam Jalaluddin, 2002) menyatakan
ada hubungan antara kesehatan mental dan agama. Hubungan antara kejiwaan dan
agama dalam kaitannya dengan hubungan antara agama sebagai keyakinan dan
kesehatan jiwa terletak pada sikap penyerahan diri seseorang terhadap suatu
kekuasaan Yang Maha Tinggi. Sikap pasrah yang serupa itu diduga akan memberi
sikap optimis pada diri seseorang sehingga muncul perasaan positif seperti rasa
bahagia, rasa senang, puas, sukses, merasa dicintai atau rasa aman (Jalaluddin,
Variabel terakhir dalam penelitian ini ialah gaya belajar, Woolfolk (2013)
Individu dalam belajar memiliki berbagai macam cara, ada yang belajar dengan
cara mendengarkan, ada yang belajar dengan membaca, serta belajar dengan cara
menemukan. Cara belajar peserta didik yang berananeka ragam tersebut disebut
sebagai gaya belajar (learning style) yang dipengaruhi oleh pengalaman, jenis
kelamin, etnis (Philibin, et.al., 1995) dan secara khusus melekat pada setiap
individu. Namun pernyataan bahwa gaya belajar sangat menentukan pada prestasi
belajar dalam penelitian ini tidak ditemukan. Dari tiga dimensi gaya belajar yang
126
diungkap DePorter & Hernacki (1992) menghasilkan data sebagai berikut: Visual
Change= 0.941 (p>0.05). senada dengan religiusitas gaya belajar ini juga tak
5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih banyak terdapat
lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa khusunya pada mata
siswa, baiknya di fokuskan pada hasil atau output materi pembelajaran aqidah
dan gaya belajar memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar aqidah akhlak.
moralitas dan religiusitas serta dapat memahami gaya belajar yang sesuai
belajarnya.
2. Guru dan orang tua sebagai figur bagi anak atau peserta didik, hendaknya
memberi contoh, bimbingan serata menjadikan posisi guru dan orang tua
sebagai tempat curhat anak atau peserta didik. Dengan demikian, anak atau
peserta didik dapat merasa nyaman dengan sosok orang tua maupun guru
tidak adanya gap antara siswa dengan guru atau antara anak dengan orang tua
DAFTAR PUSTAKA
Berns, R.M. (2007). Child, family, school, community: Socialization and support.
Belmont: Thompson Learning, Inc.
Brown, D.H. (2000), Principles of language learning & teaching. (4th ed). New
York: Longman, pp. 142-152.
Canfield, A., & Knight, W. (1983). Learning style inventory. Los Angeles CA:
Western Psycological Services.
Dai, D.Y. (2008). Intellectual & intellectual development. Dalam Neil. J. Salkind
(ed). Encyclopedia of Educational Psychology. (536-537). London: Sage
Publications, Ltd.
DePorter, B., & Hemacki, M. (1992). Quantum learning: Unleash the genius
within you, London: Piatkus.
Dhofier, Z. (2011). Tradisi pesantren: Studi tentang pandangan hidup kiai dan
visinya mengenai masa depan Indonesia, Jakarta: LP3ES.
128
129
Eagle, J.W., & Oeth, J. (2008). Parent-teacher conferences. dalam Neil. J. Salkind
(ed). Encyclopedia of Educational Psychology. (765-766). London: Sage
Publications, Ltd.
Elliot, A.J., & Zahn, I. (2008). Motivation. Dalam Neil. J. Salkind (ed).
Encyclopedia of Educational Psychology. (687). London: Sage
Publications, Ltd.
Farooq, M.S., Chaudhry, A.H., Shafiq, M., & Berhanu, G. (2011). Factors
affecting students’ quality of academic performance: A case of secondary
school level. Journal of Quality and Technology Management. 07, 02,
01-14.
Faramarzi, M., Jahanian, K., Zarbakhsh, M., Salehi, S., & Pasha, H. (2014). The
role of moral intelligence and identity styles in prediction of mental
health problems in healthcare students. Scientific Research Publishing
Inc. Health, 2014, 6, 664-672.
Gage, N.L., & David C.B. (1998). Educational psychology. sixth edition.
Chicago: Rand McNally College Publishing Company.
Ganal, M.Y., & Mir, M.A. (2013). A comparative study of adjustment and
academic achievement of college students. Journal of Educational
Research and Essays. 1(1), 5-8.
Henning, M.A., Christian, K.G., Thompson, A., Sisley, R., Doherty, I., J, Susan.,
& Hawken. (2013). Religious affiliation, quality of life and academic
performance: New Zealand Medical Students. J Relig Health DOI,
10.1007/s10943-013-9769-z
Iddekinge, Van. C.H., Putka, D.J., & Campbell, J.P. (2011). Reconsidering
vocational interests for personnel selection: The validity of internet-based
selection test in relation to job knowledge, job preformance, and
130
Igbo, J.N., & Ihejiene, M.A. (2014). Gender differences, delinquent behaviors and
academic achievement of secondary school students in Nigeria.
International Journal of Latest Research in Science and Technology, 3
(4), 40-46.
Katherine B, C., Lucas, C, C., & Keith M,M,E., (2013) The size of the lgbt
population and the magnitude of anti-gay sentiment are substantially
underestimated. National Bureau of Economic Research. Massachusetts
Avenue Cambridge, MA 02138.
Krause, L.K., Duchesne, S., McMaugl, A., & Bochner, S. (2010). Educational
psychology for learning and teaching. Cengage: Learning Australia Pty
Limited.
Kuncel, N.R., & Klieger, D.M. (2008). Aptitude. Dalam Neil. J. Salkind (ed).
Encyclopedia of educational psychology. (47-49). London: Sage
Publications, Ltd.
Lennick, D., & Kiel, F. (2011) Moral intelligence 2.0: Enhancing business
performance and leadership success in turbulent times. Pearson Prentice
Hall, Upper Saddle River.
Mignon, M., & Michael S,R. (2012) LGBT sexuality and families at the start of
the twenty-first century annu. Rev. Annual Review of Sociology.
Sociol.39:491–507
Mujib, A. (2016). Penyebab gay dan lesbi kian berani terang-terangan. Diunduh
tanggal 01 Februari 2016 dari:
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/01/22/o1cgm439
4-penyebab-gay-dan-lesbi-kian-berani-terangterangan
131
Nobahar, N., & Nobahar, M. (2013). A Study of moral intelligence in the library
staff of bu-ali sina university, Advances in Environmental Biology, 7(11)
Oct 2013, Pages: 3444-3447.
Phibin, M. (1995). A Survey of gender and learning style. Sex Role 32: 484-494.
Song, S.Y., & Siegel, N.M. (2008). Peer influences. Dalam Neil. J. Salkind (ed).
Encyclopedia of Educational Psychology. (768-772). London: Sage
Publications, Ltd.
Sternberg, R.J., & Sternberg, K. (2012). Cognitive psychology, 6th edition. United
State: Wadsworth Cengage Learning.
MAGISTER PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
Dengan hormat,
Saya adalah mahasiswa Magister Sains Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sedang melakukan penelitian tesis. Dengan demikian, saya meminta kesediaan adik-adik
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan cara memberikan keterangan untuk dapat
mengemukakan pendapat yang sejujur-jujurnya mengenai pernyataan dalam kuesioner
yang terdapat pada lembar berikut ini. Segala pernyataan yang diberikan akan dijamin
kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk tujuan penelitian. Diharapkan menjawab
dengan cermat dan teliti, jangan sampai ada pernyataan yang terlewat agar data dapat
diolah sebagaiman mestinya.
Hormat saya,
Peneliti
Data Responden
1. Nama : _______________________
2. Kelas : _______________________
3. Tempat/tgl lahir : _______________________
4. Usia : _______________________
5. Jenis kelamin : L / P (lingkari salah satu)
6. Nama sekolah : _______________________
PETUNJUK PENGISIAN
Pada bagian ini terdapat pernyataan yang menggambarkan perilaku anda. Berilah tanda
silang (X) dalam pilihan jawaban yang menurut anda paling menggambarkan kondisi anda
saat ini.
Pilihan jawaban yang tersedia adalah:
STS = Sangat Tidak Sesuai yang berarti Anda berpendapat apa yang terkandung
dalam pernyataan yang diajukan sungguh-sungguh tidak benar.
TS = Tidak Sesuai yang berarti Anda berpendapat apa yang terkandung dalam
pernyataan yang diajukan lebih banyak tidak benarnya dari pada
benarnya.
S = Sesuai yang berarti Anda berpendapat apa yang terkandung dalam pernyataan
yang diajukan lebih banyak benarnya dari pada tidak benarnya.
SS = Sangat Sesuai yang berarti Anda berpendapat bahwa apa yang terkandung di
dalam pernyataan yang diajukan sungguh-sungguh benar sesuai dengan
apa yang dirasakan.
Bagian III
1 Saya menulis dengan rapi. STS TS S SS
2 Saya belajar di tempat yang hening jauh dari keramaian. STS TS S SS
3 Saya belajar dengan cara praktek langsung. STS TS S SS
4 Saya mengamati setiap gambar dalam buku bacaan. STS TS S SS
5 Saya membaca sambil mengucapkan. STS TS S SS
6 Saya bisa menghafal materi jika praktek terus-menerus. STS TS S SS
Terima Kasih
DATE: 1/24/2016
TIME: 16:15
L I S R E L 8.70
BY
Correlation Matrix
ITEM1 ITEM9 ITEM16
-------- -------- --------
ITEM1 1.00
ITEM9 0.43 1.00
ITEM16 0.60 0.48 1.00
Parameter Specifications
LAMBDA-X
ACTING
--------
ITEM1 1
ITEM9 2
ITEM16 3
THETA-DELTA
Number of Iterations = 0
LAMBDA-X
ACTING
--------
ITEM1 0.74
(0.08)
9.80
ITEM9 0.58
(0.07)
7.92
ITEM16 0.81
(0.08)
10.64
PHI
ACTING
--------
1.00
THETA-DELTA
Degrees of Freedom = 0
Minimum Fit Function Chi-Square = 0.0 (P = 1.00)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 0.00 (P
= 1.00)
Standardized Solution
LAMBDA-X
ACTING
--------
ITEM1 0.74
ITEM9 0.58
ITEM16 0.81
PHI
ACTING
--------
1.00