Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

KIMIA BAHAN ALAM II

ISOLASI SENYAWA TRITERPENOID DARI BUAH PEGAGAN ( Centella


asiatica L.)

OLEH :
Nama : AGNA ANNISA RAHIM
No Bp : 1611011014
Kelompok/Shift : IV/Jumat Pagi
Rekan Kerja : 1. Dian Nofida
2. Tuti Andriani
3. Suci Almuvarhimmah R.
4. Monica Cyntia Vilara
5. Fairuzi Zafrano
6. Nurul Pertiwi

LABORATORIUM KIMIA BAHAN ALAM

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan

1. Mengetahui dan mempraktekkan cara mengisolasi triterpenoiD

2. Mengetahui cara mengidentifikasi triterpenoid

1.2 Manfaat

Dengan mempelajari Isolasi Triterpenoid Dari Pegagan (Centella asiaticaL.) kita dapat
memperoleh manfaat :

1. Mengetahui macam senyawa yang terkandung di dalam Centella asiatica

2. Mengetahui manfaat senyawa yang terkandung di dalam Centella asiatica

3. Dapat mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa alkaloid yang terkandung di


dalam Centella asiatica
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Botani


2.1.1 Klasifikasi

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Magnoliopsida (Dicotyledone)
Ordo : Umbilales
Famili : Umbelliferae
Genus : Centella

Spesies : Centella asiatica L. (Urban) ³

2.1.2 morfologi

Pegagan merupakan tumbuhan iklim tropik yang tumbuh menjalar dengan


panjang mencapai 10 m. tumbuhan ini tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian
2500 m dpl dan ditemukan pada tanah yang lembab dan subur,di pinggir jalan lereng
bukit yang rindang,diantara batu batu dan pematang . pegagan tergolong herba yang
menahun,tumbuhan ini mempunyai batang yang pendek sehingga dianggap tidak
mempunyai batang. Pegagan mempunyai daun tunggal yang tersusun dalam roset
akar dengan 2 sampai 10 daun. Daun berbentuk ginjal dengan ukuran 2-5 kali 3-
7cm,tangkai daun tegak dan sangat panjang,bagian dalam tangkai daun berlubang.
Tepi daun bergerigi dengan diameter 1-7 cm,pertulangan menyirip dan bewarna
hijau.¹º
Centella asiatica (L) Urban berbentuk herba tahunan, aromatik. Batangnya sangat
pendek, dari batang tumbuhgeragih atau stolon yang melata dipermukaan tanah
dengan panjang 10-50 cm. Daun tunggal, tersusun dalam bentuk roset yang terdiri
dari 2-10 lembaran daun, kadang-kadang agak berambut. Tangkai daun panjangnya
sampai 40 cm. Selain daun berbentuk ginjal, lebar dan bundar dengan garis tengah
sampai 10 cm, pinggir daun beringgit dan bergerigi. Pangkal dari tangkai daun
melekuk ke dalam dan melebar seperti pelepah. Tulang daun menjari. Akar
bercabang. Bunga berbentuk payung tunggal, biasanya tersusun dari 3 bunga.
Tangkai bunga panjangnya 5-50 mm, lebih pendek dari tangkai daun. Daun pelindung
berjumlah 2 dan panjangnya 3-4 mm berbentuk telur.²

2.1.3 Habitat dan Distribusi

Centella asiatica L. berasal dari daerah asia tropik dan tumbuh tersebardi
berbagai negara seperti Filphina,Cina,India,Srilangka,Madagaskar,Afrika,Indonesia.
Di indonesia tumbuhan ini dikenal dengan berbagai macam nama sesuai dengan
daerah tempat tumbuhnya. Di jakarta misal nya tumbuhan ini disebut pegagan,di
Sunda antanan, di Sumatre daun kaki kuda,di Madura tikusan,di Jawa gagan-gagan
dan di Bali piduh.10

Pegagan merupakan tumbuhan tropis dengan daerah penyebaran cukup luas, dari
dataran rendah sampai dataran tinggi, hingga 2.500 m di atas permukaan laut
(Januwati dan Muhammad 1992). Pegagan dapat ditemukan di daerah perkebunan,
ladang, tepi jalan, pematang sawah, ataupun di ladang yang agak basah. Pegagan
tumbuh baik pada tanah yang agak lembap, tetapi cukup sinar matahari atau agak
terlindung. Pegagan tumbuh optimum di dataran medium pada ketinggian sekitar 700
m dpl, namun juga mampu tumbuh di daerah tinggi hingga 2.500 m dpl. Secara
empiris tanaman pegagan mempunyai syarat tumbuh spesifik dalam hal kebutuhan
cahaya matahari, yang akan memengaruhi bentuk morfologi daun dan kandungan

bioaktif.¹
Pegagan atau Centella asiatica (L) Urban merupakan tumbuhan kosmopolit atau
memiliki daerah penyebaran yang sangat luas, terutama daerah tropis dan subtropis,
seperti indonesia, Malaysia, Srilanka Madagaskar dan Afrika. Tumbuhan ini tumbuh
subur pada ketinggian 100–2500 m di atas permukaan laut, di daerah terbuka dan di
tempat yang lembab atau terlindung, seperti pematang sawah, tegalan, dan di bawah
pohon.²

2.2 Kandungan Kimia

Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb) memiliki berbagai khasiat diantaranya


membersihkan darah, mengatasi demam, antibakteri, antiinflamasi, antialergi, insektisida,
dan stimulant. Pegagan mempunyai kandungan kimia aktif seperti saponin, asiatikosida,
madekasossida, asam brahmik, asam madasiatik, messoinositol, centellosida,karotenoida,
hidrokotilin, vellarine (campuran damar dan minyak atsiri), tannin, serta garam mineral.8
Pegagan mengandung bahan aktif alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, steroid, dan
triterpenoid. Tiga golongan bioaktif, yaitu triterpenoid, steroid, dan saponin termasuk
antioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Tanaman pegagan juga
mengandung garam mineral antara lain kalium, natrium, magnesium, kalsium, dan besi,
fosfor, minyak atsiri, pektin, asam amino, vitamin B, dan zat pahit vellarine. Beberapa
komponen bioaktif dalam tanaman pegagan adalah asiatikosida, tankunisida,
isotankunisida, madekasosida, brahmosida, brahminosida, asam brahmik, asam
madasiatik, meso-inositol, sentelosida, karotenoid, hidrokotilin, vellarin, tanin serta
garam mineral seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium, dan besi, fosfor, minyak
atsiri (1%), pektin (17.25%), asam amino dan vitamin B, zat pahit vellarine, dan zat
samak. Tanaman pegagan juga mengandung asiatikosida berupa glikosida dan banyak
digunakan dalam ramuan obat tradisional atau jamu. Asiatikosida, asam asiatik,
madekasida, dan madekasosida termasuk golongan triterpenoid, sementara sitosterol dan
stigmasterol termasuk golongan steroid serta vallerin brahmosida golongan saponin.
Asiatikosida merupakan glikosida triterpen, derivat alfa amarin dengan molekul gula
yang terdiri atas dua glukosa dan satu rhamnosa. Aglikon triterpen pada pegagan disebut
asiatikosida yang mempunyai gugus alcohol primer, glikol, dan satu karboksilat
teresterifikasi dengan gugus gula. Pegagan mengandung berbagai bahan aktif, yaitu: 1)
triterpenoid saponin, 2) triterpenoid genin, 3) minyak atsiri, 4) flavonoid, 5) fitosterol,
dan bahan aktif lainnya. Kandungan bahan aktif yang terpenting adalah triterpenoid dan
saponin, yang meliputi: 1) asiatikosida, 2) sentelosida, 3) madekosida, dan 4) asam
asiatik serta komponen lain seperti minyak volatil, flavonoid, tanin, fitosterol, asam
amino, dan karbohidrat. Semua kandungan bioaktif tanaman pegagan merupakan
antioksidan yang bermanfaat bagi tubuh manusia dalam meningkatkan sistem imun.²

2.3 Kegunaan Tradisional

Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb) memiliki berbagai khasiat diantaranya


membersihkan darah, mengatasi demam, antibakteri, antiinflamasi, antialergi, insektisida,
dan stimulant. Pegagan mempunyai kandungan kimia aktif seperti saponin, asiatikosida,
madekasossida, asam brahmik, asam madasiatik, messoinositol, centellosida,
karotenoida,hidrokotilin, vellarine (campuran damar dan minyak atsiri), tannin, serta
garam mineral.8
Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) mengandung sejumlah besar senyawa
golongan saponin triterpenoid pentasiklik. Pegagan diketahui mempunyai aktivitas
farmakologi yang luas yaitu untuk penyembuhan luka terbuka, untuk pengobatan
berbagai kondisi kulit seperti kusta, lupus, varises, bisul, eksim, psoriasis, diare, demam,
ame nore, suatu penyakit pada saluran genitourinary perempuan dan juga untuk
menghilangkan cemasan dan meningkatkan daya ingat, antibakteri, antioksidan,
antifungi, hemoroid serta antiinflamasi.5
Beberapa khasiat tanaman pegagan adalah sebagai obat lemah syaraf, demam,
bronkhitis, kencing manis, psikoneurosis, wasir, dan tekanan darah tinggi, penambah
nafsu makan, dan untuk menjaga vitalitas.²
Pegagan berkhasiat untuk obat batuk, susah tidur,tuberkulosa, peluruh air seni,
kencing darah, sariawan, demam, nafsu makan berkurang, luka kulit, pembengkakan hati,
campak, bisul, mimisan, amandel, radang tenggorokan, bronkhitis, tekanan darah tinggi,
wasir, keracunan, cacingan, sakit perut, ayan (epilepsi), luka bakar, kesuburan wanita,
keputihan, anti bakteri, anti tumor. Pemakaian secara tradisional daun pegagan digunakan
secara topikal atau oral dalam bentuk air rebusan atau serbuk. Sedangkan sediaan yang
beredar telah banyak dipakai dalam pengobatan modern seperti Lanakeloid®

Madecassol® (Corsa), Tekasol®.¹

2.4 Bioaktivitas

2.4.1 Ekstrak

Ekstrak methanol daun pegagan merah mampu mengambat pertumbuhan


bakteri mycobacterium tuberculosis. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi ekstrak metanol daun pegagan merah maka semakin berkurang jumlah
koloni bakteri mycobacterium tuberculosis.Hal ini terjadi karena semakin tinggi
konsentrasi ekstrak metanol daun pegagan merah maka semakin banyak pula
senyawa golongan triterpenoid yang terkandung dalam ekstrak sehingga mampu
menghambat pertumbuhan bakteri mycobacterium tuberculosis.Berdasarkan hasil
tersebut maka dapat dikatakan bahwa daun pegagan merah mampu mengambat
pertumbuhan bakteri mycobacterium tuberculosis.6

Ekstrak Centella meningkatkan efek sirkulasi mikro dan permeabilitas kapiler


pada pasien dengan hipertensi vena. Ekstrak juga terlihat mempengaruhi aktivitas
lipolitik, menghasilkan peningkatan konten adenosin monofosfat (cAMP) siklik pada
adiposit manusia, menyebabkan efek pelangsingan pada manusia. Sifat antioksidan
Centella dapat memainkan peran penting dalam mengurangi aktivitas reaktif. spesies
oksigen (ROS) dalam sistem tubuh. Kapasitas antioksidan terbukti menjadi
neuroprotektif dan mampu melindungi otak tikus terhadap kerusakan oksidatif
terkait usia [31]. Ekstrak dari Centella telah dilaporkan oleh banyak peneliti untuk
menunjukkan sifat antioksidan. Telah dilaporkan bahwa induksi tingkat antioksidan
dalam penyembuhan luka disebabkan oleh asiaticoside dan flavonoid.7

2.4.2 Metabolit Sekunder

Berbagai aktivitas farmakologi tersebut dilaporkan berkaitan dengan


senyawa triterpenoid yang terkandung dalam tanaman pegagan diantaranya yaitu
asiatikosida, madekassosida, asam asiatat, dan asam madekasat. Senyawa golongan
triterpenoid adalah metabolit sekunder suatu tanaman yang disintesis melalui jalur
isoprenoid, menghasilkan struktur triterpenoid yang bersifat hidrofobik (aglikon) dan
gugus gula yang bersifat hidrofilik. Ekstrak pegagan telah tersedia secara komersil
sebagai TECA (titrated extract of C. Asiatica), dan TTFCA (total triterpenoid
fraction of C. Asiatica), serta TTF (total triterpenoid fraction). TECA dan TTFCA
merupakan campuran asam asiatat (30%), asam madekasat (30%) dan asiatikosida
(40%), sedangkan TTF mengandung asam asiatat dan madekasat (60%) dalam
campuran dengan asiatikosida (40%). Diantara senyawa tersebut, asiatikosida
merupakan komponen utama dalam ekstrak pagagan (Centella asiatica). Asiatikosida
merupakan senyawa glikosida yang dapat terhidrolisis menjadi asam asiatat.
Aktivitas farmakologi asam asiatat telah banyak dijelaskan pada penelitian
sebelumnya diantaranya yaitu sebagai antiinflamasi dengan aktivitas antiinflamasi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan asiatikosida, berperan dalam penyembuhan
luka terbuka , dan hepatoprotektor. Dalam penelitian sebelumnya telah dilaporkan
bahwa asam asiatat mempunyai sifat farmakokinetik lebih baik dari pada
asiatikosida, karena sifat hidrofobisitas asam asiatat yang lebih besar, serta sifat
absorbsi asam asiatat di dalam usus yang lebih baik dari pada asiatikosida. Oleh
karena itu asam asiatat merupakan senyawa yang berperan penting dalam aktivitas
farmakologi ekstrak pegagan (Centella asiatica). 5

Asiatikosida
Asam Medekanat

Berdasarkan hasil uji fitokimia yang dilakukan oleh Musyarofah (2006),


tanaman pegagan mengandung alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, steroid, dan
triterpenoid, walaupun konsentrasinya bervariasi mulai dari negatif (-), positif (+)
sampai positif kuat sekali (+4), atau sangat kecil sehingga tidak terdeteksi.²
2.4.3 Metoda ekstraksi

Dalam preparasi sampeL hal pertama yang digunakan adalah mencuci


sampel daun pegagan (Centella asiatica L. Urban) kemudian mengeringkan
selama 2 minggu dengan cara diangin-anginkan. Memotong kecil-kecil sampel
daun pegagan (Centella asiatica L. Urban) yang telah dikeringkan kemudian
diblender. Selanjutnya, Menimbang sampel daun pegagan merah dan daun
pegagan hijau sebanyak300 g. Memasukkan ke dalam wadah maserasi
(toples).Menambahkan pelarut metanol.Merendam sampel daun pegagan kering
selama 1 x 24 jam sebanyak 3 kali.Menyaring sampel daun pegagan
menggunakan kain blacu kemudian mengambil ekstrak sampel.Memasukkan
filtrat dalam labu evaporator kemudian mengevaporasi sampai diperoleh ekstrak
kental. 7
2.4.4Cara pemurnian

pemurnian dilakukan dengan cara kristalisasi dan rekristalisasi dengan


penggunakan pelarut yang cocok sehingga diperoleh kristal murni dengan hasil uji
KLT yang menunjukkan satu noda dan tiga sistem eluen. Selanjutnya kristal yang
murni di uji bioaktivitasnya dengan metode Microscopic Observation Drug-
susceptibility assay (MODS) dan diidentifikasi dengan spektrofotometri UV-VIS
dan FTIR.4
BAB III
PROSEDUR KERJA

3.1 Alat dan bahan


Alat:
a) Wadah untuk maserasi
b) Corong
c) Botol 100 mL
d) Vial
e) Pipet tetes
f) Seperangkat alat rotary evaporator
g) Chamber
h) Penotol
Bahan:
a) Daun pegagan kering (100 g)
b) Metanol
c) Etil asetat
d) Plat KLT
e) Kapas
f) Norit

Cara kerja:
1. Disiapkan sampel pegagan kering sebanyak 100gr lalu di grinder.
2. Setelah itu, maserasi dengan 500 mL metanol selama 1x3 hari, saring
3. Uapkan hasil maserat hingga volume 200 Ml
4. Lalu, masukkan 100 gr norit ke dalam erlenmeyer kemudian lewatkan maserat
diatas kertas saring, saring
5. Uapkan eluat dengan rotary evaporator hingga kering
Ekstrak kental yang didapatkan, cek KLT senyawa hasil isolasi menggunakan
fase diam silica gel F 254, fase gerak etil asetat: metanol: aquadest (4:1:0.5).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Organoleptis
Warna : PutihKeruh
Bau : Baukhas
Bentuk : Amorf
Rasa : Tidakberasa

Randemen
Massa botol+ sampel =
Massa botol = -
Massa sampel =
Massa sampeladalah
Massa daunpegagan yang ditimbangadalah 100 g
Jadi :
Randemen =
=
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini yang di lakukan adalah isolasi senyawa triterpenoid dari
tumbuhan Centella asiatica atau Pegagan. Sampel yang digunakan adalah sampel kering.
Sampel pegagan kira-kira sebanyak 100 gr daun pegagan segar kami dapati di daerah
sekitar kampus UNAND. Daun tersebut dijemur dirumah kaca selama 2 hari. Sebelum
dilakukan proses ekstraksi terlebih dahulu di potong menjaadi bagian yang lebih kecil.
Setelah itu baru dimasukkan kedalam botol infus dan dilaukan proses ekstraksi atau
maserasi.
Metode yang digunakan untuk isolasi triterpenoid adalah metode Ekstrasi.
Pemilihan metoda ekstraksi ini karena berdasarkan tujuan dari metoda ekstraksi, untuk
melarutkan senyawa polar dalam pelarut yang polar dan senyawa nonpolar pada pelarut
yang non polar. Dari beberapa jenis ekstraksi yang ada, metoda yang dipilih adalah
maserasi. Pemilihan metoda maserasi ini, karena dengan perendaman akan
mengakibatkan pemecahan dinding sel akibat perbedaan tekanan antara didalam sel dan
di luar sel sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam
pelarut organic. Dengan penyataan tersebut di harapkan agar triterpenoid bisa larut dalam
methanol. Pelarut yang digunakan untuk maserasi adalah metanol. Pemilihan metanol
karena metanol merupakan pelarut yang paling banyak digunakan dalam proses isolasi
senyawa organik bahan alam. Pelarut metanol merupakan pelarut universal. Metanol
yang digunakan pada praktikum ini sebanyak 500 ml untuk melarutkan 100 gram serbuk
pegagan kering.
Maserasi dilakukan selama 3 hari, setelah dimaserasi, didapatkan maserat
berwarna hijau. Untuk memisahkan senyawa triterpenoid dari zat pengotornya dan zat
bukan triterpenoid dilakukan penyaringan zat tersebut oleh norit. Hasil yang didapatkan
setelah di saring dengan norit adalah filtrate bening. Tujuan dari penambahan norit adalah
untuk menarik klorofil dan zat pengotor yang berwarna hijau kehitaman yang terdapat
pada maserat tadi. Selain itu juga untuk menarik senyawa-senyawa yang mempunyai
gugus polar aromatis seperti alkaloid, flavonoid dan fenol.
Pegagan yang telah jernih diuapkan dengan menggunakan rotary evaporation sampai
mendapatkan larutan pekat. Pada saat di rotary, pelarut akan terpisah dengan zat
terlarutnya. Kemudian didiamkan selama beberapa hari sampai terbentuk kristal. Lalu
dilakukan proses tuang saring dari kristal. Hasil tuang saring yang telah lama didiamkan
adalah amorf yang bertekstur lengket. Oleh karena itu di lakukan rekrisalisasi dengan etil
asetat hingga didapatkan kristal pegagan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran
Demi kelancaran dan kesuksesan dari percobaan yang dilakukan, maka praktikan
menyarankan kepada praktikan selanjutnya supaya :
1. Teliti, hati-hati dan serius dalam melaksanakan percobaan, dan sesuai dengan
prosedur kerja.
2. Pahami terlebih dahulu prosedur kerja sebelum melaksanakan percobaan.
3. Kristal yang ada didalam labu rotary jangan langsung dikerok tetapi dilarutkan
Daftar Pustaka

1. Enda Mora, dan Armon Fernando. Optimasi Ekstraksi Triterpenoid Total


Pegagan(Centella asiatica (Linn.) Urban)yang Tumbuh di Riau. Jurnal
Penelitian Farmasi Indonesia. 2012

2. Sutardi.Bioactive Compounds in Pegagan Plant and Its Use for Increasing


Immune System. Jurnal Litbang Pertanian Vol. 35.2016

3. Sunanto,Hardi. 100 resep se,nukam asa, urat, obesitas dan diabetes Jakarta :
gramedia. 2009

4. Salmiwati , Arisyani Ilyas . Isolasi senyawa metabolit sekunder fraksi N-


heksana dari daun pegagan (Centella Asiatica L.) dan uji antibakteri terhadap
bakteri Mycobacterium Tuberculosis.Jurnal Fakultas Sains dan Teknologi,
UIN Alauddin Makassar vol 4 no 2. 2016

5. Musfiroh,Ida., Tresna Nursyamsiah, Entris Sutrisna, Ahmad Muhtadi,


Rahmana E. Kartasasmita dan Slamet Ibrahim. Isolasi dan Karakterisasi Asam
Asiatat dari Ekstrak Etanol Herba Pegagan (Centella Asiatica. (L.) Urban).
Jurnal Farmasi Indonesia. Vol 4 no 7.2015

6. Yusran, Asriani Ilyas, H. Asri saleh . Bioaktivitas ekstrak methanol daun


pegagan (Centella Asiatica L.) Terhadap pertumbuhan bakteri Mycobacterium
Tuberculosis .Jurnal Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Alauddin Makassar
vol 4 no 1. 2016

7. Hashim, Puziah.,Hamidah Sidek.,Mohd Helme.,M. Helan , Aidawati Sabery.,


Uma Devi Palanisamy and Mohd Ilham .Triterpene Composition and
Bioactivities of Centella asiatica. journal molecule. 2016

8. Rachmawati, Fahrina., Nuria M.C., Sumantri.2009. Uji Aktivitas Antibakteri


Fraksi Kloroform EkstrakEtanol Pegagan (Centella asiatica (L) Urb) Serta
Identifikasi Senyawa Aktifnya. Yogyakarta : UGM

9. Reniza,A.W.2003. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Asiatikosida Dari


Pegagan (Centela asiatica L.Urban) Sebagai Senyawa Antibakteri.Bogor :
IPB

Anda mungkin juga menyukai